Kepada Yth.
(Daftar Undangan Terlampir)
Di Tempat
Dalam rangka mendukung peran Badan POM sebagai bentuk implementasi Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Nomor 7 Tahun
2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba Tahun 2020-
2024 dan Surat Keputusan Kepala Badan POM Nomor Nomor HK.02.02.1.2.03.20.98 Tahun
2020 tentang Peta Jalan Rencana Aksi Pengendalian Anti-Microbial Resistance (AMR) di
Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2020-2024, Balai POM di
Gorontalo bermaksud melaksanakan kegiatan Seminar Peningkatan Awareness
Antimicrobial Resistance (AMR) yang akan dilaksanakan pada :
Sehubungan dengan itu, maka kami mengundang Bapak/ Ibu untuk mengikuti kegiatan
tersebut. Untuk konfirmasi kehadiran dapat mengisi tautan melalui link
https://linktr.ee/peningkatan_awareness_amr . Informasi lebih lanjut dapat menghubungi
kami melalui narahubung Sdri Asni Hunalo (No. HP/WA 0823 4813 4397)
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kehadirannya, kami ucapkan terima kasih.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-2-
LAMPIRAN
Undangan Kepala Balai POM di Gorontalo
Nomor : T-PW.01.10.28A.28A2.06.23.3154
Tanggal : 05 Juni 2023
DAFTAR UNDANGAN
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-3-
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-4-
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-5-
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan
Makanan
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat
h. Peraturan Badan POM Nomor 21 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan
i. Peraturan Badan POM Nomor 22 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan
j. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/55/2020 tentang
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Keputusan Kepala Badan POM
Nomor HK.02.02.1.2.03.20.98 Tahun 2020 tentang Peta Jalan
k. Rencana Aksi Pengendalian Anti-Microbial Resistance di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-6-
2. GAMBARAN UMUM
BPOM sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam menjamin efikasi,
keamanan, dan mutu setiap obat yang beredar di Indonesia, berperan penting dalam
pengawasan obat secara premarket (penilaian obat sebelum obat beredar di pasar)
maupun post-market (pengawasan setelahobat tersebut beredar di pasaran). Salah
satu ancaman terbesar terhadap kesehatan dan risiko keamanan kesehatan global
saat ini adalah Anti-Microbial Resistance (AMR). Tidak hanya berdampak kepada
manusia, AMR juga berdampak kepada hewan, perikanan, pertanian, dan
lingkungan, yang bersumber dari manusia.
AMR telah menjadi masalah global yang terus menjadi perhatian dunia karena
berpotensi
menimbulkan dampak kematian dan ekonomi yang merugikan, antara lain
diperkirakan pada tahun 2050 AMR akan menyebabkan 10 (sepuluh) juta orang
meninggal per tahunnya. Selain itu, AMR juga diperkirakan menyebabkan reduksi
GDP (Gross Domestic Product) sejumlah 2 – 3,5%. Total kerugian keekonomian
dunia dilansir mendekati $100 triliun.
Salah satu isu strategis yang dianggap menjadi pemicu utama kejadian AMR yaitu
adanya penggunaan antibiotika yang ekstensif, antara lain tindakan swamedikasi
(pengobatan sendiri), peresepan berlebih, kesalahan peresepan, penggunaan
antibiotika broad-spectrum secara luas, penggunaan antibiotika sebagai sebagai
upaya profilaksis (pencegahan), dan sebagainya. Penggunaan antibiotika yang
ekstensif ini salah satunya disebabkan karena antibiotika beredar secara bebas, baik
karena isu akses (kemudahan masyarakat memperoleh antibiotika) maupun isu
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-7-
bisnis (penjualan antibiotika tanpa resep mendominasi omset pelaku usaha di sarana
pelayanan kefarmasian). Berdasarkan data hasil pengawasan BPOM tahun 2018,
dari 176 apotek di 5 (lima) provinsi, sejumlah 83,52% apotek melakukan penyerahan
antibiotika tanpa resep dokter. Selain itu, berdasarkan data tahun 2018 diketahui
bahwa 32,75% apotek melakukan kegiatan penyaluran/ pendistribusian (penjualan
obat dalam jumlah besar) antara lain ke tenaga medis, klinik, puskesmas, apotek
lain, dan warung (toko kelontong) dengan jenis obat yang disalurkan diantaranya
termasuk antibiotika. Hal ini berpotensi menyebabkan peredaran bebas antibiotika di
masyarakat.
Pada level global, World Health Organization (WHO) telah menerbitkan langkah-
langkah strategis pengendalian AMR dalam bentuk Global Action Plan on AMR.
Begitu pula pada level nasional melalui pembuatan National Action Plan (NAP)
Pengendalian AMR. Pengejawantahan Global dan National Action Plan ini
memerlukan peran serta dari multisektoral yang terkait, baik dari sektor kesehatan
manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan dengan melibatkan unsur
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Sejalan dengan hal tersebut, BPOM telah melakukan berbagai upaya pengendalian
AMR, antara lain sampling dan pengujian antibiotika telah dilakukan (antibiotika
mempunyai porsi 17% dari total obat yang disampling dan diuji), pengawasan pre-
market terhadap antibiotika antara lain dalam memberikan izin edar antibiotika
mengacu kepada Pedoman Evaluasi Antibiotika, meregulasi tentang impor, ekspor,
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-8-
produksi, distribusi, dan penggunaan bahan obat dan obat jadi antibiotika, melakukan
pengawasan impor obat dan bahan obat, CPOB, CDOB, dan Standar Pelayanan
Kefarmasian terhadap fasilitas produksi, distribusi dan pelayanan kefarmasian,
melakukan patroli siber untuk mengawasi antibiotika yang dijual secara daring, dan
sebagainya. Walaupun demikian, upaya ini tidak akan optimal jika tidak dilakukan
upaya lain bersama multisektoral terkait dan pengawasan menyeluruh mencakup
seluruh wilayah Indonesia.
Kondisi saat ini, banyak pihak belum sepenuhnya aware tentang urgensi
pengendalian AMR kaitannya dengan perlindungan kesehatan masyarakat. Untuk
itu, Badan POM terus
berkoordinasi dengan multisektoral untuk meningkatkan awareness dalam upaya
pengendalian AMR. Selain itu, Badan POM terus melakukan pengawalan untuk
mendukung program pengendalian AMR sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Peta Jalan Rencana Aksi Pengendalian AMR di lingkungan Badan POM, dengan
didukung oleh Unit Kerja Pusat dan Unit Pelaksana Teknis di setiap Provinsi di
Indonesia, dengan harapan tujuan Program Pengendalian AMR dapat terlaksana
dengan baik dan dampak dan risiko terhadap kesehatan manusia dapat dikelola dan
diminimalisasi.
B. TUJUAN
Tujuan Eksternal :
1. Meningkatkan kesadaran (awareness) tenaga pengelola dan pelaku usaha di sarana
distribusi dan sarana pelayanan kefarmasian akan bahaya AMR dan selalu
mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di dalam pengelolaan obat
khususnya antibiotika untuk mendukung upaya pengendalian AMR.
2. Meningkatkan penertiban peredaran antibiotika tanpa resep dokter di sarana
pelayanan kefarmasian sebagai upaya pengendalian AMR.
Tujuan Internal :
1. Memperkuat peran Badan POM dalam Upaya Pengendalian AMR sesuai dengan
Peta Jalan Rencana Aksi Pengendalian AMR di lingkungan Badan POM.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-9-
3. Indikator Keluaran
a. Indikator untuk pengukuran keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya
rangkaian kegiatan Peningkatan Awareness Pengendalian Antimicrobial
Resistance (AMR) yang diikuti oleh peserta yang terdiri dari Pemilik / Penanggung
Jawab Sarana Apotek
b. Data hasil pengawasan sarana pelayanan kefarmasian terkait dengan
pengelolaan antimikroba.
D. LINGKUP KEGIATAN
a. Input Kegiatan
Data hasil pengawasan Sarana Pelayanan Kefarmasian
DIPA Balai POM di Gorontalo
b. Penanggung Jawab
Penanggung Jawab kegiatan ini adalah Kepala Balai POM di Gorontalo
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
- 10 -
c. Pelaksana
Pelaksana kegiatan ini adalah Tim Pemeriksaan Balai POM di Gorontalo
d. Penerimaa Manfaat Kegiatan
BPOM
Kegiatan ini dapat meningkatkan peran nyata BPOM dalam upaya pengendalian
AMR.
Organisasi Profesi
Kepastian hukum dalam melakukan praktik profesi dan juga untuk menjaga
ketersediaan antimikroba yang akan digunakan dalam pelayanan pengobatan.
Lintas Sektor
Pemerintah Daerah dan dinas terkait dapat menjaga ketersediaan jenis
antimikroba baik untuk penggunaan manusia maupun hewan yang dapat
digunakan dalam layanan pengobatan secara komprehensif.
Pelaku Usaha
Meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pelaku usaha di dalam pengelolaan
obat khususnya antibiotika sehingga mampu mendukung upaya pengendalian
AMR.
Masyarakat
Mendapatkan perlindungan dari pengelolaan obat khususnya antibiotika yang
tidak sesuai ketentuan yang dapat berisiko terhadap resistensi antimikroba.
Penerima manfaat program ini adalah Pemilik / Penanggung Jawab Sarana Apotek
dan Balai POM di Gorontalo
E. Pelaksanaan Kegiatan
a. Metode Kerja
Seminar dan sosialisasi terkait upaya pengendalian AMR.
b. Rincian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan : Seminar Peningkatan Awareness Pengendalian Antimicrobial
Resistance (AMR)
Hari, Tgl : Senin, 12 Juni 2023
Waktu : 08.00 – Selesai
Peserta : 80 orang, perwakilan dari :
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
- 11 -
F. Jadwal Kegiatan
Agenda acara pelaksanaan Seminar Peningkatan Awareness Antimicrobial Resistance
(AMR) sebagai berikut :
Waktu
Kegiatan Keterangan
(WITA)
Pembukaan
1. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
2. Doa
08.30 – 09.45 3. Sambutan dan Arahan Kepala Panitia
Balai POM di Gorontalo
4. Foto bersama
5. Coffee Break
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
- 12 -
Materi 1
09.45 – 10.55 Antimicrobial Resistance, Pedulikah Narasumber dari Poltekes
kita? & diskusi Gorontalo
Materi 2
Problem Resistensi Antimikroba, Narasumber dari RSUD dr.
10.55 – 12.00
Situasi Terkini di Fasilitas Kesehatan Sutomo (Daring)
& diskusi
G. Penutup
Petunjuk pelaksanaan ini diharapkan menjadi panduan dalam penyusunan rencana
implementasi kegiatan. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi admin Pemeriksaan
(0823-4813-4397)
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN