Anda di halaman 1dari 6

Altruisme

Menurut KBBI altruisme adalah sifat memperhatikandan mengutamakan kepentingan orang lain
serta sikap yang ada pada manusia, yang mungkin bersifat naluri berupa dorongan untuk berbuat
jasa pada manusia lain.

Kata altruisme pertama kali muncul pada abad ke 19 oleh Auguste Comte. Kata ini berasal dari
Bahasa Yunani yaitu alteri yang berarti orang lain. Menurut Comte (Hambali, 2015:277)seseorang
memiliki tanggung jawab moral untuk melayani umat manusia sepenuhnya sehingga altruisme
menjelaskan sebuah perhatian yang tidak mementingkan diri sendiri untuk kebutuhan orang lain.
Dengan demikian ada tiga komponen dalam altruisme yaitu loving others, helping them doing their
time of need, and making sure that they are appreciated.

Menurut Baston (Hambali, 2015:278) altruisme adalah respons yang menimbulkan positive feeling,
seperti empati. Seseorang yang altruis memiliki motivasi altruistik, keinginan untuk selalu menolong
orang lain. Motivasi altruistik muncul karena ada alasan internal didalam dirinya yang menimbulkan
positive feeling sehingga dapat memunculkan tindakan untuk menolong orang lain. Alasan internal
tersebut tidak akan memunculkan egoistic motivation (egosentrisme).

David O’ Sears dkk (Nashori,2008:34) mendefinisikanaltruisme adalah tindakan suka rela yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan
imbalan apapun (kecuali mungkin perasaan telah melakukan kebaikan. Menurut Taufik
(Andromedha, 2014:3) menjelaskan secara umum altruisme diartikan sebagai aktivitas menolong
orang lain, yang dikelompokkan ke dalam perilaku prososial. Dikatakan perilaku prososial karena
memiliki dampak positif terhadap orang lain atau masyarakat luas. Lawan dari perilaku prososial
adalah perilaku antisosial, yaitu perilaku yang memiliki dampak buruk terhadap orang lain atau
masyarakat, dan disebut juga dengan perilaku yang mengisolasi diri sendiri dari pergaulan
lingkungan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Altruisme adalah tindakan sukarela yang
dilakukan seseorang atau kelompok yang muncul karena ada alasan internal dalam dirinya sehingga
menimbulkan positive feelingterhadap orang lain.

Ciri-ciri Altruisme

Ciri-ciriperilaku altruisme mengacu pada pendapat Cohen (Nashori, 2008:36), menyatakan bahwa
dalam altruisme terdiri dari tiga hal yaitu:

a. Empati

Empati merupakan kemampuan untuk mengetahui perasaan orang lain, kesadaran terhadap
perasaan kebutuhan dan kepentingan orang lain.

b. Keinginan memberi

Perilaku ini bersifat menguntungkan bagi orang lain yang mendapat atau yang dikenai perlakuan
dengan tujuan memenuhi kebutuhan atau keinginan orang lain, perilaku ini dapat berupa barang
atau yang lainya.

c. Suka rela

Tidak adanya keinginan untuk mendapatkan imbalan apapun kecuali semata-semata dilakukan untuk
kepentingan orang lain.
Leeds (Taufik, 2012:133-134) menjelaskan bahwa suatu tindakan menolong yang dapat dikatakan
perilaku altruisme jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Memberikan manfaat bagi orang yang ditolong atau berorientasi untuk kebaikan orang yang
ditolong.

b. Pertolongan yang telah diberikan berproses dari empati atau simpati yang selanjutnya
menimbulkan keinginan untuk menolong, sehingga tindakan menolong tersebut bukan karena
paksaan melainkan secara sukarela.

c. Hasil akhir dari tindakan menolong tersebut bukan untuk kepentingan diri sendiri dan tidak ada
maksud-maksud tertentu bagi si penolong.

Berdasarkan uraian mengenai ciri-ciri perilaku altruisme, maka dapat disimpulkan bahwa aspek
perilaku altruisme adalah perilaku memberi, empati dan sukarela.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Altruisme

Menurut Sarwono (dalam Fajar, 2014:4) faktor yang mempengaruhi altruisme adalah sebagai
barikut:

1. Faktor Situasional

a. Bystander
b. Daya tarik
c. Atribusi terhadap korban
d. Ada model
e. Desakan waktu
f. Sifat kebutuhan korban

2. Faktor Dalam Diri

a. Suasana hati (mood)


b. Sifat
c. Jenis kelamin
d. Tempat tinggal
e. Pola asuh

Menurut Wortman dkk (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003). Menjelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku altruisme antara lain:

1. Suasana hati. Jika suasana hati sedang nyaman, orang juga akan terdorong untuk memberikan
pertolongan lebih banyak.

2. Meyakini keadilan dunia. Adanya keyakinan bahwa dalam jangka panjang yang salah akan
dihukum dan yang baik akan mendapat pahala.

3. Empati. Menurut Danil Batson dengan empati dapat mendorong seseorang untuk melakukan
pertolongan altruisme.

4. Faktor situsional. Kondisi dan situasi yang meuncul saat sesesorang membutuhkan pertolongan
juga mempengaruhi seseorang untuk memberikan pertolongan.

5. Faktor Sosio-Biologis. Secara sepintas perilaku altruisme memberikan kesan kontraproduktif,


mengandung resiko tinggi termasuk terluka dan bahkan mati. Ketika orang yang ditolong bisa
selamat, yang ditolong mungkin tidak selamat. Perilaku seperti itu antara lain muncul karena ada
proses adaptasi dengan lingkungan terdekat, dalam hal ini orang tua.

Altruisme Dalam Perspektif Islam

Perilaku menolong dalam perspektif Islam adalah suatu ibadah yang berasal dari dalam diri sendiri.
Ibadah yang dilakukan oleh seseorang dengan rasa ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun
kecuali pahala dan ridha dari Allah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Al-Hasyimi menurut
pandangan Allah menolong orang lain adalah perbuatan yang mulia. Ia termasuk ibadah, pahalanya
tidak kalah dengan pahala shalat, puasa, sedekah dan sebagainya, bahkan bisa jadi lebih banyak.

Menurut al-Hasyimi, Islam mengaplikasikan akhlak baik dalam tolong menolong sesuai dengan sabda
Rasulullah dengan berbagai cara antara lain:

a. Shodaqoh
b. Berbuat baik dengan tangan (action)
c. Mencegah kejelekan.

Setiap sudut tentang ilmu agama yang telah dipelajari dan ditanamkan dalam hati oleh seseorang
diwujudkan dalam bentuk perilaku untuk dapat memberikan manfaat kepada orang lain demi
menggapai pahala dan ridha dari Allah.Perilaku menolong dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan manfaat bagi orang lain. Menurut Afianto bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi)
merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksudkan tentunya manfaat
yang baik, sehinggadimanapun dia berada orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena
bermanfaat besar.

Menurut pendapat dari Wahyuddin, dkk agama Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah
kepada manusia melalui Rosul-Nya, yang berisi hukuman yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Pada
dasarnya altruisme atau perilaku menolong yaitu melakukan suatu tindakan yang bermanfaat bagi
orang lain dan meringankan beban orang lain. Apabila perilaku menolong ini dikaitkan dalam sebuah
pekerjaan dalam suatu organisasi maka perilaku menolong ini berperan dalam mengisi kekosongan
tugas dan memberikan pertolongan bagi kelancaran pekerjaan bagi rekan kerja. Agama Islam
memandang perilaku menolong danmeringankan beban orang lain sebagai sesuatu yang tinggi di sisi
Allah.

ETIK DAN TANGGUNG JAWAB

ETIK

Dalam kehidupan bermasyarakat terutama dalam dunia kesehatan terdapat suatu system yang
mengatur tentang tata cara manusia bergaul.Tata cara pergaulan untuk saling menghormati bisa
kita kenal dengan sopan satun dan tata krama.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,atau komunitas ,perawat


sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafah yang mengarah tanggung jawab
moral yang mendasar terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari filsafah tersebut
adalah hak dan martabat manusia. Karena itu, fokus dari etika keperawatan ditunjukan terhadap
sifat manusia yang unik Jadi, etika komunikasi adalah norma,nilai,atau ukuran tingkah laku baik
dalam kegiatan berkomunikasi disuatu masyarakat dan lingkup dunia kesehatan B.
PRINSIP ETIKA BERKOMUNIKASI

1. Isi pesan harus jujur dan benar Informasi haruslah disampaikan dengan jujur dan
benar,tanpa di buat-buat,tidak menambah atau mengurangi isi informasi.
2. Menyerukan kebenaran dan kebaikan
3. Informasi yang di sampaikan hendaknya membekas pada jiwa seseorang
4. Informasi yang di sampaikan hendaknya berupa ucapan yang pantas di bicarakan
5. Informasi haruslah berupa perkataan yang mulia

TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini
menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan
kegiatanperawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan
memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan
tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa
perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang
berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap, keterampilan,
pengetahuan (integrity) dan kompetensi.

Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANA

Responsibility adalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yang


berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam Pengetahuan, Sikap
dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985).

Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan ketentuan
hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar. Misalnya hukum
mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan ijazah, melakukan
pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap menerima hukuman
(punishment)secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum.

Pengertian Responsibility menurut Berten , (1993:133)

Responsibilit y : Keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak. Mengelak
serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau prosfektif
(Bertens,1993:133).

Berdasarkan pengertain di atas tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan memberikan jawaban
atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan
berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan sengaja memasang alat
kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan
punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua manusia. Perawat secara
retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan meskipun tindakan perawat tersebut diangap
benar menurut pertimbangan medis.

Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :

1.Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien(sincere intereset)


Contoh :“Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti balutan
atau mengganti spreinya”.

2.Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan
dengan ramah kepada kliennya(explanantion about the delay).

Misalnya ;“Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga
harus meninggalkan bapak sejenak”.

3.Menunjukan kepada klien sikap menghargai(respect) yang ditunjukkan dengan perilaku perawat.
misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.

4.Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens desires) bukan
pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya “ Coba ibu jelaskan bagaimanaperasaan ibu saat
ini”.Sedangkan apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat; “ Apakah bapak tidak
paham bahwa pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang,mohon pengertiannya pak, jangan
mau dilayani terus”

5.Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina(derogatory) misalnya

“ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang tadi”

6.Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see the
patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa
obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.

JENIS TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien Dalam sudut pandang etika
Normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya.
Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya di
hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya
terutama yang menyangkut hal-hal berikut ini ;

 Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Allah ?
 Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon kepada Allah untuk
kesembuhannya ?
 Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?
 Apakah perawat menjelaskan mafaat do’a untuk kesembuhannya ?
 Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di RS?
 Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien?
 Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju Khusnul khotimah?

2. Tanggung Jawab (Responsibility)perawat terhadap klien

Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalah kesediaan
seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk sekalipun, memberikan
kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah dilakukannya dalam melaksanakan tugas.
Tanggung jawab seringkali bersifat retrospektif, artinya selalu berorientasi pada perilaku perawat di
masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan. Tanggung jawab perawat terhadap klien berfokus
pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat terhadap kliennya. Perawat dituntut untuk
bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya selama melaksanakan tugas di rumah sakit,
puskesmas, panti, klinik atau masyarakat. Meskipun tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang
meklaksanakan dinas, perawat dituntut untuk bertangung jawab dalam tugas-tugas yang melekat
dalam diri perawat. Perawat memiliki peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah
berjanji dengan sumpah perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya. Contoh
bentuk tanggung jawab perawat selama dinas; mengenal kondisi kliennya, melakukan operan,
memberikan perawatan selama jam dinas, tanggung jawab dalam mendokumentasikan,
bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan klien, jumlah klien yang sesuai dengan catatan dan
pengawasannya, kadang-kadang ada klien pulang paksa atau pulang tanpa pemberitahuan,
bertanggung jawab bila ada klien tiba-tiba tensinya drop tanpa sepengetahuan perawat. dsb.

3.Tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat dan atasan

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat atau
atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

 Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan melakukan tindakan


keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan. Misalnya
perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kananvena brchialis,dan pemberian
cairan RL sebanyak 5 labu, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007 jam 21.00.
keadaan umum klien Compos Mentis, T=120/80 mmHg, N=80x/m, R=28x/m
S=37C.kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat.
 Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau belum
mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajar oleh perawat
yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan, perawat baru dilatih oleh
perawat senior yang sudah mahir, meskipun secara akademik sudah dinyatakan kompeten
tetapi kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.
 Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar.
Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat,
mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut uang di
luar prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya memasang
NGT tanpa menjaga sterilitas.
 Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien. Bila terjadi
gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial, kesalahan
diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, over
dosis dsb

4.Tanggung jawab terhadap tugas

5.Tanggung jawab terhadap profesi

6.Tanggung jawab terhadap Negara

Anda mungkin juga menyukai