Anda di halaman 1dari 14

SURAT

EDARAN
NOMOR SE-52/PJ/2021

TENTANG

PETUNJUK UMUM INTERPRETASI DAN PENERAPAN KETENTUAN DALAM
PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

Yth. 1. Pejabat Eselon II di lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;

2. Kepala Kantor Wilayah;

3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak;

4. Kepala Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan; dan

5. Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan,

di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

A.
Umum

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
Berdasarkan ketentuan Pasal 32A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, pemerintah
berwenang untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah negara atau yurisdiksi lain
yang berlaku secara khusus (lex specialis ) dalam rangka penghindaran pajak berganda
dan pencegahan pengelakan pajak.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dengan mempertimbangkan masih adanya
permintaan penegasan, dan untuk menghindari sengketa terkait dengan interpretasi
dan penerapan ketentuan yang ada dalam suatu Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah negara mitra atau
yurisdiksi mitra, yang selanjutnya disebut dengan P3B Indonesia, dipandang perlu
untuk menyusun suatu petunjuk umum interpretasi dan penerapan ketentuan dalam
P3B Indonesia yang dapat dijadikan rujukan atau pedoman bagi pegawai Direktorat
Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan dan
pemberian pelayanan perpajakan kepada Wajib Pajak.

B.
Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Surat Edaran Direktur Jenderal ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk


umum kepada seluruh pegawai Direktorat Jenderal Pajak mengenai
penginterpretasian dan penerapan ketentuan dalam P3B Indonesia.

2. Tujuan

Surat Edaran Direktur Jenderal ini bertujuan untuk memberikan keseragaman


pemahaman dan penerapan ketentuan dalam P3B Indonesia sehingga
penerapan ketentuan P3B dapat berjalan sesuai dengan maksud dan tujuan
dibentuknya P3B.

C.
Ruang Lingkup

Ruang lingkup Surat Edaran Direktur Jenderal ini meliputi:

1. Definisi;

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
2. Informasi Umum;

3. Petunjuk Umum Interpretasi dan Penerapan; dan

4. Struktur Umum P3B.

D.
Dasar

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
(Undang-Undang KUP);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana


telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (Undang-Undang PPh);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010 tentang


Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam
Tahun Berjalan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 45 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan
Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan;

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2018 tentang Pelaksanaan


Pengkreditan Pajak atas Penghasilan dari Luar Negeri;

6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2018 tentang Tata Cara


Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda;

7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2018 tentang Surat


Keterangan Domisili bagi Subjek Pajak Dalam Negeri Indonesia dalam Rangka
Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.

E.
Materi

1. Definisi
Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id
https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan:

a. Undang-Undang Pajak Penghasilan yang selanjutnya disebut Undang-


Undang PPh adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan.

b. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang selanjutnya disebut P3B


adalah perjanjian bilateral, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur
dalam hukum internasional, yang disepakati antara dua negara atau
yurisdiksi untuk mencegah terjadinya pengenaan pajak berganda dan
pengelakan pajak.

c. Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra yang selanjutnya disebut Negara Mitra
adalah negara atau yurisdiksi yang terikat dengan Pemerintah Indonesia
dalam P3B.

d. P3B antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Negara Mitra yang


berlaku efektif yang selanjutnya disebut P3B Indonesia adalah P3B yang
disepakati antara Pemerintah Indonesia dengan pemerintah Negara Mitra
untuk mencegah terjadinya pengenaan pajak berganda dan pengelakan
pajak dan berlaku efektif.

e. Negara atau Yurisdiksi Pihak dalam Persetujuan ( a Contracting State ) yang


selanjutnya disebut Negara Pihak dalam Persetujuan adalah salah satu
negara atau yurisdiksi yang terikat dalam P3B.

f. Negara atau Yurisdiksi Pihak lainnya dalam Persetujuan ( the other


Contracting State ) yang selanjutnya disebut Negara Pihak lainnya dalam
Persetujuan adalah negara atau yurisdiksi pihak lainnya yang terikat dalam
P3B.

g. Pejabat yang Berwenang (Competent Authority) yang selanjutnya disebut


Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang berwenang mewakili
Pemerintah Republik Indonesia atau pemerintah Negara Mitra di bidang
perpajakan dalam rangka pembentukan, perubahan, dan pelaksanaan P3B.

h. Orang (persons ) adalah orang pribadi dan badan.

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
i. Penduduk atau Subjek Pajak Dalam Negeri yang selanjutnya disingkat SPDN
adalah Orang yang, berdasarkan perundang-undangan suatu Negara Pihak
dalam Persetujuan, dapat dikenai pajak berdasarkan domisili, tempat
tinggal, tempat pendirian, tempat manajemen atau kriteria lain yang sifatnya
serupa, dan juga termasuk Negara Pihak dalam Persetujuan tersebut dan
setiap bagian ketatanegaraannya atau pemerintah daerahnya, tetapi tidak
termasuk Orang yang dikenai pajak di Negara Pihak dalam Persetujuan
tersebut semata-mata karena penghasilannya bersumber dari Negara Pihak
dalam Persetujuan tersebut atau bersumber dari harta yang berada di
Negara Pihak dalam Persetujuan tersebut.

j. Negara Domisili adalah negara atau yurisdiksi tempat Orang menjadi SPDN.

k. Negara Sumber adalah negara atau yurisdiksi tempat suatu penghasilan


bersumber.

2. Informasi Umum

a. Surat Edaran Direktur Jenderal ini berisi penjelasan pengaturan atau


ketentuan pasal per pasal yang umumnya terdapat dalam P3B Indonesia.
Mengingat luasnya jaringan P3B Indonesia dan untuk pertimbangan
kemudahan dan kepraktisan, penjelasan pengaturan atau ketentuan pasal
per pasal yang terdapat di dalam Surat Edaran Direktur Jenderal ini tidak
dimaksudkan untuk dapat selalu diterapkan secara khusus ke dalam suatu
transaksi atau P3B tertentu. Penerapan ketentuan dalam suatu P3B
Indonesia yang berlaku atas suatu transaksi harus mempertimbangkan
Negara Mitra tempat di mana SPDN berdomisili dan di mana suatu jenis
penghasilan bersumber.

Dengan demikian, petunjuk umum yang terdapat dalam Surat Edaran
Direktur Jenderal ini hanya dapat diterapkan untuk P3B Indonesia yang
pengaturan atau ketentuannya secara substansi sama dengan pengaturan
atau ketentuan yang dijadikan rujukan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal
ini. Untuk pengaturan atau ketentuan P3B Indonesia yang secara substansi
berbeda, penerapannya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan
pengaturan atau ketentuan P3B Indonesia yang berbeda tersebut.

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
b. P3B Indonesia yang berlaku efektif pada umumnya mengacu kepada dua
model P3B utama, yaitu Model Organization for Economic Co-Operation and
Development (OECD Model Tax Convention) dan Model United Nations
(UN Model Double Convention between Developed and Developing
Countries). Namun demikian, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Negara
Mitra juga dapat bersepakat untuk membentuk pengaturan atau ketentuan
yang berbeda dengan pengaturan atau ketentuan dalam kedua model P3B
utama tersebut sesuai dengan posisi runding dasar dan kepentingan
nasional masing-masing Negara Pihak dalam Persetujuan.

c. Dalam beberapa P3B Indonesia, interpretasi dan penerapan ketentuan


dalam P3B selain memperhatikan ketentuan dalam batang tubuh P3B juga
harus memperhatikan tambahan pengaturan di luar batang tubuh P3B,
antara lain:

1) Protokol (protocol), yaitu suatu instrumen yang memiliki fungsi antara


lain:

a) memberikan penjelasan yang lebih rinci atas pengaturan yang


ada di dalam batang tubuh P3B Indonesia, misalnya Protokol
penjelasan yang terdapat dalam P3B Indonesia dengan India
yang ditandatangani pada tanggal 27 Juli 2012 di New Delhi;
atau

b) mengubah ketentuan yang ada di P3B Indonesia yang telah


disepakati sebelumnya, misalnya Protokol perubahan yang
terdapat dalam P3B Indonesia dengan Belanda yang
ditandatangani pada tanggal 29 Januari 2002 di Jakarta;

2) Nota Pertukaran (Exchange of Notes ) atau Surat Pertukaran


(Exchange of Letters ), yaitu pemberitahuan resmi tentang posisi yang
telah disetujui bersama antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah
Negara Mitra mengenai suatu pengaturan atau ketentuan yang
terdapat dalam P3B Indonesia, misalnya Nota Pertukaran sehubungan
dengan P3B Indonesia dengan Singapura yang dipertukarkan pada
tanggal 8 Mei 1990 di Singapura dan Surat Pertukaran sehubungan
dengan P3B Indonesia dengan Hungaria yang dipertukarkan pada
tanggal 19 Oktober 1989 di Jakarta; dan

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
3) Nota Kesepahaman ( Memorandum of Understanding), yaitu nota
kesepahaman atas suatu pokok pembahasan ketentuan dalam P3B
Indonesia yang disetujui bersama antara Pemerintah Indonesia dan
pemerintah Negara Mitra, misalnya Nota Kesepahaman sehubungan
dengan P3B Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok yang
ditandatangani pada tanggal 26 Maret 2015 di Beijing.

d. Indonesia telah menandatangani Konvensi Multilateral untuk Menerapkan


Tindakan-Tindakan terkait dengan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda untuk Mencegah Penggerusan Basis Pemajakan dan
Penggeseran Laba (Multilateral Instrument to Implement Tax Treaty Related
Measures to Prevent Base Erosion and Profit Shifting) atau MLI pada tanggal
7 Juni 2017 dan juga telah menyampaikan instrumen ratifikasi atas MLI
tersebut kepada Sekretaris Jenderal Organisation for the Economic
Cooperation and Development (OECD) selaku Penyimpan (Depositary)
pada tanggal 28 April 2020 yang berlaku efektif:

1) sehubungan dengan pajak-pajak yang dipotong atau dipungut di


negara sumber atas pembayaran kepada atau dikreditkan oleh subjek
pajak luar negeri, apabila kejadian yang menimbulkan pajak terjadi
pada atau setelah 1 Januari 2021; dan

2) sehubungan dengan pajak-pajak lainnya yang dikenai pada Tahun


pajak yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2022 di Indonesia.

Terdapat beberapa ketentuan dalam MLI yang diadopsi oleh Indonesia dan
ketentuan dalam MLI tersebut akan mengubah atau memodifikasi sejumlah
P3B Indonesia. Dalam hal klausul P3B Indonesia termodifikasi
oleh ketentuan MLI, maka interpretasi dan penerapan ketentuan P3B
Indonesia perlu memperhatikan lebih lanjut hasil modifikasi tersebut.

e. Penjelasan mengenai pemberitahuan saat berlaku, saat berlaku efektif, dan


pokok-pokok pengaturan dalam Konvensi tersebut yang berlaku untuk
suatu P3B Indonesia dengan Negara Mitra tertentu diatur lebih lanjut dalam
Surat Edaran Direktur Jenderal yang mengatur tentang Pemberitahuan
Berlakunya Konvensi Multilateral untuk Menerapkan Tindakan-Tindakan
terkait dengan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda untuk Mencegah
Penggerusan Basis Pemajakan dan Penggeseran Laba untuk Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Negara Mitra tertentu tersebut.

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
3. Petunjuk Umum Interpretasi dan Penerapan

a. Sesuai dengan penjelasan Pasal 32A Undang-Undang PPh, P3B mengatur


hak-hak pemajakan masing-masing Negara Pihak dalam Persetujuan dan
berlaku khusus (lex specialis ) sehingga dalam menerapkan P3B, langkah
pertama adalah menerapkan ketentuan Undang-Undang PPh dan
selanjutnya perlu memperhatikan:

1) dalam hal terdapat batasan yang diatur dalam P3B, maka Undang-
Undang PPh diterapkan dengan memperhatikan batasan dalam P3B
dimaksud; atau

2) dalam hal tidak terdapat batasan dalam P3B, maka Undang-Undang


PPh diterapkan sepenuhnya.

b. Dalam P3B juga diatur ketentuan-ketentuan khusus diantaranya ketentuan


mengenai Non-discrimination, Mutual Agreement Procedure, Exchange of
Information, Assistance in the Collection of Taxes, dan Members of
Diplomatic Missions and Consular Posts .

c. Penginterpretasian P3B dilakukan dengan iktikad baik (good faith) dan


menggunakan pengertian yang lazim (ordinary meaning) sesuai dengan
konteks, maksud, dan tujuan disepakatinya P3B tersebut. Hal tersebut
diatur dalam hukum kebiasaaan internasional (international customary law)
sebagaimana dikodifikasi dalam Vienna Convention on the Law of Treaties
(VCLT), dan ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang
perjanjian internasional.

d. Secara umum, Negara Pihak dalam Persetujuan (a Contracting State ) dan


Negara Pihak lainnya dalam Persetujuan (the other Contracting State )
mewakili Negara Domisili dan Negara Sumber. Sebagai contoh, dalam hal
Negara Pihak dalam Persetujuan adalah Indonesia maka Negara Pihak
lainnya dalam Persetujuan adalah Negara Mitra, dan sebaliknya.

e. Dalam menginterpretasikan P3B, definisi atas suatu istilah harus digunakan


secara konsisten. Ketentuan mengenai definisi yang digunakan untuk
interpretasi P3B dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) definisi yang tercantum dalam pasal P3B mengenai Definisi Umum


(General Definitions) yang berlaku umum untuk keperluan
penginterpretasian dan penerapan pasal-pasal yang terdapat dalam
P3B;

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
2) definisi yang diatur secara khusus dalam suatu pasal untuk keperluan
penginterpretasian pasal tersebut, misalnya definisi "dividen", "bunga"
dan "royalti" yang masing-masing terdapat dalam pasal P3B mengenai
Dividen, Bunga dan Royalti;

3) definisi menurut ketentuan perundang-perundangan domestik


Negara Pihak dalam Persetujuan, misalnya definisi subjek pajak dalam
negeri (SPDN) untuk menginterpretasikan pasal P3B mengenai
Penduduk (Residents ); dan

4) definisi yang diatur secara khusus dalam suatu pasal untuk keperluan
penginterpretasian pasal tersebut yang diperluas hingga mencakup
juga definisi menurut ketentuan perundang-perundangan domestik
Negara Pihak dalam Persetujuan, misalnya definisi “harta tak gerak”
yang terdapat dalam pasal P3B mengenai Penghasilan dari Harta Tak
Gerak dan definisi “bunga” yang terdapat dalam pasal P3B Indonesia
mengenai Bunga, misalnya, P3B Indonesia dengan Korea Selatan dan
Swiss.

f. Definisi atas istilah dalam P3B yang tidak didefinisikan dalam P3B mengikuti
definisi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
domestik Negara Pihak dalam Perjanjian yang berlaku pada saat penerapan
P3B, kecuali konteksnya mensyaratkan lain, atau jika Pejabat yang
Berwenang telah menyepakati definisi yang berbeda berdasarkan Pasal 25
(Prosedur Persetujuan Bersama).

g. Suatu istilah dalam P3B umumnya didefinisikan dengan urutan atau langkah
sesuai dengan definisi yang tercantum dalam:

1) Pasal 3 (Definisi Umum);

2) pasal P3B yang terkait, misalnya dividen, bunga, dan royalti;

3) didefinisikan sesuai dengan:

a) peraturan perundang-undangan Negara Pihak dalam


Persetujuan yang ketentuan perpajakannya sedang diterapkan
atau yang akan memberikan manfaat P3B kecuali konteksnya
mensyaratkan lain, dalam hal definisi atas suatu istilah tersebut
diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan
bukan perpajakan, yang diutamakan adalah definisi dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan; atau

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
b) kesepakatan Pejabat yang Berwenang Negara Pihak dalam
Persetujuan dalam Prosedur Persetujuan Bersama.

h. P3B Indonesia umumnya disepakati dalam bahasa Indonesia, bahasa


Negara Mitra, dan bahasa Inggris. Dalam hal terdapat perbedaan
interpretasi antara naskah P3B dalam bahasa Indonesia, bahasa Negara
Mitra, dan bahasa Inggris, umumnya P3B Indonesia mengatur bahwa
interpretasi harus dilakukan berdasarkan naskah P3B dalam bahasa Inggris,
kecuali diatur lain dalam P3B Indonesia dimaksud.

i. Dalam hal SPDN Indonesia memperoleh atau menerima penghasilan yang


bersumber dari Negara Mitra, maka pemajakan SPDN Indonesia dimaksud
harus memperhatikan ketentuan:

1) Undang-Undang PPh, antara lain ketentuan mengenai:

a) prinsip pemajakan worldwide ;

b) kredit pajak luar negeri; dan

c) surat keterangan domisili bagi SPDN Indonesia dalam rangka


penerapan P3B.

2) P3B Indonesia, antara lain ketentuan mengenai:

a) pembagian hak pemajakan atas jenis penghasilan terkait; dan

b) tarif pemajakan maksimal di Negara Sumber atas jenis


penghasilan terkait, jika diatur, misalnya tarif pemajakan
maksimal yang terdapat dalam Pasal 10 (Dividen), Pasal 11
(Bunga), atau Pasal 12 (Royalti).

j. Dalam hal SPDN dari Negara Mitra memperoleh atau menerima penghasilan
yang bersumber dari Indonesia, maka pemajakan SPDN dari Negara Mitra
dimaksud harus memperhatikan ketentuan:

1) Undang-Undang PPh;

2) P3B Indonesia; dan

3) peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara


penerapan P3B bagi SPDN Negara Mitra yang memperoleh atau
menerima penghasilan dari Indonesia.

4. Struktur Umum P3B


Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id
https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
Secara umum, struktur P3B Indonesia berisi pengaturan atau ketentuan sebagai
berikut:

Pasal Perihal

Pasal 1 Orang yang Dicakup Persons Covered

Pasal 2 Pajak yang Dicakup Taxes Covered

Pasal 3 Definisi Umum General Definitions

Pasal 4 Penduduk Resident

Pasal 5 Bentuk Usaha Tetap Permanent Establishment

Pasal 6 Penghasilan dari Harta Income from


Tak Gerak Immovable Property

Pasal 7 Laba Usaha Business Profits

Pasal 8 Pelayaran, Shipping, Inland,


Transportasi, Perairan Darat Waterways Transport and Air
dan Penerbangan Transport

Pasal 9 Perusahaan Terasosiasi Associated Enterprises

Pasal 10 Dividen Dividends

Pasal 11 Bunga Interest

Pasal 12 Royalti Royalties

Pasal 12A Imbalan Jasa Teknik Fees for Technical Services

Pasal 13 Keuntungan dari Capital Gains


Pengalihan Harta

Pasal 14 Jasa Perorangan Independen Independent


Personal Services

Pasal 15 Pekerjaan dalam Dependent Personal Services


Hubungan Kerja

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
Pasal 16 Imbalan Direktur dan Pegawai Directors Fees and
Manajerial Level Atas Remuneration of Top-Level
Managerial Officials

Pasal 17 Seniman dan Atlet Artistes and Sportpersons

Pasal 18 Pensiun dan Pensions and Social


Pembayaran Jaminan Sosial Security Payments

Pasal 19 Jasa Pemerintah Government Services

Pasal 20 Pelajar dan Mahasiswa Students

Pasal 21 Penghasilan Lainnya Other Income

Pasal 22 Harta Capital

Pasal 23 Metode Kredit Credit Method

Pasal 24 Non-diskriminasi Non-discrimination

Pasal 25 Prosedur Mutual Agreement Procedure


Persetujuan Bersama

Pasal 26 Pertukaran informasi Exchange of Information

Pasal 27 Bantuan Penagihan Pajak Assistance in the Collection


of Taxes

Pasal 28 Anggota Misi Diplomatik Member of


dan Jabatan Konsuler Diplomatic Missions and
Consular Posts

Pasal 29 Berlakunya P3B Entry into Force

Pasal 30 Berakhirnya P3B Termination


Struktur pengaturan atau ketentuan dalam P3B pada umumnya mengikuti pola-
pola di atas. Akan tetapi terdapat beberapa P3B Indonesia yang memiliki struktur
pengaturan yang berbeda. Untuk itu, terdapat kemungkinan urutan pasal dalam
P3B Indonesia berbeda dengan struktur umum yang tercantum di atas.

Mengingat adanya perbedaan materi pengaturan antara satu P3B Indonesia
dengan P3B Indonesia lainnya, petunjuk umum interpretasi dan penerapan yang
diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal ini tidak dimaksudkan untuk dapat
Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id
https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
diterapkan untuk seluruh kasus atau transaksi tanpa memperhatikan
kekhususan yang ada dalam setiap P3B Indonesia dimaksud. Untuk itu,
penerapan ketentuan perpajakan atas suatu transaksi yang melibatkan Indonesia
dan suatu Negara Mitra harus tetap mengacu kepada P3B Indonesia yang
pengaturannya dapat berbeda dengan pengaturan yang terdapat dalam lampiran

Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

F.
Lain-lain

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami petunjuk umum sebagaimana


dimaksud dalam Surat Edaran Direktur Jenderal ini, perlu disampaikan beberapa
tambahan penjelasan sebagai berikut:

1. Definisi sebagaimana tercantum dalam bagian E. angka 1 merupakan definisi atas


istilah yang hanya digunakan dalam bagian batang tubuh Surat Edaran Direktur
Jenderal ini dan bagian penjelasan atas naskah P3B yang terdapat dalam
Lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

2. Namun demikian, definisi atas istilah yang digunakan dalam bagian naskah P3B
menggunakan definisi sebagaimana tercantum dalam naskah P3B itu sendiri
yang umumnya terdapat dalam Pasal 3 (Definisi Umum) atau Article 3 (General
Definitions) dan dalam pasal-pasal lain dalam P3B terkait sebagaimana dimaksud
dalam bagian E. angka 3 huruf d di atas.

3. Dalam hal tidak disebutkan secara khusus, penyebutan pasal atau ayat dalam
bagian batang tubuh maupun lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal ini
mengacu kepada pasal atau ayat dalam naskah P3B.

G.
Penutup

Penjelasan dan interpretasi pasal-pasal dalam P3B Indonesia adalah sebagaimana


ditetapkan pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat
Edaran Direktur Jenderal ini.

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 2021
DIREKTUR JENDERAL,
ttd
SURYO UTOMO

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-52pj2021

Anda mungkin juga menyukai