Anda di halaman 1dari 7

Nama: Bagas Arsiadjienaldo

NPM: 51422220041

TUGAS 13

Soal:

1. Nama perusahaan yang diobservasi/dijadikan sampel: Pos Indonesia


2. Bidang Usaha: Layanan pos dan logistik
3. Banyaknya pekerja: 16.544 Pekerja
4. Kedudukan usaha: Perusahaan milik negara (BUMN) di sektor jasa pos dan logistik di
Indonesia
5. Pelaksanaan serikat pekerja yang ada saat ini di perusahaan tersebut:

Pelaksanaan serikat pekerja di Pos Indonesia mencakup perjuangan untuk memperjuangkan


hak dan kepentingan anggota, mensukseskan program-program organisasi dan perusahaan,
mewakili anggota dalam hubungan bipartite dan tripartite, serta memberikan layanan yang
prima kepada masyarakat pengguna jasa pos. Serikat pekerja diharapkan memiliki kepedulian
terhadap lingkungan masyarakat nasional dan internasional. Pelaksanaan serikat pekerja di
Pos Indonesia saat ini melibatkan berbagai kegiatan dan upaya untuk memperjuangkan hak
dan kepentingan anggota, serta meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarga. Serikat
pekerja ini berperan dalam memperjuangkan hak-hak karyawan, seperti upah yang adil,
jaminan kesejahteraan, kesetaraan hak, dan perlindungan tenaga kerja. Mereka juga berperan
dalam mensukseskan program-program organisasi dan perusahaan yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan pos dan logistik. Dalam hubungan bipartite dan
tripartite, serikat pekerja mewakili anggota dalam bernegosiasi dengan manajemen
perusahaan, serta memastikan kepentingan karyawan terwakili dengan baik. Selain itu,
serikat pekerja juga bertanggung jawab untuk memberikan layanan prima kepada masyarakat
pengguna jasa pos. Mereka bekerja sama dengan manajemen perusahaan untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas pelayanan yang diberikan. Tidak hanya itu, serikat pekerja juga
berperan dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan karyawan dan keluarga mereka,
termasuk perbaikan nasib, syarat kerja, dan kondisi kerja yang lebih baik. Dengan
mengedepankan prinsip-prinsip solidaritas, independensi, demokrasi, kesatuan, tanggung
jawab, dan persamaan, serikat pekerja di Pos Indonesia berupaya membangun hubungan
industrial yang harmonis untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan karyawan serta
keluarganya.
6. Struktur organisasi dan susunan pengurus Serikat Kerja:
A. Serikat Pekerja Pos Indonesia (SPPI):

Ketua Umum: Iwan Suryanegara

Sekretaris: Abung Najmudin

Bendahara: Cepi Iswara

B. Serikat Pekerja Pos Indonesia Kuat Bermartabat (SPPIKB):

Ketua Umum: Akhmad Komarudin

Sekretaris Jenderal: Muhamad

Bendahara: Dwi Ning Setyorini

7. Dasar didirikannya SPPI dan SPPIKB:

Dasar pendirian Serikat Pekerja di lingkungan PT. Pos Indonesia dapat ditemukan dalam
beberapa peraturan dan undang-undang, termasuk:

 Undang-Undang No. 1/1995 tentang Perseroan Terbatas: Undang-undang ini


merupakan landasan hukum yang mengatur tentang perseroan terbatas di Indonesia.
Pada tahun 1998, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 12/1998
sebagai petunjuk pelaksanaan Undang-Undang No. 1/1995.
 Peraturan Pemerintah No. 12/1998 tentang Peraturan Pelaksanaan Perseroan Terbatas:
Peraturan ini mengatur pelaksanaan Undang-Undang No. 1/1995. Pasal 38 dalam
peraturan ini menyebutkan bahwa pegawai BUMN, termasuk pegawai PT. Pos
Indonesia sebagai salah satu BUMN, merupakan pekerja Perseroan yang memiliki
pengangkatan, pemberhentian, kedudukan, hak, dan kewajiban yang ditetapkan
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan perundang-undangan ketenagakerjaan.
 Undang-Undang No. 21/2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh: Undang-undang
ini mengatur tentang pendirian, keanggotaan, hak, kewajiban, dan perlindungan
Serikat Pekerja/Serikat Buruh di Indonesia. Undang-Undang ini memberikan landasan
hukum yang kuat untuk pendirian Serikat Pekerja di lingkungan PT. Pos Indonesia.

Berikut adalah landasan pendirian Serikat Pekerja di PT. Pos Indonesia:


 Konvensi ILO No. 87/1984 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak
Berorganisasi: Konvensi ini merupakan perjanjian internasional yang mengatur hak-
hak pekerja untuk membentuk serikat pekerja dan melindungi kebebasan berserikat.
 KEPRES No. 83/1998 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 87/1984: Keputusan
Presiden ini merupakan keputusan resmi pemerintah Indonesia untuk meratifikasi
Konvensi ILO No. 87/1984, sehingga menjadi bagian dari hukum nasional.
 Keputusan MUNAS V KORPRI tanggal 15 s/d 17 Februari 1999: Keputusan Munas
KORPRI ini menetapkan bahwa keanggotaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dalam KORPRI bersifat stelsel aktif, yang berarti karyawan BUMN dapat memilih
organisasi yang sesuai dengan aspirasinya. PT. Pos Indonesia secara tegas keluar dari
keanggotaan KORPRI.
 Instruksi Menteri Negara Pemberdayaan BUMN No. S-19/mSA-5/PBUMN tanggal
15 Maret 1999: Instruksi ini dikeluarkan oleh Menteri Negara Pemberdayaan BUMN,
yang menyatakan bahwa BUMN harus memfasilitasi pendirian Serikat Pekerja.
 Keputusan Direksi No. 59/DIRUTPOS/1999 tanggal 12 Maret 1999: Keputusan
Direksi PT. Pos Indonesia ini membentuk Tim Asistensi Pendirian Serikat Pekerja di
lingkungan perusahaan.
 Surat Sekper No. 32/Rhs/Prib/Sekper/99 tanggal 30 Maret 1999: Surat tersebut
berkaitan dengan pendirian Serikat Pekerja di lingkungan PT. Pos Indonesia
(Persero).
 Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 664/M/BW/2000 tanggal 19 Oktober
2000: Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja ini mungkin berkaitan dengan masalah
tertentu yang terkait dengan Serikat Pekerja di PT. Pos Indonesia, namun informasi
rinci mengenai isi surat tersebut tidak diberikan.

PT. Pos Indonesia (Persero) menyadari adanya kebutuhan akan organisasi pekerja di
lingkungan perusahaannya. Saat ini, di kota-kota Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya,
Denpasar, dan Makassar, telah terbentuk beberapa organisasi pekerja, namun belum
terorganisir dengan baik. Hal ini terlihat dari penamaan organisasi yang tidak seragam,
seperti PEKAPOS, SEKARPOS, SEGA POS, dan lain-lain. Salah satu fenomena menarik
dalam dunia Serikat Pekerja adalah solidaritas yang terbentuk. Contohnya, Serikat Pekerja
Pos Jepang (ZENTEI) memberikan bantuan tanpa diminta ketika mengetahui bahwa Serikat
Pekerja Pos Indonesia (SPPI) telah didirikan. Bantuan yang diberikan berupa bantuan teknis
(Technical Assistance) mengenai organisasi serikat pekerja, seperti pelatihan dasar-dasar
Serikat Pekerja (Basic Training). Pelaksanaan pelatihan ini bekerja sama dengan Federasi
Internasional Union Network Internasional (UNI) yang berpusat di Nyon, Switzerland, serta
Federasi Lokal Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia). Selain itu, pada
tanggal 6 Juni 2000, juga diadakan Joint Seminar antara Serikat Pekerja Pos Indonesia
dengan Serikat Pekerja Pos Jepang (ZENTEI). Hal ini tercatat dalam dokumen Dinas Tenaga
Kerja Kota Bandung dengan nomor 75/DPP.SPPI/CTT/1/X/8/2001 tanggal 3 Agustus 2001.
Untuk SPPIKB didirikan pada tanggal 25 Juli 2018 dan terdaftar di Disnaker Kota Bandung
dengan nomor 250/Serikat Pekerja Pos Indonesia Kuat Bermartabat/CTT.13-Disnaker/2018
pada tanggal 21 Agustus 2018.

8. Tugas pokok dan fungsi serikat pekerja di Pos Indonesia meliputi:

A. Serikat Pekerja Pos Indonesia (SPPI):


 Memperjuangkan hak dan kepentingan anggota.
 Mensukseskan program-program organisasi dan perusahaan.
 Mewakili anggota dalam hubungan bipartite dan tripartite.
 Memberikan layanan yang prima kepada masyarakat pengguna jasa pos.
 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan masyarakat nasional dan internsional.

B. Serikat Pekerja Pos Indonesia Kuat Bermartabat (SPPIKB):

 Memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan seluruh pekerja


serta mensejahterakan seluruh anggota dan keluarga.
 Membentuk kader-kader Serikat pekerja masa depan yang memiliki kompentensi,
militan, intelek dan kompetensi demi mempertahankan eksistensi Organisasi.
 Memperjuangkan anggota/Pegawai untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam
pengembangan karier sesuai dengan potensi dan kompentensi masing-masing dengan
sistem remunerasi berbasis kinerja.

9. Prestasi yang telah dicapai dalam memperjuangkan hak pekerja:

Serikat Pekerja Pos Indonesia (SPPI) telah mencapai beberapa prestasi yang signifikan dalam
upayanya untuk melindungi kepentingan pekerja dan meningkatkan transparansi di PT Pos
Indonesia. Salah satu prestasi yang mencolok adalah kemampuan SPPI dalam
mengungkapkan dugaan kecurangan dan ketidaktransparanan dalam laporan keuangan
perusahaan. Dalam kasus ini, SPPI menuntut agar jajaran direksi PT Pos Indonesia dicopot
karena dinilai tidak transparan dan memalsukan laporan keuangan perseroan. Serikat pekerja
berhasil mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung tuduhan tersebut, termasuk
ketidaksesuaian antara laporan laba dan arus kas serta penggunaan penjualan aset untuk
mencapai keuntungan. SPPI juga mengungkapkan fakta-fakta yang menunjukkan
ketidakseimbangan dalam pengelolaan keuangan perusahaan, termasuk ketergantungan pada
pinjaman bank dan penjualan aset untuk memenuhi kewajiban operasional bulanan. Selain
itu, SPPI juga mengkritik pengelolaan perusahaan yang dinilai tidak kredibel dan akuntabel,
yang mengakibatkan peningkatan utang perusahaan hingga mencapai triliunan rupiah. Dalam
upayanya untuk meningkatkan tata kelola usaha, SPPI juga mengungkapkan dugaan praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) oleh dewan direksi. Serikat pekerja mencurigai adanya
kebijakan pengadaan jasa konsultan dan penjualan kepemilikan perusahaan yang tidak
transparan dan tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi pegawai. SPPI juga
menyoroti kegagalan manajemen dalam mengevaluasi dan menginvestigasi anak perusahaan
yang mengalami kerugian serta dugaan pengalihan kepemilikan perusahaan yang melanggar
aturan tata kelola yang benar. Dalam melawan tindakan yang dianggap merugikan, SPPI juga
menyuarakan penolakan terhadap pemotongan tunjangan hari raya (THR) dan
memperjuangkan hak-hak pekerja di tengah situasi bisnis yang sulit. Melalui pengungkapan
dugaan kecurangan dan perjuangan untuk transparansi dan keadilan, SPPI telah mencapai
prestasi dalam melindungi kepentingan pekerja dan memperjuangkan tata kelola yang baik di
PT Pos Indonesia. Melalui aksi unjuk rasa dan ancaman mogok kerja, SPPI berhasil
mempengaruhi manajemen PT Pos Indonesia untuk menunda pembayaran gaji karyawan
bulan Februari 2019. Kemudian, setelah pernyataan dari manajemen bahwa gaji akan
dibayarkan pada tanggal 4 Februari 2019, SPPI membatalkan rencana mogok kerja tersebut
Selain itu, SPPI juga aktif berkomunikasi dengan direksi PT Pos Indonesia untuk membahas
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh karyawan, seperti tuntutan agar direksi
mengundurkan diri dan memperbaiki pelanggaran terkait Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
tahun 2017-2019. Meskipun prestasi SPPI dalam konteks ini tidak secara khusus disebutkan,
partisipasi aktif mereka dalam membela hak-hak pekerja dapat dianggap sebagai prestasi
dalam menjalankan peran serikat pekerja. Pada hari Selasa, tanggal 21 Maret 2023, Serikat
Pekerja Pos Indonesia (SPPI) mengadakan demonstrasi yang signifikan di Kantor Pusat PT
Pos Indonesia. Dalam aksi tersebut, ribuan anggota serikat pekerja membawa poster tuntutan
yang menggarisbawahi beberapa isu utama. Salah satu tuntutan yang disampaikan adalah
pembayaran jasa produksi yang tertunda dari tahun 2022. SPPI dengan tegas menuntut agar
direksi perusahaan segera membayarkan jasa produksi yang belum dibayarkan kepada
pekerja. Selain itu, mereka juga menekankan pentingnya menghapus sentralisasi anggaran
yang dianggap merugikan pekerja. Tuntutan lainnya termasuk pembayaran uang ketupat
kepada para pensiunan. Demonstrasi ini menunjukkan prestasi dan keberhasilan SPPI dalam
mengorganisir aksi massa yang kuat dan memperjuangkan hak-hak pekerja. SPPI juga
menegaskan bahwa aksi mereka akan terus diperluas dan diperkuat hingga tuntutan mereka
dipenuhi oleh pihak perusahaan, menunjukkan tekad dan komitmen yang kuat dalam
memperjuangkan keadilan bagi pekerja PT Pos Indonesia.

10. Kesesuaian dengan peraturan yang berlaku:

Berdasarkan Undang-Undang No. 1/1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah


No. 12/1998 tentang Peraturan Pelaksanaan Perseroan Terbatas, Undang-Undang No.
21/2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, terdapat dasar hukum yang memperbolehkan
pendirian Serikat Pekerja di lingkungan BUMN, termasuk PT. Pos Indonesia. Dengan
demikian, Serikat Pekerja di PT. Pos Indonesia dapat didirikan dan diakui sebagai wadah
untuk melindungi hak-hak pekerja dalam kerangka hukum yang berlaku. Dengan adanya
Konvensi ILO No. 87/1984 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak
Berorganisasi, KEPRES No. 83/1998 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 87/1984,
Keputusan MUNAS V KORPRI tanggal 15 s/d 17 Februari 1999, Instruksi Menteri Negara
Pemberdayaan BUMN No. S-19/mSA-5/PBUMN tanggal 15 Maret 1999, Keputusan Direksi
No. 59/DIRUTPOS/1999 tanggal 12 Maret 1999, Surat Sekper No. 32/Rhs/Prib/Sekper/99
tanggal 30 Maret 1999, Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 664/M/BW/2000 tanggal
19 Oktober 2000, Serikat Pekerja di PT. Pos Indonesia dapat didirikan dan diakui sebagai
organisasi yang melindungi hak-hak pekerja di perusahaan tersebut.

Serikat Kerja di POS Indonesia telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Serikat Kerja
tersebut telah dibentuk sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Mereka menjalankan kegiatan mereka dengan mematuhi hak dan
kewajiban yang diatur dalam peraturan tersebut. Serikat Kerja di POS Indonesia aktif dalam
melindungi dan memperjuangkan hak-hak pekerja, termasuk para pekerja di sektor rumah
tangga. Mereka melakukan advokasi untuk meningkatkan kondisi kerja dan kesejahteraan
pekerja rumah tangga, serta memastikan pengakuan mereka sebagai pekerja yang memiliki
hak-hak yang sama seperti pekerja di sektor lainnya. Serikat Kerja ini juga berperan dalam
menjalin dialog dengan manajemen POS Indonesia untuk memperbaiki kondisi kerja,
menegosiasikan upah yang layak, memastikan jam kerja yang adil, serta mendorong
pemberian jaminan sosial dan perlindungan yang sesuai bagi para pekerja. Selain itu, Serikat
Kerja di POS Indonesia menjalankan fungsi penyelesaian perselisihan melalui mekanisme
musyawarah dan mediasi, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU No. 13 Tahun
2003. Mereka juga memberikan informasi tentang hak-hak pekerja kepada anggota serikat
dan bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan untuk memastikan pengawasan
ketenagakerjaan yang adil dan sesuai dengan hukum.

Anda mungkin juga menyukai