Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUBUNGAN INDUSTRIAL
Asosiasi Pengusaha dan Lembaga Kerjasama (LK) Tripartit

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Ani Fidia Yanti
2. Dedi Nur Alfatah

(1161007)
(1161013 )

Dosen Pengampu :Mardi Astutik,SE.,MM


MANAJEMEN A-1 2011

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PGRI DEWANTARA


PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR
1

Dengan memanjatkan puji serta rasa syukur ke hadirat ALLAH SWT yang Maha
Kuasa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya

kepada kami sehingga dapat

menyelesaikan Makalah tentang Asosiasi Pengusaha dan Lembaga Kerjasama (LK)


Tripartit.
Kami menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan
baik, dan oleh karena itu dengan rendah hati, kami sangat menerima masukan, saran dan
kritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jombang,29 April 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
2

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I :PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah

4
4
4

BAB II :PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asosiasi pengusaha indonesia (APINDO)
2.2 Bentuk pelayanan APINDO

5
7

2.3 Keanggotaan APINDO

2.4 Pengertian Lembaga Kerjasama (LK) Tripartit

2.5 Perundingan Tripartit

BAB III :PENUTUP


3.1 Kesimpulan

11

DAFTAR PUSTAKA

12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3

Di dalam sebuah perusahaan, baik itu pengusaha maupun pekerja pada dasarnya
memiliki kepentingan atas kelangsungan usaha dan keberhasilan perusahaan. Perusahaan
memiliki kepentingan untuk mendapatkan keuntungan sekaligus juga mengharapkan adanya
ketenangan dan kenyamanan dalam menjalankan usahanya itu. Sementara dari sisi pekerja,
perusahaan merupakan sumber penghasilan dan kesempatan untuk mengembangkan diri.
Namun disadari pula bahwa walau keduanya memiliki kepentingan terhadap
keberhasilan perusahaan ini, konflik diantara keduanya dimungkinkan untuk dapat terjadi. Hal ini
tidak lepas dari adanya perbedaan kepentingan dalam melihat keberhasilan perusahaan itu. Bila
sampai terjadi konflik antara pekerja dan pengusaha, maka dapat dipastikan bahwa keberhasilan
perusahaan bisa jadi hanya akan menjadi mimpi yang indah. Karena terjadinya konflik berarti
tidak adanya ketenangan bekerja dan juga tidak adanya ketenangan usaha. Akibat besarnya
perusahaan akan menderita kerugian yang yang sangat besar atas konflik yang terjadi.Menyadari
akibat negatif dari konflik antara pekerja dengan pengusaha, timbullah gagasan untuk mencoba
menjembatani konflik tersebut dengan membentuk wadah dialog antara serikat pekerja/ pekerja
dengan pengusaha.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan APINDO!
2. Jelaskan bentuk pelayanan APINDO!
3. Jelaskan keanggotaan APINDO!
4. Jelaskan apa yang dimaksud Lembaga Kerjasama (LK) Tripartit!

5. Sebutkan dan jelaskan Perundingan Tripartit!

1.3 Tujuan
1. Mengerti tentang pengertian APINDO
2. Mengetahui bentuk playanan APINDO
3. Mengetahui keanggotaan APINDO
4. Mengerti tentang Lembaga Kerjasama Tripartit
5. Mengetahui tentang Perundingan Tripartit

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asosiasi pengusaha indonesia (APINDO)


4

APINDO adalah organisasi pengusaha yang khusus mengurus masalah yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan yang lahir didasari atas peran dan tanggung jawabnya dalam
pembangunan nasional dalam rangka turut serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,
maka pengusaha Indonesia harus ikut serta secara aktif mengembangkan peranannya sebagai
kekuatan sosial dan ekonomi. APINDO adalah suatu wadah kesatuan para pengusaha yang ikut
serta untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam dunia usaha melalui kerja sama yang terpadu
dan serasi antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja.
Mengingat APINDO adalah lembaga kerjasama tripartit yang bekerjasama dengan
DEPNAKER yang merupakan unsur - unsur pemerintah di dalamnya. Maka keanggotaannya
bersifat mandiri dan mempunyai otonomi sendiri, dengan demikian tidak ada hubungan secara
structural dengan instansi atau lembaga lainnya.

Tujuan dibentuknya APINDO untuk :


1. Mempersatukan dan membina pengusaha serta memberikan pelayanan kepentingannya
didalam badan hubungan industrial.
2. Menciptakan dan memelihara keseimbangan, ketenangan dan kegairahan kerja serta usaha
dalam pembinaan hubungan industrial dan ketenagakerjaan.
3. Mengusahakan peningkatan produktifitas kerja sebagai program peran serta aktif untuk
mewujudkan pembangunan nasional menuju kesejahteraan social, spiritual, dan materiil.
4. Menciptakan adanya kesatuan pendapat dalam melaksanakan kebijaksanaan atau
ketenagakerjaan dari para pengusaha yang disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah.

Mengkaji tujuan didirikannya organisasi pengusaha seperti tersebut di atas,


jelaslah bahwa eksistensi organisasi pengusaha lebih ditekankan sebagai wadah untuk
mempersatukan para pengusaha Indonesia dalam upaya turut serta memelihara
ketenangan kerja dan berusaha, atau lebih pada hal-hal yang teknis menyangkut
pekerjaan atau kepentingannya. Meskipun demikian organisasi pengusaha tetap
memberikan peranan penting dalam hubungan ketenagakerjaan yakni sebagai anggoata
tripartite yang berperan sama dengan serikat pekerja dalam menangani setiap
permasalahan yang terjadi. Karena itu seyogyannya perhatian organisasi pengusaha tidak
hanya memperjuangkan kepentingannya tetapi juga kepentingan pekerja sebagai salah
satu komponen produksi yang perlu mendapatkan perlindungan hukum.
Fungsi APINDO
Organisasi Pengusaha, mempunyai fungsi :
5

1. Menciptakan kemitraan
2. Mengembangkan usaha
3. Memperluas lapangan kerja
4. Memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka, demokratis dan berkeadilan

Usaha - Usaha yang dilakukan oleh APINDO :


1. Menggalang kerjasama dan hubungan baik dengan instansi2 /lembaga pemerintah dan swsta,
baik dalam atau pun luar negeri sepanjang tidak bertentangan dengan azas dan tujuan
APINDO.
2. Memantapkan langkap operasional hubungan industrial pancasila dan kerjasama tripartit
anatara, pengusaha dan pekerja di wilayah kerja organisasi.
3. Membina sumberdaya manusia sebagai peserta produksi sebagaimana digarisakan dalam
hubungan industrial pancasila.

Landasan hukum APINDO adalah sebagai berikut :


a. KADIN (Kamar Dagang Indonesia) menyerahkan sepenuhnya urusan ketenagakerjaan kepada
APINDO, karena hubungan industrial adalah salah satu dimensi manajemen usaha.
b. Berdasarkan Kesepakatan kedua belah pihak yang diperkuat oleh SK Menakertranskop No.
2224/MEN/1975 Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional terdiri dari :
1. Unsur Pemerintah diwakili Depnakertranskop
2. Unsur Pengusaha diwakili APINDO
3. Unsur Buruh diwakili FBSI
c. Pengakreditasian APINDO sebagai Wakil KADIN Indonesia dalam Kelembagaan
Hubungan Indutrial dengan Keputusan Dewan Pengurus KADIN Indonesia No.
037/SKEP/DP/VII/2002 tanggal 31 Juli 2002
d. Pembaruan pengakreditasian APINDO sebagai Wakil KADIN Indonesia dalam Kelembagaan
Hubungan Industrial dengan Keputusan Dewan Pengurus KADIN Indonesia No. 019
/SKEP /DP/III/2004 tanggal 5 Maret 2004

2.2 Bentuk pelayanan APINDO adalah sebagai berikut :

1.Pembelaan
a. Bantuan hukum baik bersifat konsultatif, pendampingan, legal opinion maupun legal action
di tingkat perusahaan dalam proses :
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI)
6

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Perlindungan Lingkungan (Environmental).
b. Pendampingan dalam penyusunan, pembuatan dan perpanjangan Peraturan Perusahaan (PP)
atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
c. Perundingan Pengusaha dengan Wakil Pekerja/Buruh maupun dengan Pemerintah.

2. Perlindungan
a. Apindo proaktif dan turut serta dalam pembahasan pembuatan kebijakan dan peraturan
ketenagakerjaan di tingkat daerah maupun nasional.
b. Sosialisasi peraturanperaturan ketenagakerjaan tingkat nasional, propinsi dan kabupaten
c. Proaktif dalam pembahasan penetapan upah minimum propinsi dan kabupaten
d. Ikut serta mendorong penciptaan iklim hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan
berkeadilan bagi dunia usaha melalui forum LKS Bipartit maupun LKS Tripartit.

3. Pemberdayaan
a. Penyediaan informasi ketenagakerjaan yang selalu terbarukan dan relevan
b. Pelatihan/seminar masalah ketenagakerjaan di dalam dan di luar negeri
c. Konsultasi ketenagakerjaan mulai dari rekruitmen, tata laksana sampai pasca kerja,
termasuk keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan perlindungan Lingkungan.

2.3 Keanggotaan APINDO terdiri dari :


a) Anggota biasa
yaitu perusahaan yang terdiri dari BUMN/BUMD, koperasi, uasaha swasta dan
pengusaha. Hak anggota sebagai berikut :

hak suara dan bicara

mengajukan pendapat

memperoleh pembinaan

b) Anggota luar biasa

yaitu organisai-organisasi ekonomi, himpunan, gabungan dan asosiasi-asosiasi. Hak


nya sebagai berikut :

Hak bicara

Mengajukan pendapat

Memperoleh pembinaan

c) Anggota kehormatan
yaitu perorangan yang telah berjasa kepada APINDO, Pembina dan penasehat
APINDO. Anggota kehormatan mempunyai hak sebagai berikut :

Hak bicara

Mengajukan pendapat

Mengunjungi rapat-rapat dan pertemuan-pertemuan

2.4 Pengertian Lembaga Kerjasama (LK) Tripartit


Lembaga Kerja Sama (LK) Tripartit adalah forum komunikasi dan konsultasi
antara pemangku kepentingan tripartit (serikat pekerja, pengusaha dan Pemerintah) untuk
komunikasi, konsultasi dan pertimbangan. Ditujukan untuk memberikan pertimbangan,
saran, dan rekomendasi kepada Pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam merumuskan
kebijakan ketenagakerjaan dan pemecahan masalah.
Fungsi Lembaga Kerjasama (LK) Tripartit :
a. Sebagai forum komunikasi
b. Konsultasi dengan tugas utama menyatukan konsepsi
c. Sikap dan rencana dalam menghadapi masalah-masalah ketenagakerjaan, baik
berdimensi waktu saat sekarang yang telah timbul karena factor-faktor tidak di duga
maupun untuk mengatasi hal-hal yang akan datang.
Keanggotaan Lembaga Kerjasama Tripartit

1. Lembaga kerjasama Tripartit keanggotannya terdiri dari unsur pemerintah, pekerja dan
pengusaha
2. Lembaga kerjasama Tripartit adalah lembaga yang mandiri dan mempunyai otonomi
sendiri
Peranan Lembaga Kerjasama (LK) Tripartit
a. Tukar menukar informasi
b. Konsultasi tripartite untuk merumuskan saran bagi penetapan kebijakan oleh
pejabat yang berwenang
c. konsultasi
d. Lembaga kerjasama tripartit tertentu dapat menerbitkan keputusan bersama sesuai
dengan kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, antara
lain panitia penyelesaian perselisihan perburuhan.
Tugas
1. Menggalang komunikasi dan kerjasama yang sebaik-baiknya antara pemerintah,
pekerja dan pengusaha.
2. Menampung, merumuskan dan memecahkan maslah-maslaah yang menyangkut
kepentingan bersama.
2.5 Perundingan Tripartit
Perundingan Tripartit adalah perundingan antara para pihak yang bersengketa
dalam perselisihan hubungan industrial dengan difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral.
Ada tiga forum untuk perundingan tripartit:
a. Mediasi
Forum Mediasi difasilitasi oleh institusi ketenagakerjaan. Dinas tenaga kerja
kemudian menunjuk mediator. Mediator berusaha mendamaikan para pihak, agar
tercipta kesepakatan antar keduanya. Dalam hal tercipta kesepakatan para pihak
membuta perjanjian bersama dengan disaksikan oleh mediator. Bila tidak dicapai
kesepakatan, mediator akan mengeluarkan anjuran.
b. Konsiliasi
Forum Konsiliasi dipimpin oleh konsiliator yang ditunjuk oleh para pihak. Seperti
mediator, Konsiliator berusaha mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan
antar keduanya. Bila tidak dicapai kesepakatan, Konsiliator juga mengeluarkan
produk berupa anjuran.
c. Arbritrase
Lain dengan produk Mediasi dan Konsiliasi yang berupa anjuran dan tidak mengikat,
putusan arbritrase mengikat para pihak. Satu-satunya langkah bagi pihak yang
menolak putusan tersebut ialah permohonan Pembatalan ke Mahkamah Agung.
Karena adanya kewajiban membayar arbriter, mekanisme arbitrase kurang populer.
9

Dasar Hukum lembaga kerja sama Bipartit dan Tripartit adalah :


1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Kepmenaker No. Kep.355/Men/X/2009 tentang Lembaga Kerjasama Tripartit

1. Dalam rangka penerapan HIP maka salah satu sarana adalah lembaga
tripartit yang terdiri dari:
a. unsur pemerintah, dalam hal ini DEPNAKER
b. unsur pengusaha swasta nasional yang diwakili oleh KADIN
c. unsur buruh atau tenaga kerja yang diwakili oleh federasi buruh seluruh Indonesia(FBSI)

10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengingat APINDO adalah lembaga kerjasama tripartit yang bekerjasama dengan
DEPNAKER yang merupakan unsur - unsur pemerintah di dalamnya. Maka keanggotaannya
bersifat mandiri dan mempunyai otonomi sendiri, dengan demikian tidak ada hubungan secara
structural dengan instansi atau lembaga lainnya.

Lembaga Kerja Sama (LK) Tripartit adalah forum komunikasi dan konsultasi antara
pemangku kepentingan tripartit (serikat pekerja, pengusaha dan Pemerintah) untuk
komunikasi, konsultasi dan pertimbangan.

Apindo sendiri dalam penyelesaian perselisihan dibantu oleh depnaker dalam rangka
mencapai mufakat yang dalam hal ini karyawan diwakili oleh serikat pekerja. Permasalahan
yang sering ditangani adalah pengupahan yang menyangkut UMK di kota, namun tak jarang
juga menangani masalah PHK dan hak cuti karyawan. Pengupahan sendiri dilakukan atas
dasar UMK yang disurvei dari sampel pasar- pasar tradisional. Apabila anggota yang stabil
atau tidak mempunyai masalah, maka perusahaan tersebut bisa menjadi contoh bagi
perusahaan anggota dalam apindo. Program yang dilakukan apindo meliputi pertemuan
anggota setiap bulan dengan mendatangkan pembicara. Namun, untuk masalah hubungan
Industrial yang dirasa perlu untuk masyarakat yang ingin bekerja, penyuluhan belum
dilakukan. Apindo sendiri memberikan mediasi yang ringan daripada pengadilan hubungan
Industri di kota- kota yang kemungkinan bisa mengeluarkan banyak biaya.
Mengingat APINDO adalah lembaga kerjasama tripartite yang bekerjasama dengan
DEPNAKER yang merupakan unsure-unsur pemerintah di dalamnya. Maka keanggotaannya
bersifat mandiri dan mempunyai otonomi sendiri, dengan demikian tidak ada hubungan
secara structural dengan instansi atau lembaga lainnya.
Perselisihan Hubungan Industrial timbul karena :
A. Tidak dilaksanakannya hak pekerja
B. Kesadaran pekerja akan perbaikan kesejahteraan
C. Kurangnya komunikasi antara pekerja dengan pengusaha
Penyelesaian Hubungan Industrial dapat dilakukan sebagai berikut :
A. Penyelesaian diluar Pengadilan Hubungan Industrial
Bipartit (wajib Pasal 4 ayat (2) UU No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan
Hubungan Industrial (PPHI)
Mediasi, Konsiliasi, Arbiter (wajib Pasal 83, UU No.2 Tahun 2004)
B. Pengadilan Hubungan Industrial
Hukum Acara Perdata Pasal 57, UU No. 2 tahun 2004

11

DAFTAR PUSTAKA
http://kamusbisnis.com/arti/perundingan-tripartit/
http:// http://www.Hukumonline
Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan, 1999

12

Anda mungkin juga menyukai