Anda di halaman 1dari 7

RESUME PERTEMUAN 9

RANGKUMAN MATERI: LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT, TRIPARTIT


DAN APINDO
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata
kuliah Hubungan Industrial

Disusun Oleh:

Nama : Wahyu Santoso


NPM : 2010631020149

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKULTAS


EKONOMI UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA
KARAWANG
2023
LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT

1. Pengertian Lembaga Kerjasama Bipartit


Lembaga kerjasama bipartit atau disingkat LKS Bipartit adalah forum
komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan
serikat pekerja/ serikat buruh yang sudah tercatat instansi yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh (Pasal
1, Ayat 18 j.o Pasal 106 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan).
2. Kewajiban Pembentukan Lembaga Kerjasama Bipartit
Lembaga Kerjasama Bipartit diatur dalam Pasal 106 Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan “Setiap perusahaan yang
mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/buruh atau lebih wajib
membentuk lembaga kerjasama bipartit”.
3. Tujuan, Fungsi dan Tugas Lembaga Kerjasama Bipartit
Tujuan lembaga kerjasama bipartit untuk menciptakan hubungan industrial
yang harmonis, dinamis dan berkeadilan di perusahaan (Pasal 2 Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 32 Tahun
2008).
Fungsi lembaga kerjasama bipartit sebagai forum komunikasi dan konsultasi
antara pengusaha dengan wakil serikat pekerja/buruh dan atau wakil
pekerja/buruh dalam rangka pengembangan hubungan industrial untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan perusahaan, termasuk
5 kesejahteraan pekerja/ buruh. (Pasal 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. 32 Tahun 2008).
Tugas lembaga kerjasama bipartit menurut Pasal 4 Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 32 Tahun 2008 sebagai berikut:
1. Melakukan pertemuan secara periodik dan atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
2. Mengkomunikasikan kebijakan pengusaha dan aspirasi pekerja/buruh dalam
rangka mencegah terjadinya permasalahan hubungan industrial di
perusahaan.
3. Menyampaikan saran. pertimbangan, dan pendapat kepada pengusaha,
pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh dalam rangka
penetapan dan pelaksanaan kebijakan perusahaan.
4. Unsur-Unsur dalam Kepengurusan Lembaga Kerjasama Bipartit
Lembaga kerjasama Bipartit merupakan lembaga kerjasama tingkat
perusahaan yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) Unsur pengusaha atau manajemen yang duduk dalam kepengurusan LKS
Bipartit sebaiknya berkewenangan membuat keputusan dalam perusahaan
agar saran, pertimbangan dan rekomendasi yang dihasilkan LKS Bipartit
dapat cepat sampai dan ditanggapi oleh pimpinan dan manajemen untuk
ditindaklanjuti dan diimplementasikan lebih lanjut.
2) Unsur Serikat Pekerja/Buruh atau Pekerja/Buruh:
− Di perusahaan terdapat 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh dan semua
pekerja/ buruh menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh tersebut,
maka secara otomatis pengurus serikat pekerja/ serikat buruh menunjuk
wakilnya dalam LKS Bipartit.
− Di perusahaan belum terbentuk serikat pekerja/ serikat buruh, maka
yang mewakili pekerja/buruh dalam LKS Bipartit adalah pekerja/ buruh
yang dipilih secara demokratis.
− Di perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/ serikat buruh
dan seluruh pekerja/buruh menjadi anggota serikat pekerja/serikat
buruh, maka 6 yang mewakili pekerja/buruh dalam LKS Bipartit adalah
wakil masing-masing serikat pekerja/serikat buruh yang perwakilannya
ditentukan secara proporsional.
− Di perusahaan terdapat 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh dan ada
pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh,
maka serikat pekerja/serikat buruh tersebut menunjuk wakilnya dalam
LKS Bipartit dan pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh menunjuk wakilnya yang dipilih secara demokratis.
− Di perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh
dan ada yang tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh maka
masing masing serikat pekerja/serikat buruh menunjuk wakilnya dalam
LKS Bipartit secara profesional dan apabila terdapat pekerja/buruh yang
tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh menunjuk wakilnya
yang dipilih secara demokratis.
5. Kepengurusan dan Susunan Lembaga Kerjasama Bipartit
Kepengurusan LKS Bipartit ditetapkan dari unsur pengusaha dan unsur
pekerja/buruh dengan komposisi 1 : 1 yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan dan paling sedikit 6 (enam) orang.
Susunan kepengurusan lembaga kerjasama bipartit dalam Pasal 10 Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. Per
32/Men/XII/2008 sebagai berikut:
1. Susunan kepengurusan LKS Bipartit sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,
wakil ketua, sekretaris dan anggota. (Pasal 11 Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. Per-32/Men/XII/2008).
2. Jabatan Ketua LKS Bipartit dapat dijabat secara bergantian antara wakil
pengusaha dan wakil pekerja/ buruh.
3. Masa kerja kepengurusan LKS Bipartit adalah 3 (tiga) tahun.
6. Kewenangan Lembaga Kerjasama Bipartit
1. Saran.
2. Rekomendasi.
3. Memorandum kepada pimpinan/manajemen perusahaan.
LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT

1. Pengertian Lembaga Kerjasama Tripartit


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata Kerja dan
Susunan Organisasi Lembaga Kerja Sama (LKS) Tripartit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4482) lembaga Tripartit adalah forum komunikasi,
konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang
anggotanya terdiri dari unsur Pemerintah, organisasi pengusaha, dan serikat
pekerja/serikat buruh.
2. Tripartit Nasional
LKS Tripartit Nasional dibentuk oleh Presiden dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Tripartit Nasional mempunyai tugas memberikan pertimbangan,
saran, dan pendapat kepada Presiden dan pihak terkait dalam penyusunan
kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan secara nasional.
3. Tripartit Provinsi
LKS Tripartit Propinsi dibentuk dan bertanggung jawab kepada dengan tugas
memberikan pertimbangan, saran, dan pendapat kepada Gubernur dan pihak
terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan
di wilayah Propinsi yang bersangkutan.
Jumlah seluruh anggota dalam susunan keanggotaan LKS Tripartit Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam PP No. 46 Tahun 2008 Tentang Perubahan atas
PP No. 8 Tahun 2005 Pasal 25, paling banyak orang yang penetapannya
dilakukan dengan memperhatikan komposisi keterwakilan unsur perangkat
pemerintah provinsi, organisasi pengusaha, dan serikat pekerja/serikat buruh
masing-masing paling banyak 9 orang.
4. Tripartit Kabupaten/Kota
LKS Tripartit Kabupaten/Kota dibentuk dan bertanggung jawab kepada
Bupati/Walikota dengan tugas memberikan pertimbangan, saran, dan
pendapat kepada Bupati/Walikota dan pihak terkait dalam penyusunan
kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan di wilayah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
Jumlah seluruh anggota dalam susunan keanggotaan LKS Tripartit
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam PP No. 46 Tahun 2008 Tentang
Perubahan atas PP No. 8 Tahun 2005 Pasal 43, paling banyak 21 orang yang
penetapannya dilakukan dengan memperhatikan komposisi keterwakilan
unsur perangkat pemerintah kabupaten/kota, organisasi pengusaha, dan
serikat pekerja/serikat buruh masing-masing paling banyak 7 orang.

ASOSISASI PENGUSASA INDONESIA (APINDO)

1. Sejarah Asosiasi Pengusaha Indoensia


Apindo adalah organisasi pengusaha yang demokratis serta khusus mengurus
masalah yang berkaitan denga ketenaga kerjaan yang lahir didasari atas peran
dan tanggung jawabnya dalam pembangunan nasional dalam rangka turut
serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pengusaha
Indonesia harus ikut serta secara aktif mengembangkan peranannya sebagai
kekuatan social 11 dan ekonomi. Apindo adalah suatu wadah kesatuan para
pengusaha yang ikut serta untuk mewujudkan kesejahteraan social dalam
dunia usaha melalui kerja sama yang terpadu dan serasi antara pemerintah,
pengusaha, dan pekerja.
Terlahir pada 31 Januari 1952, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
awalnya berdiri dengan nama Badan Permusyawaratan Urusan Sosial Seluruh
Indonesia. Pasca perjuangan kemerdekaan usai, pembangunan di segala bidang
mulai menjadi perhatian, salah satunya pada bidang sosial ekonomi. Bidang ini
pula yang merupakan hal baru di dunia usaha.
Forum ini mengalami beberapa kali perubahan nama, hingga pada 31 Januari
1952, tercetus Badan Permusyawaratan Sosial Ekonomi Pengusaha Seluruh
Indonesia (PUSPI). Sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman, PUSPI
kembali berubah nama menjadi Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
melalui Musyawarah Nasional (Munas) APINDO II di Surabaya, tahun 1985.
2. Visi, Misi dan Usaha APINDO
Dikutip dari AD/ART APINDO visi, misi dan usaha yang dilakukan oleh Asosiasi
Pengusaha Indonesia yaitu:
Visi dan Misi
• Visi: Terciptanya iklim usaha yang kondusif dan kompetitif.
• Misi: (1) mengembangkan hubungan industrial yang harmonis dan
produktif; (2) melindungi, membela dan memberdayakan seluruh pelaku
usaha; (3) berperan aktif dalam meningkatkan investasi; dan (4) berperan
aktif dalam proses penyusunan kebijakan pemerintah.
Usaha Apindo
• Mempersatukan dan membina pengusaha serta memberikan layanan
kepentingannya di dalam bidang social ekonomi.
• Menciptakan da memelihara keseimbangan, ketenangan, dan kegairahan
kerja dalam lapangan hubungan industrial da ketenaga kerjaan.
• Mengusahakan peningkatan produktifitas kerja sebagai program peran
serta aktif untuk mewujudkan pembangunan nasional menuju
kesejahteraan social, spiritual, dan materiil.
• Menciptakan adanya kesatuan pendapat dalam melaksanakan
kebijaksanaan atau ketenagakerjaan dari para pengusaha yang disesuaikan
dengan kebijaksanaan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai