Taufan (210204132)
Taufan (210204132)
BARAT
Skripsi
Oleh :
Taufan
NIM 210204132
FAKULTAS SYARIAH
MATARAM
2023
MOTTO
untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”, (QS. Al-Asr [103]:
1-3)
KATA PENGANTAR
Allah, Sang Maha Kasih dalam bentuk semesta alam dan Shalawat
SWT. Sehingga coretan ilmiah sebagai karya ini bisa bermanfaat bagi
Penulis,
Taufan
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
F. Kerangka Teori...................................................................8
G. Metode Penelitian............................................................. 14
Serakapi ............................................................................37
Serakapi ............................................................................56
BAB IV PENUTUP ....................................................................65
A. Kesimpulan ......................................................................65
B. Saran .................................................................................66
Serakapi), 23.
Kelamin, 24.
Umur, 25.
26.
Penduduk, 26.
Oleh:
Taufan
NIM 210204132
ABSTRAK
Bila setiap tahun menjelang bulan Ramadan terjadi perbedaan hasil dalam
penetapan awal dimulainya ibadah puasa antara masyarakat Desa Serakapi dan
Fulang serta metode dan dalil yang digunakan, sehingga dijadikan sebagai
kejelasan sumber dan landasan utama dalam penetapan awal bulan Ramadan.
melalui penelitian lapangan (field research) dan sumber data yang digunakan
yaitu secara primer dan sekunder. Jenis data primer yaitu dalam bentuk hasil
wawancara dari beberapa pihak yang berada di Desa Serakapi seperti Tokoh
setempat atau Kepala Desa. Sedangkan jenis data sekunder antara lain
sumber hukum. Sedangkan secara sains, pasang surut air laut menjadi dasar
dalam penentuan awal bulan Ramadan karena pengaruh dari gerak gravitasi
bulan terhadap bumi, yaitu ditandai dengan naik turunnya perrmukaan air laut
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
baru bahwa hal ini sering terjadi di Indonesia karena berbagai faktor
berbagai sisi dan sudut pandang yang menjadi dasar penentuan hilal
pada dasar dan metode yang diyakini paling benar, baik itu secara fiqih
maupun sains atau hanya sebatas mengikuti kebiasaan cara dari orang-
mengenai penentuan awal bulan Ramadan itu disebabkan oleh dua hal
pokok yakni dari segi penetapan hukum dan sistem metode perhitungan
adanya informasi dari Saudi Arabia tetang jatuhnya hari wukuf yang
Istilah Pasa Fulang yang terdiri dari dua suku kata ini memiliki
dengan cara melihat pasang surut air laut dan pergerakan bulan
setempat.
B. Rumusan Masalah
maka hal yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Ramadan.
sebagai berikut:
Ramadan.
berbeda.
D. Telaah Pustaka
surut air laut dan ditinjau melalui ilmu falak dan oseanografi.
1
Agung Wirayuda, “Pasang Surut Air Laut Sebagai Metode Penentuan Awal Bulan Islam
Menurut Jama'ah An-Nadzir Kec. Bontomarannu Kab. Gowa Perspektif Ilmu falak dan Oscanografi”,
(Skripsi, Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, 2017).
2
Alamsyah, “Metode Istinbataliran An-Nadzir Dalam Penetapan 1 Ramadhan dan 1 Syawal
Dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin
Mukassar, Gowa, 2017).
dansatu syawal menurut jamaah an-nadzir sehingga ada kesamaan
peneliti lebih kepada perspektif fiqih dan sains dan fokusnya hanya
Masyarakat Desa Wakal (Studi Kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu,
3
Alfina Rahil Ashidigi, “Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif Aboge (Studi Terhadap
Komunitas Aboge di Purbalingga)”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta, 2009).
Kab. Maluku Tengah, Ambon)4[4]. Kesamaan dari skripsi ini
digunakan secara adat serta lebih fokus kepada awal ramadan, idul
fitri dan juga idul adha. Tokoh adat juga memiliki peran yang
E. Kerangka Teori
1. Etno Astronomi
4
Husni Seban, “Penetapan Awal Bulan Oomariyah Perspektif Masyarakat Desa Wakal (Studi
Kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengah, Ambon)”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 201 1).
pengumpulan data dari hasil pengamatan terhadap benda-benda
ibadah.
Hisab awal bulan terbagi menjadi dua bagian yaitu hisab urfi
dan hisab hakiki. Hisab urfi adalah jenis sistem perhitungan awal
bumi dan ditetapkan secara baku dan abadi. Sedangkan hisab hakiki
5
Muhammad Awaludin, (Astronomi Tradisi (Membaca Kalender Rowot Sasak), (Mataram:
UIN Mataram Press, 2020), hlm. 1-7.
memperhitungkan posisi dan pergerakan bulan dan matahari dalam
zahir.
6
Arino Bemi Sado, Problematika Hisab Rukyat, Kriteria Kecerlangan sebagai Akar Perbedaan Hasil
Hisab dan Rukyat, (Mataram: Sanabil, 2019), hlm. 185.
astronomis matematis, tetapi menggunakan rumus-rumussederhana
menghitung dan menentukan posisi serta titik simpul orbit bulan dan
metode ini, koreksi mengenai posisi, titik simpul orbit matahari dan
3. Fiqih
dalam berbagai macam kajian tentang fiqih, dalil nas belum cukup
F. Metode Penelitian.
1. Pendekatan Penelitian
2. Kehadiran Peneliti
3. Lokasi Penelitian
4. Sumber Data
penelitian yaitu:
a. Metode Observasi
objeknya.
b. Metode Wawancara
tersebut. Serta pihak dari pemerintah yakni dalam hal ini adalah
Dompu.
c. Metode Dokumentasi
bulan Ramadan.
a. Triangulasi
karya ilmiah.
G. Sistematika Pembahasan
BAB III Pembahasan. Pada bab ini berisi tentang Tradisi Pasa
tradisi tersebut.
dan Saran yang diikuti dengan jawaban dari pertanyaan pada rumusan
dari Kata Sera yang artinya Luas dan Kapi artinya Tumbuhan
dimulai ketika pemekaran sebuah desa pada tahun 2004 pasca orde
dari para Tokoh Adat, Agama dan semua komponen penting dari
menjadi dua bagian, yang salah satunya adalah Desa Serakapi atau
Desa.
dusun yaitu, Dusun 01 dan Dusun 02. Begitu juga dengan Perangkat Desa
Serakapi terdiri dari 4 Rukun Warga (RW) dan 8 Rukun Tangga (RT).
Selanjutnya Pemerintah Desa atau yang disebut sebagai Kepala Desa dan
BPD itu sendiri adalah wakil dari penduduk desa asli berdasarkan
mufakat atas beberapa pihak, yaitu terdiri dari Ketua Rukun Warga,
saat ini hingga saat ini, dipimpin oleh Bapak Sastromijoyo sebagai Kepala
Desa dan Bapak Abdul Rafik sebagai Sekretaris yang dibantu oleh
KEPALA DESA
SASTROMIJOYO
SEKRETARIS
ABDUL RAFIK
KETUA
IDHAR, S.Pd
WAKIL
ARMAN USMAN SEKRETARIS
SRI HARTINI USMAN
ANGGOTA
SUMIATI HASAN
3. Keadaan Geografis
2 Perempuan 570
3 Kepala Keluarga 435
No
Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)
.
1. 0 Bln – 12 Bln 14
2. 2 s/d 5 Thn 69
Jumlah 1.049
Tingkat Jumlah
No.
Pendidikan (orang)
1 Belum Sekolah 36
2 PAUD / TK 61
3 Sedang SD 123
4 Tamat SD 317
5 Sedang SLTP 86
7 Sedang Kuliah 39
8 S1 26
lain selalu naik atau turun sesuai dengan sumber daya manusianya.
1. Petani 139
2. Nelayan 13
3. Pelajar 289
4. Security 4
5. Tukang Jahit 1
6. PNS/TNI/Polri/Pensiunan 15
7. Mekanik/Bengkel 1
8. Bidan 3
9. Penyuluh 1
11. Honorer 34
12. Wiraswasta 90
13. Ojek 16
14. Supir 12
No Uraian Jumlah
No Uraian Keterangan
bekerja
berikut :
2. Kristen : -
3. Khatolik : -
4. Hindu : -
5. Budha : -
Keagamaan masyarakat di Desa Serakapi adalah mayoritas
3. Kondisi Ekonomi
bidang perdagangan.
budaya. Selain itu, letak geografis desa yang cukup strategis dan
Ramadan
dari bahasa Alor dalam bentuk kata Pasa dan Fulang. Pasa yangartinya
beliau mengatakan:
“Pasa Fulang itu memang kalau diterjemahkan secara bahasa
artinya menembak bulan, tetapi kita juga mesti tahu bahwa untuk
saja. Harus ada penafsiran lain sesuai dengan maksud apa dari kata yang
tujuannya tidak jelas maka akan sulit untuk dipahami. Begitu pun dengan
Pasa Fulang, yang artinya menembak bulan. Kita harus melihat maksud
melepas busur panahnya. Begitu pun juga dengan penentuan awal Bulan
mengawali ibadah puasa, tentu hal utama yang harus dimiliki adalah
dilepas”.
“Dari dua belas bulan Islam atau dengan nama lain bulan hijriyah
yang kita ketahui selama ini salah satunya adalah Bulan Ramadan, yaitu
bulan seluruh umat Islam diwajibkan untuk berpuasa. Menahan diri dari
awal waktunya dan melihat perjalanan bulan dari purnama itu hingga
bisa dilihat melalui naik turun atau pasang surutnya air laut untuk
tanda bahwa bulan semakin kecil. Begitu pun saat air laut semakin
mengenai penentuan awal waktu ibadah yang di bulan suci selama itu
“Hanya beberapa kali saja yang hasilnya sama. Selain dari itu
telah sampai dimana. Kami juga lebih awal menghitung dan menemukan
hasil kapan bulan itu akan muncul. Sehingga dalam beberapa tahun, kami
melihat seorang perempuan apakah hamil atau tidak, tidak perlu kita
raut wajah dan cara jalannya saja sudahbisa kita ketahui perempuan itu
Pada sisi lain, pihak pemerintah yang dalam hal ini adalah
Tuabang Desa Batu, Ternate dan beberapa desa lain itu sampai sekarang
itu benar atau tidak. Padahal perintah berpuasa dalam hadits itu adalah
perihal dalil apa yang digunakan oleh mereka, namun sosialisasi yang
beberapa desa lain mengenai kapan dilaksanakan ibadah puasa itu sudah
pendirian mereka. Bahkan dalil mengenai taati Allah, taati Rasul dan taati
juga memiliki teleskop manual tetapi hanya beberapa orang yang bisa
Begitu juga dengan di wilayah sekitar Alor ini, hanya beberapa lokasi
wilayah Alila. Tapi dalam beberapa tahun ini memang ketika tim hisab
pengamatan hilal, selalu saja ada halangan seperti awan dan hujan.
menemukan hilal hanya di Kupang, selain dari itu sampai saat ini belum
beberapa desa lain yang sampai saat ini masih menjalankan tradisi seperti
sebenarnya hal biasa. Menjadi tidak wajar bila menolak apa yang telah
penentuan awal bulan Ramadan, tidak pernah diminta untuk ikut terlibat
tetapi juga ikut terlibat langsung di lapangan. Selama ini lokasi yang
menjadi tempat pengamatan bulan adalah di pantai Bota untuk pesisir dan
pengamatan terhadap bulan ternyata itu tidak cukup apabila SDM dalam
kemampuan. Selebihnya yang diketahui selama ini oleh kami adalah rata-
desa lain yang sampai saat ini masih menggunakan tradisi Pasa Fulang
Saneo Kecil, Desa Ternate dan Desa Batu serta beberapa desa lain yang
yang berada di Alor Nusa Tenggara Timur kini lebih beralih kepada
keputusan dari pemerintah perihal awal bulan Ramadan, namun khusus
jalan dalam menentukan awal bulan Ramadan. Pada sisi lain, masih
Dompu.
َِۙع َلىِۙالَّذ ْينَ ِۙم ْنِۙ َقبْل ُك ْمِۙلَعَلَّ ُك ْمِۙت َِۙتَّقُ ْون َ علَ ْي ُك ُمِۙالصيَا ُمِۙ َك َماِۙكُت
َ ِۙب َ ٰ ٰٓياَيُّهَاِۙا َّلذ ْينَ ِٰۙا َمنُ ْواِۙكُت
َ ِۙب
bertakwa.
ة َّدعَفِۙرَفَسِٰۙىَل َعِۙ ۡ َوأِۙا ًضيرَّمِۙمُكنمِۙ َناَكِۙنَمَفِۙ ٖۚت َٰدوُدۡعَّمِۙاٗماَّ َيأِِٞۙۙ َنيذَّلٱِۙىَلَعَوِۙ َ ٖۚر َ ُخأِۙماَّ َيأِۙۡنم
نوُمَل ۡ َعتِۙۡمُتنُك
23
ma‟duudaat yang artinya (yaitu) beberapa hari tertentu, itu
menjadi tanda bahwa jika pada ayat sebelumnya telah menetapkan perihal
waktu kapan akan dikatakan sebagai awal dari bulan Ramadan untuk
menjadi tanda bahwa jika pada ayat sebelumnya telah menetapkan perihal
waktu kapan akan dikatakan sebagai awal dari bulan Ramadan untuk
tepat untuk menjalankan ibadah puasa, menurut Bapak Bahtiar Luma itu
memulai ibadah puasa, selain tentang hukumnya dari surah Al- Baqarah
dalil lain yang menjelaskan perintah agar melihat ciptaan Allah untuk
berfirman:”
ُِِۙۙاۡل ٰيتِۙلقَ ْومِۙيَّ ْعلَ ُم ْو َن َۗ َِّٰۙللاُ ِٰۙذلكَ ِۙا َّۡلِۙبا ْلح
ٰ ْ َقِۙيُفَصل َ َۗ س
ّٰ ابِۙ َماِۙ َخلَق َ َوا ْلح
benda langit yaitu Bulan dan Matahari yang kemudian manusia mesti
yang terdapat di dalam hadits. Sebab salah satu fungsi hadits adalah
sahabat atau jumhur ulama. Maka salah satu hadits yang menyinggung
perihal cara penentuan awal waktu untuk ibadah puasa yaitu misalkan
dalam melaksanakan ibadah puasa itu adalah hal yang lumrah terjadi.
awal waktunya berbeda-beda cara. Itu wajar karena kondisi kita yang
seperti ini, tidak ada paksaan dalam beragama dan bukan berarti kita
sesuka hati mengajarkan tentang agama. Hilal itu adalah bulan yang baru
kita ingin melihat bulan secara langsung itu sangat sulit, bukan tidak bisa,
bukan juga karena bulan yang baru lahir itu ukurannya kecil. Tapi bukit,
gunung, awan dan lain-lain yang menutupi itu menjadi alasan bulan sulit
kita lihat. Sehingga orang-orang terdahulu ketika ingin melihat bulan, air
laut itu menjadi patokan utama, mulai dari purnama hingga hilang, atau
sebaliknya. Pada saat air laut pasang itu menandakan bulan belum
menjadi sabit dan ketika air laut telah surut maka itu adalah tanda bahwa
bulan akan terus mengecil bahkan menghilang dan muncul bulan baru.
dahulu melihat matahari. Kalau kita menunggu lagi, itu juga menjadi
tetapi juga karena kondisi alam, kondisi sosial dan hal lain yang menjadi
alasan utama. Karena dalil yang kita gunakan itu sama saja. Sama-sama
Karena Allah perintah agar menjadikan bulan dan matahari sebagai tanda
untuk mengenal atau menghitung waktu bagi orang-orang yang berfikir.
Kalau kita tidak gunakan itu, berarti sama halnya kita menjadi manusia
untuk mengamati bulan tertutupi oleh pulau, gunung dan bukit, maka
tentu hal yang dilakukan adalah menghadirkan ikhtiar baru. Dalam Al-
7
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhary (Beirut: Dar al-Kutub al-'Tlmiyyah, 1425/2004), hlm. 346
(Hadits Nomor 1909).
persepsi bahwa kebiasan orang-orang terdahulu ketika menjelang bulan
berbeda.
bahwa:
antara Agama, Adat dan Pemerintah itu adalah satu tungku yang terdiri
dari tiga tiang sekaligus saling menguatkan satu sama lain. Sehingga
apa yang pernah dilakukan oleh orang- orang terdahulu sebelum kita
berupa adat dan kebiasaan, selama itu baik maka harus tetap dijaga dan
atau dua minggu sebelum Ramadan, masyarakat dari Tokoh Adat, Agama,
Rekeng Seru yang dilakukan pada tahun lalu danmenemukan hasil harinya
kapan, namun mereka juga harus melihat perjalanan bulan dan pasang
surut air laut selama beberapa hari terakhir bulan Sya‟ban karena itu
Sya‟ban tepat di sore hari setelah ashar tua, para Tokoh Agama, Tokoh
bahwa pada malam hari akan dilangsungkan sholat terawih dan sahur
beduk pada saat itu juga, maka akan dilangsungkan pertemuan yang kedua
kalinya pada esok hari dan malamnya akan dimulai ibadah sholat terawih.
Namun pertemuan untuk kedua kalinya itu jarang dilakukan. Lebih sering
menjadi dua cara. Pertama adalah konsep yang diistilahkan Kartou Taling
Tou, Kartou Gute Tou (Sepuluh Jari Tambah Satu,Sepuluh Jari Kurang
Satu) dan kedua adalah Talo Lema (Aturan Tiga Lima) sebagai penjelasan
menyampaikan bahwa:
digunakan oleh orang tua dahulu dan mereka menyebutnya dengan istilah
Kartou Taling Tou, Kartou Gute Tou atau “Sepuluh Tambah Satu,
Sepuluh Kurang Satu” dan Talo Lema atau “Aturan Tiga Lima”. Pertama,
ini dimulai dari hari Sabtu, maka dihitung dengan jari lanjut Minggu,
hitungan sepuluh kurang satu, sapuluh tambah satu dan hitungan tiga,
Selasa. Pada saat genap hitungan sepuluh jari, maka satu hari atau satu
jari terakhir yaitu hari Selasa itu dibuang dan tersisa hari Senin yang
terakhir maka hari Senin itu adalah Hari Lebaran. Sedangkan Sepuluh Jari
Tambah Satu cara hitunganya adalah sama, Minggu, Senin, Selasa, Rabu,
sepuluh hari, maka hari terakhir itu ditambah dengan satu hari selanjutnya.
Misalkan Selasa adalah hari terakhir, maka ditambah lagi dengan satu
hari selanjutnya sehingga menjadi hari Rabu. Maka puasa untuk tahun
berikutnya jatuh pada hari Rabu. Selanjutnya hitungan Tiga, Lima. Tiga
adalah dari Puasa tahun ini ke Puasa tahun depan yang itu terus berlanjut
hingga tujuh kali dan akan kembali ke hari semula. Misalkan tahun lalu
kita puasanya jatuh hari Selasa, maka akan dihitung dari hari Selasa,
Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, hari Sabtu kita akan puasa di tahun ini. Kalau
Minggu, Senin. Berarti hari Senin kita bukan sekedar menghitung hari
kali dan setelah itu kembali pada hari pertama. Hal ini kemudian dapat
dipahami bahwa jika puasa di tahun 2022 jatuh pada hari Sabtu, maka tujuh
setempat tidak terlepas dari aktivitas melaut atau menjadi nelayan ulung.
pasang surut air laut.Pada sisi lain, kondisi masyarakat di Desa Serakapi
memiliki corak budaya dan sosial yang itu terbentuk atas dasar kebiasaan
pemerintah seperti tungku yang terdiri dari tiga kaki dalam membangun
keseimbangan kehidupan sebagai satu kesatuan tanpa ada keterpisahan.
masing-masing.
mengenai waktu pelaksanaan. Maka terlihat jelas bahwa pada ayat 184
puasa.
munculnya hilal, yaitu bulan sabit yang pertama kali terlihat lalu terus
علَ ۡيكُمۡ ِۙ َفأ َ ۡكملُواِۙع َّدةَِۙش َۡعبَانَ ِۙثَ ََلثين ُ ِِۙۙفَ ۡإن،ِۙوأ َ ۡفط ُرواِۙل ُر ۡؤيَته
َ ِۙغب َي َ صو ُمواِۙل ُر ۡؤيَته
ُ
Artinya : Berpuasalah kamu semua apabila telah melihat hilal dan
hari.” 8[8]
atau dalam menentukan awal waktu. Namun persoalan yang kerap kali
penggunaan dalil seperti apa atau dalam bentuk apa. Sebab hampir
dan lain-lain. Akan tetapi hal yang kemudian menjadi persoalan adalah
8
QS. Al-Baqarah Ayat 189.
di dalam penentuan awal bulan Ramadan terkhususnya di berbagai
sama dan tidak jauh berbeda dengan berbagai macam perbedaan istilah
Ramadan.
9
Ibid.,Arino Bemi, Problematika Hisab-Rukyat, hlm. 182.
Masyarakat di Desa Serakapi, Kecamatan Woja, Kabupaten Alor
menentukan awal bulan Ramadan itu adalah hal yang wajib untuk
Aktifitas yang dilakukan selama ini dalam tradisi Pasa Fulang yaitu
adalah karena kondisi letak geografis dan sosial historis kebiasaan adat
Sya‟ban), karena pada saat itu bulan terlihat purnama dan berubah
menjadi bulan sabit tua di setiap harinya hingga menghilang lalu muncul
kembali bulan baru (hilal). Maka bulan baru inilah yang disebut sebagai
selalu meyakini bahwa surutnya air laut tersebut adalah tanda bahwa
bulan baru akan segera muncul. Sebab kondisi geografis dan cuaca pada
saat itu tidak memastikan untuk melihat bulan baru, sehingga surutnya
puasa.
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-
Qur‟an.” 10[9]
10
QS. Al-Muzzammil [73]: 20.
Jika dilihat dari keseluruhan ayat tersebut maka dapat diketahui
perintah fardu itu tidak boleh melebihi batas ukuran yang ditentukan
namun hal itu tidak bertentangan dengan syariat. Akan tetapi menjadi
naik turunnya pasang surut air laut. Sedangkan puasa di bulan Ramadan
Hisab dan Rukyat serta memantau kondisi alam berupa pasang surut air
laut sebagai akibat dari grafitasi bulan. Hal itu ditandai dengan
mengenai proses penentuannya, baik itu secara fiqih maupun sains atau
diskursus tersendiri jika ditinjau secara fiqih dan sains. Walaupun pada
bulan Ramadan, maka dapat diketahui bahwa hal tersebut masih dalam
bagian dari khilafiyyah klasik atau dengan kata lain termasuk hukum
dari garis ketetapan akan kewajiban. Terlebih lagi oleh tradisi Pasa
budaya atau adat. Kemudian adat atau kebiasaan inilah yang dianggap
berada. Menurut para ulama perihal „adah, bisa dijadikan dasar untuk
(adat istiadat) adalah boleh saja sampai ada dalil yangmemalingkan dari
hukum asalnya. Sebab adat adalah membiasakan sesuatu yang dapat
dengan syariat Islam dan dapat dibenarkan secara fiqih karena dari awal
pasang surut air laut di bulan Sya‟ban hingga penetapan secara sah oleh
masyarakat setempat.
penggunaan dalil pada umumnya oleh umat Islam yakni dari Al-Qur‟an
hal tersebut, maka posisi hilal sebenarnya dinilai berkisar pada tiga
rukyah), sedangkan ketiga adalah hilal pasti dapat dilihat (al-qath‟u bir
rukyah).57 Ketiga keadaan tersebut berkaitan eratdengan media apa yang
perhitungan hisab dengan istilah sepuluh jari tambah satu dan sepuluh
jari kurang satu dan sistem hitungan tiga, lima untuk menemukan waktu
Sedangkan pasang surut air laut adalah media yang digunakan untuk
islam untuk mempelajari ilmu hisab dan kedua adalah pengamatan hilal
pemikiran dalam hukum Islam dan sebagai salah satu langkah integrasi
suatu hal yang sesuai dan tidak berrtentangan dengan syariat sekalipun
Ketika proses pengamatan terhadap bulan dan pasang surut air laut
telah dilakukan kemudian bila itu belum juga menemukan hasil oleh
bahwa pengamatan terhadap pasang surut air laut cukup menjamin tingkat
yang mendukung, yakni melaluipasang surut air laut. Secara sains dapat
dapat diketahuimelalui pasang surut air laut. Hal inilah yang kemudian
laut tersebut menjadi sebuah fakta sains bahwa jarak antara bulan
bahwa gaya
Salah satu tipe pasang surut air laut yang selalu dijadikan sebagai
terhadap harian tunggal dimana dalam satu hari terdapat satu kalipasang
dan satu kali surut tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut disertai perbedaan tinggi dan periode
pasang surutnya.
menjauhi pusat atau sumbu) dari bumi. Sehingga kondisi permukaan air
laut secara berkala akan mengalami pergantian pasang atau surut sesuai
air laut terhadap pusat bulan sangat dekat dibandingkan pusat bumi
dengan pusat bulan yang akibatnya permukaan air laut akan naik. Air
perbani yaitu ketika belahan bumi lain mengalami pasang naik dan
sebagian lainnya surut. Hal tersebut terjadi akibat bagian bumi yang
adalah pasang surut air laut tertinggi kedua dalam kurun waktu sekitar
bulan baru atau dalam Ilmu Falak diistilahkan sebagai ijtima‟, yaitu
ketika posisi bulan, bumi dan mathari berada pada satu garis lurus.Pada
saat itu, masyarakat Desa Serakapi mulai melakukan Pasa Fulang yang
bahwa awal waktu dilaksanakan ibadah puasa adalah jatuh pada hari
Sabtu, 2 April 2022. Hasil tersebut dihitung dari hari mulainya ibadah
puasa di tahun lalu yaitu hari Selasa. Sehingga hitungan secara Sepuluh
Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat ditambah satu hari sehingga
pada hari Sabtu dimulai ibadah puasa karena Jum‟at malam telah
jatuh pada hari Senin yang itu dihitung langsung dari awal hari puasa
yaitu hari Selasa dibuang sesuai dengan aturan pengurangan satu hari
sehingga sisa terakhir adalah hari Senin. Maka hari Senin kemudian
perhitungan menuju puasa pada satu tahun yang akan datang. Namun
jika tahun 2022 puasa jatuh pada hari Sabtu, maka hitungannya adalah
Sabtu, Minggu, Senin, Selasa, Rabu. Maka puasa pada satu tahun yang
akan datang jatuh pada hari Rabu. Begitu juga dengan perhitungan
PENUTU
A. Kesimpulan
tradisi Pasa Fulang atas dasar konsep Rekeng Seru (Hitung Pantau) yaitu
dimulai dengan hisab atau menghitung hari kapan akan dimulainya ibadah
puasa serta lebaran melalui sistem perhitungan Kartou Taling Tou, Kartou
Gute Tou (Sepuluh tambah satu dan sepuluh kurang satu) atau dengan cara
lain adalah Rekeng Talo, Lema (Hitungan Tiga dan Lima), sistem
perhitungan ini berlaku tetap selama tujuh tahun dan akan kembali pada
pemantauan terhadap bulan dan pasang surut air laut ketika pertengahan
Secara sains, Pasa Fulang dilakukan atas dasar pengetahuan akan kondisi
bulan terhadap bumi. Selanjutnya tipe pasang surutair laut yang selalu
dijadikan sebagai dasar dalam menentukan awal bulan adalah Mixed tides
prevailing diurnal, yaitu kondisi air laut mengalami satu kali pasang dan
satu kali surut tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari disertai perbedaan tinggi
B. Saran
[1] “AGUNG WIRAYUDA Pasang surut air laut sebagai penentuan awal bulan islam”.
[2] “ALAMSYAH UIN ALAUDIN”.
[3] D. Kepada, F. Syariah, H. Untuk, dan M. Persyaratan, “PENENTUAN AWAL
BULAN DALAM PERSPEKTIF ABOGE (STUDI TERHADAP KOMUNITAS
ABOGE DI PURBALINGGA) SKRIPSI K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N
A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS
SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH J A K A R T A 1430 H/ 2009 M.”
[4] S. Kasus Desa Wakal, K. Lei Hitu, dan K. Maluku Tengah, “PENETAPAN AWAL
BULAN QAMARIYAH PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA WAKAL.”
[5] M. Awaludin, Astronomi Tradisi (Membaca Kalender Rowot Sasak).
[6] “Jurnal+Arino+Bemi+Sado PROBLEMATIKA HISAB RUKYAT”.
[7] T. Al-Muzzammil, K. Metodologis, T. Kiai, A. M. Hasan, dan F. Marzuki, “Tafsere
Volume 10 Nomor 2 Tahun 2022.”
[8] K. Azmi, J. Akademi, T. Islam, S. Sosial, dan D. Kemanusiaan, “KOD ETIKA
PEPERANGAN DALAM ISLAM: SURAH AL-BAQARAH (2: 189-195) *.”
[9] “TELAAH SURAT AL MUZAMMIL ATAI 1 SAMPAI 20”.