Anda di halaman 1dari 4

Nama: Fatmiati Nur

NIM : 223131918038

AKSI NYATA- TOPIK 3


FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

Pancasila merupakan dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila berisi tuntunan bangsa
Indonesia dalam hidup berbangsa dan bernegara. Kelima sila Pancasila telah merangkum nilai-
nilai, jiwa, semangat dan sifat gotong-royong yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia
Indonesia. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa, asas-asa Pancasila
adalah pondasi yang dapat digunakan bangsa Indonesia untuk dapat hidup bersatu, bertanggung
jawab, bermusyawarah dan bergotong-royong untuk memenuhi kebutuhan hidup secara personal
dan kehidupan kelompok serta kebutuhan bernegara.

Sejak dahulu Indonesia telah dikenal sebagai Negara yang kaya dan beragam. Sesuai
dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” masyarakat Indonesia yang beragam tetaplah satu yaitu
Indonesia. Keragaman dan ke-bhinekaan tersebut menjadi identitas ke-Indonesia-an yang
dimiliki manusia Indonesia. Keragaman Indonesia merupakan anugerah alamiah yang telah
dimiliki jauh sebelum Indonesia berbentuk sebuah Negara. Keragaman tersebut merupakan salah
satu dari jutaan kekayaan yang ada di Indonesia. Keragaman bahasa, suku, ras, budaya,
kepercayaa, tradisi merupakan bagian hidup masyarakat Indonesia yang mengandung nilai-nilai
kemanusiaan yang patut untuk dijaga dan dilestarikan.

Dilihat dari segi letak atau geografis, Indonesia merupakan bagian dari Asia yang menjadi
tempat tempat lahirnya agama-agama besar. Salah satu karakter masyarakat Asia yang telah
menjadi ciri khas adalah kedalaman dan kekayaan religiusitas yang berpengaruh terhadap praktis
kehidupan. Aspek religiusitas masyarakat Indonesia yang heterogen dapat dilihat dari tunduknya
penganut terhadap aturan-aturan sistem kepercayaannya. Indonesia bukanlah Negara sekuler
yang memisahkan Negara dan agamanamun, Indonesia juga bukan Negara yang berdasar pada
satu agama saja. Indonesia adalah Negara yang berdasarkan pada Pancasila yang merangkul
berbagai keragaman termasuk keragaman agama. Dalam dunia pendidikan nilai kebhinekaan,
pancasila dan religiusitas dapat dilihat melalui tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah
dan proses pembelajaran tentang penghargaan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan.dan
penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah sebagai penguatan iidentitas
manusia Indonesia.

Tanda dan Simbol di Ekosistem Sekolah dan Proses Pembelajaran tentang Penghargaan
dan Penghayatan Terhadap Kebhinekatunggalikaan

Konsep tanda dan simbol yang dimaksud pada bagian ini adalah segala sesuatu yang
mengindikasikan, menujukkan, dan memberi kesan untuk masing-masing keberagaman yang
ada. SMP Negeri 3 Lawang sebagai sekolah model yang diamati merupakan sekolah yang terdiri
atas berbagai jenis keragaman di dalamnya. Mulai dari keragaman suku, agama, budaya dan lain-
lain. Meski demikian, peserta didik di sana dapat menerima dengan baik berbagai keragaman
tersebut dalam berteman. Ketika di tanya asal daerah mereka dengan sigap merespons dengan
menyebutkan daerah asal orang tua mereka masinng-masing. Meski kebanyakan peserta didik
lahir dan besar di sebuah desa di kabupaten Malang, namun sebagian orang tua mereka adalah
perantau dari daerah dan Kabupaten yang datang ke Kota Malang hingga akhirnya memiliki
keluarga dan menetap di Desa Lawang. Peserta didik dengan asal-asul daerah yang beragam ini
mengaku bangga mereka memiliki kampung halaman yang dapat dikunjungi tiap kali libur
sekolah. Hal ini menunjukkan kecintaan peserta didik terhadap keberagaman yang dimiliki serta
mereka pun tak pernah memandang teman-teman berdasarkan daerah dan suku.

Perbedaan agama juga menjadi penanda tingginya penghargaan dan penghayatan terhadap
kebhinekaan di lingkungan SMP Negeri 3 Lawang. Islam merupakan agama mayoritas di sekolah
ini namun, hal tersebut tak membuat penganut agama lain menjadi dikucilkan. Peserta didik yang
memeluk agama selain Islam juga diberi kesempatan yang sama untuk beribadah dan
mempelajari agama mereka lebih dalam. Pelajaran agama di sekolah ini disesuaikan dengan
agama yang dianut peserta didik, ada pelajaran agama Islam, Kristen, dan Hindu. Toleransi
beragama yang ditunjukkan sesame peserta didik pun sangat baik, mereka dapat berbaur satu
sama lain tanpa memandang perbedaan kepercayaan yang mereka yakini.

Ekosistem sekolah tentang penghargaan dan penghayatan tentang kebhinekatunggalikaan


menunjukkan sekolah memberi wadah untuk peserta didikbelajar salig menghargai dan
menerima keberagaman yang ada di sekitar mereka. Sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi
mereka dengan adanya keterbukaan terhadap berbagai perbedaan dan kebebasan melaksanakan
ibadah sesuai kepercayaan masing-masing. Guru sebagai fasilitator mampu mengajarkan peserta
didik untuk bisa saling bertoleransi dan menghargai perbedaan yang terjadi di sekitar mereka,
baik itu perbedaan agama, suku, budaya, bahasa, ras, warna kulit, perbedaan pendapat, pola pikir,
prilaku dan lain-lainnya.

Penghayatan Nilai-nilai Pancasila di Sekolah sebagai Penguatan Identitas Manusia


Indonesia

Sekolah merupakan satu ekosistem lengkap dan terdiri atas unsur-unsur yang beragama.
Perbedaan fungsional antara kepala sekolah, guru, staff dan warga sekolah lainnya. Rentang usia
antara peserta didik dengan pendidik, perbedaan sosial ekonomi, perbedaan suku, ras dan agama
merupakan perbedaan yang didalamnya dapat diterapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan
sekolah seperti yang diterapkan di SMP Negeri 3 Lawang, sebagai berikut:

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Sebelum
memulai dan mengakhiri pembelajaran peserta didik membaca doa dan memeberi salam kepada
guru. Di sekolah ini juga masih menjunjung tinggi budaya menghormati yang lebih tua dalam
budaya Jawa dan menggunakan dialek atau pun bahasa Jawa dalam bahasa sehari-hari. Peserta
didik memberi salam dan mencium tangan guru ketika baru tiba dan ketika hendak pulang dari
sekolah.

2. Berkebhinekaan Global, peserta didik bersikap terbuka dan berteman dengan teman yang
berbeda agama, suku, budaya da nasal daerah. Peserta didik menggunakan seragam sesuai aturan
sekolah dan mengikuti upacara bendera setiap hari senin.

3. Gotong Royong, melaksanakan tugas piket bersama dan mengerjakan Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila dengan kompak.

4. Mandiri, Peserta didik mampu memiliki inisiatif untuk menyelesaikan tugas yang telah
diberikan tanpa pengawasan dari guru.

5. Bernalar Kritis, Peserta didik menanyakan hal-hal yang tak dipahami dalam pembelajaran
secara bertingkat mulai dari pertanyaan yang sederhana hingga pertanyaan yang sulit.
6. Kreatif, Peserta didik memiliki ide-ide kreatif serta mampu menuangkan kreatifitas
tersebut dalam sebuah karya yang dipasang di dinding kelas.

Seluruh aksi baik merupakan hal-hal yang ditemukan di SMP Negeri 3 Lawang, hal
tersebut dilakukan untuk menumbuhkan penghayatan dari nilai-nilai Pancasila bagi peserta didik
sebagai manusia yang menjadi tonggak pemegang identitas bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai