KOMUNIKASI
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Menurut Aristoteles unsur yang terpenting dalam proses suatu komunikasi adalah : si
pemberita .isi pemberitaan dan si penerima
Luiser , komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan dari pengirim ke penerima
dengan pengertian bersama dan seimbang .
Oxford Dictionary 1956
Communication is the sending or exchange the information, ideas
Dari beberapa pengertian komunikasi diatas dapat diambil kesimpulan dari pengertian
komunikasi tersebut , yaitu :
1. bahwa dalam komunikasi terjadi penyampaian pengertian /informasi dari seorang
ke orang lain
2. Bahwa penyampaian tersebut merupakan suatu proses
3. bahwa dalam proses penyampaian tersebut digunakan lambang dan simbol
1
menjadi sasarannya. Komunikator bisa juga tempat berasalnya sumber pengertian
yang dikomunikasikan .
2. Message ( pesan atau berita )
Message ( pesan ) adalh berita yang disampaikan oleh komunikator melalui
lambang lambang pembicaraan , gerakan dsb. Message bisa berupa gerakan,
sinar, suara, lambaian tangan , kibaran bendera atau tanda tanda lain dengan
interpretasi yang tepat akan memberikan arti dan makna tertentu.
Ditempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit , puskesmas message ini bisa
berupa nesehat dokter , hasil konsultasi pada status pasien, laporan dsb.
BAB II
2
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
A. PENGERTIAN
Ruang lingkup hubungan antar manusia dalam arti luas ialah interaksi antara
seseorang dengan orang lain dalam segala kehidupan untuk memperoleh kepuasan
hati. Suksesnya hubungan antar manusia sebagai akibat dari tidak mengabaikan sopan
santun, ramah tamah , hormat menghormati dan menghargai orang lain
Hubungan antar manusia yang baik akan mengatasi hambatan-hambatan komunikasi,
mencegah salah pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia.
Kunci aktifitas hubungan antar manusia adalah motivasi, memotivasi seseorang agar
melakukan suatu aktivitas berdasarkan kebutuhan.
3
B. TUJUAN
1. Hubungan Antar Manusia (HAM) sebagai instrumen / alat bagi. orang-orang yang
secara fungsional melakukan kegiatan-kegiatan "mengurus" (memimpin,
membimbing, melayani) orang lain yang pada hakikatnya praktek mempengartihi
sikap pendirian dan tingkah laku orang-orang untuk tujuan-tujuan tertentu.
C. PRINSIP
1. Tidak mengabaikan sopan santun, ramah tamah, hormat, menghormati dan
menghargai orang lain serta faktor etika.
2. Hubungan Antar Manusia (HAM) yang baik akan mengatasi hambatan-hambatan
komunikasi, mencegah salah pengertian dan mengembangkan segi kostruktif sifat
tabiat manusia.
Macam-macam adaptasi
a. Adaptasi secara fisiologik : Lokal atau general
b. Adaptasi secara psikologik :
- Individu mencoba menyesuaikan diri dengan masalah secara sadar
- Menggunakan mekanisme pertahanan diri (dilakukan secara tidak
sadar).
2. Analisa diri
Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara
positif terhadap stres yang dialami.
Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapetik. Instrumen utama yang
dipakai adalah diri perawat sendiri. Jadi, analisa dirl sendiri merupakan dasar
utama untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Fokus analisa diri yang penting adalah kesadaran diri, klarisifikasi nilai, eksplorasi
perasaan, kemampuan menjadi model dan rasa tanggung jawab. Khususnya
5
dalam berhubungan dengan pasien anak, perawat perlu mengkaji pengalaman
masa kanak-kanaknya karena dapat mempengaruhi interaksi. Dengan
mengetahui sifat diri sendiri diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara
terapeutik untuk menolong pasien tanpa merusak integritas diri.
3. Kesadaran diri
Banyak pendapat mengatakan bahwa perawat perlu menjawab pertanyaan "siapa
saya". Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi dan perilakunya secara
pribadi maupun
sebagai pemberi perawatan. Kesadaran diri akan membuat perawat menerima
perbedaan dan keunikan pasien
1. Diketahui orang lain dan diri sendiri 2 Diketahui orang lain saja
6
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara (Stuart dan Sundeen, 1987)
yaitu:
1. Mempelajari diri sendiri.
Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku, termasuk
pengalaman yang menyenangkan, hubungan interpersonal, dan kebutuhan
pribadi.
3. Membuka diri.
Keterbukaan satu kriteria kepribadian yang sehat. Untuk ini harus ada
teman intim yang dapat dipercaya tempat menceritakan hal yang merupakan
rahasia
b. Faktor Ekstern
7
1. Lingkungan : lingkungan fisik, sosial. Misalnya seseorang anak yang biasa
dididik oleh orang tua yang otoriter, keras dan terlalu disiplin maka anak
akan bertingkah laku pendiam dan tidak berani mengemukakan pendapat.
2. Pendidikan : inti kegiatan pendidikan yaitu proses belajar mengajar, hasil
dari proses belajar adalah perubahan tingkah laku
3. Agama : Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan
norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
4. Sosial ekonomi
5. Kebudayaan : tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan
berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya.
b. Tehnik Negatif.
1. Pemberian hukuman
Hukuman adalah sesuatu yang tidak menyenangkan bagi seseorang,
namun seseorang dapat menunjukan sesuatu perubahan tingkah laku
dengan cara hukuman.
2. Coercion
Dengan cara menakut-nakuti seseorang .
BAB III
9
KOMUNIKASI TERAPETIK
10
Tujuan wawancara diarahkan pada pemecahan masalah yang dihadapi
pewawancara atau yang diwawancarai. Sehingga pesan wawancara diharapkan
berorientasi pada persoalan yang akan dipecahkan bersama.
Perluasan cakrawala pengetahuan dari pewawancara sangat diperlukan. Sebagai
pewawancara harus mengerti betul gerak-gerik tingkah laku yang menjadi
lambang komunikasi baik lambang verbal maupun non verbal.
Orang yang bertipe extrovert lebih mementingkan lingkungan dari pada dirinya,
mengutamakan kepentingan umum dari pada dirinya, umumnya berhati terbuka,
12
gembira, ramah tamah, lancar dalam pergaulan, memancarkan sikap hangat
sehingga banyak kawan.
Orang yang bertipe introvert lebih mementingkan dirinya sendiri dari pada
kepentingan umum. Sifatnya biasanya pendiam, egois, suka merenung, senang
mengasingkan diri, tidak bisa bergaul.
Percampuran antara lipe introvert dan ekstrovert adilah tipe ambiverse. Orang
yang bertipe campuran ini lebih banyak dari tipe lainya.
13
BAB IV
HUBUNGAN TERAPETIK PERAWAT DENGAN PASIEN
Hubungan perawat dengan pasien yang terapetik adalah pengalaman belaiar bersama
dan pengalaman untuk memperbaiki emosi klien.
Dalam hubungan ini perawat memakai diri sendiri dan teknik pendekatan yang khusus
dalam bekerja dengan pasien untuk memberi pengertian dan merubah perilaku pasien.
Secara umum tujuan hubungan terapetik adalah untuk perkembangan pasien (Stuart dan
Sundeen, 1987.) yaitu:
Untuk mencapai tujuan tsb berbagai aspek kehidupan pasien akan diekspresikan selama
berhubungan dengan perawat.
Perawat akan mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan persepsi
serta dihubungkan dengan perilaku yang tampak (hasil observasi dan laporan).
Area yang diidentifikasi sebagai konflik dan kecemasan perlu diklarifikasi. Penting bagi
perawat untuk mengidentifikasi kemampuan pasien dan mengoptimalkan kemampuan
melakukan hubungan sosial dan keluarga.
Komunikasi akan menjadi baik dan perilaku maladaptif akan berubah jika pasien sudah
mencoba pola perilaku baru yang konstruktif.
Status pasien dalam hubungan perawat-pasien sudah berubah dari dependen menjadi
interdependen. Pada waktu yang Ialu, perawat mengambil keputusan untuk pasien saat
ini perawat memberi altematif dan membantu pasien dalam proses pemecahan masalah
(Cook dan Fontaine, 1987)
14
Di dalam hubungan terapeutik perawat-pasien , perawat yang memakai dirinya secara
terapetik dalam membantu pasien, perlu mengenal dirinya, termasuk perilaku, perasaan,
pikiran, dan nilai agar asuhan yang diberikan tetap berkualitas dan menguntungkan
pasien.
KLARIFIKASI NILAI
Walaupun hubungan perawat-pasien merupakan hubungan timbal balik tetapi kebutuhan
pasien seIalu diutamakan. Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa
aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan pasien untuk kepuasan dan
keamanannya.
EKSPLORASI PERASAAN
Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar ia dapat
menggunakan dirinya secara terapetik (Stuart dan Sundeen, 1987).
Jika perawat terbuka pada perasaannya maka ia mendapatkan dua informasi penting yaitu
bagaimana responnya pada pasien dan bagaimana penampilannya pada pasien. Sewaktu
berbicara dengan pasien , perawat harus menyadari responnya dan mengontrol
penampilannya.
Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan
pribadi serta tidak didominasi oleh konflik, distres, atau pengingkaran dan memperlihatkan
perkembangan serta adaptasi yang sehat. Perawat diharapkan bertanggung jawab atas
perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya.
15
BAB V
INTERAKSI SOSIAL
A. PENGERTIAN
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih di mana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya. Dengan demikian antara individu yang berinteraksi
senantiasa merupakan hubungan saling mempengaruhi secara timbal balik . (H.
Bonner ).
Ada tiga faktor yang mendasari interaksi manusia yaitu imitasi, sugesti dan simpati :
Imitasi akan jelas tampak pada tingkah laku anak-anak dalarn pertumbuhan menuju
dewasa. Penguasan bahasa merupakan imitasi.
Sugesti diterima dari seseorang yang mempunyai popularitas, prestise sosial atau ahli
dalam lapangan tertentu.
Simpati adalah perasaaan tertariknya seseorang pada orang lain. Dorongan
munctilnya simpati adalah keinginin kerja sama dengan orang lain.
16
Jadi imitasi merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial yang menerangkan
mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan
tingkah laku.
2. Sugesti
Arti sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial hampir sama, bedanya ialah bahwa
dalam imitasi seseorang mengikuti sesuatu di luar dirinya, sedangkan pada sugesti
adalah di mana seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya lalu
diterima oleh orang lain.
Sugesti dalam ilmu jiwa sosial ialah proses di mana seorang individu menerima
suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa
kritik terlebih dahulu.
17
4. Sugesti karena mayoritas:
Seseorang menerima suatu pandangan atau ucapan bila ucapan itu disokong
oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari golongan, kelompok atau
masyarakatnya. Mereka cenderung untuk menerima pandangan itu tanpa
pertimbangan lebih lanjut karena kalau kelompok atau golongan sudah
berpendapat demikian, ia pun rela pula.
3. Identfikasi
Identifikasi itu berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama seperti orang lain.
Proses terjadinya identifikasi:
a. Berlangsung secara tak sadar (dengan sendirinya)
b. Secara irasional, berdasarkan perasaan-perasaan
c. Berguna untuk melengkapi sistem norma dan cita-cita.
4. Simpati
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang
lain yang timbul atas dasar penilaian perasaan. Peranan simpati cukup nyata
dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih.
Hasil dari simpati akan terwujud suatu kerja sama, di mana seseorang akan
berusaha lebih mengerti terhadap orang lain, sehingga ia dapat merasa berusaha
terlibat lebih jauh dalam berperilaku. Sedangkan dalam identifikasi terhadap
suatu hubungan di mana seseorang menghormati dan menjunjung tinggi orang
18
lain dan ingin belajar darinya karena orang tersebut dianggap sebagai orang yang
ideal bagi dirinya.
Pada simpati dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin kerjasama dengan
orang lain, sedangkan pada identifikasi dorangan utamanya adalah ingin
mengikuti, meniru jejak orang lain yang dianggap ideal bagi dirinya.
b. Empati akan menumbuhkan sikap percaya diri orang lain. Empati dianggap
sebagai memahami orang lain yang lain yang tidak mempunyai arti emosional.
Empati tidak sama dengan simpati, pengertian simpati adalah seseorang
menempati diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain, sedangkan dalam
empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain, kita ikut secara
emosional dan intelektuil dalam pengalaman orang lain. Berempati berarti
membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan
seperti orang lain merasakannya.
2. SIKAP SPORTIF
Adalah sikap yang mengurangi sikap melindungi diri (defensif) dalam komunikasi
yang terjadi dalam interaksi sosial. Orang bersikap defensif apabila ia tidak
menerima, tidak jujur dan tidak empati. Dengan sikap defensif komunikasi
interpersonal akan gagal , karena akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman
yang ditanggapi dalam situasi komunikasi daripada memahami pesan orang lain.
Hasil penelitian Jack R. Gibb bahwa: makin sering orang menggunakan perilaku
defensif, makin besar kemungkinan komunikasi menjadi defensif. Sebaliknya,
komunikasi defensif berkurang dalam iklim suportif. Perilaku Defensif dan Suportif
dari Jack Gibb.
21
lkilim Defensif lklim Suportif
Evaluasi Deskripsi
Kontrol Orientasi masalah
Strategi Spontanitas
Netralita Empati
Superiori Persamaan
Kepastian Provisionalisme
22
motif tersembunyi. Bila orang tahu kita melakukan strategi ia akan menjadi
defensif.
Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menutupi motif yang
terpendam.
3. SIKAP TERBUKA
Sikap terbuka (open mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan
komunikasi interpersonal yang efektif. Untuk memahami orang yang mempunyai
23
sikap terbuka harus mengidentifikasikan dahulu orang yang mempunyai sikap
tertutup (dogmatis).
Perbedaan Karakteristik Orang yang terbuka dan Orang tertutup
BERPIKIR SIMPLITIS
24
Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam putih, tidak ada Kelabu. la tidak
sanggup membedakan yang setengah benar setengah salah. Baginya kalau tidak
salah, ya benar, dan tidak mungkin ada bentuk antara.
Elemen peran berbeda dengan fungsi yang dapat berubah dari satu tatanan ke
tatanan lain, sedangkan elemen bersifat konstan dan digunakan berulang kali.
Menurut Doheny, Cook dan Stopper (1982), elemen peran perawat meliputi pemberi
asuhan, advokat pasien, konselor, pendidik, kordinator, kolaborator, konsultan, dan
pembawa perubahan. Dalam hal ini pasien merupakan fokus kegiatan perawatan.
1.Pemberi Asuhan.
25
Elemen ini paling berkaitan dengan keperawatan dimana perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan. Sebagai pemberi asuhan, perawat melihat individu dalam
konteks kehidupannya dan orang lain yang berarti dalam kehidupannya. Perawat
menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifkasi kebutuhan yang kemudian
dipakai sebagai landasan dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana asuhan
keperawatan.
2 .Advokat Pasien
Perawat bertanggung jawab membantu pasien dan keluarganya dalam menafsirkan
informasi yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan lainnya termasuk dokter,
dan memberikan informasi tambahan yang diperlukan untuk membuat keputusan
berhubungan dengan kesehatannya, termasuk membela dan melindungi hak hak
pasien. Khususnya, menjelaskan implikasi keputusan yang mempengaruhi kesehatan.
3. Konselor.
Sebagai konselor, Konseling dilakukan untuk membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman kesehatannya dengan pengalaman hidupnya.
4. Pendidik.
Dapat dilakukan kepada pasien, keluarga dan tenaga kesehatan, yang bersifat sewaktu
waktu maupun terencana. Sebagai pendidik, perawat membantu pasien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan tentang kegiatan yang dapat
meningkatkan kesehatan, kondisi yang berkaitan dengan edukatif, pasien dibantu
bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri. Begitu pula keluarga dibantu
untuk menerima tanggung jawab yang tidak dapat dilakukan oleh pasien.
5. Koordinator.
Ketika dirawat di rumah sakit, pasien menerima pelayanan kesehatan dari berbagai
tenaga kesehatan. Perawat utama akan mengkordinasi upaya tiap anggota tim
kesehatan untuk mencapai tujuan kesehatan pasien.
6. Kolaborator.
Elemen kolaborator melibatkan perawat, pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain
yang bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Termasuk berbagi
26
pendapat tentang kebutuhan kesehatan, pemberian dukungan dari tenaga kesehatan
lain, dan memadukan keahlian dan keterampilan. Peran serta keluarga sangat penting
dalam kolaborasi.
7. Konsultan
Individu yang terlibat dalam pelayanan kesehatan, mencari informasi yang diperlukan
berkaitan dengan klarifikasi tujuan dan cara untuk mencapai tujuan pelayanan
kesehatan pada pasien.
8. Pembawa Perubahan
Pembawa perubahan melibatkan perubahan yang terencana, kolaboratif dan sistematis
berkaitan dengan pasien dan upaya pelayanan kesehatan. Upaya pelayanan kesehatan
bisa meliputi institusi kesehatan, anggota tim keperawatan, dan tenaga professional
kesehatan lainnya.
Semua elemen ini saling berhubungan, dapat digunakan pada tiap situasi, dan seringkali
tumpang tindih sehingga perbedaannya agak kabur. Misalnya, perawat pada suatu
pertemuan bertindak sebagai kordinator dari kelompok dalam menentukan tujuan pasien
dan cara untuk mencapai tujuan. Sementara pada saat bertindak sebagai kordinator,
perawat juga berperan sebagai konsultan terhadap anggota lain yang memerlukan
informasi. Atau bahkan pada saat diskusi, perawat mungkin berbicara atas nama pasien
sebagai pasien advokat.
Pada Kode Etik Keperawatan Indonesia Bab III, pasal 10, tercantum:
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama Perawat dan dengan
Tenaga Kesehatan lairmya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Dokter sebagai mitra perawat merupakan tenaga kesehatan yang bekeria paling dekat
dengan perawat. Hubungan kerjasama yang baik antara dokter dan perawat sangat
menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan yang dilakukan kepada pasien.
Seperti telah diuraikan terdahulu kritik terhadap sikap dokter sangat mungkin dipengaruhi
oleh faktor ketidak pastian peran, konflik tanggung jawab, perbedaan kekuatan dan
perbedaan persepsi antara dokter dan pasien yang dibawa dalam hubungan mereka.
Begitu pula kontribusi yang positif dari perawat terhadap hubungan dokter-pasien sangat
dipengaruhi oleh mutu hubungan antara perawat dan dokter itu sendiri.
Mutu hubungan ini dapat dihambat oleh konflik peran dan beban peran yang berlebihan,
kurang pemahaman terhadap masing masing peran, serta kesenjangan persepsi terhadap
otonomi dokter maupun perawat.
Mengingat tenaga keperawatan merupakan tenaga terbanyak dan yang menjalin kontak
paling lama dengan pasien, mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan
hubungan antara dokter dan pasien.
Tiga sifat fungsi utama perawat yaitu fungsi yang bersifat mandiri, fungsi yang
didelegasikan dan fungsi kolaborasi. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, perawat
mengarahkan tiap kegiatan keperawatan yang bertujuan meningkatkan rasa nyaman,
memastikan keamanan, dan meningkatkan kesehatan pasien sebagai mahluk bio
psikososio-spritual. Sementara dokter yang berorientasi kepada penyakit pasien,
mengupayakan usaha pemulihan kesehatan dengan penyembuhan penyakit. Kerjasama
dokter dan perawat bersifat saling mengisi.
Elemen peran perawat sebagai advokat pasien sangat menentukan peranannya dalam
mendukung keberhasilan hubungan dokter dengan pasien. Dokter yang biasanya hanya
sebentar bertemu dan berkomunikasi dengan pasien sering meninggalkan pasien dalam
keadaan masih bertanya-tanya dan perasaan tidak puas. Perawat sebagai orang pertama
yang menyadari keadaan pasien ini, bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan
lebih lanjut dan memastikan bahwa informasi tersebut ditafsirkan secara benar.
Perawat juga berperanan mewakili pasien untuk mengklarifikasi informasi yang belum
jelas dari dokter, atau memberikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan
28
langsung hal hal yang belum jelas. Dalam menjalankan fungsi yang didelegasikan oleh
dokter, perawat perlu memastikan kebenaran informasi atau instruksi yang diterimanya
3. Penghubung
30
Sebagai penghubung antara dokter/dokter gigi atau sebaliknya. Untuk menjadi
penghubung yang baik seorang perawat harus :
a. Menguasai permasalahan yang akan disampaikan semakin dalam menguasai
masalah akan semakin baik dalam memberikan uraian – uraiannya.
b. Melihat situasi dan kondisi dari pasien.
4. Konselor
Di masyarakat sering timbul masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Masyarakat belum mampu mengatasi masalah tersebut sehingga peran
perawat penting yaitu sebagai penasehat kesehatan.
Untuk itu seorang perawat harus mempunyai wawasan yang luas khususnya di
bidang kesehatan. Hal ini dapat ditunjang dengan banyak membaca, mengikuti
perkembangan teknologi.
Tahap prainteraksi
Prainteraksi mulai sebelum kontak pertama dengan pasien. Perawat mengeksplorasi
perasan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk
melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat yag sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri serta nilai tambah
pengalamannya berguna agar lebih efektif dalam memberikan asuhan keperawatan.
Ia seharusnya mempunyai konsep diri yang stabil dan harga diri yang adekuat,
mempunyai hubungan konstruktif dengan orang lain dan berpegang pada kenyataan
dalam menolong klien.
31
Tahap perkenalan atau orientasi
Tahap ini dimulai dengan pertemuan dengan pasien. Hal utama yang perlu dikaji
adalah alasan pasien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya
hubungan perawat-klien.
Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya; penerimaan
dan pengertian; komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan pasien
Perawat dan pasien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, bimbang karena
memulai hubungan yang baru. Pasien , yang mempunyai pengalaman hubungan
interpersonal yang menyakitkan akan sukar menerima dan terbuka pada orang asing.
Pasien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa dikritik
atau dihukum.
Tahap kerja
Pada tahap kerja, perawat dan pasien mengeksplorasi stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri. dengan menghubungkan persepsi, pi-
kiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu pasien mengatasi
kecemasan; meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri; dan
32
mengembangkan mekanisme yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaptif
menjadi adaptif merupakan fokus tahap ini.
Tahap terminasi
Terminasi merupakan tahap yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapetik.
Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeuik sudah terbina dan berada pada
tingkat optirnal.
Keduanya, perawat dan pasien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat tejadi
pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu .
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada tahap ini adalah menghadapi realitas
perpisahan yang tidak dapat diingkari. Pasien dan perawat bersamasama meninjau
kembali proses perawatan yang telah diialui dan pencapaian tujuan. Perasaan
marah, sedih, penolakan perlu dieksplorasi dan diekspresikan.
Proses terminasi yang sehat akan memberi pengalaman positif dalam membantu
pasien . Reaksi pasien dalam menghadapi terminasi dapat bermacam cara. pasien
mungkin mengingkari perpisahan atau mengingkari manfaat hubungan. pasien
dapat mengekspresikan perasaan marah dan bermusuhannya dengan bicara yang
dangkal.
1. Stres Peran
Stres peran yang dialami bersumber pada sifat pekerjaan tiap tenaga kesehatan
yang berkaitan dengan konflik peran dan beban peran yang berlebihan. Seorang
33
perawat yang baru lulus ketika pertama kali bekerja merasakan bahwa
pendidikannya tidak cukup membekalinya dengan kemampuan untuk bekeja.
Begitu pula aspirasi dan pandangan yang ideal tentang profesi keperawatan,
ternyata sangat berbeda dengan yang dijumpainya di lapangan. Konflik peran
terjadi jika terjadi kesenjangan antara dua sistem nilai yang sangat berbeda.
Beban peran yang berlebihan sangat dipengaruhi oleh sifat tatanan pelayanan
kesehatan seperti ruang gawat darurat, atau mendapat banyak pasien rujukan
dari tenaga kesehatan lain.
Konflik peran dan beban peran yang berlebihan menimbulkan stres peran yang
selanjutnya mempengaruhi hubungan antara tenaga kesehatan, dalam hal ini
terutama hubungan antara dokter dan perawat.
Dokter maupun perawat dapat saling menarik diri dalam usahanya untuk
mengurangi konflik peran dan beban peran yang berlebihan. Jika stres peran
meningkat, kedua tenaga kesehatan mungkin mengalihkan perhatian dari usaha
pembinaan hubungan ke penyelesaian tugas saja. Tidak ada upaya untuk
memelihara hubungan professional, selain hanya menjalankan tugas. Dampak
stres peran terhadap pasien sangat dirasakan karena banyak terserapnya energi
tenaga kesehatan untuk menghadapi stres, sehingga tidak banyak energi yang
tersisa untuk memenuhi kebutuhan pasien.
34
3. Perebutan Otonomi
Kesenjangan persepsi terhadap otonomi tiap tenaga kesehatan dapat
menimbulkan ketegangan kerja yang akhirnya menyebabkan kualitas pelayanan
kesehatan yang rendah. Knauss et.al (1986) dalam penelitiannya menemukan
bahwa komunikasi
BAB VI
PROSES KOMUNIKASI TERAPETIK
PADA PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
35
Puskesmas, Balai pengobatan, poliklinik maupun pada saat kunjungan rumah. Dalam
pelaksanaan perawatan proses hubungan interaksi yang baik antara perawat dan
pasien diharapkan menyenangkan antara kedua pihak, baik perawat maupun pasien
/keluarga /masyarakat.
Sehingga dengan terjadinya proses interaksi yang baik antara perawat dengan pasien,
perawat dapat melaksanakan perawatan dengan sebaik-baiknya guna memenuhi
kebutuhan klien.
36
b. Perawat harus dapat mengenal keunggulan dan kelemahan pasien
dalam menjalin interaksi.
Perawat dapat menggali apa yang terkandung apa yang terkandung di dalam hati
pasien sehingga akan dikeluarkan semua.
Menanyakan kepada pasien , apa ada yang sedang dipikirkannya mungkin pula ada
suatu masalah.
Tahap Orientasi
Dalam tahap ini mulai perkenalan antara perawat dengan pasien , saling
mengutarakan identitas (perawat cukup menyebutkan namanya), nama pasien , umur.
agama, pekerjaan, alamat dll. Dan perawat mulai mencatat informasi dari pasien
tentang latar belakang timbulnya masalah. Untuk mencapai berhasilan pengobatan,
perlu ada persesuaian pendapat. Pada masa ini dapat juga pasien merasa cemas,
takut, oleh karena itu perawat perlu berusaha lebih intim supaya proses ini dapat
berhasil.
Kesempatan untuk berunding memerlukan tempat tersendiri yang nyaman. Lamanya
pertemuan, tidak terlalu lama tetapi sesuai dengan kebutuhan dan suara tidak keras
tapi perlahan, supaya orang lain tidak mendengar.
DAFTAR ISI
39
BAB I KOMUNIKASI .................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penyusun panjatkan kepada Tuhan JME atas rahmat dan karunia
-Nya sehingga diktat Komunikasi Terapetik ini dapat diselesaikan .
Diktat Komunikasi Terapetik disusun untuk memperlancar proses pembelajaran bagi
mahasiswa perawat gigi .Isi diktat ini merupakan kumpulan dari bahan kuliah Komunikasi
40
Terapetik yang akan dipakai sebagai pegangan dalam belajar bagi mahasiswa Jurusan
Kesehatan Gigi Poltekes Bandung
Perawat gigi diharapkan dapat menelaah dan mengembangkan pengetahuan tentang
mata kuliah komunikasi terapetik sendiri sesuai dengan perkembangan Ilmu Kesehatan
Gigi
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan diktat ini,oleh
karena itu kritik dan saran penyusun harapkan demi penyempurnaan diktat ini .
Harapan penyusun ,diktat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang menggunakan dan
membaca diktat ini .
Tim Penyusun
41