10
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017
11
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017
12
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017
13
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017
c. Lahan tidak terlalu besar dan masih desa-desa wisata. Selama ini wisata bahari
dalam tingkat kemampuan sudah sangat berkembang pesat di Nusa Penida
perencanaan yang integratif dan namun belum terwujud pemerataan dan hasil
terkoordinir, sehingga diharapkan akan yang dirasakan langsung oleh masyarakatnya.
tampil menjadi semacam agen untuk Keuntungan yang diperoleh oleh para
mendapatkan dana-dana internasional pengusaha (investor dive operator) tidak
sebagai unsur utama untuk diragukan lagi sangatlah besar. Hasil yang
“menangkap” servis-servis dari hotel- diberikan kepada masyarakat Nusa Penida
hotel berbintang lima. dalam bentuk tarif kontribusi juga cukup
Contoh dari kawasan atau perkampungan memadai. Tetapi belum menyentuh terhadap
wisata jenis ini adalah kawasan Nusa Dua, keberlanjutan dari kepariwisataan di Nusa
Bali dan beberapa kawasan wisata di Penida. Desa wisata merupakan salah satu
Lombok. Pendekatan Kawasan pedesaan ini jawaban untuk pengembangan kepariwisataan
diakui sebagai suatu pendekatan yang tidak Nusa Penida.
saja berhasil secara nasional, melainkan Hanya saja yang sangat perlu dipahami
juga pada tingkat internasional. Pemerintah adalah tidak semua desa dapat dijadikan desa
Indonesia mengharapkan beberapa tempat wisata dan untuk sampai pada tahapan
di Indonesia yang tepat dapat dirancang kesuksesan dalam pembangunan desa wisata
dengan konsep yang serupa. memerlukan proses, artinya memerlukan
2. Tipe Terbuka (spontaneus) tahapan dan yang paling kongkret adalah
Tipe ini ditandai dengan karakter-karakter memerlukan waktu untuk dapat mencapai
yaitu tumbuh menyatunya kawasan dengan kesuksesan. Hal ini sering dilupakan oleh para
struktur kehidupan, baik ruang maupun pemegang kebijakan bahkan pelaku desa wisata
pola dengan masyarakat lokal. Distribusi tersebut. Iming-iming akan segera mendapatkan
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan keuntungan yang besar dari kedatangan
wisatawan dapat langsung dinikmati oleh wisatawan tanpa kesiapan produk, atraksi
penduduk lokal, akan tetapi dampak wisata, dan pengelolaan yang baik justru akan
negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke membuat warga masyarakat lokal jenuh dan
dalam penduduk lokal, sehingga sulit mengganggap desa wisata tidak tepat
dikendalikan. Contoh dari tipe diterapkan. Untuk itu diperlukan peranan
perkampungan wisata jenis ini adalah segenap komponen mulai dari pemerintah
kawasan Prawirotaman, Yogyakarta. kabupaten, pemerintah kecamatan, pemerintah
desa, desa adat, warga masyarakat dan
Dari penjabaran desa wisata di atas, Nusa stakeholders bersatu-padu mewujudkannya.
Penida sangat berpotensi untuk pengembangan
Gambar 1. Model Orientasi Terintegrasi
Orientasi Perubahan
Orientasi Kultural
Desa Wisata / Wisata
Bahari Orientasi Bisnis
Keberlanjutan / Tri
Hita Karana
Kesejahterahaan
Masyarakat
Model dalam gambar 1 ”Model Orientasi Penida. Proses awal adalah memahami terlebih
Terintegrasi” di atas merupakan suatu proses dahulu seperti apa desa wisata sebagai bagian
yang dapat diterapkan dalam pengelolaan dari pariwisata alternatif, melihat potensi yang
wisata bahari secara berkelanjutan di Nusa dimiliki, menyamakan visi dan misi segenap
14
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017
15
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 17 No. 1, 2017
16