Anda di halaman 1dari 53

Tanah Gambut (peat soil)

• Gambut Indonesia )
Tanah gambut (Peat Soil
merupakan jenis gambut
tropis (Wijaya, Adhi, dkk,
1991).
• Tanah gambut yang
terdapat di Indonesia
memiliki variasi kedalaman
yang berbeda-beda serta
merupakan areal gambut
terbesar ketiga di dunia.
• Luas area tanah gambut
yang cukup besar
merupakan suatu kendala
dalam pengembangan
infrastruktur suatu
wilayah.
• Hal ini disebabkan tanah )
Tanah gambut (Peat Soil
gambut merupakan tanah
lunak (very soft soil)
dengan kapasitas daya
dukung yang sangat
rendah dan mempunyai
sifat mudah mampat jika
terdapat beban yang
bekerja diatasnya.
• Apabila kemampuan
kapasitas daya dukung
tanah lebih kecil dari
beban konstruksi yang
harus ditahannya maka
akan terjadi
kelongsoran (bearing
capacity failure).
Tanah gambut (Peat Soil) • Tanah gambut adalah tanah
yang mempunyai kandungan
organik cukup tinggi dan pada
umumnya terbentuk dari
campuran fragmen-fragmen
material organik yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan yang
telah berubah sifatnya menjadi
fosil.
• Menurut Van de Meene (1982)
tanah gambut terbentuk dari
hasil proses penumpukan sisa
tumbuhan rawa seperti
berbagai macam jenis rumput,
paku-pakuan, bakau, pandan,
pinang, serta tumbuhan rawa
lainnya.
Tanah gambut (Peat Soil) • Tanah gambut biasanya
memiliki ciri-ciri
bertekstur basah, lembek,
dan lunak;
• Selain itu, warna tanah
gambut juga terlihat agak
gelap; Tanah gambut juga
memiliki sifat asam yang
tinggi;
• Tanah gambung
cenderung kurang subur
karena memiliki unsur
hara yang terbatas
• Begitu juga dengan pemampatan Tanah gambut (Peat Soil)
yang tidak merata akan
menyebabkan terjadinya beberapa
keretakan pada bagian struktur atau
penurunan konstruksi yang ada.
• MacFarlane dan Radforth (1965),
membedakan tanah gambut
menjadi 2 (dua) kelompok menurut
serat yang terkandung yaitu :
kandungan serat ≥ 20% dinamakan
Gambut Berserat (Fibrous Peat),
sedang tanah gambut dengan
kandungan serat < 20% dinamakan
Gambut Tidak Berserat (Amorphous
Granular Peat).
• Tanah gambut berserat dan gambut
tidak berserat dapat dikelompokkan
sebagai tanah sangat lunak dan
pada umumnya mempunyai
kemampuan mendukung beban

Contoh gambut berserat (Fibrous Peat )


JENIS TANAH GAMBUT
➢Fibrous Peat (berserat) bersifat nonplastis dan konsolidasi sekunder
dominan.
➢Tanah ini mempunyai sifat fisik yang kurang baik,
➢ kadar air yang tinggi (500%-900%),
➢angka pori yang besar (7-15)
➢Spesific gr avity yang rendah (1.2 – 1.6).
➢Akibatnya tanah gambut berserat juga mempunyai daya dukung
yang rendah (5-7 kPa) dan pemampatan yang besar dan tidak
merata
➢Tanah gambut akan memberikan masalah jika dijadikan pondasi
bagi bangunan sipil jika tidak dilakukan perbaikan tanah
Contoh gambut berserat (Fibrous Peat )
JENIS TANAH GAMBUT (Amorphous Peat)

➢Jenis gambut di mana struktur asli tanaman


telah hancur sebagai akibat dari
dekomposisi bahan selulosa. Ini berat,
kompak, dan plastik saat basah.
➢Amorphous Peat (Tak berserat,Lempung
organik) bersifat plastis, dan perilaku
pemampatan seperti pada tanah lempung
lunak .
Nilai sudut geser dalam tanah
• Nilai sudut geser dalam
tanah gambut berserat
sangat besar yaitu >
500; tetapi hal tersebut
sangat dipengaruhi
oleh serat yang ada.
• Landva (1982)
berpendapat bahwa
harga sudut geser-
dalam untuk tanah
gambut berserat
sebenarnya berkisar
antara 270 – 320.
Contoh gambut tidak berserat
(Amorphous Granular Peat).
Nilai sudut geser dalam tanah • Kemampuan tanah gambut
yang tinggi untuk menyerap
dan menyimpan air akan
berpengaruh pada sifat
teknik tanah gambut:
semakin besar kadar air
yang terkandung pada tanah
gambut semakin kecil pula
ketahanan dukung tanah
gambut tersebut
• Tanah gambut sangat
sensitif terhadap beban
yang bekerja diatasnya. Hal
ini menunjukkan bahwa
tanah gambut mempunyai
harga pemampatan yang
tinggi (High Compressibility)
Contoh gambut berserat (Amorphous
Granular Peat).
• Lahan gambut adalah lahan Gambut (peat soil)
yang memiliki lapisan tanah
kaya bahan organik (C-organik >
18%) dengan ketebalan 50 cm
atau lebih.
• Bahan organik penyusun tanah
gambut terbentuk dari sisa-sisa
tanaman yang belum melapuk
sempurna karena kondisi
lingkungan jenuh air dan miskin
hara.
• Gambut adalah lahan basah
yang terbentuk dari timbunan
materi organik yang berasal dari
sisa-sisa pohon, rerumputan,
lumut, dan jasad hewan yang
membusuk.
• Timbunan tersebut menumpuk
selama ribuan tahun hingga
membentuk endapan yang Contoh Tanah Gambut
tebal.
Gambut (peat soil) • Gambut sangat bermanfaat
sebagai tanah resapan, sumber
air, dan cadangan air.
• Lahan gambut memiliki
kemampuan sebagai tempat
menampung aur hujan sehingga
daerah yang memiliki lahan
gambut akan menjadi sumber air
yang bisa dimanfaatkan dalam
jangka waktu yang panjang.
• Persebaran lahan gambut di
Indonesia meliputi semua wilayah
di Indonesia.
• Beberapa diantaranya adalah di
Sumatera, Papua dan Kalimantan.
• Gambut yang yang berada di
masing- masing wilayah ini
memiliki ketebalan yang berbeda-
beda.

Contoh tanah Gambut (peat so


jenis gambut berdasarkan
kedalamannya
• Lahan gambut dangkal,
yaitu lahan dengan
ketebalan gambut 50-
100 cm.
• Lahan gambut sedang,
dengan ketebalan
gambut 100-200 cm.
• Lahan gambut dalam,
dengan ketebalan
gambut 200-300 cm.
• Lahan gambut sangat
dalam, dengan
ketebalan gambut lebih
dari 300 cm.
Tanah Gambut (peat)
Tanah Gambut (peat soil) adalah
tanah yang mempunyai
kandungan organik tinggi yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan
yang telah berubah sifatnya
secara kimiawi menjadi fosil .
Tanah gambut mengandung kadar
abu ≤ 25% (menjadi tanah) atau
kadar organik ≥ 75%
Lahan gambut di Indonesia
sebagian besar terdapat di
pulau kalimantan, pulau
sumatera, dan Papua

Contoh gambut berserat (Fibrous Peat )


Cara pengolahan tanah untuk tanaman
Cara pengolahan tanah untuk tanaman
Cara pengolahan tanah untuk
Salah satu teknik pengelolaan
tanaman
air di lahan gambut dapat
dilakukan dengan membuat
parit/saluran, dengan tujuan:
Mengendalikan keberadaan air
tanah di lahan gambut sesuai
dengan kebutuhan tanaman
yang akan dibudidayakan.
Artinya: gambut tidak menjadi
kering di musim kemarau, tapi
juga tidak tergenang di
musim hujan
Bahan yangbisa digunakan untuk proses Ameliorasi tanah
Interaksi,rendah mendukung beban
Sifat tanah gambut , luas lahan di Indonesia
S IFAT T ANAH G AMBUT

Tanah gambut berwarna coklat tua sampai kehitaman akibat


proses dekomposisi sehingga muncul senyawa-senyawa
humus yang berwarna gelap.

Sifat menyerap air yang tinggi serta dapat menahan air 2-


4 kali dari berat sendirinya.

Mempunyai sifat menyusut (subsidence), karena proses


kehilangan air maupun proses dekomposisi bahan organik
yang terus berjalan sehingga ketebalan gambut akan terus
menyusut (Setiadi,1990)
Sifat Tanah Gambut
P ERMASALAHAN
T ANAH G AMBUT  Muka air tanah yang
tinggi
 Daya dukung tanah
sangat rendah
 Kompresibilitasyang
tinggi
 Konsolidasi
sekunder
berlangsung
sangat lama
 Proses dekomposisi
berlangsung lam
• Subsidence adalah Subsidence pada Gambut
penurunan tiba-tiba atau
penurunan bertahap dari
permukaan tanah
dengan sedikit atau
tanpa gerakan horizontal.
• Definisi subsidensi tidak
dibatasi oleh laju,
besaran, atau area yang
terlibat dalam
pergerakan ke bawah.
• Hal Ini mungkin
disebabkan oleh proses
alam atau oleh aktivitas
manusia.
Tiang yang digunakan untuk mengukur
penurunan tanah gambut
Penurunan Tanah Karena Dekomposisi Tanah Organik
• Tanah gambut jika di drainase Irreversible drying
secara berlebih akan menjadi
kering dan kekeringan gambut
ini disebut sebagai kering tak
balik (irreversible drying)
artinya gambut yang telah
mengering tidak akan dapat
menyerap air kembali.
• Perubahan menjadi kering
tidak balik ini disebabkan
gambut yang suka air
(hidrofilik) berubah menjadi
tidak suka air (hidrofobik)
karena kekeringan,
• Akibatnya kemampuan
menyerap air gambut menurun
sehingga gambut sulit
diusahakan bagi pertanian.

Ilustrasi Irreversible drying dan


reversible hysteresis loop
• Penurunan segera (immediate Penurunan pada lempung (teori
settlement), yang merupakan akibat
dari deformasi elastis tanah kering, konsolidasi Terzaghi)
basah, dan jenuh air tanpa adanya
perubahan kadar air.
• Perhitungan penurunan segera
umumnya didasarkan pacta
penurunan yang diturunkan dari teori
elastisitas.
• Penurunan seketika (a) Penurunan
elastis atau “seketika” terjadi segera
setelah beban diletakkan di atas
gambut, tetapi hal ini biasanya
diabaikan dalam pemantauan
konsolidasi karena hampir tidak
mungkin untuk diukur.
• Namun ditunjukkan sebagai
penyelesaian awal teoritis 0,05 m
pada permulaan grafik regangan
waktu di bawah ini.

Ilustrasi pemadatan pada tanah lempung (teori Terzaghi)


• Penurunan konsolidasi Penurunan pada lempung (teori
(consolidation settlement), konsolidasi Terzaghi)
yang merupakan hasil dari
perubahan volume tanah
jenuh air sebagai akibat dari
keluarnya air yang
menempati pori-pori tanah.
• Konsolidasi sekunder
(secondary consolidation),
yang terjadi setelah tekanan
air pori hilang seluruhnya.
Pemampatan yang terjadi di
sini adalah disebabkan oleh
penyesuaian yang bersifat
plastis dari butir-butir
tanah.

Ilustrasi pemadatan pada tanah lempung (teori Terzaghi)


Konsolidasi primer (Pada Gambut)
• Penurunan segera (immediate settlement) (a), yang merupakan akibat dari
deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya
perubahan kadar air.
• Konsolidasi primer (b) Gambut sangat permeabel dalam keadaan alaminya
dan besarnya penurunan primer, atau “konsolidasi primer”, di bawah
beban terkontrol biasanya besar dan periode penurunannya pendek,
biasanya berhari-hari. Selama fase pemuatan awal ini, beban baru diambil
oleh air bebas dan kerangka gambut di dalam gambut yang dimuat.
• Ketika gambut menahan beban, struktur vegetasi akan terkompresi dan
menguat, dan sebagian beban dipindahkan kembali ke air bebas yang
menyebabkan peningkatan lokal pada tekanan air pori.
• Air pori bertekanan ini pada gilirannya menemukan pelepasan ke gambut
yang tidak terbebani yang berdekatan menyebabkan beban diambil
kembali oleh massa gambut dengan penurunan lebih lanjut, dan
peningkatan kekuatan dan transfer beban.
• Biasanya proses 'konsolidasi primer' terjadi dalam waktu yang dibutuhkan
untuk menempatkan lapisan timbunan jalan, dan besarnya tergantung
pada berat timbunan dan
Pemodelan konsolidasi primer pada tanah lempung (teori konsolidasi Terzaghi)
Pemodelan konsolidasi primer pada tanah gambut,teori terzaghi tidak dapat digunakan,
Kompresi sekunder
• Kompresi sekunder (c) Pada fase “kompresi sekunder”,
beban pada gambut terus dipindahkan lebih lanjut dari
air di dalam gambut ke kerangka gambut internal
karena massa gambut terus merespons beban yang
diberikan.
• Fase sekunder ini umumnya diterima sebagai linier
dengan logaritma waktu dan hasil dari fragmen sayuran
yang dimuat di dalam massa gambut yang tergelincir
dan diatur kembali untuk membentuk matriks yang
lebih padat.
• Saat ini bersatu, dan ukuran pori-pori menutup,
permeabilitas melalui gambut berkurang sebagai
respons.
Kompresi Tersier
• Penurunan Tersier (d) Sebuah fase
“Penurunan tersier” untuk gambut juga
disarankan oleh beberapa penulis dimana
tingkat penurunan sekunder meningkat
dengan logaritma waktu untuk suatu periode
sampai menghilang. Ini dianggap sebagai
fungsi dari pori-pori makro dan pori-pori
mikro, tetapi umumnya di luar apa yang
biasanya dipertimbangkan untuk desain
teknik.
Kompresi lateral
• Perpindahan lateral (e) Dalam studi kasus,
pergerakan lateral di bawah lereng tanggul
berkisar sekitar 0,1 m.
• Pergerakan ini akan menambah pemukiman yang
disebabkan oleh kompresi gambut. Biasanya
gerakan lateral terjadi pada tahap awal dan
sebagian besar mempengaruhi tanah di bawah
tepi dan lereng timbunan.
• Penurunan yang disebabkan oleh gerakan lateral
biasanya dapat dikendalikan jika faktor
keamanannya cukup tinggi.
Ringkasan
• Uraian keempat fase konsolidasi dan penurunan
di atas merupakan penjelasan yang sangat
sederhana tentang proses kompleks yang terjadi
saat gambut dimuat.
• Jumlah konsolidasi primer yang terjadi di setiap
lokasi akan bervariasi dengan jenis gambut yang
terlibat tetapi sebagai aturan umum akan
menjadi sekitar 50 persen dari total penurunan
dari waktu ke waktu.
• Kompresi sekunder dan penurunan tersier
biasanya diterima untuk berlangsung
Pemodelan konsolidasi sekunder pada tanah
Bentuk konsolidasi sekunder • Kurva tipe I, yang mempunyai
pada tanah bentuk cekung ke atas yang
bagus, kecepatan pemampatan
sekunder berkurang sejalan
waktu dan kurva menjadi
horisontal saat mencapai
penurunan maksimum.
• Kurva tipe II, mempunyai
karakteristik yang digambarkan
dengan bagian lurus pada kurva
dengan pendekatan logaritma
untuk waktu yang cukup lama.
Kecepatan pemampatan
berkurang cepat mendekati
tahap akhir dan menjadi nol saat
penurunan maksimum tercapai.
• Kurva tipe III, mempunyai bentuk
cekung ke bawah, kecepatan
pemampatan sekunder
meningkat sejalan waktu,
kemudian berkurang perlahan-
lahan sampai selesai IIIb atau
Bentuk konsolidasi sekunder pada
tiba-tiba IIIa.
tanahLo,(1961)
4 Komponen pemampatan pada tanah gambut,
Ilustrasi Macro Pore dan Micro pore pada tanah gambut,
Model rheologi terdiri dari pegas untuk primer dan pegas + dasphot untuk sekunder.
a=pegas konsolidasi primer,b=konsolidasi sekunder,λ/b =rate konslidasi sekunder,
Δσ diberikan maka a akan mampat secara cepat karena tidak ada daspht, λ/b lebih
lambat karena ada daspht, setelah tgangan vertikal efektif dterima maka konsolidasi
sekunder (λ/b) bekerja

Representasi skema dari model reologi Gibson-Lo


konsolidasi pada tanah gambut,4 tahapan,
Konsolidasi pada gambut,4
• Regangan seketika (instantaneous
tahapan strain) Terjadi dengan segera
setelah beban diberikan karena
tertekannya rongga udara.
• Regangan primer (primary strain)
Terjadi pada waktu yang relatif
singkat sampai waktu tp dengan
kecepatan pemampatan yang tinggi
karena disipasi tekanan air pori.
• Regangan sekunder (secondary
strain) Terjadi pada waktu yang
relatif lama sampai waktu ts dengan
kecepatan pemampatan yang lebih
rendah akibat pemampatan butiran
tanah.
• Regangan tersier (tertiery strain)
Terjadi secara terus-menerus
sampai seluruh proses pemampatan
berakhir

Representasi skema dari model reologi Gibson-Lo


• Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai