TINJAUAN PUSTAKA
perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain. Bentuk yang paling
jelas dari prososial adalah perilaku menolong. Menurut Sears, Freedman, Peplau
(2004: 47) perilaku prososial dapat diartikan segala bentuk tindakan yang
motif – motif si penolong. Menurut Anshori (2008: 38) perilaku prososial meliputi
semua bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang
positif, merupakan tindakan yang mempunyai akibat sosial secara positif, yang
ditunjukkan bagi kesejahteraan orang lain, baik secara fisik maupun secara
Baron & Bryne (2005: 92) tingkah laku prososial adalah suatu tindakan menolong
langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut dan mungkin bahkan
8
9
Davidio, Pilivian dan Schroeder (dalam Jenny Mercer & Debbie Clayton,
2012: 121) istilah prososial “mewakili suatu kategori tindakan yang luas yang
didefinisikan oleh suatu segmen signifikansi masyarakat dan atau kelompok sosial
seseorang sebagai tindakan yang secara umum bermanfaat bagi orang – orang
lain.
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu dalam
perguruan tinggi dan memegang status pendidikan tertinggi diantara yang lain.
bekerja sama dan menolong orang lain tanpa mengharapkan sesuatu untuk
prososial meliputi :
a. Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik
b. Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan
orang lain.
Menurut Staub (dalam Husamah, 2015: 321) ada tiga aspek yang menjadi
a. Berbagi
b. Bekerja sama
c. Menolong
d. Menghibur
a. Situasi
2) Kondisi lingkungan
Keadaan fisik ini meliputi: cuaca, ukuran kota dan derajat kebisingan.
merosotnya nilai – nilai sosial. Penduduk yang tinggal di kota kecil lebih
3) Tekanan waktu
Rasa suka individu terhadap orang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti daya tarik dan kesamaa. Orang yang memiliki daya tarik fisik
itu tingkah laku prososial dipengarui juga oleh jenis hubungan antar
12
Individu lebih cenderung menolong orang lain bila individu yakin bahwa
1) Kepribadian
tinggi untuk diterima secara sosial dan ingin diaku oleh lingkungannya.
Distress diri adalah reaksi pribadi kita terhadap penderitaan orang lain
3) Suasana hati
berada dalam suasana hati yang baik. Bila suasana hati buruk
4) Rasa bersalah
13
tindakan baik.
5) Norma bantuan
Norma ini menganjurkan kita untuk menolong seseorang pada saat yang
tepat.
a. Orang yang memiliki rasa empati terhadap orang lain cenderung berperilaku
prososial.
b. Orang percaya tingkah laku yang baik akan diberi imbalan dan tingkah laku
keuntungan.
c. Setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik bagi orang
a. Situasi sosial
Makin banyak kesamaan antara kedua belah pihak, makin besar peluang
c. Mediator Internal
e. Kepribadian
meliputi faktor kepribadian, suasana hati dan rasa bersalah, faktor distress diri dan
rasa empatik, dan faktor orang yang membutuhkan pertolongan. Faktor yang
digali mendalam dalam penelitian ini berkaitan dengan perilaku prososial adalah
B. Rasa Bersalah
perasaan bersalah tidak perlu disadari, dan beberapa perasaan bersalah sifatnya
justru imajiner atau khayali. Pada peristiwa terakhir, diduga bahwa perasaan
bersalah yang diimajinasikan itu adalah simbol dari perasaan bersalah yang benar-
benar salah dan ditekan-tekan dalam ketidaksadaran. Cohen, dkk (2011: 948) rasa
bersalah ialah asosiasi dari perasaan pribadi karena telah melakukan sesuatu yang
salah atau telah berperilaku yang menyalahi kata hati atau nurani.
Perspektif Freud (dalam April dan Boipelo, 2010: 69) rasa bersalah adalah
(unconscious), dan irasional. Individu yang bersalah akan berusaha menarik diri
menghukum diri sendiri atas kelemahan nyata atau hanya kelemahan semu
penyimpangan standar moral. Para ahli sepakat bahwa rasa bersalah ini bersumber
dari kepedulian yang tinggi individu terhadap standar moral yang berlaku bagi
rasa bersalah yaitu rasa tanggung jawab untuk keadaan negatif yang telah terjadi
pada diri sendiri atau orang lain, rasa bersalah juga diartikan sebagai perasaan
menyesal atau kejahatan nyata atau bayangan diri, baik dulu maupun sekarang.
Rasa bersalah adalah rasa penyesalan dalam pikiran, perasaan atas sikap yang
negatif dan tidak terpuji, atau tidak dapat menerima mengenai diri sendiri atau
orang lain. Rasa bersalah juga diartikan sebagai perasaan wajib untuk tidak
khas atau stereotip. Merasa kehilangan dan malu karena tidak melakukan atau
mengatakan sesuatu kepada seseorang yang tidak lagi ada untuk dirinya. Rasa
bersalah diartikan dapat menerima tanggung jawab atas kemalangan atau masalah
orang lain, karena itu akan membuat diri sendiri menjadi tidak tega untuk melihat
orang lain yang menderita. Rasa bersalah juga dapat memotivasi diri untuk
mengubah semua kesalahan nyata atau kesalahan yang dirasakan. Rasa moral
yang kuat atas benar dan salah dapat menghambat diri untuk meimilih tindakan
yang salah, dan pada akhirnya seseorang tersebut dapat menghambat diri untuk
memilih tindakan yang salah, dan pada akhirnya seseorang tersebut dapat
17
menetapkan nilai benar salah dengan kata – katanya sendiri. Rasa bersalah juga
adalah suatu perasaan emosional yang disertai oleh perasaan menyesal, rendah
diri, tidak dihargai dan merasa bertanggungjawab atas tindakannya yang telah
melanggar peraturan sosial, moral, agama, etis, sebagai cara dalam penghukuman
diri sendiri, serta dapat mencegah individu untuk mengulang tindak pelanggaran
Tangney dan Ronda (2004: 25 dan 196) membagi dimensi dari rasa bersalah
pengalaman fenomelogis, sistem operasi dalam diri, dampak pada diri, konsentrasi
imbas kepada orang lain, proses kontra faktual, dan fitur motivasi. Untuk
penjelasan mengenai setiap dimensi yang dikemukakan oleh Tangney dan Ronda
berperilaku berbeda.
d. Sistem operasi dalam diri : secara keseluruhan bersatu secara utuh (diri tidak
diobservasi layaknya bagian diri dalam rasa malu), contohnya fokus yang
dibandingkan pikiran.
e. Dampak pada diri : diri tidak terganggu pada devaluasi global. Menuliskan
situasi kejadian bagi diri itu sangat sulit, merasa waktu cepat berlalu, adanya
f. Konsentrasi imbas kepada orang lain : lebih memikirkan efeknya bagi orang
lain dari pada efek terhadap diri sendiri. Merasa bertanggung jawab
mengenai apa yang sudah terjadi. Merasa harus mengontrol suatu situasi
Merasa diri kecil, merasa rendah dihadapkan orang lain, adanya keinginan
untuk bersembunyi.
19
Ciri - ciri rasa bersalah menurut Mental Illnes Fellowship Victoria (2008)
adalah :
b. Merasa menyesal untuk kelakuan buruk atau tidak senonoh, baik yang
nyata maupun yang dibayang, di masa lalu maupun masa sekarang. (rasa
cerewet atau rewel dalam setiap tindakan yang diambil, seakan – akan itu
adalah sebuah konsekuensi negatif yang terjadi untuk orang lain, bahkan
jika ini berarti bahwa seseorang itu akan menolak kebutuhan lainnya).
seseorang juga akan cepat terpuruk, menyerah dan memilih untuk diam,
akan cepat terpuruk, menyerah dan memilih untuk diam, menyendiri, dan
dalam pembuatan keputusan. Hal ini menjadi penting untuk selalu benar
f. Merasa kehilangan dan malu karena tidak melakukan atau berkata sesuatu
ganti diri sendiri. Seseorang akan bersembunyi didalam topeng self denial
perasaan yang tersedia didalam dirinya. Diperdaya oleh rasa bersalah atau
21
dijadikan sebagai tolak ukur dari kebutuhan untuk merubah sesutu dalam
i. Memiliki perasaan moral yang kuat akan kesalahan dan kebenaran, yang
(rasa bersalah dapat menjadi topeng untuk kepercayaan diri yang negatif.
yang tidak logi dibelakang rasa bersalah , seseorang mungkin tidak mampu
diri sendiri ketika dri mengalami rasa bersalah, memastikan bahwa setiap
Menurut Cohen, dkk (2011: 948) seperti dalam pernyataan dibawah ini,
dari rasa bersalah adalah menyesal dan evaluasi perilaku yang negatif,
tendensi dari aksi untuk memperbaiki kesalahan (contohnya meminta maaf), guilt
atau rasa bersalah terbagi dalam dua perspektif yaitu Self-Behavior Distinction,
tentang perilaku tertentu yang telah seseorang perbuat. Dalam perspektif Public-
melakukan perbuatan yang salah atau berperilaku yang melanggar hati nurani.
8 dimensi rasa bersalah yang dikemukakan oleh Tangney dan Ronda yaitu fokus
operasi dalam diri, dampak pada diri, konsentrasi imbas kepada orang lain, proses
ego akan tetapi juga memperhatikan kebutuhan dan kepentingan orang lain .
Dalam kehidupan sehari – hari, manusia tidak bisa lepas dari tolong menolong.
23
Setinggi apapun kemandirian seseorang, pada saat – saat tertentu dia akan
mengharap adanya keuntungan pada diri orang yang menolong. Faktanya, kondisi
tersebut sulit di dapatkan, terutama jaman sekarang yang sudah modern dan
Nashori (2008: 37) bahwa perilaku prososial memiliki beberapa faktor yang
mempengaruhi, antara lain menurut Sears dkk (2004: 65) menyebutkan salah
satunya yaitu karakter penolong yang meliputi, kepribadian, suasana hati, dan rasa
bersalah.
Sears dkk, 2004: 68) yang melakukan penelitian dan menyebutkan bahwa rasa
remaja tersebut merasa bersalah atas tindakan tersebut, dilain waktu remaja
yang sama.
24
Jung (dalam Banmen, 1988) melihat rasa bersalah timbul dalam sebuah
bagian ketidaksadaran yang tidak menyenangkan untuk diri kita atau sebuah
mendefinisikan rasa bersalah sebagai hasil dari evaluasi negatif dari perilaku
tertentu, dan berhubungan dengan respon afektif yang kurang intens dan motivasi
Utami dan Asih (2016: 85) dalam penelitian tentang Konsep Diri dan Rasa
Bersalah pada Anak Didik Lembaga Permasyrakatan Anak Kelas IIA Kutuarjo
menungkapkan bahwa rasa bersalah adalah emosi negatif yang muncul dari
kesadaran diri, refleksi diri dan evaluasi terhadap suatu tindakan yang tidak
antara tindakan dengan nilai, norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat
pengasuhan dalam hal ini rasa bersalah diduga berperan sebagai pembentuk
khususnya.
Ahn Hee Kyung dan Kim Hae Joo (2014: 224-229) dalam penelitiannya
D. Hipotesis
hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara rasa bersalah
dengan perilaku prososial pada mahasiswa. Semakin tinggi rasa bersalah maka