Anda di halaman 1dari 5

PANCASILA

“Awal Rumusan Pancasila”

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pancasila

Dosen Pengampu : Sri Rejeki, Skom, MM

Disusun Oleh

Kelompok 6

1. Adinda Dwi Nurul Aulia 202110325121


2. Alycia Agustina Regita Cahyani 202110325104
3. Nafia 202110325094

MANAJEMEN 4-UNGGULAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
Jl. Perjuangan N0. 81, Marga Mulya, Kec. Bekasi Utara, Kota Bks, Jawa Barat
1714 (021)8895588 Jawa Barat
1. Rumusan Moh Yamin-Secara Lisan
Tokoh-tokoh yang terlibat salah satunya adalah Moh Yamin. Ia adalah tokoh nasional
yang banyak berkontribusi dalam sejarah tanah air. Moh Yamin mengusulkan dasar
negara yang disampaikan pada 29 Mei 1945. Awalnya, ia menyampaikan dasar
negara tersebut tidak secara tertulis. Ia mengemukakan lima asas negara Indonesia
secara lisan sebagai berikut:
- Peri Kebangsaan
- Peri Kemanusiaan
- Peri Ketuhanan
- Peri Kerakyatan
- Kesejahteraan Rakyat
2. Rumusan Moh Yamin-Secara Tertulis
Gagasan tersebut yang awalnya diungkapkan dengan lisan kemudian disampaikan
secara tertulis dengan rumusan sebagai berikut:
- Ketuhanan Yang Maha Esa
- Kebangsaan Persatuan Indonesia
- Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
- Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan
- Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
3. Rumusan Soepomo
Sopeomo menyampaikan pidatonya mengenai dasar negara sebagai “Panca Dharma”
pada 31 Mei 1945. Rumusan dasar negara menurut Soepomo itu adalah sebagai
berikut:
- Persatuan
- Kekeluargaan
- Keseimbangan Lahir dan Batin
- Musyawarah
- Keadilan Rakyat

Soepomo mengajukan kepada komisi pilihan antara tiga konsep kenegaraan, yaitu
yang bersifat individualistis, yang bersifat marxistis, dan yang bersifat integral.
Negara Integralistik menggambarkan bahwa Negara mengatasi segala paham
golongan, mengatasi segala paham perseorangan, dan menghendaki persatuan.
Supomo menjabarkan tentang gagasan negara Islam dan gagasan negara yang
berdasarkan cita-cita luhur dari agama Islam.

Menurut beliau, di dalam negara yang tersusun sebagai negara Islam, negara tidak
bisa dipisahkan dari agama. Negara dan agama adalah satu, bersatu padu dan hukum
syariat itu dianggap sebagai perintah Tuhan untuk menjadi dasar yang dipakai oleh
negara. Akan tetapi Supomo menganjurkan supaya negara Indonesia tidak menjadi
negara Islam, tetapi menjadi “negara yang memakai dasar moral yang luhur, yang
dianjurkan juga oleh agama Islam.”

Semangat kekeluargaan merupakan penekanan Soepomo menyangkut bentuk sebuah


negara. Dengan kata lain, negara dikelola layaknya keluarga harmonis. Konstitusi
dianjurkan untuk tidak mengatur urusan hak-hak dasar. Pasalnya, Soepomo
berpandangan, konsekuensi dari pengaturan tersebut ialah mengemukanya paham
bersifat perseorangan. Untuk menjaga paham kekeluargaan, perwakilan golongan
merupakan salah satu aspek penting.

4. Rumusan Ir. Soekarno

Dalam sidang pertama BPUPKI pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan ihwal
“Dasar Indonesia Merdeka" dan memperkenalkan istilah Pancasila atau lima sila.
Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila.

Rumusan Soekarno berbentuk philosophische grondslag atau weltanschauung.


Philosophische Grondslag atau Weltanschauung adalah fundamen, filsafat, pikiran,
jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan Indonesia merdeka
yang kekal dan abadi.

Negara Indonesia yang kekal abadi itu, menurut Ir. Soekarno, dasarnya adalah
Pancasila. Rumusan dasar negara yang diusulkan Ir. Soekarno adalah sebagai berikut:

 Kebangsaan Indonesia
 Internasionalisme atau peri kemanusiaan
 Mufakat atau demokrasi
 Kesejahteraan sosial
 Ketuhanan yang berkebudayaan

Ir. Soekarno menyampaikan bahwa kelima dasar negara tersebut tidak diberi nama
Panca Dharma, melainkan Pancasila. Sila artinya asas atau dasar dan di atas kelima
dasar itulah mendirikan negara Indonesia yang kekal dan abadi.

Setelah Ir.Soekarno selesai menyampaikan gagasan dasar negara, masih terdapat


perbedaan pendapat yang cukup tajam antara kubu nasionalis dan kubu agamis. Salah
satu hal yang diperdebatkan adalah tentang bentuk negara, antara negara kebangsaan
atau negara Islam.

Menyikapi hal tersebut, dibentuklah Panitia Sembilan guna menemukan jalan tengah
dalam perumusan dasar negara. Panitia Sembilan terdiri dari Ir. Soekarno,
Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, Mohammad Yamin, KH Wahid Hasjim,
Abdoel Kahar Moezakir, Abikusno Tjokrosoejoso, Haji Agus Salim, dan A.A.
Maramis.

5. Rumusan Panitia 9 (Piagam Jakarta)

Piagam Jakarta adalah bentuk dokumen historis hasil dari kompormi silang pihak
Islam dengan pihak kebangsaan atau nasionalis yang terbentuk dalam BPUPKI.

Piagam Jakarta digunakan untuk menjembatani perbedaan agama yang muncul di


Indonesa. Piagam Jakarta atau Jakarta Charter memiliki sebuah naskah yang disusun
pada Rapat Panitia Sembilan atau 9 Tokoh pada 22 Juni 1945. Naskah yang terdapat
dalam Piagam Jakarta adalah sebuah rumusan dasar negara. Berikut ini rumusan dasar
negara menurut Piagam Jakarta:

 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya


 Kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Persatuan Indonesia.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
atau perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

6. Rumusan dalam Pembukaan UUD 1945


Sebelum akhirnya menjadi Pancasila seperti sekarang, rumusan dari sidang BPUPKI
juga masih dibahas lagi dalam sidang PPKI, Konstitusi RIS dan UUD sementara.
Kegagalan konstituante untuk menyusun UUD baru pengganti UUD Sementara,
membuat Presiden Soekarno mengambil langkah dengan menetapkan kembali UUD
1945 yang disahkan PPKI.

Dengan begitu, rumusan Pancasila di dalam Pembukaan UUD kembali menjadi


rumusan resmi yang digunakan. MPR lalu menerima rumusan ini dan menetapkannya
dalam Tap MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Kepastian Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan
tentang Penegasan Pancasila sebagai Landasan Negara.

Bunyi rumusan Pancasila dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut:

 Ketuhanan Yang Maha Esa


 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
 Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Adapun bunyi Pancasila yang resmi sampai sekarang dan menjadi bagian dari
ideologi negara adalah sebagai berikut:

 Ketuhanan Yang Maha Esa


 Kemanusian Yang Adil dan Beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan
 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai