Anda di halaman 1dari 4

STUDIUM GENERALE

“Membangun Karakter Altruistik, Motivasi Membangun Empati


Pelayanan Kesahatan, serta Isu Terkini dalam Layanan Kesehatan”
Kuliah Umum Prof. Dr. Budi Santoso dr.Sp OG (K)
(Dekan FK Unair)
Oleh Moshaddeq Freudy Nurudin | NIM: 161221003

Dalam kesempatan kuliah bersama untuk mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan dan
mata kuliah Komunikasi Kesehatan dan Layanan Dasar Kesehatan ini, disampaikan oleh Prof.
Budi Santoso, beliau selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Beliau
mengawali kuliah dengan menjabarkan mengenai definisi karakter Altruistik. Menurut beliau,
altruism adalah cara berinteraksi yang baik oleh pelayan kesehatan dengan pasien dan
merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat.
Istilah perilaku Altruistik atau biasa disebut Altruisme pertama kali diciptakaan oleh
sosiolog berkebangsaan Perancis, August Comte, berasal dari kata 'le bien d'altru' (kebaikan
orang lain). Comte mengartikannya sebagai usaha atau kemampuan sesungguhnya untuk
bertindak demi kepentingan individu lain. Comte beranggapan bahwa dalam diri manusia ada
dua motif yang berbeda dan saling bertolak belakang yaitu egois dan altruistik. (Habito &
Inaba, 2006).

Teori Altruism
• Social Exchange. Perilaku altruistik yang bermotifkan sosial, seperti mengharapkan
balasan atau imbalan. Imbalan tidak selalu harus terukur secara duniawi, namun juga
menurut alam akhirat atau sisi spiritual.
• Social Norms. Adanya norma-norma di masyarakat yang mendorong seseorang untuk
berperilaku altruistik.
• Evolutionary Psychology. Merupakan aspek yang mendorong seseorang berperilaku
altruistik demi mempertahankan kelangsungan hidup dan keturunan.
Hubungan Antara Personal, Behaviour, dan Environment
➢ Relasi antara perilaku (behaviour) dengan lingkungan (environment) akan
mempengaruhi aspek perasaan atau pemaknaan tentang sifat, agama, gender dari suatu
masyarakat.
➢ Faktor pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan akan membentuk perilaku
➢ Kepribadian yang terpengaruhi oleh perilaku, misalnya seperti kondisi saat kita berpikir
tentang orang lain, mendorong orang lain untuk maju, saling tolong menolong.

PERSONAL

BEHAVIOUR ENVIRONMENT

EMPATI
Hal terpenting dari perilaku baik adalah empati, dimana empati dapat diartikan sebagai
kondisi psikis yang mendorong seseorang turut merasakan atau memposisikan dirinya dalam
keadaan, perasaan, atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain (KBBI). Dengan
adanya empati yang baik, para mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan tinggi di
program studi rumpun kesehatan diharapkan dapat menjadi tenaga medis yang mampu
memahami kondisi pasiennya. Dalam empati, diperlukan pula komunikasi antara pelayan
kesehatan dengan penerima jasa kesehatan (pasien) yang intensif. Komunikasi yang baik pula
akan melahirkan kepercayaan satu sama lain, yang tentunya akan mempermudah kooperasi
dalam proses penyembuhan. Empati sebagai penempatan diri konselor terha-dap pikiran dan
perasaan yang sedang dialami oleh konseli, mampu untuk mengerti, memahami situasi yang
sedang dialami konseli, dan dapat saling berbagi satu sama lain antara konselor dan konseli.
Empa-ti yang dimaksud peneliti adalah empati dasar
Perlu digaris bawahi, karena empati juga membutuhkan komunikasi yang efektif, maka
konsekuensinya adalah pelayan kesehatan haruslah rajin berinteraksi dengan banyak orang atau
dapat juga disebut sebagai seorang berkepribadian ekstrovert. Pribadi yang bersifat introvert
kurang mendukung tindakan empati, dan perlu untuk dilatih. Komunikasi adalah kunci.
Perbedaan Empati dan Simpati
Empati merupakan pendekatan emosional dengan memberi respon afektif tanpa
melibatkaan perasaan. Sedangkan simpati, dapat ditentukan apabila terjadi pemberian reaksi
emosional, melibatkan perasaan terhadap penderitaan orang lain. Contoh dari simpati salah
satunya adalah turut sedih atau bahkan menangis saat melihat penderitaan orang lain.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya empati yaitu kondisi, proses, outcome (affective
or non-affective), Interpersonal outcomes, Pararel or reactive outcome, Level empati, dan lain
sebagainya. Tiga aspek yang ditinjau dalam empati yaitu kognitive, afffective, dan
communicative.
Karakteristik Komunikasi ada empat:
1. Komunikasi adalah suatu proses
2. Komunikasi memang disengaja dan memiliki tujuan
3. Komunikasi menuntut partisipasi dan kerja sama
4. Komunikasi bersifat simbolik
Daftar Pustaka
Habito, R.L.F., & Inaba, K., (2008). The practice of Altruis Caring and Religion in Global
Prespective. New York: Cambridge Scholar Publishing.
Kartono, Kartini. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: CV Mandar Maju

Anda mungkin juga menyukai