Anda di halaman 1dari 21

STUDI PENGARUH PENGGUNAAN TYRESOIL kedalaman 30 cm merupakan perkuatan yang paling

DAN MATERIAL GRANULER TERHADAP efektif, dan untuk LL 60 % dan 80 %, 16 rangkaian


PENURUNAN TANAH LEMPUNG PADA tyresoil merupakan perkuatan paling efektif.
PONDASI DANGKAL AKIBAT PEMBEBANAN Kata kunci : Pondasi dangkal, Penurunan tanah,
STATIS DAN DINAMIS Gempa, Tyresoil, Copperslag
( DENGAN ALAT UJI MODEL ) BAB I
PENDAHULUAN
TANTRI OKTORA M. 3105 100 030
Latar Belakang
FARIDA INDRI R 3105 100 032
Pelaksanaan konstruksi sering dilakukan di
daerah dengan kondisi tanah buruk yang memiliki daya
ABSTRAK dukung rendah dan belum tentu dapat menahan beban
dinamis. Masalah yang sering terjadi pada bangunan,
Masalah yang sering terjadi pada bangunan,
terkait dengan kondisi tanahnya yaitu terjadinya
terkait dengan kondisi tanahnya yaitu terjadinya
penurunan (setllement) pada pondasi bangunan. Untuk
penurunan (setllement) pada pondasi bangunan. Pondasi
pondasi di atas tanah lunak kekuatan geser undrained
dangkal yang terletak diatas tanah lempung sering pula
memegang peranan penting karena tanah lempung lunak
menimbulkan masalah, karena apabila daya dukung
mempunyai permeabilitas yang rendah. Penurunan yang
tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau
terjadi disebabkan oleh berubahnya susunan partikel-
bahkan keruntuhan tanah akan terjadi. Salah satu beban
partikel tanah maupun oleh berkurangnya angka pori di
yang terjadi pada pondasi adalah beban gempa yang juga
dalam tanah tersebut. Pada tanah lempung khususnya
menjadi faktor penting dalam perencanaan pondasi.
tanah lempung ekspansif yang telah mengalami
Akan tetapi bila tanah mengalami beban gempa,
deformasi akibat pengembangan dan penyusutan, gaya
parameter tanah yang menjadi dasar perencanaan
dinamis seperti gempa bumi, akan semakin menambah
pondasi nilainya akan berubah dan menyebabkan
ketidakstabilan pondasi dangkal. Untuk mengatasi
rendahnya daya dukung tanah. Penelitian ini menyelidiki
masalah ini sangat diperlukan pengetahuan tentang
penurunan pondasi dangkal serta perubahan nilai
analisa beban dinamis yang bekerja pada suatu pondasi
parameter tanah dengan cara membuat suatu bak
dan analisa pengaruh beban dinamis terhadap perubahan
permodelan yang diberi beban statis vertikal dan
parameter-parameter dasar dan kuat geser tanah.
digetarkan menggunakan alat penggetar. Selain itu, hasil
Untuk meningkatkan daya dukung dan mengurangi
dari penelitian ini akan dibandingkan dengan analisa
besarnya penurunan yang terjadi salah satunya adalah
numerik menggunakan PLAXIS 8.2.
dengan memanfaatkan material tyresoil dan material
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan
granuler (pasir dan copper slag) sebagai perkuatan pada
bahwa perkuatan yang paling efektif digunakan pada
pondasi, dimana kegunaannya adalah untuk
pembebanan statis maupun kombinasi pembebanan
mendistribusikan tegangan vertikal yang bekerja pada
statis dan gempa zona 4 yaitu tyresoil dengan 16
pondasi.
rangkaian. Dengan perkuatan tyresoil, pada pembebanan
Penelitian ini didasarkan pada studi tugas akhir
statis tidak mengalami penurunan hingga tegangan 0,28
terdahulu dari Hadi et.al (2008). Penelitian terdahulu
kg/cm2, sedangkan pada kombinasi pembebanan statis
yang telah dilakukan menggunakan alat uji model
dan gempa mampu mereduksi penurunan hingga 98 %
serta membandingkan beberapa jenis perkuatan tanah Mengetahui pengaruh penggunaan tyresoil dan
yang dapat mereduksi penurunan pondasi. material granuler terhadap penurunan tanah
lempung pada pondasi dangkal akibat pembebanan
statis vertikal dan pembebanan gempa zona
1.1 Perumusan Masalah Indonesia 4
• Perumusan masalah utama :
Bagaimana pengaruh penggunaan tyresoil dan • Tujuan khusus penelitian ini yaitu :
material granuler terhadap penurunan tanah 1. Bagaimana hasil parameter tanah uji LL 20
lempung pada pondasi dangkal akibat pembebanan %, LL 40 %, LL 60 %, dan LL 80 % sebelum
statis vertikal dan pembebanan gempa zona pembebanan ?
Indonesia 4? 2. Bagaimana besarnya penurunan pondasi
dangkal akibat kombinasi beban statis dan
• Detail permasalahan meliputi :
gempa pada tanah lempung LL 80 % ditinjau
1. Bagaimana hasil parameter tanah uji LL 20 %,
dari variasi jumlah rangkaiannya: 4, 9, dan 16
LL 40 %, LL 60 %, dan LL 80 % sebelum
buah ?
pembebanan ?
3. Bagaimana besarnya penurunan pondasi
2. Bagaimana besarnya penurunan pondasi
dangkal akibat kombinasi beban statis dan
dangkal akibat kombinasi beban statis dan
gempa pada tanah lempung LL 80 % ditinjau
gempa pada tanah lempung LL 80 % ditinjau
dari variasi kedalaman material granuler : 10
dari variasi jumlah rangkaiannya: 4, 9, dan 16
cm, 20 cm dan 30 cm ?
buah ?
4. Bagaimana besarnya penurunan pondasi
3. Bagaimana besarnya penurunan pondasi
dangkal akibat kombinasi beban statis dan
dangkal akibat kombinasi beban statis dan
gempa pada tanah lempung LL 80 % ditinjau
gempa pada tanah lempung LL 80 % ditinjau
dari variasi material granuler yang digunakan
dari variasi kedalaman material granuler : 10
sebagai pengisi : pasir dan copperslag ?
cm, 20 cm dan 30 cm ?
5. Bagaimana besarnya penurunan pondasi
4. Bagaimana besarnya penurunan pondasi
dangkal akibat kombinasi beban statis dan
dangkal akibat kombinasi beban statis dan
gempa pada tanah lempung LL 80 % ditinjau
gempa pada tanah lempung LL 80 % ditinjau
dari variasi pembebanan : pembebanan statis
dari variasi material granuler yang digunakan
serta kombinasi pembebanan statis dan gempa
sebagai pengisi : pasir dan copperslag ?
zona 4?
5. Bagaimana besarnya penurunan pondasi
6. Bagaimana pengaruh kombinasi beban statis
dangkal akibat kombinasi beban statis dan
dan gempa terhadap angka keamanan pada
gempa pada tanah lempung LL 80 % ditinjau
masing-masing jenis perkuatan ?
dari variasi pembebanan : pembebanan statis
7. Bagaimana perubahan sudut geser sebelum
serta kombinasi pembebanan statis dan gempa
dan sesudah diberikan kombinasi beban statis
zona 4?
dan gempa pada masing-masing jenis
6. Bagaimana pengaruh kombinasi beban statis
perkuatan ?
dan gempa terhadap angka keamanan pada
8. Bagaimana perubahan angka pori sebelum
masing-masing jenis perkuatan ?
dan sesudah diberikan kombinasi beban statis
7. Bagaimana perubahan sudut geser sebelum
dan gempa pada masing-masing jenis
dan sesudah diberikan kombinasi beban statis
perkuatan ?
dan gempa pada masing-masing jenis
1. Kombinasi pembebanan statis dan gempa dari batuan yang kadang-kadang juga mengandung
didapat dengan menggunakan alat uji model partikel-partikel mineral quartz, feldspar,dan mineral
yang menggunakan motor penggerak dan lainnya. Pasir, sebagian besar terdiri dari mineral quartz
dilakukan di dalam bak permodelan dengan dan feldspar, serta mungkin juga terdapat mineral
ukuran 50 x 50 x 95 cm di Laboratorium lainnya. Lempung didefinisikan sebagai golongan
Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil, ITS, partikel yang berukuran kurang dari 0,002 mm. Namun
Surabaya. demikian, dibeberapa kasus, partikel berukuran antara
2. Tanah yang digunakan adalah campuran 0,002 - 0,005 mm juga masih digolongkan sebagai
bentonite, pasir, dan air yang menghasilkan nilai partikel lempung.
LL 80 %. (Das, B.M, 1985)
3. Rangkaian tyresoil yang digunakan berjumlah 2.2. Mineral-Mineral Lempung
4,9 dan 16 buah sebanyak 1 lapis. 2.2.1. Kaolinite
4. Ikatan antar tyresoil diasumsikan kuat dan tidak Kaolinite adalah salah satu struktur utama
putus. mineral lempung.
5. Tidak membahas umur keawetan tyresoil (Craig, R.F, 1987)
6. Jenis material granuler yang digunakan yaitu 2.2.2. Illite
pasir dan copperslag. Illite terdiri dari lapisan gibsit oktahedral yang
7. Variasi kedalaman perkuatan dengan material terletak di antara dua lapisan silika tetrahedral.
granuler adalah 10 cm, 20 cm dan 30 cm. (Bowles, J.E, 1991)
8. Kombinasi pembebanan statis dan gempa 2.2.3. Montmorillonite
diberikan selama 15 detik. Montmorillonite adalah suatu unit dasar tiga lapis
9. Tidak membahas kenaikan tanah disekitar (kira-kira setebal 9,5 Å) terbentuk dengan menempatkan
pondasi akibat penurunan tanah dibawahnya. sebuah lempeng silika di atas dan sebuah lagi di bawah
10. Tidak membahas liquefaction lempeng gibsit. Ikatan montmorillonite sangat lemah dan
11. Pembebanan dilakukan secara bertahap dengan air dapat masuk di antara unit-unit, menyebabkan
beban sebesar 3.5 kg hingga beban 28 kg. mineral ini mengembang. Sehingga lempung
12. Pemberian percepatan beban gempa zona 4 montmorillonite bersifat sangat ekspansif.
sebesar 8,33 m/s2 (Dunn, dkk, 1992)
13. Input data tanah PLAXIS 8.2 diperoleh dari data 2.3. Bentonite
parameter tanah Hadi et.al (2008) dan hasil Bentonite merupakan lempung dengan kadar
penelitian pembebanan LL 80 % montmorillonite yang tinggi
14. Output PLAXIS 8.2 terdiri dari deformed mesh, (Terzaghi, K., dan R.B. Peck, 1993)
total displacement, dan vertical displacement ? 2.4 Konsistensi Tanah
1.4 Manfaat Penelitian Menurut Attenberg, bilamana kadar airnya sangat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tinggi, campuran tanah dan air menjadi sangat lembek
gambaran tentang pengaruh kombinasi pembebanan seprti cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang
statis dan gempa zona Indonesia 4 terhadap penurunan dikandung dalam tanah, tanah dapat dipisahkan menjadi
4 keadaan dasar, yaitu : padat, semipadat, plastis, dan
pondasi dangkal pada tanah lempung dengan beberapa
cair. Menurut Attenberg (1911), kadar air dinyatakan
jenis perkuatan. Serta dapat mengetahui gambaran dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan padat
metode perkuatan yang lebih efektif untuk pondasi ke semi padat didefinisikan sebagai batas susut
dangkal akibat kombinasi pembebanan statis dan gempa (shrinkage limit). Kadar air dimana transisi dari keadaan
pada tanah lempung untuk LL 20 %, LL 40 %, LL 60 %, semipadat ke plastis dinamakan sebagai batas plastis
(Terzaghi, K., dan R.B. Peck, 1993) bergeser, jadi jenis keruntuhan dari kondisi UU adalah
Tabel 2.2. Identifikasi di Lapangan Terhadap keruntuhan mendadak. Sehingga perancangan daya
Konsistensi Tanah dukung pondasi pada tanah lempung dilakukan pada
Konsistensi tinjauan analisis tegangan total atau digunakan kuat geser
Identifikasi di lapangan tanpa drainase (Cu) dengan u= 0. Jika tanah lempung
Tanah Lempung
tidak mengandung pasir atau lanau nilai Cu dapat
Sangat lunak Meleleh diantara jari-jari tangan
diperoleh dari pengujian Vane Shear di lapangan.
ketika diperas
2.6. Metode Perkuatan
Lunak Dapat diremas dengan mudah.
2.6.1 Pondasi Dangkal yang Didukung dengan
Sedang Dapat diremas dengan tekanan
Material Granuler
jari yang kuat
Penggunaan material granuler dapat digunakan
Kaku Tidak dapat diremas dengan
untuk meningkatkan daya dukung tanah. Tanah yang
jari, dapat digencet dengan ibu
semula lunak(compressible) bila ditekan beban diatasnya
jari.
menjadi lebih mampu menahan beban dan besar
Sangat kaku Dapat digencet dengan kuku
penurunan menjadi berkurang dari sebelumnya.
ibu jari.
Dengan terpasangnya material granuler didalam
(Craig, R.F, 1987) tanah, terbentuklah suatu kondisi yang lebih baik dari
2.5. Pondasi Dangkal tanah aslinya. Pemakain material granuler dalam tanah
2.5.1 Daya Dukung Pondasi Dangkal lunak akan membentuk kondisi tanah sebagai berikut:
Terzaghi (1943) mengevaluasi besarnya daya dukung 1. meningkatkan daya dukung tanah, karena tanah
tanah di bawah pondasi dangkal yang memanjang. Untuk dapat mendukung beban pondasi yang lebih besar.
pertimbangan praktis, pondasi yang mempunyai rasio 2. mengurangi total settlement tanah.
antara panjang dan lebar lebih besar 5 dinamakan Kapasitas daya dukung pada pondasi dangkal
pondasi lajur, dan pondasi didefinisikan sebagai pondasi dengan adanya perbaikan tanah dibawahnya mempunyai
dangkal apabila kedalaman Df lebar pondasi (Gambar 3 kemungkinan keruntuhan pada beban ultimate menurut
2.1). Tetapi pada percobaan lanjutan dianggap pondasi Madhav dan Vitkar (1978) yatu:
dangkal, jika kedalaman Df sama dengan 3 – 4 kali lebar 1) Keruntuhan geser umum.
pondasi. Mekanisme keruntuhan pondasi memanjang 2) Terjadinya tekuk (buckling) pada bagian material
yang memanjang pada kedalaman Df dan mempunyai granuler.
dasar yang kasar, dianalisis dengan anggapan bahwa 3) Keruntuhan pada bagian material granuler.
keruntuhan terjadi pada kondisi keruntuhan geser umum. 2.6.2 Tyresoil sebagai Penguat Struktur Tanah
2.5.2. Angka Keamanan Pondasi Tyresoil merupakan kombinasi antara ban dan
Angka keamanan dapat dihitung sebagai berikut : tanah yang bila digunakan sebagai penguat struktur tanah
qu dapat meningkatkan sifat mekanis tanah baik secara
q ijin =
Fs ...........................................(2.4) anisotropik (berupa lapisan) maupun isotropik (berupa
q ijin yang didefinisikan oleh persamaan diatas adalah rangkaian elemen dengan material pengisi). Tyresoil
beban per satuan luas yang diijinkan untuk dibebankan yang merupakan ban bekas dari truk atau mobil, yang
pada tanah di bawah pondasi, agar kemungkinan seluruhnya telah diteliti mempunyai densitas antara 8-10
terjadinya keruntuhan dapat dihindari. kN/m3 yang digolongkan ke dalam Tyresoil kelas ringan.
qu W Selain sebagai penguat tanah yang terbaik, kombinasi
q ijin = = ban dan tanah ini ramah lingkungan dan juga sangat
Fs AxFs ..............................(2.5) tahan lama, diperkirakan umur ban (half-life) adalah
30.000 tahun, yaitu ribuan tahun lebih awet daripada
(Das, B.M, 1985)
pengaruh adanya pneusol di bawah pondasi plat terhadap Berikut ini adalah pasal-pasal yang terdapat dalam
beban di atasnya di samping itu, juga bagaimanakah peraturan SNI 03-1726-2002 pasal-pasal ini kemudian
distribusi tekanan normal dengan variasi jumlah lapisan digunakan sebagai pedoman perhitungan beban dinamis
Tyresoil (3,5,7,9) tes dilakukan pada pasir Hostun RF 2.8.1 Jenis Tanah dan Perambatan Gelombang
(Flavigny et al 1990) dengan plat buatan diameter 350 Gempa
mm dari tebal a 35 mm dibebani sampai 123 Kpa 2.8.1.1. Kecuali bila lapisan tanah di atas batuan dasar
(Gambar 2.9). Lapisan Pneusol diletakkan 20 mm dari memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam pasal
plat buatan, 5 buah sensor total pressure cells Kyowa 2.8.1.1., pengaruh gempa rencana di muka tanah harus
BE-10KC terkalibrasi diletakkan berjajar 20 mm ditentukan hasil analisis perambatan gelombang gempa
dibawah pondasi lapisan tyresoil. dari kedalaman batuan dasar ke muka tanah dengan
menggunakan gerakan gempa masukan yang ditinjau
dalam analisis ini harus diambil dari rekaman gerakan
tanah akibat gempa yang didapat di suatu lokasi yang
mirip kondisi geologi, topografi dan seismotektoniknya
dengan lokasi tempat struktur gedung yang ditinjau
berada. Untuk mengurangi ketidakpastian mengenai
kondisi lokasi ini, paling sedikit harus ditinjau 4 buah
Gambar 2.9 prinsip percobaan distribusi tegangan (A.
akselerogram dari 4 gempa yang berbeda salah satunya
Boulebnane dan P. Lareal,1993) harus diambil gempa EI Centro N-S yang telah direkam
2.6.2.2 Aplikasi Penggunaan Tyresoil pada tanggal 25 Mei 1940 di California.
Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, 2.8.1.2. Batuan dasar adalah lapisan batuan di bawah
tyresoil dapat digunakan sebagai konstruksi penguat muka tanah yang memiliki nilai hasil test Penetrasi
tanah antara lain: Standart N paling rendah 60 dan tidak ada lapisan batuan
lain di bawahnya yang memiliki nilai hasil Test Penetrasi
• Perkuatan timbunan
Standart yang kurang dari itu, atau yang memiliki
• Stabilitas kemiringan
kecepatan rambat gelombang geser Vx yang mencapai
• Penyerap energi 750 m/detik dan tidak ada lapisan batuan lain di
2.7 Uji Geser Langsung (Direct Shear) bawahnya yang memiliki nilai kecepatan rambat
Uji geser langsung merupakan cara pengujian yang gelombang geser yang kurang dari itu.
sederhana. Pengujian dilakukan dengan menempatkan 2.8.1.3. Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, tanah
contoh tanah ke dalam kotak logam dengan penampang sedang dan tanah lunak, apabila untuk lapisan setebal
persegi atau lingkaran. Kotak tersebut terbagi menjadi maksimum 30 m paling atas dipenuhi syarat-syarat yang
dua bagian pada setengah tingginya dengan suatu jarak tercantum dalam tabel 2.11.
kecil antara kedua bagian tersebut. Di atas dan di bawah Tabel 2.11. Jenis-jenis tanah dan parameter dinamisnya
contoh ditempatkan sebuah piringan berpori agar air
dapat mengalir. Bila contoh tersebut kering digunakan Kecepatan rambat Nilai hasil Test Kuat geser
gelombang geser Penetrasi niralir rata-rata
piringan logam. Pada kotak tersebut, contoh dibebani Jenis rata-rata, Standart rata-
gaya vertikal melalui pelat beban (loading plate) dan tanah rata (kPa)
secara berangsur-angsur akan timbul tegangan geser (m/det)
dengan membuat pergeseran di antara kedua bagian Vs N Su
kotak tersebut. Gaya geser diukur bersamaan dengan Tanah 350 N 50 Su 100
perpindahan geser. Biasanya perubahan tebal contoh juga Keras VS
diukur. Dalam percobaan ini digunakan beberapa contoh
kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, merupakan percepatan puncak muka tanah menurut tabel
didasarkan pada percepata puncak batuan dasar (PGA) 2.6.
akibat pengaruh gempa rencana dengan perioda ulang 2.8.2.5. Mengingat pada kisaran waktu getar alami
500 tahun, yang sudah ditetapkan nilainya rata-ratanya pendek 0 T 0,2 detik tedapat ketidakpastian, baik
untuk setiap wilayah gempa. dalam karakteristik gerakan tanah maupun dalam tingkat
daktilitas strukturnya, faktor respons gempa C menurut
spektrum Respons Gempa Rencana yang ditetapkan
dalam pasal 2.8.2.4., dalam kisaran waktu getar alami
pendek tersebut, nilainya tidak diambil kurang dari nilai
maksimumnya untuk jenis tanah yang bersangkutan.
2.8.2.6. Dengan menetapkan percepatan respons
meksimum Am sebesar
Am=2,5.Ao ………………………………(2.22)
Dan waktu getar alami sudut Tc sebesar 0,5 detik ; 0,6
Tabel 2.12 Percepatan puncak batuan dasar dan detik dan 1,0 detik untuk jenis tanah berturut-turut tanah
percepatan puncak muka tanah untuk keras, tanah sedang dan tanah lunak, maka dengan
masing-masing Wilayah Gempa Indonesia memperhatikan pasal 2.7.2.4. dan pasal 2.7.2.5., faktor
respons gempa C ditentukan oleh persamaan-persamaan
Wil. Percepatan Percepatan puncak muka tanah Ao ( 'g' ) sebagai berikut :
puncak
Gempa - untuk T TC :
batuan
dasar Tanah Tanah Tanah Tanah
Keras Sedang Lunak Khusus C=Am …………..…………………..(2.23)
- untuk T > Tc :
1 0,03 0,04 0,05 0,08
Ar
2 0.10 0,12 0,15 0,20 Diperlukan C= ……………..………..…...(2.24)
T
3 0,15 0,18 0,23 0,30 evaluasi
dengan
4 0,20 0,24 0,28 0,34 khusus di
Ar=Am.TC …………..………………(2.25)
5 0,25 0,28 0,32 0,36 setiap lokasi
Dalam tabel 2.13., nilai-nilai Am dan Ar dicantumkan
6 0,30 0,33 0,36 0,38 untuk masing-masing wilayah gempa dan masing-masing
(Peraturan SNI 1726-2002 mengenai gempa) jenis tanah.
2.8.2.2. Apabila percepatan puncak muka tanah Ao tidak
didapat dari hasil analisis perambatan gelombang seperti Tabel 2.13. Spektrum respons gempa rencana
disebut dalam pasal 2.8.1.1., percepatan puncak muka
Tanah keras Tanah sedang Tanah lunak
tanah tersebut untuk masing-masing wilayah gempa dan
Wilayah
untuk masing-masing jenis tanah ditetapkan dalam tabel Tc = 0,5 det Tc = 0,6 det Tc = 1,0
gempa
2.12
2.8.2.3. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan Am Ar Am Ar Am Ar
puncak muka tanah Ao untuk wilayah gempa 2 pada tabel
2.12.ditetapkan juga sebagai percepatan minimum yang 1 0,10 0,05 0,13 0,08 0,20 0,20
harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur gedung
Untuk mendapatkan percepatan yang dihasilkan oleh alat (m/s2) (meter) (Hz)
simulasi diperoleh dari perumusan sebagai berikut : 20,88 0,1 2,3
• Sumber penggerak getaran menggunakan motor 19,84 0,095 2,3
listrik yang memiliki Gerak Rotasi (GR) dengan 18,8 0,09 2,3
kecepatan rotasi 1430 rpm atau dengan frekuensi
17,75 0,085 2,3
mendekati 23.833 Hz sedangkan frekuensi ini
adalah konstan. 16,71 0,08 2,3
• Pada bak simulator bekerja Gerak Lurus 15,66 0,075 2,3
Berubah Beraturan (GLBB), sehingga 14,62 0,07 2,3
dibutuhkan suatu konversi dari GR menjadi 13,57 0,065 2,3
GLBB. Pada gerak rotasi kecepatan lintasan 12,53 0,06 2,3
adalah konstan sesuai perumusan : 11,49 0,055 2,3
Kecepatan lintasan = keliling lingkaran / waktu 10,44 0,05 2,3
Vlintasan=2.π.r/t=2.π.f.r=ω.r ........................(3.1) 9,398 0,045 2,3
8,354 0,04 2,3
Vlintasan= Vx + Vy ………….................(3.2)
2 2
7,309 0,035 2,3
6,265 0,03 2,3
• Kecepatan sesaat V(t) pada bak simulator (Analisa perhitungan Penulis)
bekerja pada sumbu x (Vx) mengalami 3.2 Permodelan percepatan zona gempa Indonesia 4
perubahan seiring dengan perubahan waktu dan Dalam memodelkan percepatan gempa zona 3 dan 4
dirumuskan dari persamaan (1) dan (2) : diperlukan tabel perhitungan variasi percepatan sebagai
V(t) =Vx(t) =Vlintasan . Cosω.t = ω.r Cosω.... (3.3) berikut:
• Sehingga percepatan sesaat Ax(t) juga Tabel 3.4. Permodelan Variasi Percepatan untuk Zona
mengalami perubahan tiap waktunya dengan Gempa 3
perumusan sebagai berikut : T f C a
Zona (dtk) (Hz) (g) (m/s2)
Ax (t) = d Vx/ dt
3 0,435 2,3 0,75 7,35
= d ω.r Cos ω.t / dt
3 0,455 2,2 0,75 7,35
= ω 2. r Sin ω.t
3 0,476 2,1 0,75 7,35
Sehingga didapat percepatan maksimum :
3 0,5 2 0,75 7,35
Ax(max)=ω 2.r …...................................(3.4)
3 0,526 1,9 0,75 7,35
• Maka hubungan percepatan maksimum pada
3 0,556 1,8 0,75 7,35
sistem adalah :
3 0,588 1,7 0,75 7,35
Ax(max)=(2.π.f)2.r ...................................(3.5)
3 0,625 1,6 0,75 7,35
Ax (max) = percepatan maksimum (m/s2)
f = frekuensi sistem (Hz) 3 0,667 1,5 0,75 7,35
r = jari-jari (m) 3 0,714 1,4 0,75 7,35
Dari perumusan di atas dapat disimpulkan bahwa : 3 0,769 1,3 0,75 7,35
• Frekuensi maksimum yang bekerja pada motor 3 0,833 1,2 0,75 7,35
sebesar 23.833 Hz. 3 0,909 1,1 0,75 7,35
• Untuk kebutuhan frekuensi yang lebih kecil 3 1 1 0,75 7,35
dibutuhkan gear box untuk mereduksi kecepatan 3 1,5 0,667 0,5 4,90
rotasi motor. 3 2 0,5 0,38 3,68
4 0.588 1.7 0.85 8.33
4 0.625 1.6 0.85 8.33 (Analisa perhitungan Penulis)
4 0.667 1.5 0.85 8.33 3.3. Pedoman Penggunaan Boks Getar
Studi pengaruh gempa ini didasarkan pada studi
4 0.714 1.4 0.85 8.33
tugas akhir terdahulu dari saudara Martinus dan Filia
4 0.769 1.3 0.85 8.33 (2007) serta thesis saudara Rendy (2008). Manual alat
4 0.833 1.2 0.85 8.33 boks getar ini diperlukan sebagai panduan dalam
4 0.909 1.1 0.85 8.33 menggunakan alat dengan cara yang baik dan efektif.
3.3.1. Bagian – Bagian Boks Getar
4 1 1 0.85 8.33
3.3.1.1.Bak Permodelan
4 1.5 0.667 0.57 5.55
4 2 0.5 0.43 4.17
4 2.5 0.4 0.34 3.33
4 3 0.333 0.28 2.78
(Analisa perhitungan penulis)
Gambar 3.1. Bak permodelan
Setelah tabel percepatan motor dan tabel
percepatan permodelan zona 3 dan 4 diketahui,
Bak permodelan berfungsi sebagai tempat sampel
selanjutnya adalah menentukan konfigurasi yang sesuai
tanah uji. Bak ini memiliki dimensi:
antara percepatan motor dengan permodelan percepatan
- Panjang : 50 cm
yang telah dibuat. Perlu diperhatikan bahwa kriteria
dalam menentukan konfigurasi ini adalah sesuai dengan - Lebar : 50 cm
- Tinggi : 95 cm
kapasitas dan kekuatan boks getar secara keseluruhan.
- Berat : 40 kg
Untuk memodelkan frekuensi zona gempa,
diperlukan suatu faktor koreksi dimana faktor ini muncul 3.3.1.2 Sistem Perletakan Bak Permodelan
akibat efisiensi alat, berikut ini adalah daftar faktor Bak
koreksi alat : Papan
• Motor berkapasitas maksimum 1500 rpm tetapi
bekerja efektif pada kecepatan 1425 rpm, Pond Plat
sehingga faktor efisiensi sebesar 1425/1500 = asi beari
0.95
• Motor mempunyai rasio ½ sehingga faktor
reduksi = 0.5 Gambar 3.2. Sistem perletakan bak permodel
• Gear Box memiliki rasio 1/20 sehingga faktor 3.3.1.3 Sistem Penyodok
reduksi = 0.05, tetapi tempat dudukan Fan Belt
pada Gear Box mengecil sebesar ½ jari-jari
sehingga faktor reduksi Gear Box total = 0.05 x
2 = 0.1
Sehingga apabila ditotal faktor reduksi dari motor ke
boks getar adalah 0.95 x 0.5 x 0.1 = 0.04735. Jadi
Gambar 3.3. Sistem penyodok
semisal ingin memodelkan frekuensi sebesar 2.3 Hz
maka frekuensi yang muncul pada inverter sebesar
Gambar 3.6. Sambungan Bak dan Batang Penyodok B. Sensor Frekuensi dan Percepatan
3.3.1.5 Sambungan batang penyodok dengan sistem
motor

Gambar 3.13. Sensor Frekuensi dan Percepatan


Suatu perangkat yang dapat membaca banyaknya
rotasi dalam satu detik dari penggerak untuk
Gambar 3.7. Sambungan Batang Penyodok dan Sistem mendapatkan perhitungan percepatan maksimum dari
Motor sistem. Memiliki spesifikasi sebagai berikut:
3.3.1.6 Sistem Motor • Operasi tegangan +/- 12 Volt
Motor menggerakkan sistem seperti pada • Frekuensi kerja maksimum 3 kHz
pergerakan gempa dengan kondisi riil, sedangkan gear
• Kabel sensor 5 meter
box untuk mereduksi putaran motor dikarenakan putaran
3.3.1.8. Interface box
pada motor tidak dapat memenuhi spesifikasi yang
Suatu perangkat perantara yang menghubungakan
diinginkan. Memiliki spesifikasi sbb :
PC ke sensor-sensor dan panel kontrol. Memiliki
1. Motor single phase 220VAC / 3 PK
spesifikasi sbb :
2. Gear Box ratio 1 : 18, 2 Pole, 1 Van Belt, dan
Radial Plat • Operasi tegangan 220 VAC /0.01A
• Dua Inputan :
- Inputan Sensor Posisi
- Inputan Sensor Percepatan
• Satu Outputan yang dihubungkan ke Panel untuk
mengaktifkan motor

Gambar 3.9. Rangkaian motor dan gear box


Selain itu terdapat radial plate yng berfungsi untuk
menentukan jarak perpindahan bak permodelan sesuai
yang diinginkan dan fan belt yang berfungsi sebagai
pendistribusi gerakan yang dihasilkan oleh gear box Gambar 3.14. Interface box
kepada radial plate yang menggerakkan seluruh sistem. 3.3.1.9. Panel
Tempat dimana saklar-saklar untuk menghidupkan
atau mematikan sistem kelistrikan motor. Memiliki
spesifikasi :
• Tegangan kerja 220 VAC/ CB 20 A dan 4 A
• Indikator Lampu Sistem On dan Motor On

Gambar 3.10. Radial Plate Gambar 3.11. Fan Belt


3.3.1.7. Sensor
A. Sensor Penurunan
4. Pastikan semua komponen pada kondisi baik Gambar 3.19. Sambungan radial plate dengan batang
sebelum menghidupkan sistem kelistrikan motor. penyodok
5. Jangan memaksa menyalakan sistem kelistrikan 3. Hubungkan kabel motor ke panel sesuai tanda.
motor jika salah satu komponen mengalami Seperti yang dijelaskan pada butir ketiga pada
gangguan atau kerusakan. proses pemanasan motor.
3.3.4. Cara Pengoperasian Sistem Motor dan 4. Hubungkan kabel pada interface bok ke
Komputer komputer.
3.3.4.1. Proses Pemanasan Motor
1. Lepaskan besi penghubung antara radial plate
dengan batang penyodok. Sehingga motor tidak
terhubung dengan bak permodelan.
2. Hubungkan kabel motor ke panel sesuai tanda.
(kabel biri pada tanda B, kabel hitam pada tanda
H, dan kabel kuning pada tanda K) Gambar 3.20. (a) Bagian belakang inetrface box;
(b) Bagian belakang komputer
5. Sambungkan kabel abu – abu pada bagian depan
interface box ke stop kontak listrik terdekat.
Tetapi jangan mengaktifkan interface box
terlebih dahulu.
Gambar 3.16. (a) Tanda H, B, K pada panel;
(b) Sambungan kabel dari motor
ke panel
3. Aktifkan (posisi on) ketiga CB pada panel. Jika
lampu merah menyala berarti panel dalam
keadaan aktif.
Gambar 3.21. Bagian depan interface box
6. Sambungkan kabel sensor dari interface box ke
sensor.

Gambar 3.17. (a) CB pada panel;


(b) Tanda lampu menyala jika
panel aktif
4. Lakukan pemanasan pada motor selama 5 – 10
menit dengan mengubah posisi switch pada Gambar 3.22. Bagian depan Interface Box
panel dari posisi off ke posisi manual. 7. Sambungkan kabel ke masing – masing sensor

Gambar 3.18. Switch menunjukkan tanda off


BAB IV
METODOLOGI

Berikut langkah-langkah kerja penelitian dalam bentuk


flowchart:
Gambar 3.24.(a) Sambungan batang sensor Mulai
dengan plat pondasi;
(b) Perletakan besi silang
9. Untuk meletakkan pondasi dan sensor pada Indentifikasi parameter bentonite
posisi tengah bak, digunakan besi silang. Selain
itu besi silang berfungsi agar pada saat Pembuatan sampel tanah dengan LL
digerakkan, pondasi dan sensor tidak ikut
bergerak pada arah horisontal. Setelah itu Mempersiapkan alat uji permodelan beserta
sambungkan ujung – ujung besi silang tersebut
pada sisi – sisi bak dengan menggunakan baut
Memasukkan campuran tanah uji ke dalam bak uji
dan mur.
Pemasangan perkuatan dan pondasi pada bak

Pembebanan kombinasi pembebanan statis dan gempa pada

Pengambilan masing – masing sample untuk


diidentifikasi parameter dasarnya sesudah diberi
beban
Gambar 3.25. (a) Perletakan besi silang;
(b) Penambahan kayu untuk
mempertinggi posisi Analisa permodelan Analisa hasil penelitian berupa :
10. Setelah semuanya sudah terpasang dengan baik, dengan PLAXIS V.8.0
1. variasi perubahan
pasang box beban pada ujung atas pondasi. penurunan
11. Lepaskan stoper atas pada sensor posisi. 2. variasi perubahan
Kemudian aktifkan interface box dengan Hasil yang diperoleh
menekan tombol merah pada posisi on. berupa :Penurunan
3.3.5. Perawatan dan pemeliharaan tanah

Untuk mencegah kemungkinan kerusakan pada


alat, perlu di perhatikan hal – hal sbb:

1. Penurunan tanah maksimum pada bak permodelan Studi perbandingan dan kesimpulan
adalah 200 mm.
2. Perhatikan posisi kabel sensor, kabel motor dan
kabel interface box pada saat pengoperasian. Selesai
Usahakan posisi kabel tersebut aman dan tidak
Berikut langkah-langkah analisa PLAXIS 8.2
menggunakan data Hadi et.al (2008) dalam bentuk
flowchart:
Mulai

Gambar 5.1 Grafik hubungan Kadar Bentonite dan LL


Pengambilan Data Pengambilan Data Dengan demikian dapat diketahui perbandingan
Parameter Tanah Penurunan Tanah LL antara bentonite dan pasir untuk membuat tanah uji :
LL 20%, 40%, 20%, 40%, 60%, 80% 1. LL = 80%, Bentonite : Pasir = 29,86 : 70,14
60%, 80% Hadi et. Hadi et. al (2008) 2. LL = 60%, Bentonite : Pasir = 23,45 : 76,55
3. LL = 40%, Bentonite : Pasir = 17,04 : 82,96
4. LL = 20%, Bentonite : Pasir = 10,63 : 89,37
Dari grafik tersebut diatas terlihat bahwa hubungan
Analisa PLAXSIS 8.2
penambahan bentonite menaikkan LL secara linier.
1. Permodelan di
5.1.2 Analisa ayakan tanah uji
Laboratorium
Dalam menentukan parameter tanah, diperlukan
2 Permodelan di tes yang sesuai dengan karakteristik tanah uji. Pada
Lapangan penelitian ini dilakukan tes analisa ayakan untuk
menentukan jenis tes yang paling tepat untuk digunakan
dalam menentukan parameter kekuatan geser tanah
seperti kohesi dan sudut geser dalam tanah. Untuk itu
Analisa perbandingan hasil
dilakukan tes analisa ayakan yang berdasarkan
klasifikasi tanah menurut USCS. Setelah dilakukan
Selesai analisa ayakan didapat hasil sebagai berikut :
A. Tanah LL 20 %
BAB V 1. Sebanyak 90 % tertahan oleh ayakan no. 200 berarti
ANALISA DAN DATA PERCOBAAN lebih dari 50 % butiran tertahan pada ayakan no. 200
5.1 Hasil Pengujian Parameter Fisis Tanah Uji sehingga dapat dikelompokkan sebagai tanah
Sebelum Pembebanan berbutir kasar.
5.1.1 Penentuan Komposisi Tanah Uji 2. Sebanyak 100 % lolos ayakan no. 4 berarti lebih dari
Untuk mendapatkan komposisi tanah agar 50 % fraksi kasar lolos ayakan no. 4 sehingga dapat
memiliki harga LL 20%, 40%, 60% dan 80% maka dikelompokkan sebagai pasir
dilakukan sebuah usaha dengan metode coba-coba. B. Tanah LL 40 %
Diambil beberapa sampel komposisi tanah yang 1. Sebanyak 84,16 % tertahan oleh ayakan no. 200
kemudian dicari nilai batas cairnya. Dari beberapa berarti lebih dari 50 % butiran tertahan pada ayakan
sampel tersebut dapat dibuat sebuah garis yang memiliki no. 200 sehingga dapat dikelompokkan sebagai tanah
persamaan (formula). Dari garis tersebut didapat berbutir kasar.
komposisi untuk tanah uji dengan LL 20%, 40%, 60% 2. Sebanyak 100 % lolos ayakan no. 4 berarti lebih dari
dan 80%. Adapun beberapa sampel tanah yang diuji 50 % fraksi kasar lolos ayakan no. 4 sehingga dapat
adalah sebagai berikut: dikelompokkan sebagai pasir.
Tabel 5.1 Sampel Komposisi Untuk Tanah Uji C. Tanah LL 60 %
Dengan melihat analisa ayakan seluruh tanah uji dapat 5.2. Hasil pengujian parameter geser tanah uji
dikelompokkan sebagai pasir. Oleh karena itu hasil uji sebelum pembebanan
direct shear dapat digunakan untuk menentukan kuat Pengujian direct shear dilakukan untuk
geser tanah. mendapatkan harga kohesi (c) dan sudut geser tanah (ö).
5.1.3 Hasil dan analisa pengujian proctor Berikut adalah contoh perhitungan direct shear:
Permodelan kepadatan dan kadar air tanah uji
disesuaikan dengankepadatan maksimum dan kadar air 5.2.1 Hasil Pengujian Direct Shear Sebelum
optimum tes standard proctor. Maka dari itu dilakukan Pembebanan
tes standard proctor pada ke-empat variasi LL untuk Perhitungan direct shear contoh sampel LL 20 %
mendapatkan parameter kepadatan tanah uji. >>> Dengan beban vertikal 2 kg
1,900
Ø Tegangan Normal (ón)
1,800 LL 20 ón = P ;
LL 40
1,700 LL 60 A
γd (gr/cm3)

LL 80
1,600
Poly. (LL 20)
dimana :
1,500
Poly. (LL 40) P(kg) = Gaya (beban vertikal)
Poly. (LL 60)
1,400 Poly. (LL 80) A(cm2) = Luas bidang kontak vertikal
1,300
Diameter Sampel = 6,35 cm
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 Luas Sampel (A) = 31,67 cm2
Wc ( % )
Gambar 5.6 Grafik Hubungan Antara ãd dan Wc P = 2 kg
Dari hasil kepadatan maksimum proctor yang ón = P = 2 = 0,067 cm kg2
didapatkan untuk masing-masing LL, diperlukan faktor A 31,67
untuk mereduksi kepadatan tanah maksimum tersebut, Ø Tegangan Geser Maksimum (ômax)
hal ini dilakukan untuk mempermudah pembacaan ômax = P max ;
penurunan tanah uji di bawah permodelan pondasi. Oleh A
karena itu berikut ini ditetapkan sebuah prosentase dimana :
reduksi untuk masing-masing LL yang diambil dari studi Pmax(kg) = Gaya geser max
terdahulu yaitu tugas akhir Jonathan (2006). ( telah dikalibrasi proving ring)
Tabel 5.2. Tabel permodelan ãd untuk tanah uji yang A (cm2 ) = Luas bidang kontak geser
telah dikalikan prosentase reduksi. Bacaan Gaya geser max awal = 16
ãd max Angka kalibrasi proving ring =
Prosentase {(X . 0,149182)+0,2982649}kg
Batas cair ãd max proctor model
(LL) (t/m3) reduksi (%) (t/m3) Gaya geser max =
LL 20 % 1,81 85 1,5385 {(16 . 0,149182)+0,2982649}kg = 2,685kg
LL 40 % 1,79 73 1,3067 A = 31,67 cm2
LL 60 % 1,7 55 0,935 ômax = P max = 2,685 = 0,085 kg /cm 2
A 31,67
LL 80 % 1,65 52 0,858
>>> Dengan beban vertikal 4 kg
Tabel 5.3 Tabel rangkuman parameter fisis dan
Ø Tegangan Normal (ón)
kepadatan tanah untuk masing-masing batas
ón = P ;
cair (LL).
A
Jenis Pengujian Benda Uji Tanah Lempung dimana :
LL 20 LL 40 LL 60 LL 80 P(kg) = Gaya (beban vertikal)
Konsistensi
A(cm2) = Luas bidang kontak vertikal
Gaya geser max = LL 20 %
{(24 . 0,149182)+0,2982649}kg = 3,879 kg 0,250

Tegangan Geser Max


0,200
= 31,67 cm2
y = 0,5514x + 0,053

(kg/cm2)
A 0,150 R2 = 0,9944
ômax = P max = 3,879 = 0,122 kg /cm 2 0,100

A
0,050
31,67 0,000
>>> Dengan beban vertikal 8 kg 0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300

Ø Tegangan Normal (ón) Tegangan Normal (kg/cm2)

ón = P ; c = 0.51 kg/cm2
A Ø = 29.11O
dimana : Gambar 5.7 Grafik hubungan antara tegangan normal
P(kg) = Gaya (beban vertikal) dan tegangan geser tanah sebelum pembebanan ( sample
A(cm2) = Luas bidang kontak vertikal LL 20 % )
Diameter Sampel = 6,35 cm Tabel 5.5 Tabel rangkuman hasil direct shear
Luas Sampel (A) = 31,67 cm2
P = 8 kg LL 20 % LL 40 % LL 60 % LL 80 %
ón = P = 8 = 0,253 cm kg2 c ( kg/cm2 ) 0,051 0,062 0,058 0,064
A 31,67 O
Ø 29,11 22,44 16,23 14,16
Ø Tegangan Geser Maksimum (ômax)
ômax = P max ; 5.2 Analisa Daya Dukung Pondasi
A LL 80 %
dimana : C = 0,078 kg / cm2
Pmax(kg) = Gaya geser max = 780 kg / m2
(telah dikalibrasi proving ring) = 0,780 t / m2
A (cm2 ) = Luas bidang kontak geser Ø = 10.76o
Bacaan Gaya geser max awal = 38.5 ã = 1,596 t / m3
Angka kalibrasi proving ring = Nc = 8,692
{(X . 0,149182)+0,2982649}kg Nq = 2,6524
Gaya geser max = Nã = 1,3872
{(38.5 . 0,149182)+0,2982649}kg = 6,042 kg
A = 31,67 cm2 Untuk pondasi bujur sangkar (10cm x 10cm)
ômax = P max = 6,042 = 0,191 kg /cm 2 qu = 1,3 C.Nc + q Nq + 0,4 ãBN ã
A 31,67 = 1,3.0,780.8,692 + 0 +
Hasil perhitungan direct shear tanah LL 20 %sebelum 0,4.1,596.0,1.1,3872
pembebanan selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel = 8,9022 t/m2
dan grafik. = 0,89022 kg/cm2
Tabel 5.4 Hasil Tes Direct Shear Tanah LL 20 % Dimana:
Sebelum Pembebana C = kohesi (t/m2)
ã = berat volume (t/m3)
B = lebar pondasi (m)
L = panjang pondasi (m)
qu = Daya dukung tanah ( t/m2)
Ø = sudut geser dalam tanah
8. Dengan perkuatan 16 tyresoil kombinasi statis dan kombinasi beban statis dan gempa zona 4.
gempa Terbagi dalam beberapa analisa, antara lain:
9. Dengan perkuatan pasir 10 cm statis 1. LL 80% tanpa perkuatan
10. Dengan perkuatan pasir 10 cm kombinasi statis dan 2. LL 80% dengan perkuatan 4 tyresoil
gempa 3. LL 80% dengan perkuatan 9 tyresoil
11. Dengan perkuatan pasir 20 cm statis 4. LL 80% dengan perkuatan 16 tyresoil
12. Dengan perkuatan pasir 20 cm kombinasi statis dan 5. LL 80% dengan perkuatan pasir 10 cm
gempa 6. LL 80% dengan perkuatan pasir 20 cm
13. Dengan perkuatan pasir 30 cm statis 7. LL 80% dengan perkuatan pasir 30 cm
14. Dengan perkuatan pasir 30 cm kombinasi statis dan 8. LL 80% dengan perkuatan copper slag
gempa 10 cm
15. Dengan perkuatan copper slag 10 cm statis 9. LL 80% dengan perkuatan copper slag
16. Dengan perkuatan copper slag 10 cm kombinasi 20 cm
statis dan 10. LL 80% dengan perkuatan copper slag
gempa 30 cm
17. Dengan perkuatan copper slag 20 cm statis BAB VI
18 .Dengan perkuatan copper slag 20 cm kombinasi KESIMPULAN
statis dan 6.1 Kesimpulan
gempa 1. Pada penelitian tanah uji LL 80 %
19. Dengan perkuatan copper slag 30 cm statis A. Pada pembebanan statis
20 .Dengan perkuatan copper slag 30 cm kombinasi • Tanpa perkuatan
statis dan Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28
gempa. kg, pondasi mengalami penurunan 9 mm pada
Dalam pembebanan tersebut terdapat beberapa SF 3,18.
variasi pembebanan yang berbeda-beda ,diantaranya : • Dengan perkuatan pasir 10 cm
1. variasi jumlah rangkaiannya: 4, 9, dan 16 Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28
buah. kg, pondasi mengalami penurunan 16 mm
Terbagi dalam beberapa analisa, antara lain : pada SF 3,18.
1. LL 80% statis • Dengan perkuatan pasir 20 cm
2. LL 80% kombinasi statis dan gempa Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28
2. variasi kedalaman material granuler : 10 cm, kg, pondasi mengalami penurunan 21 mm
20 cm, dan 30 cm. Terbagi dalam beberapa pada SF 3,18.
analisa, antara lain : • Dengan perkuatan pasir 30 cm
1. LL 80% pasir statis Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28
2. LL 80% pasir kombinasi statis dan
kg, pondasi mengalami penurunan 23 mm
gempa
pada SF 3,18.
3. LL 80% copper slag statis
• Dengan perkuatan copperslag 10 cm
4. LL 80% copper slag kombinasi statis
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28
dan
kg, pondasi mengalami penurunan 9 mm pada
gempa
SF 3,18.
3. variasi material granuler yang digunakan
• Dengan perkuatan copperslag 20 cm
sebagai pengisi : pasir dan copper slag.
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28
Terbagi dalam beberapa analisa, antara lain:
kg, pondasi mengalami penurunan 12 mm
• Dengan perkuatan 16 tyresoil mm pada SF 3, sedangkan keadaan pondasi
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 dinyatakan tidak aman pada beban 17,5 sampai
kg, pondasi tidak mengalami penurunan pada 28 kg.
SF 3,18. • Dengan perkuatan pasir 20 cm
B. Pada kombinasi pembebanan statis dan Keadaan pondasi masih aman hingga beban
gempa zona 4 10,5 kg, pondasi mengalami penurunan
• Tanpa perkuatan sebesar 1,37 mm pada SF 3, sedangkan
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 14 keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada
kg, pondasi mengalami penurunan 218 mm beban 14 sampai 28 kg.
pada SF 3,18. • Dengan perkuatan pasir 30 cm
• Dengan perkuatan pasir 10 cm Keadaan pondasi masih aman hingga beban
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 10,5 kg, pondasi mengalami penurunan
kg, pondasi mengalami penurunan 178 mm sebesar 0,74 mm pada SF 4,816, sedangkan
pada SF 3,18. keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada
• Dengan perkuatan pasir 20 cm beban 14 sampai 28 kg.
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 • Dengan perkuatan copperslag 10 cm
kg, pondasi mengalami penurunan 152 mm Keadaan pondasi masih aman hingga beban
pada SF 3,18. 10,5 kg, pondasi mengalami penurunan
• Dengan perkuatan pasir 30 cm sebesar 1,71 mm pada SF 3,132, sedangkan
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada
kg, pondasi mengalami penurunan 191 mm beban 14 sampai 28 kg.
pada SF 3,18. • Dengan perkuatan copperslag 20 cm
• Dengan perkuatan copperslag 10 cm Keadaan pondasi masih aman hingga beban
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 10,5 kg, pondasi mengalami penurunan
kg, pondasi mengalami penurunan 54 mm sebesar 1,05 mm pada SF 4,816, sedangkan
pada SF 3,18. keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada
• Dengan perkuatan copperslag 20 cm beban 14 sampai 28 kg.
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 • Dengan perkuatan copperslag 30 cm
kg, pondasi mengalami penurunan 51 mm Keadaan pondasi masih aman hingga beban
pada SF 3,18. 10,5 kg, pondasi mengalami penurunan
• Dengan perkuatan copperslag 30 cm sebesar 0,49 mm pada SF 3,260, sedangkan
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada
kg, pondasi mengalami penurunan 84 mm beban 14 sampai 28 kg.
pada SF 3,18. • Dengan perkuatan 4 tyresoil
• Dengan perkuatan 4 tyresoil Keadaan pondasi masih aman hingga beban
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 17,5 kg, pondasi mengalami penurunan
kg, pondasi mengalami penurunan 50 mm sebesar 4,86 mm pada SF 3,062, sedangkan
pada SF 3,18. keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada
• Dengan perkuatan 9 tyresoil beban 21 sampai 28 kg.
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 • Dengan perkuatan 9 tyresoil
kg, pondasi mengalami penurunan 10 mm Keadaan pondasi masih aman hingga beban
pada SF 3,18. 17,5 kg, pondasi mengalami penurunan
sebesar 4,85 mm pada SF 3,123, sedangkan
6,37 mm pada SF 3,023, sedangkan keadaan Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
pondasi dinyatakan tidak aman pada beban hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
10,5 sampai 28 kg. penurunan sebesar 0 mm pada SF 2,78.
• Dengan perkuatan pasir 20 cm Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 7 hingga beban 21 kg, pondasi mengalami
kg, pondasi mengalami penurunan sebesar penurunan sebesar 6 mm pada SF 3,47,
6,18 mm pada SF 3,147, sedangkan keadaan sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
pondasi dinyatakan tidak aman pada beban aman pada beban 24,5 sampai 28 kg.
10,5 sampai 28 kg. Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
• Dengan perkuatan pasir 30 cm hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
Keadaan pondasi masih aman hingga beban penurunan sebesar 20 mm pada SF 3,18.
10,5 kg, pondasi mengalami penurunan • Dengan perkuatan pasir 10 cm
sebesar 6,76 mm pada SF 3,011, sedangkan Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
beban 14 sampai 28 kg. penurunan sebesar 0 mm pada SF 9,96.
• Dengan perkuatan copperslag 10 cm Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
Keadaan pondasi masih aman hingga beban hingga beban 21 kg, pondasi mengalami
10,5 kg, pondasi mengalami penurunan penurunan sebesar 0 mm pada SF 3,18,
sebesar 6,37 mm pada SF 3,085, sedangkan sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada aman pada beban 24,5 sampai 28 kg.
beban 14 sampai 28 kg. Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
• Dengan perkuatan copperslag 20 cm hingga beban 17,5 kg, pondasi mengalami
Keadaan pondasi masih aman hingga beban 7 penurunan sebesar 3 mm pada SF 3,47,
kg, pondasi mengalami penurunan sebesar sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
6,24 mm pada SF 3,281, sedangkan keadaan aman pada beban 21 sampai 28 kg.
pondasi dinyatakan tidak aman pada beban Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
10,5 sampai 28 kg. hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
• Dengan perkuatan copperslag 30 cm penurunan sebesar 0 mm pada SF 3,18.
Keadaan pondasi masih aman hingga beban • Dengan perkuatan pasir 20 cm
10,5 kg, pondasi mengalami penurunan Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
sebesar 6,09 mm pada SF 3,108, sedangkan hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada penurunan sebesar 12 mm pada SF 9,96.
beban 14 sampai 28 kg. Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
• Dengan perkuatan 4 tyresoil hingga beban 24,5 kg, pondasi mengalami
Keadaan pondasi masih aman hingga beban penurunan sebesar 9 mm pada SF 3,18,
10,5 kg, pondasi mengalami penurunan sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
sebesar 6,35 mm pada SF 3,127, sedangkan aman pada beban 28 kg.
keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
beban 14 sampai 28 kg. hingga beban 21 kg, pondasi mengalami
• Dengan perkuatan 9 tyresoil penurunan sebesar 7 mm pada SF 3,47,
Keadaan pondasi masih aman hingga beban sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
10,5 kg, pondasi mengalami penurunan aman pada beban 24,5 sampai 28 kg.
sebesar 6,21 mm pada SF 3,139, sedangkan Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak • Dengan perkuatan 4 tyresoil
aman pada beban 24,5 sampai 28 kg. Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami penurunan sebesar 3 mm pada SF 9,96.
penurunan sebesar 0 mm pada SF 3,18. Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
• Dengan perkuatan copperslag 10 cm hingga beban 24,5 kg, pondasi mengalami
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman penurunan sebesar 0 mm pada SF 3,18,
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
penurunan sebesar 2 mm pada SF 9,96. aman pada beban 28 kg.
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 24,5 kg, pondasi mengalami hingga beban 21 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 15 mm pada SF 3,18, penurunan sebesar 8 mm pada SF 3,47,
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
aman pada beban 28 kg. aman pada beban 24,5 sampai 28 kg.
Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 21 kg, pondasi mengalami hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 4 mm pada SF 3,47, penurunan sebesar 3 mm pada SF 3,18.
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak • Dengan perkuatan 9 tyresoil
aman pada beban 24,5 sampai 28 kg. Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami penurunan sebesar 3 mm pada SF 9,96.
penurunan sebesar 6 mm pada SF 3,18. Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
• Dengan perkuatan copperslag 20 cm hingga beban 24,5 kg, pondasi mengalami
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman penurunan sebesar 0 mm pada SF 3,18,
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
penurunan sebesar 6 mm pada SF 9,96. aman pada beban 28 kg.
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 24,5 kg, pondasi mengalami hingga beban 21 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 0 mm pada SF 3,18, penurunan sebesar 8 mm pada SF 3,47,
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
aman pada beban 28 kg. aman pada beban 24,5 sampai 28 kg.
Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 21 kg, pondasi mengalami hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 5 mm pada SF 3,47, penurunan sebesar 3 mm pada SF 3,18.
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak • Dengan perkuatan 16 tyresoil
aman pada beban 24,5 sampai 28 kg. Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami penurunan sebesar 10 mm pada SF 9,96.
penurunan sebesar 6 mm pada SF 3,18. Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
• Dengan perkuatan copperslag 30 cm hingga beban 24,5 kg, pondasi mengalami
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman penurunan sebesar 0 mm pada SF 3,18,
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
penurunan sebesar 5 mm pada SF 9,96. aman pada beban 28 kg.
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 5,12 mm pada SF 3,303. penurunan sebesar 11,79 mm pada SF 3,147.
Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman • Dengan perkuatan copperslag 20 cm
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
penurunan sebesar 8,02 mm pada SF 3,306. hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman penurunan sebesar 4,95 mm pada SF 3,142.
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
penurunan sebesar 11,79 mm pada SF 3,694. hingga beban 24,5 kg, pondasi mengalami
• Dengan perkuatan pasir 10 cm penurunan sebesar 4,92 mm pada SF 3,113.
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami hingga beban 24,5 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 4,97 mm pada SF 3,608. penurunan sebesar 5,89 mm pada SF 3,111.
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 6,10 mm pada SF 3,457. penurunan sebesar 10,56 mm pada SF 3,146.
Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman • Dengan perkuatan copperslag 30 cm
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
penurunan sebesar 8,24 mm pada SF 3,468. hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman penurunan sebesar 4,9 mm pada SF 3,149.
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
penurunan sebesar 11,90 mm pada SF 3,699. hingga beban 24,5 kg, pondasi mengalami
• Dengan perkuatan pasir 20 cm penurunan sebesar 4,86 mm pada SF 3,028.
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami hingga beban 24,5 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 4,97 mm pada SF 3,618. penurunan sebesar 5,85 mm pada SF 3,115.
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 6,09 mm pada SF 3,465. penurunan sebesar 10,64 mm pada SF 3,142.
Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman • Dengan perkuatan 4 tyresoil
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
penurunan sebesar 8,20 mm pada SF 3,476. hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman penurunan sebesar 4,9 mm pada SF 3,76.
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
penurunan sebesar 11,15 mm pada SF 3,716. hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
• Dengan perkuatan pasir 30 cm penurunan sebesar 6 mm pada SF 3,38
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 4,97 mm pada SF 3,618. penurunan sebesar 7,12 mm pada SF 3,38.
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami hingga beban 28 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 6,11 mm pada SF 3,462. penurunan sebesar 8,07 mm pada SF 3,79.
Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman • Dengan perkuatan 9 tyresoil
• Dengan perkuatan 16 tyresoil • Dengan perkuatan pasir 20 cm
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami hingga beban 10,5 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 4,85 mm pada SF 4,3. penurunan sebesar 7,22 mm pada SF 3,182,
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami aman pada beban 14 sampai 28 kg.
penurunan sebesar 5,52 mm pada SF 4,94. Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami penurunan sebesar 6,26 mm pada SF 3,196,
penurunan sebesar 6,95 mm pada SF 4,96. sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
hingga beban 28 kg, pondasi mengalami Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
penurunan sebesar 7,84 mm pada SF 5,88. hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
B. Pada kombinasi pembebanan statis dan gempa penurunan sebesar 6,58 mm pada SF 3,177,
zona 4. sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
• Tanpa perkuatan aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 10,5 kg, pondasi mengalami hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 7,46 mm pada SF 3,174, penurunan sebesar 7,28 mm pada SF 3,121,
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
aman pada beban 14 sampai 28 kg. aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman • Dengan perkuatan pasir 30 cm
hingga beban 10,5 kg, pondasi mengalami Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
penurunan sebesar 7,57 mm pada SF 3,071, hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak penurunan sebesar 5,86 mm pada SF 3,198,
aman pada beban 14 sampai 28 kg. sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
hingga beban 10,5 kg, pondasi mengalami Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
penurunan sebesar 7,85 mm pada SF 3,018, hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak penurunan sebesar 6,16 mm pada SF 3,225,
aman pada beban 14 sampai 28 kg. sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
hingga beban 7 kg, pondasi mengalami Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
penurunan sebesar 7,26 mm pada SF 3,119, hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak penurunan sebesar 6,24 mm pada SF 3,184,
aman pada beban 10,5 sampai 28 kg. sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
• Dengan perkuatan pasir 10 cm aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 10,5 kg, pondasi mengalami hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 7,43 mm pada SF 3,178, penurunan sebesar 6,35 mm pada SF 3,157,
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
aman pada beban 14 sampai 28 kg. aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman • Dengan perkuatan copperslag 10 cm
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 7 kg, pondasi mengalami hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 7,45 mm pada SF 3,129, penurunan sebesar 6,46 mm pada SF 3,077,
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
aman pada beban 10,5 sampai 28 kg. aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
• Dengan perkuatan copperslag 20 cm Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
hingga beban 10,5 kg, pondasi mengalami penurunan sebesar 6,65 mm pada SF 3,138,
penurunan sebesar 7,12 mm pada SF 3,136, sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
aman pada beban 14 sampai 28 kg. • Dengan perkuatan 9 tyresoil
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 7 kg, pondasi mengalami hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 6,27 mm pada SF 3,129, penurunan sebesar 5,89 mm pada SF 3,738,
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
aman pada beban 10,5 sampai 28 kg. aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 7 kg, pondasi mengalami hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 6,5 mm pada SF 3,116, penurunan sebesar 6,13 mm pada SF 3,588,
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
aman pada beban 10,5 sampai 28 kg. aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 7 kg, pondasi mengalami hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 9,2 mm pada SF 3,2, penurunan sebesar 6,16 mm pada SF 3,583,
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
aman pada beban 10,5 sampai 28 kg. aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
• Dengan perkuatan copperslag 30 cm Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman
Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
hingga beban 7 kg, pondasi mengalami penurunan sebesar 6,42 mm pada SF 3,478,
penurunan sebesar 5,43 mm pada SF 3,218, sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
aman pada beban 10,5 sampai 28 kg. • Dengan perkuatan 16 tyresoil
Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 20 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 7 kg, pondasi mengalami hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 6,01 mm pada SF 3,211, penurunan sebesar 5,69 mm pada SF 3,844,
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
aman pada beban 10,5 sampai 28 kg. aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 40 %, keadaan pondasi masih aman
hingga beban 7 kg, pondasi mengalami hingga beban 7 kg, pondasi mengalami
penurunan sebesar 6,02 mm pada SF 3,208, penurunan sebesar 6,03 mm pada SF 3,645,
sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak sedangkan keadaan pondasi dinyatakan tidak
aman pada beban 10,5 sampai 28 kg. aman pada beban 10,5 sampai 28 kg.
Pada LL 80 %, keadaan pondasi masih aman Pada LL 60 %, keadaan pondasi masih aman

Anda mungkin juga menyukai