Anda di halaman 1dari 41

BAB I

KOMUNIKASI

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Komunikasi berasal dari perkataan “ COMMUNICARE “ yang dalam bahasa latin


mempunyai arti : berpartisipasi atau memberi tahu

Menurut Aristoteles unsur yang terpenting dalam proses suatu komunikasi adalah : si
pemberita .isi pemberitaan dan si penerima

Komunikasi adalah proses pengoperan lambang lambang yang mengandung arti /


makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan
( Astrid Susanto )

Luiser , komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan dari pengirim ke penerima
dengan pengertian bersama dan seimbang .
Oxford Dictionary 1956
Communication is the sending or exchange the information, ideas

Dari beberapa pengertian komunikasi diatas dapat diambil kesimpulan dari pengertian
komunikasi tersebut , yaitu :
1. bahwa dalam komunikasi terjadi penyampaian pengertian /informasi dari seorang
ke orang lain
2. Bahwa penyampaian tersebut merupakan suatu proses
3. bahwa dalam proses penyampaian tersebut digunakan lambang dan simbol

B. KOMPONEN- KOMPONEN KOMUNIKASI


Dalam proses komunikasi dikenal ada 5 yang berperan dalam berkomunikasi
1. Komunikator ( pembawa berita )
Komunikator bisa individu, keluarga maupun kelompok yang mengambil inisiatif
dalam menyelenggarakan komunikasi dengan individu atau kelompok lain yang

1
menjadi sasarannya. Komunikator bisa juga tempat berasalnya sumber pengertian
yang dikomunikasikan .
2. Message ( pesan atau berita )
Message ( pesan ) adalh berita yang disampaikan oleh komunikator melalui
lambang lambang pembicaraan , gerakan dsb. Message bisa berupa gerakan,
sinar, suara, lambaian tangan , kibaran bendera atau tanda tanda lain dengan
interpretasi yang tepat akan memberikan arti dan makna tertentu.
Ditempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit , puskesmas message ini bisa
berupa nesehat dokter , hasil konsultasi pada status pasien, laporan dsb.

3. Channel ( media atau sarana )


Channel ( saluran ) adalah sarana tempat berlakunya lambang lambang . saluran
tersebut meliputi :
a. Pendengaran ( lambang berupa suara )
b. Penglihatan ( lambang berupa sinar, pantulan sinar , gambar , benda )
c. Penciuman ( lambang yang berupa bau bauan )
d. Rabaan ( lambang yang berupa rangsangan , sentuhan )

4. Komunikan ( penerima berita )


Komunikan adalah obyek sasaran dari kegiatan komunikasi atau orang yang
menerima berita atau lambang . Bisa berupa : pasien , individu, keluarga maupun
masyarakat

5. Feed back ( umpan balik atau tanggapan )


Feed back yaitu arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya
komunikasi. Hal ini bisa dijadikan patokan sejauh mana pencapaian dari pesan
yang telah disampaikan .

BAB II
2
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

A. PENGERTIAN

Menurut Rochtlis Birger hubungan antar manusia merupakan pelaksanaan


keterampilan dimana seseorang belajar menghubungkan diri dengan lingkungn
sosialnya .

Pengertian hubungan antar manusia adalah


 Sifat-sifat, waktu, tingkah lakumanusia serta aspek- aspek lain terdapat pada
manusia.
 Kemampuan mengenali sifat, tingkah laku, pribadi seseorang.
 Sebagai bidang studi / ilmu pengetahuan yang mengintegrasikan beragam
sumbangan pemikiran dari aneka disiplin ilmu pengetahuan (misal : Psikolog,
Antropolog budaya, Sosiolog, psikiatri, Ekonomi) khususnya mengkaji masalah-
masalah yang terdapat dalam hubungan antar manusia sehari-hari.
 Sebagai gagasan etika / perihal cara laku dalam hubungan diantara sesama yang
dapat menghasilkan hal-hal yang bermakna bagi kemaslahatan pribadi, masyarakat
maupun umat manusia secara keseluruhan, menyangkut soal kebajikan dan
kehidupan moral..
 Suatu kecakapan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar berbuat secara
tertentu yang dapat menghasilkan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya.

Ruang lingkup hubungan antar manusia dalam arti luas ialah interaksi antara
seseorang dengan orang lain dalam segala kehidupan untuk memperoleh kepuasan
hati. Suksesnya hubungan antar manusia sebagai akibat dari tidak mengabaikan sopan
santun, ramah tamah , hormat menghormati dan menghargai orang lain
Hubungan antar manusia yang baik akan mengatasi hambatan-hambatan komunikasi,
mencegah salah pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia.
Kunci aktifitas hubungan antar manusia adalah motivasi, memotivasi seseorang agar
melakukan suatu aktivitas berdasarkan kebutuhan.

3
B. TUJUAN
1. Hubungan Antar Manusia (HAM) sebagai instrumen / alat bagi. orang-orang yang
secara fungsional melakukan kegiatan-kegiatan "mengurus" (memimpin,
membimbing, melayani) orang lain yang pada hakikatnya praktek mempengartihi
sikap pendirian dan tingkah laku orang-orang untuk tujuan-tujuan tertentu.

2. HAM sebagai gerakan (Movement) didalam masyarakat yang bertujuan


meningkatkan kualitas hidup manusia berdasarkan idealisme memanusiakan warga
masyarakat.
3. Dengan menerapkan HAM diharapkan sasaran-sasaran yang hendak dijangkau
dapat dicapai dengan optimal.

C. PRINSIP
1. Tidak mengabaikan sopan santun, ramah tamah, hormat, menghormati dan
menghargai orang lain serta faktor etika.
2. Hubungan Antar Manusia (HAM) yang baik akan mengatasi hambatan-hambatan
komunikasi, mencegah salah pengertian dan mengembangkan segi kostruktif sifat
tabiat manusia.

Prinsip Hubungan Yang Mendorong :


1. Melalui penciptaan suasana hubungan antar manusia yang tepat dan kondusif
(membuka kesempatan, memudahkan, kemungkinan atau bersifat mendorong),
2. sehingga pasien dapat mendorong dirinya sendiri dengan menggunakan kekuatan-
kekuatan yang ada padanya.
3. Merangsang kemampuan-kemampuan untuk menolong dirinya sendiri (pasien) agar
dapat mempertahankan bio-psikososialnya secara optimal dan berkelanjutan.
Bantuan yang diberikan bersifat temporer (sesaat, situasional).
4. Upaya-upaya untuk membantu orang menemukan jalan pemecahan dari masalah
atau kesulitan yang dihadapi, mengembangkan diri agar dapat berhubungan
dengan sesamanya secara lebih efektif, meningkatkan kematangan pribadi,
ataupun mencapai kesembuhan bagi dirinya.

D. HUBUNGAN ANTAR MANUSIA


4
1. Penyesuaian diri / adaptasi
Pengertian
1. W. A. Gerungan :
Penyesuaian diri yaitu mungubah diri dengan keadaan lingkungan , tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri
2. Soeharto Herdjan :
Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi
kesulitan dan hambatan. Kesulitan dari hambatan yang dialami seseorang
dapat menimbulkan stress, sedangkan untuk mengatasi stress tubuh
manusia akan beradaptasi.
Adaptasi adalah :
a. Perubahan anatomik, psikologik, fisiologik dalam diri seseorang yang
terjadi sebagai reaksi terhadap stress.
b. Merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau dipelajari untuk
mengatasi stress dengan cara membatasi tempat terjadinya,
mengurangi atau menetralisir pengaruhnya.

Macam-macam adaptasi
a. Adaptasi secara fisiologik : Lokal atau general
b. Adaptasi secara psikologik :
- Individu mencoba menyesuaikan diri dengan masalah secara sadar
- Menggunakan mekanisme pertahanan diri (dilakukan secara tidak
sadar).

2. Analisa diri
Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara
positif terhadap stres yang dialami.
Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapetik. Instrumen utama yang
dipakai adalah diri perawat sendiri. Jadi, analisa dirl sendiri merupakan dasar
utama untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.

Fokus analisa diri yang penting adalah kesadaran diri, klarisifikasi nilai, eksplorasi
perasaan, kemampuan menjadi model dan rasa tanggung jawab. Khususnya
5
dalam berhubungan dengan pasien anak, perawat perlu mengkaji pengalaman
masa kanak-kanaknya karena dapat mempengaruhi interaksi. Dengan
mengetahui sifat diri sendiri diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara
terapeutik untuk menolong pasien tanpa merusak integritas diri.

3. Kesadaran diri
Banyak pendapat mengatakan bahwa perawat perlu menjawab pertanyaan "siapa
saya". Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi dan perilakunya secara
pribadi maupun
sebagai pemberi perawatan. Kesadaran diri akan membuat perawat menerima
perbedaan dan keunikan pasien

Kesadaran diri dan perkembangan diri perawat perlu ditingkatkan agar


penggunaan diri secara terapetik dapat lebih efektif. Johari Window (Stuart dan
Sundeen, 1987 ) menggambarkan tentang perilaku," pikiran, perasaan seseorang.
Kuadran 1 : kuadran yang terdiri dari perilaku, pikiran dan perasaan yang
diketahui oleh diri sendiri dan orang lain disekitarnya.
Kuadran 2 : sering disebut kuadran buta karena hanya diketahui oleh orang lain.
Kuadran 3 : disebut rahasia karena hanya diketahui oleh diri sendiri .
Kuadran 4 : tidak diketahui oleh diri sendiri maupun orang lain

1. Diketahui orang lain dan diri sendiri 2 Diketahui orang lain saja

3 Diketahui diri sendiri saja 4. Tidak diketahui orang lain


maupun diri sendiri

Ada 3 prinsip yang dapat diambil dari Johari Window yaitu:


1. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain.
2. Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau kesadaran
dirinya kurang.
3. Kuadran 1 paling besar pada individu yan gmempunyai kesadaran diri yang
tinggi.

6
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara (Stuart dan Sundeen, 1987)
yaitu:
1. Mempelajari diri sendiri.
Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku, termasuk
pengalaman yang menyenangkan, hubungan interpersonal, dan kebutuhan
pribadi.

2. Belajar dari orang lain.


Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan
meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri. Aspek yang negatif memberi
kesadaran bagi individu untuk memperbaikinya sehingga individu akan seIalu
berkembang setiap menerima umpan balik.

3. Membuka diri.
Keterbukaan satu kriteria kepribadian yang sehat. Untuk ini harus ada
teman intim yang dapat dipercaya tempat menceritakan hal yang merupakan
rahasia

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Manusia


a. Faktor Intern
Jenis Ras Ras Negroid : Bertemperamen keras, tahan menderita.
Ras Mongoloid : Ramah, gotong royong, agak tertutup / pemalu.
Jenis Kelamin Wanita : Sering berperilaku atas dasar perasaan.
- Laki-laki : Sering bertindak atas dasar rasionalnya.
Bakat Pembawaan
Merupakan interaksi dari faktor keturunan dan lingkungan dan sangat
bergantung kepada kesempatan yang tersedia.
Intelegensi
Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia yaitu seseorang dapat
bertindak secara tepat, cepat dan mudah dalam mengambil keputusan.

b. Faktor Ekstern

7
1. Lingkungan : lingkungan fisik, sosial. Misalnya seseorang anak yang biasa
dididik oleh orang tua yang otoriter, keras dan terlalu disiplin maka anak
akan bertingkah laku pendiam dan tidak berani mengemukakan pendapat.
2. Pendidikan : inti kegiatan pendidikan yaitu proses belajar mengajar, hasil
dari proses belajar adalah perubahan tingkah laku
3. Agama : Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan
norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
4. Sosial ekonomi
5. Kebudayaan : tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan
berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya.

Tehnik Mengubah Tingkah Laku Manusia.


Tingkah laku manusia pada umumnya tidak menetap pada suatu pola tertentu,
karena itu tingkah laku seseorang dapat berubah.
Tehnik- tehnik yang dapat digunakan dalam mengubah tingkah laku seseorang
adalah:
a. Tehnik Positif :
1. Mengembangkan tingkah laku kompetitif (bersaing secara sehat).
Dilakukan dengan cara perlombaan-perlombaan
2. Tehnik pemantapan (reinforcment) Reward/ bayaran/ hadiah/
penghargaan, apabila berhasil dalam suatu kegiatan . Penghargaan
dapat berupa pujian
3. Memperjelas tujuan yang akan dicapai.
Mengulang kembali, menguraikan/ menjelaskan kembali tujuan apa
yang hendak dicapai dalam siatuasi kegiatan tertentu Contoh ;
menjelaskan hidup sehat.
4. Membangkitkan minat dan motivasi.
Dengan cara memupuk minat individu dan memperkuat motivasi ,
untuk mencapai tujuan. Minat dan motivasi bisa mencapai tujuan bila
diarahkan sesuai dengan bakat seseorang.
5. Penyediaan sarana yang diperlukan.
Seseorang akan mudah melaksanakan sesuatu apabila sarana yang
diperlukan mencukupi.
6. Memberikan pengalaman yang menyenangkan.
8
Pengalaman yang menyenangkan akan membuat seseorang cenderung
untuk mengulangi tingkah laku yang menyenangkan.
7. Memberikan contoh keteladanan.
Contoh yang baik akan ditiru oleh individi-individu melalui proses
imitasi.

b. Tehnik Negatif.
1. Pemberian hukuman
Hukuman adalah sesuatu yang tidak menyenangkan bagi seseorang,
namun seseorang dapat menunjukan sesuatu perubahan tingkah laku
dengan cara hukuman.
2. Coercion
Dengan cara menakut-nakuti seseorang .

BAB III
9
KOMUNIKASI TERAPETIK

Wawancara merupakan salah satu kegiatan yang banyak dilakukan dalam


hubungan antar manusia. Antara lain digunakan dalam pemeriksaan.
Wawancara merupakan komunikasi antar personal. Dalam melakukan wawancara
aktivitas yang utama terletak pada pewawancara.
Pertama pewawancara harus berusaha menjalin hubungan akrab sehingga yang
diwawancarai menaruh kepercayaan sepenuhnya.

Selanjutnya pewawancara rnengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka


mengumpulkan informasi. Data yang diperoleh perlu dianalisis pada tahap
berikutnya.
Untuk suatu kesimpulan yang tepat, pewawancara harus memahami dan mengerti
benar mengenai data yang diperoleh sehingga dapat menginterprestasi dengan
tepat. Apabila yang diwawancarai dapat dikuasai betul untuk mengungkap dan
memecahkan masalah yang ada tidaklah sulit. Pemahaman psikologi terutama
psikologi kepribadian sangatlah penting.

Pewawancara harus mencoba menciptakan keadaan sehingga yang diwawancarai


merasa dirinya bebas untuk mendengarkan isi hati, untuk membicarakan sikap dll.
Bila saat mengadakan wawancara ada tekanan-tekanan maka usaha-usaha untuk
mengorek informasi akan gagal. Suasana wawancara yang bebas akan berubah
menjadi suasana emosi kemarahan atau ketakutan, ini akan menimbulkan
permusuhan, sifat kekanak-kanakan, atau sikap keras kepala.
Dalam wawancara, pewawancara harus menghidari sikap super, sedangkan
persoalan harus ditinjau dari dasar yang diwawancarai. Pewawancara harus
berusaha menempatkan diri pada yang diwawancarai. Komunikasi akan efektif
apabila direncanakan, diatur dan terarah.

Dalam proses wawancara ada beberapa faktor yang menentukan yaitu :


komunikator, pesan, komunikan, media dan akibat, sehingga wawancara
memerlukan persiapan yang teliti sekali

10
Tujuan wawancara diarahkan pada pemecahan masalah yang dihadapi
pewawancara atau yang diwawancarai. Sehingga pesan wawancara diharapkan
berorientasi pada persoalan yang akan dipecahkan bersama.
Perluasan cakrawala pengetahuan dari pewawancara sangat diperlukan. Sebagai
pewawancara harus mengerti betul gerak-gerik tingkah laku yang menjadi
lambang komunikasi baik lambang verbal maupun non verbal.

Wilbiech Schraemm menyatakan bahwa wawancara yang berhasil bila pesan


cocok dengan pengalaman, pengertian yang pernah diperoleh olch yang
diwawancarai. Kondisi yang harus diciptakan menurut Schraemm adalah:
1. Pesan harus disampaikan sedemikian rupa hingga dapat menarik perhatian
yang diwawancarai
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada perjalanan
yang sama antara pewawancara dan yang diwawancarai
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi yang diwawancarai dan
menyarankan bagaimana memperolehnya
4. Pesan harus menyarankan jalannya memperoleh kebutuhan sesuai yang di
wawancarai
5. Pesan disesuaikan dengan keadaan pribadi, norma-norma kelompok yang
mengikat yang diwawancarai serta situasi di mana pesan disampaikan

Untuk memperoleh informasi yang akurat dan obiektif pewawancara dalam


mengadakan wawancara tidak dapat bersifat egoistis. Perlu adanya identifikasi
dan persuasi sehingga suasana wawancara dijiwai kerja sama, saling menghargai,
saling mempercayai, saling menerima dan saling memberi.

Tugas seorang pewawancara adalah meratakan jalan bagi pembentukan suasana


wawancara yang sebaik-baiknya.
Cara memperoleh situasi ini adalah:
1. Melalui partisipasi, pewawancara apat ikut dalam kegiatan yang diwawancarai
sehari-hari. Partisipasi umumnya meminta pengorbanan waktu dan tenaga.
2. Melalui identifikasi, pewawancara memperkenalkan diri sebagai orang dalam
dan meyakinkan yang diwawacarai bahwa pewawancara adalah sahabat yang
diwawancarai.
11
3. Melalui jalan persuasi, pewawancara secara sopan dan ramah tamah
menerangkan maksud dan keperluan kedatangannya. Pewawancara harus
dapat menyakihfcan betapa pentingnya informasi yang akan disampaikan.
4. Melalui tokoh pengantar, dalam hal ini mengajak tokoh-tokoh masyarakat ke
tempat yang akan diwawancarai.

Mengenal yang diwawancarai


Titik sentral hubungan antar manusia adalah manusia, untuk mengetahui sifat dan
tabiat manusia pewawancara perlu mempelajari manusia secara individu dan
manusia dalam hubungan kelompok. Manusia memiliki kelebihan dibanding
dengan mahkluk lain baik fisik maupun jiwanya
Ada dua faktor yang menentukan sifat tabiat manusia yakni pembawaan dan
lingkungan. Antara pembawaan dan lingkungan saling berpengaruh membentuk
tabiat manusia. Selanjutnya dalam perjalan hidupnya dan perkembangan jiwanya,
seseorang mengalami aktivitas psikis, dan bila aktifitas itu tetap tidak dipengaruhi
oleh kesan-kesan tertentu maka munculah fungsi psikis.
Seseorang yang diwawancarai mempunyai dominasi dalam pikiran, perasaan,
intuisi atau pengindraannya.

Orang yang dominan pikirannya akan berusaha memahami lingkungan dengan


jalan pengetahuan yang satu dengan yang lainya, Ialu mengambil kesimpulan
yang logis sedangkan penilaianya adalah benar atau salah. Orang yang dominasi
intuisi menangkap segala hal dari lingkungan lebih banyak melewati batin, tidak
terlihat secara mendetail tetapi melihat makna secara keseluruhan.
Pada kenyataannya pikiran tidak pernah bekerja sendiri tetapi dibantu oleh
pengideraan dan instuisi dan sebaliknya membantu.

Yang perlu diketahui oleh pewawancara adalah tipetipe manusia.


Beberapa ahli psikologi membagi tipe-tipe manusia, berdasarkan arah
perhatiannya dibagi menjadi orang yang bertipe ekstrovert dan introvert

Orang yang bertipe extrovert lebih mementingkan lingkungan dari pada dirinya,
mengutamakan kepentingan umum dari pada dirinya, umumnya berhati terbuka,

12
gembira, ramah tamah, lancar dalam pergaulan, memancarkan sikap hangat
sehingga banyak kawan.

Orang yang bertipe introvert lebih mementingkan dirinya sendiri dari pada
kepentingan umum. Sifatnya biasanya pendiam, egois, suka merenung, senang
mengasingkan diri, tidak bisa bergaul.
Percampuran antara lipe introvert dan ekstrovert adilah tipe ambiverse. Orang
yang bertipe campuran ini lebih banyak dari tipe lainya.

Perasaan seseorang dapat diketahui dari wajah;


Tipe melankolis terlihat pada arah pandangan ke bawah, ujung bibir, pandangan
mata, kantung pipi mengarah ke bawah orang demikian biasanya mempunyai sifat
tertutup, perasa, halus, murung, mudah tersinggung dan sulit mengemukakan
perasaan. Pewawancara hendaknya jangan membentak-bentak, karena akan
semakin tertutup.

Tipe agresif cenderung menonjolkan dagunya ke depan, kesadaran diri kuat,


kepalanya tegak lurus, dadanya ke muka, berjalan dengan langkah-langkah tegas

13
BAB IV
HUBUNGAN TERAPETIK PERAWAT DENGAN PASIEN

Hubungan perawat dengan pasien yang terapetik adalah pengalaman belaiar bersama
dan pengalaman untuk memperbaiki emosi klien.

Dalam hubungan ini perawat memakai diri sendiri dan teknik pendekatan yang khusus
dalam bekerja dengan pasien untuk memberi pengertian dan merubah perilaku pasien.

Secara umum tujuan hubungan terapetik adalah untuk perkembangan pasien (Stuart dan
Sundeen, 1987.) yaitu:

1. Kesadaran diri ,penerimaan diri dan penghargaan diri yang meningkat.


2. Pengertian yang jelas tentang indentitas diri, dan integrasi diri ditingkatkan.
3. Kemampuan untuk membina hubungan intim, interdependent pribadi dengan
kecakapan menerima dan memberi kasih sayang.
4. Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan pribadi yang realistis.

Untuk mencapai tujuan tsb berbagai aspek kehidupan pasien akan diekspresikan selama
berhubungan dengan perawat.
Perawat akan mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan persepsi
serta dihubungkan dengan perilaku yang tampak (hasil observasi dan laporan).
Area yang diidentifikasi sebagai konflik dan kecemasan perlu diklarifikasi. Penting bagi
perawat untuk mengidentifikasi kemampuan pasien dan mengoptimalkan kemampuan
melakukan hubungan sosial dan keluarga.

Komunikasi akan menjadi baik dan perilaku maladaptif akan berubah jika pasien sudah
mencoba pola perilaku baru yang konstruktif.
Status pasien dalam hubungan perawat-pasien sudah berubah dari dependen menjadi
interdependen. Pada waktu yang Ialu, perawat mengambil keputusan untuk pasien saat
ini perawat memberi altematif dan membantu pasien dalam proses pemecahan masalah
(Cook dan Fontaine, 1987)

14
Di dalam hubungan terapeutik perawat-pasien , perawat yang memakai dirinya secara
terapetik dalam membantu pasien, perlu mengenal dirinya, termasuk perilaku, perasaan,
pikiran, dan nilai agar asuhan yang diberikan tetap berkualitas dan menguntungkan
pasien.

KLARIFIKASI NILAI
Walaupun hubungan perawat-pasien merupakan hubungan timbal balik tetapi kebutuhan
pasien seIalu diutamakan. Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa
aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan pasien untuk kepuasan dan
keamanannya.

Jika perawat mempunyai konflik, ketidakpuasan, sebaiknya perawat menyadari dan


mengklarifikasi agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan perawat-pasien.
Dengan menyadari sistem nilai yang dimiliki perawat, misalnya kepercayaan, seksual,
ikatan keluarga, perawat akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan
sistem nilai yang dimiliki.

EKSPLORASI PERASAAN
Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar ia dapat
menggunakan dirinya secara terapetik (Stuart dan Sundeen, 1987).
Jika perawat terbuka pada perasaannya maka ia mendapatkan dua informasi penting yaitu
bagaimana responnya pada pasien dan bagaimana penampilannya pada pasien. Sewaktu
berbicara dengan pasien , perawat harus menyadari responnya dan mengontrol
penampilannya.

KEMAMPUAN MENJADI MODEL


Perawat yang mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat, hubungan
interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan pasien (Stuart
dan Sundeen, 1987).

Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan
pribadi serta tidak didominasi oleh konflik, distres, atau pengingkaran dan memperlihatkan
perkembangan serta adaptasi yang sehat. Perawat diharapkan bertanggung jawab atas
perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya.
15
BAB V
INTERAKSI SOSIAL

A. PENGERTIAN

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih di mana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya. Dengan demikian antara individu yang berinteraksi
senantiasa merupakan hubungan saling mempengaruhi secara timbal balik . (H.
Bonner ).

Ada tiga faktor yang mendasari interaksi manusia yaitu imitasi, sugesti dan simpati :
Imitasi akan jelas tampak pada tingkah laku anak-anak dalarn pertumbuhan menuju
dewasa. Penguasan bahasa merupakan imitasi.
Sugesti diterima dari seseorang yang mempunyai popularitas, prestise sosial atau ahli
dalam lapangan tertentu.
Simpati adalah perasaaan tertariknya seseorang pada orang lain. Dorongan
munctilnya simpati adalah keinginin kerja sama dengan orang lain.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDASARI INTERAKSI SOSIAL


1. Imitasi
Pada mulanya seluruh kehidupan sosial berawal dari proses imitasi.
Imitasi adalah proses seseorang meniru orang lain.
Syarat seseorang mengimitasi suatu hal yaitu:
a. Minat perhatian yang cukup besar akan hal tersebut.
b. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi.
c. Mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku karena mempunyai
penghargaan sosial yang tinggi.

16
Jadi imitasi merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial yang menerangkan
mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan
tingkah laku.

2. Sugesti
Arti sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial hampir sama, bedanya ialah bahwa
dalam imitasi seseorang mengikuti sesuatu di luar dirinya, sedangkan pada sugesti
adalah di mana seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya lalu
diterima oleh orang lain.
Sugesti dalam ilmu jiwa sosial ialah proses di mana seorang individu menerima
suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa
kritik terlebih dahulu.

Persyaratan yang memudahkan sugesti terjadi pada seseorang yaitu:


1. Sugesti karena hambatan berpikir:
Hal ini sering terjadi pada orang yang sedang berpikir atau pada orang yang
sedang mengalami rangsangan emosional, sehingga proses sugesti secara
langsung diterima tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu segala pengaruh
atau pandangan dari orang lain.

2. Sugesti karena pikiran terpecah-pecah (disosiasi):


Sugesti mudah terjadi juga pada orang yang sedang mengalami pemikiran
yang terpecah-pecah. Hal ini dapat terjadi pada seseorang yang mengalami
kebingungan karena dihadapkan pada kesulitan hidup yang kompleks,
sehingga ia lebih mudah terkena oleh sugesti orang lain yang mengetahui
jalan ke luarnya dari kesulitan-kesulitan yang ia hadapi tersebut.

3. Sugesti karena otoritas atau prestise:


Proses sugesti cenderung terjadi pada orang-orang yang sikapnya menerima
pandangan-pandangan tertentu dari seseorang yang memiliki keahlian
tertentu, otoritas dalam keahlian tersebut atau dari seseorang yang
mempunyai prestise sosial yang tinggi.

17
4. Sugesti karena mayoritas:
Seseorang menerima suatu pandangan atau ucapan bila ucapan itu disokong
oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari golongan, kelompok atau
masyarakatnya. Mereka cenderung untuk menerima pandangan itu tanpa
pertimbangan lebih lanjut karena kalau kelompok atau golongan sudah
berpendapat demikian, ia pun rela pula.

5. Sugesti karena well to believe:


Diterimanya suatu sikap, pandangan karena sikap atas pandangan itu
sebenarnya sudah terdapat padanya, tetapi dalam keadaan terpendam. Sugesti
akan diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut karena pada orang yang
bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan. Untuk lebih sadar diri yakin
akan hal-hal yang sebenarnya sudah terdapat adanya.

3. Identfikasi
Identifikasi itu berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama seperti orang lain.
Proses terjadinya identifikasi:
a. Berlangsung secara tak sadar (dengan sendirinya)
b. Secara irasional, berdasarkan perasaan-perasaan
c. Berguna untuk melengkapi sistem norma dan cita-cita.

Interaksi hubungan sosial berlangsung pada identifikasi itu lebih mendalam


daripada hubungan yang langsung melalui proses sugesti maupun imitasi.

4. Simpati
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang
lain yang timbul atas dasar penilaian perasaan. Peranan simpati cukup nyata
dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih.
Hasil dari simpati akan terwujud suatu kerja sama, di mana seseorang akan
berusaha lebih mengerti terhadap orang lain, sehingga ia dapat merasa berusaha
terlibat lebih jauh dalam berperilaku. Sedangkan dalam identifikasi terhadap
suatu hubungan di mana seseorang menghormati dan menjunjung tinggi orang

18
lain dan ingin belajar darinya karena orang tersebut dianggap sebagai orang yang
ideal bagi dirinya.
Pada simpati dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin kerjasama dengan
orang lain, sedangkan pada identifikasi dorangan utamanya adalah ingin
mengikuti, meniru jejak orang lain yang dianggap ideal bagi dirinya.

C. JENIS-JENIS SITUASI SOSIAL


Situasi sosial adalah situasi dimana terdapat saling berhubungan antara manusia yang
satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain setiap situasi sosial di mana terjadi
interaksi sosial disebut situasi sosial.
Menurut M. Sherrif, situasi sosial itu dapat dibagi dalam 2 golongan utama, yaitu:
1. Situasi Kebersamaan
Pada situasi ini individu yang turut serta di dalamnya belum mempunyai saling
hubungan yang teratur seperti yang terdapat dalam situasi kelompok sosial. Situasi
kebersamaan itu merupakan situasi di mana berktumpul sejumlah orang yang
sebelumnya tidak saling mengenal, yang secara kebetulan mereka ada dalam satu
tempat dan mempunyai kepentingan yang sama.

2. Situasi Kelompok Sosial


Merupakan situasi di dalam kelompok tempat orang-orang mengadakan interaksi
tertentu, di sini anggotanya sudah mempunyai hubungan yang lebih mendalam
dan telah terjadi hubungan sebelumnya. Selain hubungan pribadi antara orang-
orang dalam situasi kelompok terdapat juga hubungan struktural dan hirarki yaitu
antara orang-orang yang menjadi pemimpin, staf serta anggota biasa. Hubungan
tersebut berdasarkan pembagian tugas antar anggotanya, dengan tujuan untuk
mencapai kepentingan bersama.

D. FAKTOR YANG MENENTUKAN BERLANGSUNGNYA INTERAKSI SOSIAL


Salah satu cara seseorang melakukan interaksi sosial yaitu dengan menggunakan
komunikasi antar individu atau komunikasi interpersonal. Agar interaksi sosial berjalan
baik salah satunya dapat ditunjang dengan menumbuhkan hubungan interpersonal
yang baik
Adapun faktor-faktor untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik adalah
sebagai berikut:
19
1. RASA PERCAYA
Faktor percaya merupakan hal yang penting pengaruhnya terhadap komunikasi
interpersonal. Bila saya percaya kepada anda, bila perilaku anda dapat saya duga,
bila saya yakin anda tidak akan menghianati atau merugikan saya, maka saya akan
lebih banyak membuka diri saya kepada anda.

Secara ilmiah "percaya" didefinisikan sebagai:


"Mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang
pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko." (Eiffin, 1967: 224-
234).

Definisi di atas menyebutkan 3 unsur percaya:


a. Ada situasi yang menimbulkan risiko.
Bila orang memberi kepercayaan kepada seseorang, ia akan menghadapi risiko,
berupa kerugian yang akan dialami. Bila tidak ada risiko, percaya tidak
diperlukan.
b. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa
akibat-akibat yang ditimbulkannya tergantung pada perilaku orang lain.
c. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.

Manfaat percaya kepada orang lain:


a. "Rasa percaya" meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka
saluran komunikasi memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta
memperluas peluang untuk pencapaian tujuan.
b. Hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat interpersonal yang
akrab.
Bila anda merasa kawan anda tidak jujur dan tidak terbuka maka anda pun
akan memberikan respons yang sama. Akibatnya hubungan anda akan
berlangsung dangkal

Beberapa faktor yang menumbuhkan rasa percaya:


a. Menerima, adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai
dan berusaha mengendalikan. Sikap menerima tidaklah semudah apa yang
20
dikatakan. Kita cenderung menilai dan sukar menerima. Akibatnya hubungan
interpersonal kita tidak berlangsung seperti yang kita harapkan. Bila kita tidak
bersikap menerima, kita akan mengkritik, mengecam atau menilai. Sikap
seperti ini akan menghancurkan percaya. Sikap menerima menggerakan sikap
percaya, karena orang mengetahui kita tidak akan merugikan mereka.

b. Empati akan menumbuhkan sikap percaya diri orang lain. Empati dianggap
sebagai memahami orang lain yang lain yang tidak mempunyai arti emosional.
Empati tidak sama dengan simpati, pengertian simpati adalah seseorang
menempati diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain, sedangkan dalam
empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain, kita ikut secara
emosional dan intelektuil dalam pengalaman orang lain. Berempati berarti
membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan
seperti orang lain merasakannya.

c. Kejujuran akan menumbuhkan sikap percaya. Dalam mengadakan interaksi


sosial, komunikasi kita akan mengungkapkan diri kita pada orang lain. Kita
harus melakukan dengan kejujuran sehingga menyebabkan perilaku kita dapat
diduga (predicteble) hal ini mendorong orang lain untuk percaya pada kita.
”Terus teranglah agar terang terus”.

2. SIKAP SPORTIF
Adalah sikap yang mengurangi sikap melindungi diri (defensif) dalam komunikasi
yang terjadi dalam interaksi sosial. Orang bersikap defensif apabila ia tidak
menerima, tidak jujur dan tidak empati. Dengan sikap defensif komunikasi
interpersonal akan gagal , karena akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman
yang ditanggapi dalam situasi komunikasi daripada memahami pesan orang lain.

Hasil penelitian Jack R. Gibb bahwa: makin sering orang menggunakan perilaku
defensif, makin besar kemungkinan komunikasi menjadi defensif. Sebaliknya,
komunikasi defensif berkurang dalam iklim suportif. Perilaku Defensif dan Suportif
dari Jack Gibb.

21
lkilim Defensif lklim Suportif
Evaluasi Deskripsi
Kontrol Orientasi masalah
Strategi Spontanitas
Netralita Empati
Superiori Persamaan
Kepastian Provisionalisme

EVALUASI DAN DESKRIPSI:


Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain. memuji atau mengecam. Dalam
mengevaluisi kita mempersoalkan nilai dengan motif orang lain. Bila kita
menyebutkan kelemahan orang lain, mengungkapkan betapa jelek perilakunya,
meruntuhkan harga dirinya, kita akan melahirkan sikap defensif.
Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai.
Deskripsi dapat terjadi ketika kita mengevaluasi gagasan orang lain, tetapi orang
"merasa" bahwa kita menghargai diri mereka (menerima mereka sebagai individu
yang patut dihargai).

KONTROL DAN ORIENTASI MASALAH:


Kontrol artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan perilakunya,
mengubah sikap, pendapat dan tindakannya.
Melakukan kontrol berarti mengevaluasi orang lain sebagai orang yang tidak baik
sehingga perlu diubah. Setiap orang tidak ingin didominasikan orang lain. Kita
ingin menentukan perilaku yang kita senangi. Karena itu bila kita mengkontrol
orang lain akan ditolak
Orientasi masalah, sebaliknya adalah mengkomunikasikan keinginan
untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah. Dalam orientasi masalah anda
tidak mendiktekan pemecahan. Anda mengajak orang lain bersama-sama untuk
menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapai STRATEGI DAN
SPONTANITAS

Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi


orang lain. Anda menggunakan strategi bila menduga anda mempunyai motif-

22
motif tersembunyi. Bila orang tahu kita melakukan strategi ia akan menjadi
defensif.
Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menutupi motif yang
terpendam.

NETRALITAS DAN EMPATI:


Netralitas berarti sikap impersonal yaitu memperlakukan orang lain tidak sebagai
personal, melainkan sebagai obyek. Bersikap netral bukan berarti obyektif,
melainkan menunjukkan sikap tak acuh, tidak menghiraukan perasaan dan
pengalaman orang lain. lawan netralitas adalah empati (telah diuraikan di muka).
Tanpa empati orang seakan-akan mesin yang hampa perasaan dan tanpa
perhatian.

SUPERIORITAS DAN PERSAMAAN:


Superioritas artinya menunjukkan seseorang lebih tinggi atau lebih baik daripada
orang lain, karena status, kekuasaan, kemampuan, intelektual, kekayaan atau
kecantikan. Superioritas akan menghasilkan sifat defensif.
Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan
demokratis. Dalam sikap persamaan anda tidak mempertegas perbedaan.
Dengan persamaan anda mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada
perbedaan pandangan dan keyakinan.

KEPASTIAN DAN PROVISIONALISME:


Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri dan
melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.

Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat orang lain


hingga menganggap bahwa kita sebagai manusia tidak ada yang sempurna,
karena wajar juga kalau suatu saat pendapat dan keyakinannya bisa berubah.

3. SIKAP TERBUKA
Sikap terbuka (open mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan
komunikasi interpersonal yang efektif. Untuk memahami orang yang mempunyai

23
sikap terbuka harus mengidentifikasikan dahulu orang yang mempunyai sikap
tertutup (dogmatis).
Perbedaan Karakteristik Orang yang terbuka dan Orang tertutup

Sikap Terbuka Sikap Tertutup

Menilai pesan secara obyektif dengan Menilai pesan berdasarkan motif-


menggunakan data dan keajegan logika motif

Membedakan dengan mudah melihat Berpikir simplisis (berpikir hitam


suasana putih) tanpa nuansa
Berorientasi pada isi pesan Bersandar lebih banyak pada sumber
pesan dari pada isi pesan
Mencari informasi dari berbagai sumber Mencari informasi tentang
kepercayaan orang dari sumber nya
sendiri, bukan kepercayaan orang
lain
Lebih bersifat provisionalisme dan Secara kaku mempertahankan dan
bersedia mengubah kepercayaan memegang teguh sistem
kepercayaan
Mencari pengertian pesan yang tidak Menolak, mengabaikan, menolak
sesuai dengan rangkaian pesan yang tidak konsisten dengan
kepercayaannya sistem kepercayaannya

MENILAI PESAN BERDASARKAN MOTIF PRIBADINYA


0rang dogmatis (tertutup) tidak akan memperhatikan logika, ia lebih banyak
melihat sejauh mana logika itu sesuai dengan dirinya. Argumentasi yang obyektif,
logis, cukup bukti akan ditolak mentah-mentah. Setiap pesan akan dievaluasi
berdasarkan desakan diri individu. Orang dogmatis sukar menyesuaikan dirinya
dengin perubahan lingkungan

BERPIKIR SIMPLITIS

24
Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam putih, tidak ada Kelabu. la tidak
sanggup membedakan yang setengah benar setengah salah. Baginya kalau tidak
salah, ya benar, dan tidak mungkin ada bentuk antara.

BERORIENTASI PADA SUMBER


Bagi orang dogmatis yang paling penting ialah siapa yang berbicara dan bukan
apa yang dibicarakan. la terikat sekali pada otoritas yang mutlak. la tunduk pada
otoritas, karena seperti umumnya orang-orang dogmatis cenderung lebih cemas
dan mempunyai rasa tidak aman yang tinggi.

BERORIENTASI PADA MENCARI INFORMASI DARI SUMBER SENDIRI


Orang dogmatis hanya mempercayai sumber-sumber informasi mereka sendiri.
Mereka tidak akan meneliti tentang orang lain dari sumber lain.

SECARA KAKU MEMPERTAHANKAN DAN MEMBELA SISTEM KEPERCAYAAN


Berbeda dengan orang terbuka yang menerima kepercayaannya secara
professional, orang dogmatis menerima kepercayaan secara mutlak. la akan
mempertahankan setiap jengkal dari wilayah kepercayaannya sampai titik darah
penghabisan.

E. PERANAN PERAWAT DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN HUBUNGAN


DOKTER DAN PASIEN
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan dengan jumlah mayoritas, penjalin
kontak pertama dan terlama dengan pasien memegang kunci utama dalam membina
hubungan dengan pasien dan keluarganya, begitu pula dalam mendukung
keberhasilan hubungan antara dokter dan pasien.

Elemen peran berbeda dengan fungsi yang dapat berubah dari satu tatanan ke
tatanan lain, sedangkan elemen bersifat konstan dan digunakan berulang kali.
Menurut Doheny, Cook dan Stopper (1982), elemen peran perawat meliputi pemberi
asuhan, advokat pasien, konselor, pendidik, kordinator, kolaborator, konsultan, dan
pembawa perubahan. Dalam hal ini pasien merupakan fokus kegiatan perawatan.

1.Pemberi Asuhan.

25
Elemen ini paling berkaitan dengan keperawatan dimana perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan. Sebagai pemberi asuhan, perawat melihat individu dalam
konteks kehidupannya dan orang lain yang berarti dalam kehidupannya. Perawat
menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifkasi kebutuhan yang kemudian
dipakai sebagai landasan dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana asuhan
keperawatan.

2 .Advokat Pasien
Perawat bertanggung jawab membantu pasien dan keluarganya dalam menafsirkan
informasi yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan lainnya termasuk dokter,
dan memberikan informasi tambahan yang diperlukan untuk membuat keputusan
berhubungan dengan kesehatannya, termasuk membela dan melindungi hak hak
pasien. Khususnya, menjelaskan implikasi keputusan yang mempengaruhi kesehatan.

3. Konselor.
Sebagai konselor, Konseling dilakukan untuk membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman kesehatannya dengan pengalaman hidupnya.

4. Pendidik.
Dapat dilakukan kepada pasien, keluarga dan tenaga kesehatan, yang bersifat sewaktu
waktu maupun terencana. Sebagai pendidik, perawat membantu pasien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan tentang kegiatan yang dapat
meningkatkan kesehatan, kondisi yang berkaitan dengan edukatif, pasien dibantu
bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri. Begitu pula keluarga dibantu
untuk menerima tanggung jawab yang tidak dapat dilakukan oleh pasien.

5. Koordinator.
Ketika dirawat di rumah sakit, pasien menerima pelayanan kesehatan dari berbagai
tenaga kesehatan. Perawat utama akan mengkordinasi upaya tiap anggota tim
kesehatan untuk mencapai tujuan kesehatan pasien.

6. Kolaborator.
Elemen kolaborator melibatkan perawat, pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain
yang bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Termasuk berbagi
26
pendapat tentang kebutuhan kesehatan, pemberian dukungan dari tenaga kesehatan
lain, dan memadukan keahlian dan keterampilan. Peran serta keluarga sangat penting
dalam kolaborasi.

7. Konsultan
Individu yang terlibat dalam pelayanan kesehatan, mencari informasi yang diperlukan
berkaitan dengan klarifikasi tujuan dan cara untuk mencapai tujuan pelayanan
kesehatan pada pasien.

8. Pembawa Perubahan
Pembawa perubahan melibatkan perubahan yang terencana, kolaboratif dan sistematis
berkaitan dengan pasien dan upaya pelayanan kesehatan. Upaya pelayanan kesehatan
bisa meliputi institusi kesehatan, anggota tim keperawatan, dan tenaga professional
kesehatan lainnya.

Semua elemen ini saling berhubungan, dapat digunakan pada tiap situasi, dan seringkali
tumpang tindih sehingga perbedaannya agak kabur. Misalnya, perawat pada suatu
pertemuan bertindak sebagai kordinator dari kelompok dalam menentukan tujuan pasien
dan cara untuk mencapai tujuan. Sementara pada saat bertindak sebagai kordinator,
perawat juga berperan sebagai konsultan terhadap anggota lain yang memerlukan
informasi. Atau bahkan pada saat diskusi, perawat mungkin berbicara atas nama pasien
sebagai pasien advokat.

Pada Kode Etik Keperawatan Indonesia Bab III, pasal 10, tercantum:
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama Perawat dan dengan
Tenaga Kesehatan lairmya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Dokter sebagai mitra perawat merupakan tenaga kesehatan yang bekeria paling dekat
dengan perawat. Hubungan kerjasama yang baik antara dokter dan perawat sangat
menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan yang dilakukan kepada pasien.

Perawat, berkewajiban memelihara hubungan baik dengan tenaga kesehatan lain


termasuk dokter demi tercapainya tujuan pelayanan kesehatan pada pasien.
27
Suatu kenyataan yang dapat ditemui dalam tiap tatanan pelayanan kesehatan tentang
banyaknya keluhan dan kritik yang dikemukakan pasien terhadap dokter antara lain:
dokter kurang memberikan waktu yang cukup kepada pasien, dokter kurang menjelaskan
hal hal yang diketahui tentang pasien dengan menggunakan istilah yang dimengertinya,
serta kurang memperlihatkan rasa tertarik atau iba kepada yang sakit.

Seperti telah diuraikan terdahulu kritik terhadap sikap dokter sangat mungkin dipengaruhi
oleh faktor ketidak pastian peran, konflik tanggung jawab, perbedaan kekuatan dan
perbedaan persepsi antara dokter dan pasien yang dibawa dalam hubungan mereka.
Begitu pula kontribusi yang positif dari perawat terhadap hubungan dokter-pasien sangat
dipengaruhi oleh mutu hubungan antara perawat dan dokter itu sendiri.
Mutu hubungan ini dapat dihambat oleh konflik peran dan beban peran yang berlebihan,
kurang pemahaman terhadap masing masing peran, serta kesenjangan persepsi terhadap
otonomi dokter maupun perawat.
Mengingat tenaga keperawatan merupakan tenaga terbanyak dan yang menjalin kontak
paling lama dengan pasien, mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan
hubungan antara dokter dan pasien.

Tiga sifat fungsi utama perawat yaitu fungsi yang bersifat mandiri, fungsi yang
didelegasikan dan fungsi kolaborasi. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, perawat
mengarahkan tiap kegiatan keperawatan yang bertujuan meningkatkan rasa nyaman,
memastikan keamanan, dan meningkatkan kesehatan pasien sebagai mahluk bio
psikososio-spritual. Sementara dokter yang berorientasi kepada penyakit pasien,
mengupayakan usaha pemulihan kesehatan dengan penyembuhan penyakit. Kerjasama
dokter dan perawat bersifat saling mengisi.

Elemen peran perawat sebagai advokat pasien sangat menentukan peranannya dalam
mendukung keberhasilan hubungan dokter dengan pasien. Dokter yang biasanya hanya
sebentar bertemu dan berkomunikasi dengan pasien sering meninggalkan pasien dalam
keadaan masih bertanya-tanya dan perasaan tidak puas. Perawat sebagai orang pertama
yang menyadari keadaan pasien ini, bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan
lebih lanjut dan memastikan bahwa informasi tersebut ditafsirkan secara benar.
Perawat juga berperanan mewakili pasien untuk mengklarifikasi informasi yang belum
jelas dari dokter, atau memberikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan
28
langsung hal hal yang belum jelas. Dalam menjalankan fungsi yang didelegasikan oleh
dokter, perawat perlu memastikan kebenaran informasi atau instruksi yang diterimanya

HUBUNGAN ANTARA TENAGA KESEHATAN (DOKTER-PERAWAT)


a. PERAN PERAWAT GIGI DALAM KOMUNIKASI TERAPETIK
1. Peran dan Fungsi perawat gigi
Adanya pengertian dari pasien tentang perawatan dikaitkan dengan peran dan fungsi
perawat gigi.
Lulusan dari Akademi Kesehatan Gigi diharapkan dapat melaksanakan peran dan
fungsi seperti yang diuraikan dibawah ini.

1. Peran : Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.


Fungsi : a. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
bagi individu, keluarga dan masyarakat baik dalam ruang
lingkup pekerjaannya maupun secara terpadu.
b. Melaksanakan pembuatan media pembelajaran.
2. Peran : Pelaksanaan kegiatan pelayanan asuhan kesgilut.
Fungsi : a. Melaksanakan asuhan pencegahan gigi dengan fluoridasi.
b. Melaksanakan pelayanan asuhan pembersihan karang gigi
c. Melaksanakan pelayanan asuhan penambalan gigi susu dan
tetap.
d. Melaksanakan pelayanan asuhan pencabutan gigi susu dan
topical anastesi.
e. Melaksanakan pelayanan konsultasi / bimbingan.
Melaksanakan pelayanan rujukan.
f. Melaksanakan pelayanan asuhan gigi dengan fissure sealant.
3. Peran : Pelaksanaan pemeliharaan alat – alat kedokteran Gigi
Fungsi : Melaksanakan pemeliharaan dan sterilisasi alat – alat kesehatan
gigi dan mulut.
4. Peran : Pengelola pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Fungsi : Melaksanakan pengelolaan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut
5. Peran : Membimbing tenaga kesehatan atau calon tenaga
kesehatan.
Fungsi : Melaksanakan pembimbingan tenaga kesehatan atau calon
tenaga kesehatan jenjang dibawahnya.
6. Peran : Pelaksana kegiatan penelitian.
29
Fungsi : Melaksakan penelitian sederhana.

1. Pemberi pesan (komunikator)


Didalam komunikasi terapeutik perawat bertindak sebagai komunikator.
Dalam menyampaikan pesan hendaknya diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a. Pesan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Pesan yang disampaikan harus mempergunakan bahasa yang dapat dimengerti
dengan mudah oleh pasien.
c. Diusahakan agar pesan yang disampaikan dapat menarik minat pasien.
d. Sikap yang baik akan memperlancar suatu proses komunikasi.
 Sikap sombong, angkuh menyebabkan pendengar enggan dan menolak
uraian komunikator.
 Cara duduk yang angkuh tidak mau mendengar omongan orang lain
adalah cata atau sikap yang tidak terpuji.
 Sikap ragu-ragu akan menyebabkan pendengar atau pemirsa kurang
percaya terhadap komunikator.
 Sikap tegas yang ditampilkan harus bersumber pada hubungan kemanusiaan
yang baik sehingga pendengar percaya terhadap uraian komunikator.
 Semakin baik hubungan antar manusia seseorang makin memperlancar arus
komunikasi.
 Sikap terbuka, muka manis, saling percaya, rendah hati, dapat menjadi
pendengar yang baik adalah sikap yang dapat mendukung berhasilnya
komunikasi.
Pesan dapat disampaikan dalam bentuk lisan atau non verbal (bahasa tubuh)
yang mengikuti bentuk lisan.

2. Komunikan (penerima pesan)


a. Menerima lambang – lambang yang disampaikan komunikator.
b. Membaca atau menyandi lambang verbal atau non verbal yang disampaikan
oleh komunikator.
c. Menyesuaikan pesan yang telah disampaikan.
d. Memberi umpan balik kepada komunikator.

3. Penghubung

30
Sebagai penghubung antara dokter/dokter gigi atau sebaliknya. Untuk menjadi
penghubung yang baik seorang perawat harus :
a. Menguasai permasalahan yang akan disampaikan semakin dalam menguasai
masalah akan semakin baik dalam memberikan uraian – uraiannya.
b. Melihat situasi dan kondisi dari pasien.

4. Konselor
Di masyarakat sering timbul masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Masyarakat belum mampu mengatasi masalah tersebut sehingga peran
perawat penting yaitu sebagai penasehat kesehatan.
Untuk itu seorang perawat harus mempunyai wawasan yang luas khususnya di
bidang kesehatan. Hal ini dapat ditunjang dengan banyak membaca, mengikuti
perkembangan teknologi.

c. PROSES TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPETIK


HUBUNGAN PERAWAT DENGAN PASIEN
(Stuart, G. W., dan Sundeen, S. J., 1987)

Tahap prainteraksi
Prainteraksi mulai sebelum kontak pertama dengan pasien. Perawat mengeksplorasi
perasan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk
melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat yag sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri serta nilai tambah
pengalamannya berguna agar lebih efektif dalam memberikan asuhan keperawatan.
Ia seharusnya mempunyai konsep diri yang stabil dan harga diri yang adekuat,
mempunyai hubungan konstruktif dengan orang lain dan berpegang pada kenyataan
dalam menolong klien.

Pemakaian diri secara terapetik berarti memaksimalkan pemakaian kekuatan dan


meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien. Tugas tambahan pada tahap in adalah mendapatkan informasi tentang
pasien dan menentukan kontak pertama.

31
Tahap perkenalan atau orientasi
Tahap ini dimulai dengan pertemuan dengan pasien. Hal utama yang perlu dikaji
adalah alasan pasien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya
hubungan perawat-klien.

Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya; penerimaan
dan pengertian; komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan pasien

Perawat dan pasien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, bimbang karena
memulai hubungan yang baru. Pasien , yang mempunyai pengalaman hubungan
interpersonal yang menyakitkan akan sukar menerima dan terbuka pada orang asing.
Pasien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa dikritik
atau dihukum.

Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan pasien, dan


mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan bersama pasien.

Elemen Kontrak Perawat-Pasien


 Nama individu (perawat dan pasien)
 Peran perawat dan pasien
 Tanggung jawab perawat dan pasien
 Harapan perawat dan pasien
 Tujuan hubungan
 Tempat pertemuan
 Waktu pertemuan
 Situasi terminasi
 Kerahasiaan

Tahap kerja
Pada tahap kerja, perawat dan pasien mengeksplorasi stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri. dengan menghubungkan persepsi, pi-
kiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu pasien mengatasi
kecemasan; meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri; dan

32
mengembangkan mekanisme yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaptif
menjadi adaptif merupakan fokus tahap ini.

Tahap terminasi
Terminasi merupakan tahap yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapetik.
Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeuik sudah terbina dan berada pada
tingkat optirnal.

Keduanya, perawat dan pasien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat tejadi
pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu .

Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada tahap ini adalah menghadapi realitas
perpisahan yang tidak dapat diingkari. Pasien dan perawat bersamasama meninjau
kembali proses perawatan yang telah diialui dan pencapaian tujuan. Perasaan
marah, sedih, penolakan perlu dieksplorasi dan diekspresikan.

Proses terminasi yang sehat akan memberi pengalaman positif dalam membantu
pasien . Reaksi pasien dalam menghadapi terminasi dapat bermacam cara. pasien
mungkin mengingkari perpisahan atau mengingkari manfaat hubungan. pasien
dapat mengekspresikan perasaan marah dan bermusuhannya dengan bicara yang
dangkal.

Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan pasien


sebagai penolakan.
Tiap jenis tenaga profesi kesehatan perlu saling bekerja sama untuk membantu
pasien dalam mengatasi masalah kesehatannya. Kesalahpahaman antara tenaga
kesehatan masih sering terjadi, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pasien.
Menurut Northouse & Northouse (1992), tiga hal yang menimbulkan dampak pada
hubungan antara tenaga kesehatan, terutama antara dokter dan perawat adalah:
stres peran, kurang pemahaman interprofesional, dan perebutan otonomi.

1. Stres Peran
Stres peran yang dialami bersumber pada sifat pekerjaan tiap tenaga kesehatan
yang berkaitan dengan konflik peran dan beban peran yang berlebihan. Seorang
33
perawat yang baru lulus ketika pertama kali bekerja merasakan bahwa
pendidikannya tidak cukup membekalinya dengan kemampuan untuk bekeja.
Begitu pula aspirasi dan pandangan yang ideal tentang profesi keperawatan,
ternyata sangat berbeda dengan yang dijumpainya di lapangan. Konflik peran
terjadi jika terjadi kesenjangan antara dua sistem nilai yang sangat berbeda.

Beban peran yang berlebihan sangat dipengaruhi oleh sifat tatanan pelayanan
kesehatan seperti ruang gawat darurat, atau mendapat banyak pasien rujukan
dari tenaga kesehatan lain.
Konflik peran dan beban peran yang berlebihan menimbulkan stres peran yang
selanjutnya mempengaruhi hubungan antara tenaga kesehatan, dalam hal ini
terutama hubungan antara dokter dan perawat.

Dokter maupun perawat dapat saling menarik diri dalam usahanya untuk
mengurangi konflik peran dan beban peran yang berlebihan. Jika stres peran
meningkat, kedua tenaga kesehatan mungkin mengalihkan perhatian dari usaha
pembinaan hubungan ke penyelesaian tugas saja. Tidak ada upaya untuk
memelihara hubungan professional, selain hanya menjalankan tugas. Dampak
stres peran terhadap pasien sangat dirasakan karena banyak terserapnya energi
tenaga kesehatan untuk menghadapi stres, sehingga tidak banyak energi yang
tersisa untuk memenuhi kebutuhan pasien.

2. Kurang Pemahaman interprofesional


Dokter yang kurang memahami peran perawat, dan sebaliknya perawat kurang
memahami peran dokter dapat menimbulkan kerancuan peran dan lingkup
kewenangan kerja.
Perbedaan dan keterpisahan pengalaman pendidikan, serta terbatasnya kontak
sehari-hari antara dokter dan perawat merupakan faktor utama kurangnya
pemahaman interprofesional. Kurangnya pemahaman ini menimbulkan tuntutan
yang tidak sesuai dengan peran tenaga kesehatan lain, yang berakhir dengan
konflik. Konflik akan mempengaruhi hubungan dokter dan perawat yang
otomatis menghambat keberhasilan hubungan terapetik antara kedua tenaga
kesehatan dengan pasien.

34
3. Perebutan Otonomi
Kesenjangan persepsi terhadap otonomi tiap tenaga kesehatan dapat
menimbulkan ketegangan kerja yang akhirnya menyebabkan kualitas pelayanan
kesehatan yang rendah. Knauss et.al (1986) dalam penelitiannya menemukan
bahwa komunikasi

BAB VI
PROSES KOMUNIKASI TERAPETIK
PADA PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

1. Interaksi perawat dan pasien


Menjalin hubungan yang baik (berinteraksi) antara perawat dan pasien mutlak
diperlukan dalam upaya memperlancar pelaksanaan tugas baik di rumah sakit,

35
Puskesmas, Balai pengobatan, poliklinik maupun pada saat kunjungan rumah. Dalam
pelaksanaan perawatan proses hubungan interaksi yang baik antara perawat dan
pasien diharapkan menyenangkan antara kedua pihak, baik perawat maupun pasien
/keluarga /masyarakat.

Perawat dapat mengendalikan perasaan, konflik dan frustasi untuk menghilangkan


rasa curiga dari pasiennya, sehingga pasien merasa diterima dengan kejujuran,
pengertian serta saling mempercayai.

Sehingga dengan terjadinya proses interaksi yang baik antara perawat dengan pasien,
perawat dapat melaksanakan perawatan dengan sebaik-baiknya guna memenuhi
kebutuhan klien.

2. Tujuan menjalin hubungan yang baik ini untuk:


a. Memenuhi kebutuhan pasien
b. Membantu pasien dalam pengalaman kehidupan sehari-hari
c. Mengetahui latar belakang pasien, dalam rangka pengobatan.

3. Teknik Menjalin Hubungan Dengan pasien


a. Membantu pasien beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan keadaan
sekelilingnya.
Kebaikan hubungan ini tergantung perawat sendiri, perawat harus dapat
mengobservasi artinya mengamati keadaan pasien sampai dimana pendapat
pasien terungkap menjadi hubungan yang baik
Perawat harus dapat mengevaluasi/ menilai serta merespons reaksi dan juga harus
tanggap. Kemampuan perawat terhadap hubungan ini tergantung dari
pengetahuan, pengertian serta keterampilan dalam menjalin hubungan dengan
pasien. Hubungan ini lebih efektif lagi bila perawat melibatkan dirinya dengan
pasien dengan menggunakan metode berkomunikasi sebagai alat untuk membantu
pasien.
Perawat harus dapat pula mengendalikan perasaan, konflik-konflik yang mungkin
terjadi dalam rangka mengatasi kegelisahan, ketakutan dan perasaan-perasaan
yang timbul pada pasien.

36
b. Perawat harus dapat mengenal keunggulan dan kelemahan pasien
dalam menjalin interaksi.
Perawat dapat menggali apa yang terkandung apa yang terkandung di dalam hati
pasien sehingga akan dikeluarkan semua.
Menanyakan kepada pasien , apa ada yang sedang dipikirkannya mungkin pula ada
suatu masalah.

c. Sebagai konsultan, perawat harus dapat mengukur dirinya sendiri dan


tanggap terhadap keluhan-keluhan pasien dan mengambil tindakan seperlunya.

Faktor-faktor Penghambat Interaksi antara Perawat dengan Klien


1. Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang
diderita pasien semata, sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan
pelaksanaan perawatan yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio,
psiko dan sosial.
Bio: Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan.
Psiko: Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan Masalah yang ada
hubungannya dengan jiwa.
Sosial: Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat diri pasien di
dalam masyarakat

2. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-


keluhan, serta kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh pasien sehingga
menghambat hubungan baik.

TAHAPAN DALAM MENJALIN HUBUNGAN YANG BAIK


Tahap Preinteraksi
Sebelum perawat bertemu atau berkenalan dengan pasien dalam menjalin hubungan
baik, perawat mulai mengumpulkan informasi data dari pasien melalui berbagai hal
sebagai dasar untuk menentukan langkah selanjutnya. Disamping itu perawat harus
mempunyai rasa empati, artinya perawat melibatkan diri atau mampu menempatkan
diri pada situasi pasien .
37
Tingkatan-tingkatan empati itu sendiri ada 4 (empat) tingkatan:
1. Identifikasi: Di mana perawat harus memahami situasi dan perasaan pasien.

2. Penggabungan: Pengalaman orang lain dimasukkan sebagai input perawat


supaya mereka mengerti.

3. Pembalikan: Perawat mengalami interaksi di antara perasaan-perasaannya


sendiri didasarkan atas pengalaman-pengalaman yang lampau.

4. Pemisahan: Perawat kembali kepada identitas dirinya.

Tahap Orientasi
Dalam tahap ini mulai perkenalan antara perawat dengan pasien , saling
mengutarakan identitas (perawat cukup menyebutkan namanya), nama pasien , umur.
agama, pekerjaan, alamat dll. Dan perawat mulai mencatat informasi dari pasien
tentang latar belakang timbulnya masalah. Untuk mencapai berhasilan pengobatan,
perlu ada persesuaian pendapat. Pada masa ini dapat juga pasien merasa cemas,
takut, oleh karena itu perawat perlu berusaha lebih intim supaya proses ini dapat
berhasil.
Kesempatan untuk berunding memerlukan tempat tersendiri yang nyaman. Lamanya
pertemuan, tidak terlalu lama tetapi sesuai dengan kebutuhan dan suara tidak keras
tapi perlahan, supaya orang lain tidak mendengar.

Tahapan Kerja Atau Tahap Pelaksanaan


Dalam tahap ini hubungan perawat dengan pasien mungkin terasa menyenangkan,
karena mendapat kemajuan-kemajuan, mereka saling mengetahui kemampuan
masing-masing, walaupun demikian mungkin juga mengalami suatu ketegangan,
antara lain emosi, frustasi, takut dan sebagainya.
Perawat dengan pasien harus dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah yang
dihadapi pasien . Bila tidak demikian perilaku pasien akan kembali seperti semula.
Perawat harus dapat mengendalikan emosinya, dapat mengoreksi diri sendiri akan
fungsi dan tugas yang diembannya. Dan yang lebih penting adalah peryataan terbuka
kepada pasien yang mengetahui perubahan tingkah laku.
38
Pada tahap ini kedua belah pihak harus mentaati komitmen, masing-masing pihak
mencoba mengubah perilaku. Perasaan-perasaan yang bersifat emosional biasanya
timbul pada hubungan baik ini, pertolongan perawat mencakup dalam mengatasi
kemarahan pasien dan bertugas mencari latar belakang mengapa pasien timbul
perubahan tingkah laku demikian.

Tahap Terminal Atau Tahap Akhir


Bila perawat dengan pasien telah akrab dan saling mempercayai satu sama lain
secara terang-terangan, akhir dari pertemuan ini akan mencapai kepuasan, artinya
perawat puas karena berhasil dalam merawatnya, dan pasien puas karena sembuh.
Bisa juga kemarahan yang mungkin mengakhiri pertemuan hubungan ini, karena
perawat kurang tanggap terhadap respons dari pasien sehingga akhir jalinan
hubungan ini pasien marah kepada perawat yang dipandang sebagai orang yang
mencampuri urusan pribadi. Kemarahan perawat akan dialihkan kepada keadaan
lingkungan sedangkan kemarahan pasien akan diarahkan kepada siapa saja yang
merawat. Namun ada juga pasien yang bersikap positif kepada perawat. Perawat
harus hati hati dalam hal ini. Sebaiknya kedua belah pihak supaya dapat menentukan
sikap yang terbaik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................... ii

39
BAB I KOMUNIKASI .................................................... 1

BAB II HUBUNGAN ANTAR MANUSIA ............................ 3

BAB III KOMUNIKASI TERAPETIK .................................. 10

BAB IV HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN PASIEN 14

BAB V INTERAKSI SOSIAL ........................................... 16

BAB VI PROSES KOMUNIKASI TERAPETIK


PADA PELAYANAN ASUHAN ................................ 33

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penyusun panjatkan kepada Tuhan JME atas rahmat dan karunia
-Nya sehingga diktat Komunikasi Terapetik ini dapat diselesaikan .
Diktat Komunikasi Terapetik disusun untuk memperlancar proses pembelajaran bagi
mahasiswa perawat gigi .Isi diktat ini merupakan kumpulan dari bahan kuliah Komunikasi

40
Terapetik yang akan dipakai sebagai pegangan dalam belajar bagi mahasiswa Jurusan
Kesehatan Gigi Poltekes Bandung
Perawat gigi diharapkan dapat menelaah dan mengembangkan pengetahuan tentang
mata kuliah komunikasi terapetik sendiri sesuai dengan perkembangan Ilmu Kesehatan
Gigi
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan diktat ini,oleh
karena itu kritik dan saran penyusun harapkan demi penyempurnaan diktat ini .
Harapan penyusun ,diktat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang menggunakan dan
membaca diktat ini .

Bandung, Januari 2018

Tim Penyusun

41

Anda mungkin juga menyukai