2. PPKI
18 Agustus 1945 Pancasila
Pembukaan UUD 1945
4. Dekrit Presiden
5 Juli 1959
Kembali ke UUD 1945
22 Juni 1945
Ketuhanan, dengan
kewajiban
menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
18 Agustus 1945
Bahwa kami
berkeyakinan, bahwa
Piagam Djakarta
tertanggal 22 Juni
1945 menjiwai UUD
1945 dan adalah
merupakan suatu
rangkaian kesatuan
dengan Konstitusi
tersebut.
• Atas pertanyaan anggota DPR dari Partai NU,
K.H.A. Sjaichu, mengenai arti konsiderans
dalam Dekrit Presiden.
• Dengan tegas mengatakan, bahwa itu berarti
terhadap sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat
diberi arti Ketuhanan dengan kewajiban
PM.
melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya. Ir. Djuanda
• Oleh karena itu tidak boleh ada satupun (Wakil Resmi
peraturan perundang-undangan yang Pemerintah)
bertentangan dengan syariat Islam.
• (Penjelasan PM Djuanda, pada 22 Juli 1959,
DPR hasil Pemilu 1955 secara aklamasi
menerima Dekrit Presiden 5 Juli 1959).
• “Jikalau memang rakyat Indonesia rakyat yang
bagian besarnya rakyat Islam, dan jikalau memang
Islam disini agama yang hidup berkobar-kobar di
dalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-
pemimpin menggerakkan segenap rakyat itu, agar
supaya mengerahkan sebanyak mungkin utusan-
utusan Islam ke dalam badan perwakilan ini.
Ibaratnya badan perwakilan Rakyat 100 orang Bung
anggautanya, marilah kita bekerja, bekerja
sekeras-kerasnya, agar supaya 60, 70, 80, 90 Karno
utusan yang duduk dalam perwakilan rakyat ini
orang Islam, pemuka-pemuka Islam. Dengan
sendirinya hukum-hukum yang keluar dari badan
perwakilan rakyat itu, hukum Islam pula.”
Apakah nilai-nilai
luhur dalam
Pancasila
sesuai dengan nilai-
nilai Islam?
“Saya ingat betul-betul, • Ketika Prawoto
bahwa di masa itu tidak Mangkusasmito
ada di antara kita bertanya kepada Ki
seorangpun yang ragu- Bagus Hadikusumo
ragu, bahwa dengan pokok tentang makna sila
dasar “Ketuhanan Yang pertama, beliau
Maha Esa” itu kita hanya menjawab
maksudkan dengan singkat: Tauhid. (Ki
‘aqidah. (H. Agus Salim, Bagus Hadikusumo,
Anggota Panitia 9) Anggota PPKI)
• Pancasila terdiri atas dua lapis fundamen,
yaitu: fundamen moral dan fundamen politik.
• “Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi
dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita
untuk menyelenggarakan segala yang baik.
• “Akibat dari pada perubahan urutan yang lima
pasal itu, sekalipun ideologi negara tidak Moh.
berubah, dengan perubahan kata-kata, politik
negara MENDAPAT DASAR MORAL YANG KUAT. Hatta
‘Ketuhanan’ tidak lagi hanya sekedar hormat-
menghormati agama masing-masing,
melainkan jadi dasar yang memimpin ke jalan
kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran,
persaudaraan dan lainnya. Negara dengan itu
memperkokoh fondamennya.”
(Pengertian Pancasila, Moh. Hatta, 1989)
3-Tafsir PANCASILA
Dinamika Tafsir Pancasila
Orde Lama
Dekrit Presdien:
PIAGAM JAKARTA Nasakom
menjiwai Konstitusi
Orde Baru
Kembali ke UUD 1945 Indoktrinasi
secara murni dan semi
konsekuen militeristik
Orde Reformasi
Hapus KKN
kehidupan yang lebih BPIP
bebas dan aspiratif
Masalah Tafsir
• Ideologi tertutup;
• Tafsir tunggal rezim berkuasa;
• Indoktrinasi (BP7) semi militeristik.
Ideologi
TERBUKA
Mengawal Pancasila
1. Masih adanya kelompok yang menafsirkan
pancasila secara: komunis (sosialisme) dan
Staats
• Norma Dasar Negara
Fundamental • Sumber dari segala
Norm sumber hukum Negara
(ground norm)
MHD
Darul Ahdi wa
Syahadah Negara
Kesepakatan dan
PANCASILA
Pembuktian
Mitsaqul NU
Gholizho Perjanjian yang
kokoh dalam
berbangsa dan
bernegara
Al Iithar al PKS
NKRI
Mustarak Rumah, kerangka,
bingkai dalam
kehidupan
berbangsa dan
bernegara.
Negara sebagai institusi adalah
PANCASILA “kerangka” (al iithar al
mushtarak), contested terrain.
PKS berjuang untuk mengisinya
dengan syariat/nilai-nilai Islam
universal dalam rangka
NKRI
berkhidmat untuk ummat,
bangsa dan negara.
Implementasi Pancasila
• Dasar bagi cara pandang (wawasan) ke dalam, keluar
serta melihat dinamika lingkungan strategis yang terjadi.