Anda di halaman 1dari 7

Jurnal

Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729


Vol. 17 No. 1, 2017

MODEL PENGELOLAAN WISATA BAHARI BERKELANJUTAN


DI PULAU NUSA PENIDA, KECAMATAN NUSA PENIDA
KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI


I Wayan Darsana1*, I Made Sendra1, I Made Adikampana2, I GA. Oka Mahagangga2

1. Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
2. Program Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar, Bali

*E-mail : w.darsana@yahoo.com



ABSTRAK

Nusa Penida memiliki potensi wisata yang sangat prospektif namun belum dikelola secara
maksimal. Salah satunya adalah potensi wisata bahari yang selama ini belum sepenuhnya dimanfaatkan
untuk kepentingan masyarakat lokal. Tulisan ini berupaya menemukan model pengelolaan wisata bahari
secara berkelanjutan di Pulau Nusa Penida, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan, Pertama minimnya peran
stakeholders wisata bahari yang sebagian besar merupakan investor dari luar Nusa Penida dalam
pengelolaan wisata bahari secara berkelanjutan. Para investor cenderung profit oriented dan
mengesampingkan peran serta warga masyarakat lokal. Kedua, minimnya peran serta warga masyarakat
lokal dalam pengelolaan wisata bahari di daerah asalnya yang dominan dikuasai oleh investor luar, Ketiga,
model pengelolaan wisata bahari yang tepat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah
community based tourism dengan pendekatan desa wisata atau alternatif lain sebagai ecotourism.

Kata kunci : model pengelolaan, wisata bahari.



PENDAHULUAN ekonomi dari aktivitas wisata bahari terhadap
masyarakat setempat.
Di wilayah Kepulauan Nusa Penida Untuk mencapai tujuan-tujuan
terdapat Potensi wisata bahari / marine tourism pengelolaan wisata bahari secara terpadu dan
yaitu: pantainya berpasir putih, keadaan laut berkelanjutan, maka perlu keterlibatan
yang sangat jernih dengan berbagai jenis ikan masyarakat, pemerintah dan perangkat
warna – warni seperti: Manta Point ( Pari kebijakannya serta Industri pariwisata ( Biro
manta) di Selatan Pulau Nusa penida , Sunfish ( Perjalanan wisata dan industri jasa dive operator
Ikan Mola – Mola) di Crystal bay Desa Sakti , lainnya) sehingga pengelolaan wisata bahari di
terumbu karang yang indah, Fishing (Wisata Pulau Nusa Penida berkembang lebih terarah
Memancing), Water Sport ( Olah Raga Air) di dan memberikan nilai manfaat untuk
Desa Toyepakeh, Diving di Perairan Pulau Nusa meningkatkan kesejahteraan ekonomi
Penida (wisata menyelam). masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan
Potensi Daya tarik wisata Bahari di Pulau wisata bahari agar tetap berkelanjutan.
Nusa Penida semestinya memberikan dampak Berdasarkan uraian pada latar belakang yang
positif terhadap masyarakat setempat dan telah disampaikan, dapat dirumuskan beberapa
menambah PAD (Pendapat Anggaran Daerah) permasalahan sebagai berikut :
Kabupaten Klungkung. Berdasarkan Observasi 1. Bagaimanakah Partisipasi Pelaku Pariwisata
di lapangan, belum ditemukan bentuk (Stakeholders) dalam Pengelolaan Wisata
pengelolaan wisata bahari di Pulau Nusa Penida Bahari yang Berkelanjutan di Kawasan
yang dilakukan baik dari Pemerintah Daerah Pulau Nusa Penida ?
Kabupaten Klungkung atau pun keterlibatan 2. Bagaimana Model Pengelolaan Wisata
masyarakat dalam pengelolaan serta manfaat Bahari di Kawasan Pulau Nusa Penida ?

10

Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017

TINJAUAN PUSTAKA menyelidiki-mencari pola dan hubungan di


antara rincian spesifik. Untuk melakukan
Dalam tulisan ini menggunakan beberapa analisis data dihubungkan dengan konsep/teori
konsep dan teori yang menjadi framing dalam generalisasi awal dan mengindentifikasi ke
pembahasan. Ada pun beberapa konsep dan dalam tema-tema. Analisis memungkinkan
teori tersebut adalah pariwisata minat khusus meningkatkan pemahaman, mengembangkan
(Novelli, 2005), perencanaan pariwisata teori dan memajukan pengetahuan (Neuman,
(Paturusi, 2008), pendekatan perencanaan 2013 : 559).
pariwisata (Inskeep, 1991) dan pengelolaan
pariwisata (Cox dalam Dowling dan Fennel,
2003). HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaku Pariwisata Lokal dan Pelaku
METODE Pariwisata Luar Nusa Penida
Sampai saat ini di Kecamatan Nusa Penida
Metode deskriptif kualitatif adalah (Pulau Nusa Penida dan Pulau Lembongan)
metode yang menuturkan dan menafsirkan data terdapat delapan dive operator yaitu Lembongan
yang ada , misalnya situasi yang dialami, satu Dive Adventure, Lembongan Dive Centre,
hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang Lembongan Dive Scuba, Pro Dive, Bali Dive
menampak atau tentang satu proses yang Academy, World Diving Lembongan, Blue Corner
sedang berlangsung, penmgaruh yang sedang Diving, dan MM Diving.
bekerja, kelainan yang sedang muncul, Untuk water sport terdapat dua cruise
kecendrungan yang menampak, pertentangan besar yang memiliki ponton berlabuh di pulau
yang meruncing dan sebagainya (Rangkuti, Lembongan, satu cruise kecil dengan ponton
1994). Sample dalam penelitian ini adalah kecil di pulau Ceningan, dan satu cruise besar
menggunakan informan sebagai ciri khas dengan satu ponton di pulau Penida. Setiap
penelitian kualitatif. Ada pun teknik penentuan cruise yang ada di Nusa Penida menyediakan
informan menggunakan purpossive sampling jasa watersport seperti snorkling, parasailing,
yaitu teknik penentuan sampling yang kayaking, banana boat dan lain lain. Cruise yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian (Nawawi, menyediakan jasa tersebut antara lain, Bali Hai
2005). Metode yang digunakan adalah metode II Cruise, Bounty Cruise, Quick Silver, dan Eka
observasi (Ghony dan Almanshur, 2014), Jaya Cruise.
metode wawancara mendalam (Kusmayadi, Berdasarkan observasi dilapangan bahwa
2000) dan studi kepustakaan (Wardiyanta, Perkembangan Dive Operator di Pulau Nusa
2010). Teknik analisis data yang digunakan Penida saat ini berkembang cukup dimana
adalah analisis data kualitatif, yaitu secara pemiliknya berasal dari Luar Pulau Bali dan
sistematis menyusun, mengintegrasikan dan pemilik asing, seperti tabel 1 sebagai berikut :


Tabel 1. Nama Dive Operator di Nusa Penida dan Nusa Lembongan

No Nama Dive Operator Lokasi Keterangan
1 Dive Octopus Desa Ped -
2 Nusa Penida Water Sport Desa Toyepakeh -
3 Nusa Penida Dive Resort / Desa Toyepakeh -
Potapecska Skola Dive
Center (Czech Dive School )
4 Lembongan Dive Adventure Nusa Lembongan -
5 Lembongan Dive Cente Nusa Lembongan -
6 Pro Dive Nusa Lembongan -
7 Bali Diving Academy Nusa Lembongan -
8 World Diving Lembongan Nusa Lembongan -
9 Blue Corner Diving Nusa Lembongan -
10 MM Diving Nusa Lembongan -
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

11

Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017

Berdasarkan data di lapangan aktivitas 1993).Penekanan desa wisata adalah


wisatawan di Nusa Penida cenderung menyelam pengelolaan langsung dari warga masyarakat
fun-dive dan dive-course di titik lokasi crystal bay lokal, dengan partisipasi aktif, masyarakat
dan manta point dibandingkan dengan titik terlibat mulai dari tahapan perencanaan, hingga
lokasi selam lainnya. Dive operator yang evaluasi. Pariwisata berbasis masyarakat
berkedudukan di Nusa Penida hanya tiga seperti menjadi hal penting ditengah krisis dunia
tersebut di atas, sisa dengan jumlah yang lebih pariwisata global yang mengacu kepada mass
banyak berkedudukan di pulau Lembongan tourism dan menimbulkan lebih banyak dampak
dengan titik lokasi menyelam di Pulau Nusa negative daripada dampak positifnya.
Penida (crystal bay dan manta point). Pemahaman terhadap alternative tourism juga
Tarif menyelam di Nusa Penida dengan harus dipahami, bahwa warga masyarakat
menggunakan guide berkisar antara Rp. 425.000 setempat tidak dilepas begitu saja, melainkan
sampai Rp. 745.000 untuk satu kali penyelaman. memerlukan fasilitator, pendampingan dan yang
Jumlah wisatawan di masing-masing dive terpenting desa wisata adalah menekankan
operator saat high season tidak seragam. kepada wisatawan minat khusus, berskala kecil
Tergantung dari besar kecilnya dive operator dan berkelanjutan mensejahterahkan warga
terutama ditinjau dari jumlah Sdm, fasilitas- masyarakat, serta pelestarian lingkungan
peralatan yang dimiliki, dan jaringan termasuk kebudayaan yang diwariskan. Hal
pemasarannya. Jumlah kunjungan rata-rata terpenting agar suatu desa dapat menjadi desa
wisatawan di masing-masing dive operator wisata adalah memiliki keunikan dan
(termasuk dive operator berkedudukan di Nusa mendapatkan legitimasi dari pemerintah
Lembongan) mulai dari 35 orang per bulannya kabupaten (Bupati) bahwa desa tersebut
hingga 1000 orang. Berbeda saat low season dive merupakan desa wisata.
operator kedatangan wisatawan jumlahnya kecil Penetapan suatu desa wisata paling tidak
mulai dari 10 sampai 300 orang wisatawan. memiliki beberapa persyaratan, upaya-upaya,
Amat disayangkan hampir keseluruhan pembangunan fasilitas, dan tipe-tipe desa wisata
pemilik jasa dive operator berasal dari luar Nusa sebagai pilihan yaitu (Anom, dkk : 2015):
Penida, Nusa Lembongan maupun Nusa 1. Memiliki keunikan
Ceningan (Kecamatan Nusa Penida). Meskipun 2. Aksesbilitasnya cukup terjangkau
beberapa tenaga kerjanya direkrut dari warga 3. Kesamaan Visi dan Misi di Masyarakat
masyarakat setempat. Fakta ini menunjukkan tentang desa wisata
peran warga masyarakat lokal masih rendah 4. Keamanan dan Hospitality
untuk berkecimpung di dunia pariwisata 5. Infrastruktur cukup memadai
khususnya wisata bahari, belum sebanding 6. Kondisi Lingkungan dan Kenyamanan
dengan potensi wisata bahari yang dimiliki. 7. Memiliki kaitan dengan daya tarik wisata
Kemungkinan penyebabnya adalah terdekat.
permasalahan permodalan, Sdm dan belum
menyadari akan potensi serta kemampuan yang Untuk suksesnya pembangunan desa
dimiliki. wisata, perlu ditempuh upaya-upaya sebagai
berikut :
Model Pengelolaan Wisata Bahari di 1. Pembangunan Sumber Daya Manusia
Kawasan Pulau Nusa Penida (SDM)
Ada pun model pengelolaan wisata bahari Pelaksanaan pembangunan Sumber Daya
secara berkelanjutan di Nusa Penida Manusia (SDM), bisa dilakukan
berdasarkan teknik analisis data secara melalui pendidikan, pelatihan dan
kualitatif dengan memperhatikan data empiris keikutsertaan dalam seminar,
(pendekatan emic) maka melalui tahapan diskusi, dan lain sebagainya, serta di
interpretatif data (pendekatan ethic) model yang bidang-bidang kepariwisataan.
dianggap tepat untuk pengelolaan wisata bahari Pendidikan diperlukan untuk tenaga-
secara berkelanjutan ke depan adalah model tenaga yang ditugaskan generasi
desa wisata sebagai bagian dari alternatif muda dari desa yang bersangkutan untuk
tourism. dididik mereka yang akan
Desa wisata merupakan suatu bentuk diberi tugas menerima dan melayani
integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas wisatawan. Keikutsertaan dalam seminar,
pendukung yang disajikan dalam suatu struktur diskusi, dan lain sebagainya diberikan
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan kepada para petugas kepariwisataan di
tata cara dan tradisi yang berlaku. (Nuryanti, desa, kecamatan, dan kabupaten, karena

12

Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017

penduduk desa umumnya hanya meningkatkan pembangunan desa wisata


mempunyai keterampilan bertani. Kepada tersebut.
mereka dapat diberikan pelatihan Untuk memperkaya Obyek dan Daya
keterampilan lain untuk menambah Tarik Wisata (ODTW) di suatu desa wisata,
kegiatan usaha seperti kerajinan, industri dapat dibangun berbagai fasilitas dan kegiatan
rumah tangga, pembuatan makanan lokal, sebagai berikut :
budi daya jamur, cacing, menjahit, dan lain 1. Eco-lodge: renovasi homestay agar
sebagainya. memenuhi persyaratan akomodasi
2. Kemitraan wisatawan, atau membangun guest house
Pola kemitraan atau kerjasama dapat saling berupa, bamboo house, traditional
menguntungkan antara pihak pengelola house, log house, dan lain sebagainya.
desa wisata dengan para pengusaha 2. Eco-recreation: kegiatan pertanian,
pariwisata di kota atau pihak Pembina desa pertunjukan kesenian lokal, memancing
wisata dalam hal ini pihak dinas pariwisata ikan di kolam, jalan-jalan di desa (hiking),
daerah. Bidang-bidang usaha yang bisa biking di desa dan lain sebagainya.
dikerjasamakan, antara lain seperti: bidang 3. Eco-education: mendidik wisatawan
akomodasi, perjalanan, promosi, pelatihan, mengenai pendidikan lingkunagn dan
dan lain-lain. memperkenalkan flora dan fauna yang ada
3. Kegiatan Pemerintahan di Desa di desa yang bersangkutan.
Kegiatan dalam rangka desa wisata yang 4. Eco-research : meneliti flora dan fauna yang
dilakukan oleh pemerintah desa, antara lain ada di desa, dan mengembangkan
seperti : Rapat-rapat dinas, pameran produk yang dihasilkan di desa, serta
pembangunan, dan upacara-upacara hari- meneliti keadaan sosial ekonomi dan
hari besar diselenggarakan di desa wisata. budaya masyarakat di desa tersebut, dan
4. Promosi sebagainya.
Desa wisata harus sering dipromosikan 5. Eco-energy : membangun sumber energi
melalui berbagai media, oleh karena itu tenaga surya atau tenaga air untuk Eco-
desa atau kabupaten harus sering lodge.
mengundang wartawan dari media cetak 6. Eco-development : menanam jenis-jenis
maupun elektronik untuk kegiatan hal pohon yang buahnya untuk makanan
tersebut. burung atau binatang liar, tanaman hias,
5. Festival / Pertandingan tanaman obat, dll, agar bertambah
Secara rutin di desa wisata perlu populasinya.
diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang 7. Eco-promotion : promosi lewat media cetak
bias menarik wisatawan atau penduduk atau elektronik, dengan mengundang
desa lain untuk mengunjungi desa wisata wartawan untuk meliput mempromosikan
tersebut, misalnya mengadakan festival kegiatan desa wisata.
kesenian, pertandingan olah raga, dan lain Menurut pola, proses dan tipe
sebagainya. pengelolanya desa atau kampung wisata di
6. Membina Organisasi Masyarakat Lokal Indonesia sendiri, terbagi dalam dua bentuk,
Masyarakat desa biasanya banyak yang yaitu tipe terstruktur dan tipe terbuka.
merantau di tempat lain. Mereka akan 1. Tipe terstruktur (enclave)
pulang ke desa kelahirannya pada saat hari Tipe terstruktur ditandai dengan karakter-
raya agama, yang dikenal dengan istilah karakter sebagai berikut :
“mudik”. Mereka juga bisa diorganisir dan a. Lahan terbatas yang dilengkapi dengan
dibina untuk memajukan desa wisata infrastruktur yang spesifik untuk
mereka. kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai
7. Kerjasama dengan Universitas. kelebihan dalam citra yang
Universitas-Universitas di Indonesia ditumbuhkannya sehingga mampu
mensyaratkan melakukan Kuliah Kerja menembus pasar internasional.
Praktek Lapangan (KKPL) bagi mahasiswa b. Lokasi pada umumnya terpisah dari
yang akan menyelesaikan studinya, masyarakat atau penduduk lokal,
sehubungan dengan itu sebaiknya dijalin sehingga dampak negatif yang
atau diadakan kerjasama antara desa ditimbulkannya diharapkan terkontrol.
wisata dengan Universitas yang ada, agar Selain itu pencemaran sosial budaya
bisa memberikan masukan dan peluang yang ditimbulkan akan terdeteksi sejak
bagi kegiatan di desa wisata untuk dini.

13

Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017

c. Lahan tidak terlalu besar dan masih desa-desa wisata. Selama ini wisata bahari
dalam tingkat kemampuan sudah sangat berkembang pesat di Nusa Penida
perencanaan yang integratif dan namun belum terwujud pemerataan dan hasil
terkoordinir, sehingga diharapkan akan yang dirasakan langsung oleh masyarakatnya.
tampil menjadi semacam agen untuk Keuntungan yang diperoleh oleh para
mendapatkan dana-dana internasional pengusaha (investor dive operator) tidak
sebagai unsur utama untuk diragukan lagi sangatlah besar. Hasil yang
“menangkap” servis-servis dari hotel- diberikan kepada masyarakat Nusa Penida
hotel berbintang lima. dalam bentuk tarif kontribusi juga cukup
Contoh dari kawasan atau perkampungan memadai. Tetapi belum menyentuh terhadap
wisata jenis ini adalah kawasan Nusa Dua, keberlanjutan dari kepariwisataan di Nusa
Bali dan beberapa kawasan wisata di Penida. Desa wisata merupakan salah satu
Lombok. Pendekatan Kawasan pedesaan ini jawaban untuk pengembangan kepariwisataan
diakui sebagai suatu pendekatan yang tidak Nusa Penida.
saja berhasil secara nasional, melainkan Hanya saja yang sangat perlu dipahami
juga pada tingkat internasional. Pemerintah adalah tidak semua desa dapat dijadikan desa
Indonesia mengharapkan beberapa tempat wisata dan untuk sampai pada tahapan
di Indonesia yang tepat dapat dirancang kesuksesan dalam pembangunan desa wisata
dengan konsep yang serupa. memerlukan proses, artinya memerlukan
2. Tipe Terbuka (spontaneus) tahapan dan yang paling kongkret adalah
Tipe ini ditandai dengan karakter-karakter memerlukan waktu untuk dapat mencapai
yaitu tumbuh menyatunya kawasan dengan kesuksesan. Hal ini sering dilupakan oleh para
struktur kehidupan, baik ruang maupun pemegang kebijakan bahkan pelaku desa wisata
pola dengan masyarakat lokal. Distribusi tersebut. Iming-iming akan segera mendapatkan
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan keuntungan yang besar dari kedatangan
wisatawan dapat langsung dinikmati oleh wisatawan tanpa kesiapan produk, atraksi
penduduk lokal, akan tetapi dampak wisata, dan pengelolaan yang baik justru akan
negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke membuat warga masyarakat lokal jenuh dan
dalam penduduk lokal, sehingga sulit mengganggap desa wisata tidak tepat
dikendalikan. Contoh dari tipe diterapkan. Untuk itu diperlukan peranan
perkampungan wisata jenis ini adalah segenap komponen mulai dari pemerintah
kawasan Prawirotaman, Yogyakarta. kabupaten, pemerintah kecamatan, pemerintah
desa, desa adat, warga masyarakat dan
Dari penjabaran desa wisata di atas, Nusa stakeholders bersatu-padu mewujudkannya.
Penida sangat berpotensi untuk pengembangan

Gambar 1. Model Orientasi Terintegrasi

Orientasi Perubahan
Orientasi Kultural
Desa Wisata / Wisata
Bahari Orientasi Bisnis
Keberlanjutan / Tri
Hita Karana
Kesejahterahaan
Masyarakat


Model dalam gambar 1 ”Model Orientasi Penida. Proses awal adalah memahami terlebih
Terintegrasi” di atas merupakan suatu proses dahulu seperti apa desa wisata sebagai bagian
yang dapat diterapkan dalam pengelolaan dari pariwisata alternatif, melihat potensi yang
wisata bahari secara berkelanjutan di Nusa dimiliki, menyamakan visi dan misi segenap

14

Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017

masyarakat, melibatkan dalam pengambilan berjalan bersinergi dengan kebutuhan desa


keputusan, pendampingan dari pemerintah wisata. Permodalan dapat disiasati dengan
kabupaten Klungkung, LSM dan akademisi, bantuan dari pemerintah, LSM atau investor
dilanjutkan dengan melakukan perencanaan. yang merasa bertanggungjawab untuk turut
Kesulitannya adalah bagaimana mampu membantu desa wisata. Kelembagaan dan Sdm
mengubah mind set warga masyarakat yang yang diperkuat secara perlahan dengan
sudah kadung memiliki orientasi perubahan memberikan bukti dan keyakinan akan besarnya
berbasiskan materaial seperti bagaimana agar manfaat dari desa wisata, terakhir adalah
cepat memperoleh uang. Proses selanjutnya pentingnya jaringan desa wisata yang akan
adalah membuka pemahaman akan pentingnya mempermudah dalam hal pemasaran maupun
orientasi kultural yang mengacu kepada filosofis promosi.
Tri Hita Karana. Keberadaan Nusa Penida yang Nusa Penida tidak akan sulit untuk
dahulu dikenal sebagai daerah kering, melaksanakan keseluruhan orientasi dan
terbelakang dan angker, namun saat ini sudah tahapan pengembangan desa wisata tersebut di
berubah dengan pesatnya sebagai destinasi atas karena hampir keseluruhan sudah ada dan
pariwisata yang sangat diminati oleh wisatawan. dimiliki. Tinggal sekarang bagaimana cara atau
Artinya, keterbukaan dan potensi Nusa Penida strategi menjalankan model orientasi
sangat bagus untuk pengembangan terintegrasi sesuai dengan kemampuan dari
keparwisataan. Jika pengelolaannya tidak secara masing-msing desa. Model orientasi terintegrasi
baik dan mengesampingkan hubungan manusia bukan suatu model yang kaku melainkan flesibel
dengan Tuhan, manusia dengan lingkungan dan dengan keadaan masyarakat setempat. Sebagai
manusia dengan sesamanya maka situasi dan hasil dari penelitian lapangan model orientasi
kondisi Nusa Penida ke depan dari berbagai terintegrasi tepat digunakan di Nusa Penida, dan
perpektif (ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, pada bagian-bagian tertentu dapat dijadikan
keamanan, dll) akan terpuruk. Pihak-pihak luar acuan di tempat lain yang memiliki karakteristik
akan mudah memanfaatkan potensi-potensi serupa.
yang dimiliki, untuk kepentingan pribadi atau
golongan yang biasanya sangat bernuansa
bisnis. Awig-awig, perarem, desa, kala patra dan SIMPULAN DAN SARAN
bentuk hukum adat lainnya, berdampingan
dengan hukum positif harus kembali ditegakkan Simpulan
secara sadar dan asas konsensus berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian maka
nilai tradisi tidak boleh dikesampingkan. diperoleh simpulan sebagai berikut :
orientasi bisnis diupayakan pemahaman kepada 1. Partisipasi Pelaku Pariwisata
warga masyarakat bahwa keuntungan dalam (Stakeholders) dalam Pengelolaan Wisata
berbisnis adalah mutlak. Namun jika Bahari yang Berkelanjutan di Kawasan
keuntungan tersebut diperoleh hanya oleh Pulau Nusa Penida adalah partisipasi pasif.
segelintir orang, apalagi hanya oleh para Bagi pengusaha pengelola dive operator
pengusaha dari luar Nusa Penida tentunya tidak yang dominan dari luar Nusa Penida hanya
akan bermanfaat. Alangkah baiknya jika berorientasi bisnis semata. Masyarakat
orientasi bisnis dalam bentuk desa wisata lokal juga memiliki tingkat partisipasi pasif
nantinya mampu mewujudkan kesejahterahaan yang hanya mengandalkan tarif kontribusi
masyarakat secara berkelanjutan. Potensi dari para pengusaha. Meskipun dive
pariwisata yang kaya dimiliki oleh Nusa Penida operator menyerap tenaga kerja lokal
tinggal diidentifikasi dan diputuskan bersama namun partisipasinya tidak lebih dari
untuk dijadikan produk dan atraksi wisata atau kedua hal tersebut yaitu tariff kontribusi
dibuatkan fasilitas pendukung pariwisata yang dan memperkerjakan warga lokal. Pola
dimiliki oleh warga desa, dikelola oleh warga kepariwisataan bahari di Nusa Penida
desa dan hasilnya dinikmati bersama oleh warga belum menunjukkan partisipasi aktif dari
desa. pengusaha maupun warga lokal dan belum
Berkaca dari beberapa desa wisata di Bali menunjukkan ciri pariwisata
yang sudah mapan dan berlanjut berkelanjutan
pembangunannya, kunci keberhasilannya adalah 2. Model Pengelolaan Wisata Bahari secara
pelibatan secara langsung masyarakatnya dari Berkelanjutan di Kawasan Pulau Nusa
mulai perencanaan yaitu pada tahap Penida adalah model desa wisata sebagai
pengambilan keputusan. Masyarakat tidak perlu bagian dari pariwisata alternatif dengan
berganti profesi, profesi sebelumnya tetap Model pengelolaan desa wisata secara

15

Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017

berkelanjutan orientasi terintegrasi. Clark, J.R. 1995. Coastal Zone Management


Berdasarkan data di lapangan ditemukan Handbook. Lewis Publishers. New York.
bahwa orientasi perubahan sebagai nilai- Douglas, N. and Derret, R. 2001. Special Interest
nilai yang mendasari perkembangan Tourism.John Wiley & Sons Australia, Ltd.
pembangunan di Nusa Penida. Orientasi Milton.
Perubahan jika arahnya adalah desa wisata Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur.
dengan potensi wisata bahari, dilanjutkan 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
dengan orientasi kultural yaitu Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
keberlanjutan dengan filosofi Tri Hita Hernández J.M. , Carmelo J.L. The interactions
Karana dan orientasi bisnis dengan tujuan between natural and physical capitals in
kesejahterahaan masyarakat. the tourist lifecycle model.
Inskeep, E. 1991. Tourism planning an Integrated
and Sustainable Development
Saran Approach,Van Nostrand Reinhold,New
1. Berdasarkan simpulan dan keseluruhan York.
hasil penelitian yang telah dilakukan maka Kusmayadi, et.al. 2000. Metode Penelitian dalam
saran Melihat situasi dan kondisi di Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT.
lapangan, perencanaan model desa wisata Gramedia.
di Nusa Penida tidak dapat diterapkan Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian
secara serentak di seluruh Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
kecamatan/desa. Melainkan terlebih Rosdakarya.
dahulu dipilih, satu desa sebagai pilot Muslich Mansur. 2010. Melaksanakan PTK
project Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah.
2. Pemerintah kabupaten Klungkung terus Jakarta : PT. Bumi Aksara.
membina dan memantau Neuman, W. Lawrence. Metodologi Penelitian
perkembangannya Sosial : Pendekatan Kualitatif dan
3. Mengikutsertakan LSM atau Perguruan Kuantitatif. Jakarta : PT. Indeks.
Tinggi/Akademisi mulai tahapan Pendit. S. Nyoman, 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah
perencanaan Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya
4. Upaya-upaya Mewujudkan Desa Wisata Paramida.
harus menjadi prioritas seperti Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum
pengembangan Sdm, membangun Bahasa Indonesia, Edisi ke 3, Balai
kemitraan dan penguatan kelembagaan Pustaka, Jakarta.
5. Pembangunan Fasilitas Desa Wisata sesuai Poon, A. 1993. Tourism, Technology, and
keperluan. Competitive Strategies. CAB International.
Harmondsworth, UK.
Schumacer, Sally. 2003. Research in Education.
DAFTAR PUSTAKA
New Jersey : Pearson.

UNEP and UNWTO. 2005. “Making Tourism More
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial, PT. Rineka
Sustainable - A Guide for Policy Makers”,
Cipta, Jakarta.
p.11-12. Paris and Madrid : UNEP and
Anonim. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor WTO.
16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Wardiyanta. 2010. Metode Penelitian
Ruang Wilayah Provinsi Bali.
Pariwisata. Yogyakarta : Andi.
__________. Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil.

16

Anda mungkin juga menyukai