Anda di halaman 1dari 28

PELATIHAN MODERASI BERAGAMA DAN NASIONALISME / KERUKUNAN

UMAT BERAGAMA BAGI ASN PADA KANTOR KEMENAG


KAB.RAJA AMPAT

Mata Pelatihan:
Titik Temu Agama dan Pancasila

Oleh:
YOTAN MANGA’PAN, M.Pd.K
WIDYAISWARA BDK PAPUA

WAISAI, 9 JUNI 2021


Dukungan terhadap Pancasila
Vs NKRI Bersyariah
PANCASILA KONSENSUS BANGSA
 rapat-rapat Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
dibentuk pada 29 April 1945
 BPUPKI diberi tugas menyelidiki semua hal penting
termasuk politik, ekonomi, dan lain-lain yang dibutuhkan
dalam usaha pembentukan negara Indonesia. Badan ini
dipimpin KRT Dr Radjiman Wedyodiningrat.
 Dalam sidang resmi BPUPKI yang pertama pada 29 Mei-1
Juni 1945 sejumlah tokoh menyampaikan pidatonya
terkait perumusan asas dasar negara. Para tokoh itu di
antaranya M. Yamin, Soepomo, dan Sukarno
Islam sebagai Dasar Negara:
Ki Bagus Hadikusumo
 “Islam mengajarkan persatuan atas dasar persaudaraan yang
kokoh, maka bangunlah negara di atas dasar ajaran Islam…
Jika Tuan-tuan bersungguh-sungguh menghendaki Negara
Indonesia mempunyai rakyat yang kuat bersatu padu
berdasar persaudaraan yang erat dan kekeluargaan serta
gotong royong, dirikanlah negara kita ini di atas petunjuk-
petunjuk al-Qur’an dan al-Hadist..”

Ki Bagus Hadikusumo, pidato Sidang BPUPK, 31 Mei 1945


Pemisahan Urusan Agama dan Urusan Negara:
Mohammad Hatta
 “Kalau kita sekarang hendak menyusun Negara Indonesia
di kemudian hari, hendaknya kita insaf akan apa yang kita
kerjakan dan mengerti akan pedoman yang kita pakai. Kita
tidak akan mendirikan negara dengan dasar perpisahan
antara ‘agama dan negara’, melainkan kita akan
mendirikan negara modern di atas dasar perpisahan antara
urusan agama dengan urusan negara. Kalau urusan agama
juga dipegang oleh negara, maka agama menjadi perkakas
negara, dan dengan itu hilang sifatnya yang murni. Urusan
negara urusan kita semua. Urusan agama Islam adalah
urusan ummat dan masyarakat Islam semata-mata”.
Mohammad Hatta, pidato Sidang BPUPK, 30 Mei 1945
Negara Nasional Tidak A-Religus:
Soepomo
 “Akan tetapi Tuan-tuan yang terhormat, akan mendirikan Negara Islam di
Indonesia berarti, tidak akan mendirikan negara persatuan. Mendirikan
Negara Islam di Indonesia berarti mendirikan negara yang akan
mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar, yaitu golongan
Islam. Jikalau di Indonesia didirikan Negara Islam, maka tentu akan
timbul soal-soal ‘minderherden’, soal golongan yang kecil-kecil,
golongan agama Kristen dan lain-lain. Meskipun Negara Islam akan
menjamin dengan sebaik-baiknya kepentingan golongan-golongan lain
itu, akan tetapi golongan-golongan agama kecil itu tentu tidak akan bisa
mempersatukan dirinya dengan negara”.
Soepomo, pidato Sidang BPUPK, 31 Mei 1945
dikutip dari Himpunan Risalah Sidang-Sidang dari BPUPKI dan PPKI yang
Berhubungan dengan Penyusunan UUD 1945:
M. Yamin berpidato pada 29 Mei 1945 merumuskan 5 asas dasar negara, yaitu Peri
Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan
Rakyat.

Soepomo mengusulkan "Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu Persatuan,


Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi, Musyawarah, serta Keadilan Sosial.

Bung Karno sendiri berpidato pada 1 Juni 1945. Saat itu Sukarno memperkenalkan 5
sila, yang terdiri dari Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Peri
Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang
Maha Esa. PANCASILA.Sila artinya asas atau dasar. "Di atas kelima dasar itulah kita
mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi," ujarnya. "Pancasila itulah yang
berkobar-kobar di dalam dada saya sejak berpuluh tahun."
 BPUPKI kemudian membentuk Panitia Sembilan untuk
merumuskan lebih rinci dasar negara yang nantinya
tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945.
 Panitia Sembilan ini beranggotakan:
 1. Ir. Soekarno
2. Drs. Mohammad Hatta
3. Mr. A. A. Maramis
4. Mr. Muhammad Yamin
5. Ahmad Subardjo
6. Abikoesno Tjokrosoejoso
7. Abdul Kahar Muzakkar
8. H. Agus Salim
9. K.H Abdul Wahid Hasyim
 Hasil
pembahasan Panitia Sembilan tertuang
dalam Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945
sebagai berikut:
 1.Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Namun, perumusan soal dasar negara ini masih
belum selesai. Masih timbul perdebatan antara
kelompok kebangsaan dan kelompok Islam. Saat
rapat Panitia Perancang UUD pada 11 Juli 1945, J
Latuharhary menyampaikan keberatan terutama
kewajiban melakukan syariat buat pemeluk-
pemeluknya. "Akibatnya mungkin besar, terutama
terhadap agama lain
 Setelah melalui berbagai kompromi pada rapat Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945,
Hatta menyebutkan rumusan final pembukaan UUD
Negara. Salah satunya menyebutkan perubahan
kalimat pada dasar negara menjadi hanya "Negara
berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa".
 "Inilahperubahan yang maha penting menyatukan
segala bangsa," ujar Hatta. Perubahan ini merupakan
rumusan final dasar negara yang dikenal dengan nama
Pancasila.
Pancasila dan
Tauhid
“Tidak diragukan lagi Pakistan adalah sebuah negeri Islam.
Begitu juga Indonesia adalah sebuah negeri Islam karena
fakta bahwa Islam diakui sebagai agama rakyat, sekalipun
dalam konstitusi kami tidak dengan tegas dinyatakan
sebagai agama negara. Namun Indonesia tidak
mengeluarkan agama dari sistem kenegaraan. Bahkan ia
telah menaruhkan kepercayaan tauhid (monotheistic
belief) kepada Tuhan pada tempat teratas dari Pancasila:
Lima Prinsip yang dipegang sebagai dasar etik, moral dan
spiritual negara dan bangsa..”

Mohammad Natsir, The Pakistan Institute of World Affairs,


1952
Ketuhanan Leitstar Pancasila
Sukarno
 “Pada garis besarnya rakyat Indonesia ini percaya kepada Tuhan.
Bahkan Tuhan yang sebagai yang kita kenal di dalam agama,
agama kita. Dan formulering Tuhan Yang Maha Esa bisa diterima
oleh semua golongan agama di Indonesia ini. Kalau kita
mengecualikan elemen agama ini, kita membuang salah satu
elemen yang bisa mempersatukan batin bangsa Indonesia dengan
cara yang semesra-mesranya. Kalau kita tidak memasukkan sila
ini, kita kehilangan salah satu leitstar yang utama. Sebab
kepercayaan kita kepada Tuhan ini, bahkan itulah yang menjadi
leitstar kita yang utama. Untuk menjadi satu bangsa yang
mengejar kebajikan, satu bangsa yang mengejar kebaikan..”

Sukarno, Kursus Pancasila, 26 Mei 1958


Ketuhanan sebagai Sumber:
Pemikiran Bung Hatta
 Akibat daripada perubahan urutan sila yang lima itu,
sekalipun ideologi negara tidak berubah karena itu, ialah
bahwa politik negara mendapat dasar moral yang kuat.
Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi hanya dasar hormat-
menghormati agama masing-masing, seperti yang
dikemukakan oleh Bung Karno bermula, melainkan jadi
dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan,
kebaikan, kejujuran dan persaudaraan. Negara dengan itu
memperkokoh fundamennya.

Mohammad Hatta, Pengertian Pancasila, 1989: 30


Hubungan Agama dan Negara Pancasila

 Alfred Stephan disebut sebagai toleransi kembar (twin


toleration) di mana negara menoleransi agama dengan
tidak bertindak interventif atas pengamalannya, namun
tetap melindungi dan menfasilitasi kehidupan beragama di
kalangan umat.
 Demikian pula agama menoleransi negara dengan tidak
memaksakan nilainya, menjadi agama negara, namun
pada saat bersamaan menopang kehidupan bernegara
melalui pembentukan etika politik di tengah kehidupan
kewarganegaraan (Stepan, 2005:5-6).
Penafsiran Baru Pancasila

 Di masa Orde Lama, penafsiran terhadap Pancasila


bersifat sosialistik melalui Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi
(Tubapi) yang berisi Manifesto Politik (Manipol) dan USDEK
(UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia). oleh
Presiden Soekarno disebut sebagai “hadist” yang menafsiri
“al-Qur’an”, yakni Pancasila. Pendekatan sosialistik
memang menjadi karakter dari pemikiran Bung Karno,
yang ia legalkan sebagai tafsir resmi negara atas
Pancasila.
Penafsiran Baru Pancasila

 Di masa Orde Baru, pemerintahan Presiden Soeharto


mengembangkan tafsir yang berbeda melalui Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4). Jika Tubapi
menafsiri Pancasila secara sosialistik, maka P-4 menafsiri
dasar negara ini dalam konteks moralitas warga negara.
Karena memahami Pancasila sebagai nilai-nilai moralitas
kewarganegaraan yang harus diamalkan oleh warga
negara. Maka P-4 lebih peduli dengan proses penghayatan
nilai-nilai agar warga negara bisa mengamalkan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila Cerminan Ajaran Agama Tentang Keadaban Publik

 Keadaban public (nilai-nilai kebaikan public)

Definisi Agama menurut Hindu:


 (Agama) adalah Satya, Rta, Diksa, tapa, brahma dan yajna
(semoga semua ini) ia akan dapat memberikan tempat dan
mengatur hidup kita, dulu, sekarang dan yang akan datang
di dunia (ini)
(Ath.W.XII.1.1, Weda Parikrama, Gde Pudja)
 Satya : Kebenaran yang absolut
 Rta: dharma atau perundang-undangan yang mengatur
kehidupan manusia
 Diksa : pensucian
 Tapa : semua perbuatan suci
 Brahma : adalah doa atau mantra-mantra
 Yadnya : Korban
DISKUSI

 Diskusikan Ajaran-Ajaran Agama


masing-masing yang sesuai dengan Sila-
Sila Pancasila
HASIL DISKUSI
Pancasila sesuai dengan ajaran Hindu :

Sila I : terkandung dalam ajaran Panca Sradha ( percaya


dengan adanya Brahman/TYME) Reg Weda.VIII.25.16
Sila ke 2 : terkandung dalam ajaran Tatwam Asi (aku adalah
kamu, kamu adalah aku) Chandogya Upanisad.
Sila ke 3 : terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika Tan Hana
dharma Mangrwa/Kitab Sutasoma karya MPU Tantular. Reg
Weda X.191.2-4
Sila ke 4 : terkandung dalam ajaran Asta Brata (8 Sifat
Pemimpin yang Utama) dalam Itihasa Ramayana.
Sila ke 5 : terkandung dalam ajaran Tri Pararta (asih, Punia,
Bhakti). Dalam kitab manawa darma sastra bab.IV.229.230.
Dalil2 dalam Al qur'an yang relevan dengan
sila2 dalam Pancasila atl:
1.Ketuhanan Yang Maha Esa- Al Ikhlas ayat
1-4Katakanlah Tuhan itu satu

2.Kemanusiaan yang Adil dan Beradab- An


Nisa' ayat 135Wahai orang2 yg beriman
jadilah kamu penegak keadilan dan menjadi
karena Allah walaupun terhadap dirimu
sendiri atau terhadap Bapak Ibu dan kaum
kerabatmu- Al An'am ayat 151- Al Maidah
ayat 32- An Nur ayat 55- Yusuf ayat 40
3.Persatuan Indonesia-Al Hujarat ayat 13Hai
Manusia,Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki2 dan perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa2 dan bersuku2 supaya kamu saling kenal
mengenal,sesungguhnya orang yg paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yg paling bertakwa
diantara kamu- Ali Imron ayat 64- Al An'am ayat 153-
Al Bayyinah ayat 1-5

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan-
Al Ghasiyah ayat 22- As Syura ayat 38Dan bagi
orang2 yg menerima atau mematuhi seruan Rabnya
dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
diputuskan dg musyawarah antara mereka dan mereka
 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia- An Nisa'
ayat 58- An Nisa' ayat 135- Al Maidah Ayat 8- Al An 'Am
ayat 152- An Nahl ayat 90Sesungguhnya Allah menyuruh
manusia berlaku adil dan berbuat kebaikan,memberi
sedekah kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari
perbuatan keji,kemungkaran dan permusuhan,Dia
memberi pengajaran kepadamu manusia agar kamu dapat
mengambil pelajaran

Anda mungkin juga menyukai