Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

KOLOM BIAKSIAL

Oleh beban gravitasi (beban berat sendiri dan beban hidup) kolom struktur pada
umumnya menahan satu gaya aksial dan satu momen. Kolom demikian disebut kolom
uniaksial. Namun demikian pada umumnya struktur pada suatu saat akan mengalami beban
kombinasi yang terdiri dari beban gravitasi dan beban gempa. Oleh karena beban gempa
dapat memiliki arah sebarang maka dengan demikian kolom akan menderita satu beban
aksial dengan dua momen yaitu momen pada arah x dan y, kolom demikian disebut kolom
biaksial. Hitungan/ rancangan/ analisis kolom dengan momen satu arah (uniaksial) sudah
dibahas pada struktur beton II. Bila kolom struktur aman secara biaksial maka ia akan pasti
aman pula bila ditinjau secara uniaksial. Namun kolom yang dianalisis secara uniaksial aman
tidak selalu memberikan keamanan pula bila ditinjau secara biaksial. Pada bab di bawah ini
akan dibahas lebih mendalam perilaku kolom yang dibebani secara biaksial.
Dahulu para ahli struktur menganggap bahwa analisis/ perancangan kolom secara
uniaksial pada masing-masing arah kemudian digabungkan, yaitu meninjau kombinasi Pu-
Mux dan Pu-Muy, dirasa cukup aman. Penelitian menunjukkan bahwa cara sepotong-
sepotong pada suatu kasus dapat menyebabkan terlalu aman (boros) tetapi pada kasus yang
lain dapat tidak aman (berbahaya). Diagram interaksi kolom uniaksial dan biaksial berikut ini
dapat lebih menjelaskan letak keamanan kolom secara uniaksial dan biaksial.

Kolom aman

Gambar 4.1. Diagram interaksi kolom uniaksial

IV-1
Garis batas aman
senyatanya

Garis batas aman


idealisasi
Batas kolom aman

Daerah kolom tidak aman

Mny

Daerah Batas kolom aman


aman idealisasi
Mny
kolom

Batas kolom aman


senyatanya

Kolom tidak aman

Gambar 4.2. Diagram interaksi kolom biaksial dan potongan horisontal

Dari gambar di atas cukup jelas bahwa ternyata kolom yang tampaknya aman
(masing-masing Mux dan Muy masih di dalam garis aman) ternyata menjadi tidak aman bila
ditinjau secara biaksial (Mr). Hal tersebut dapat dijelaskan pula melalui gambar 4.3. bahwa
pengamatan secara sepotong-potong berarti secara sengaja kuat tekan beton pada salah satu
sudut kolom diperhitungkan dua kali. Hal ini tentu saja secara konsep tidak benar.

Gambar 4.3. Superposisi hasil hitungan/ perancangan secara konservatif

Permasalahan yang muncul dalam analisis & perancangam kolom biaksial


diantaranya adalah bentuk kelengkungan yang menghubungkan dua kurva interaksi uniaksial
(arah - x dan arah – y) yang tidak jelas. Dari penelitian ternyata bahwa bentuk kelengkungan
tersebut dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya adalah :
a. mutu bahan (beton dan baja),

IV-2
b. bentuk tampang (bulat, persegi, segitiga, poligon dsb),
c. penempatan tulangan, tebal penutup beton dan
d. luasan tulangan.
Kesulitan-kesulitan di atas oleh Park & Paulay diatasi dengan memperbesar
eksentrisitas, yang berarti memperbesar faktor aman. Hasil perancangan dengan cara ini
kurang disukai karena cenderung boros (kolom terlalu kuat) dan hanya cocok bila diterapkan
pada kolom tampang bujur sangkar. Pada bentuk tampang persegi panjang di temui kesulitan
bagaimana cara yang efisien dalam memperbesar eksentrisitas tersebut.

e’y ex Pu e’y (?) ex Pu

ey ey

e’x
e’x

Gambar 4.4. Pembesaran momen dengan pembesaran eksentrisitas

Untuk menghindari kesulitan tersebut, Park & Paulay (1987) menyarankan agar koefisien
pembesaran momen pada kedua arah dianggap sama yaitu 1,5 kali lebih besar sehingga :
M’ux = 1,5 Mux
M’uy = 1,5 Muy
Dengan : Mux & Muy adalah momen terfaktor yang diperoleh dari hasil hitungan menurut
rumus SNI’92 setelah memperhitungkan kapasitas balok disekitarnya untuk memenuhi
konsep strong column - weak beam. Berikut ini akan dijelaskan beberapa cara analisis kolom
biaksial.

1. Cara ACI 318-2000 yang masih sama dengan ACI 318-1995.


a. Kolom tampang bulat/ lingkaran dengan tulangan simetri dan tersebar merata (jumlah > 6
buah). Dikatakan kolom bulat apabila jumlah tulangan lebih besar atau sama dengan 6
buah yang disebar merata sekeliling lingkarannya. Karena kemampuan kolom relatif
sama pada sebarang arah maka analisis cukup dlakukan dengan membandingkan
resultante momen terfaktor dengan kapasitas kolom bulat uniaksial.

IV-3
ex

ey
y

Gb.4.5. Kolom bulat

Mux Mox

Bentuk lingkaran
MR pada P = Pu
Pu Mux

Muy
Muy

Mox Moy

Moy

Gb.4.6. Potongan horizontal diagram interaksi

b. Kolom tampang bujur sangkar adalah kolom dengan sisi-sisi sama dan tulangan tersebar
merata atau terkelompokkan pada sudut-sudut secara merata atau kolom bulat dengan
empat tulangan kurang dari 6 buah.

Mux
Gb.4.7. Tampang
Mox
kolom bujur sangkar

Oleh karena tampang & tulangan simetri maka kapasitas ke dua arah dapat dikatakan
sama. Mox = Moy namun lengkung pada bidang patah tidak benar-benar berbentuk
MR
lingkaran. Menurut ACI 318-95 pendekatan dilakukan dengan menarik garis lurus yang
Muy
menghubungkan Mox & Moy (lower boundary)
pendekatan Bresler

pendekatan ACI 318-95

IV-4
Moy sesungguhnya (mirip lingkaran)
Gb.4.8. Tampang horisontal
diagram interaksi
kolom bujur sangkar

c. Kolom tampang persegi panjang memiliki kapasitas tampang tidak sama pada dua
arahnya, karena ukuran sisi-sisi yang tidak sama dan apalagi oleh jumlah tulangan yang
berbeda sehingga Mox  Moy. Cara penurunan rumus sama dengan kolom bujur sangkar.

Mux Mox M ux M uy
 1
M ox M oy
syarat aman bila
Muy sesungguhnya M ux M uy
 1
M ox M oy
Gb. 4.9. Tampang horisontal
Moy diagram interaksi
kolom 4-pp

Cara lain menentukan analisis/ perancangan kolom biaksial dilakukan dengan


membandingkan kemampuan gaya aksial ultimit dengan gaya aksial terfaktornya. Cara itu
panjang dan dapat dilakukan melalui persamaan berikut :

Pux & Puy didapatkan dari diagram interaksi uniaksial dengan menarik garis vertikal melalui
Mux & Muy, sedang Po adalah kapasitas kolom untuk e = 0. Cara-cara ini hanya berlaku bila
Pu  0,1 Po. Cara pendekatan dengan garis lurus dapat digunakan bila data diagram interaksi
yang dibuat dengan komputer tidak tersedia. Tetapi bila diagram interaksi tersedia maka
rumus terakhir di atas paling cocok. Namun perlu diketahui bahwa diagram interaksi ada
berbagai macam bentuk tergantung pada cara pembuatan dan anggapan yang dilakukan
(bentuk tegangan desak beton, letak tulangan dst).

IV-5
2. Cara Bresler
Seperti digambarkan dalam diagram interaksi di atas cara Bresler lebih mendekati dengan
kenyataan kemampuan kolom di lapangan. Ia menyarankan bentuk legkung itu dapat didekati
melalui persamaan polinomial berikut :

 
 M ux   M uy 
     1,0
 M ox   M oy 

Dengan  dan  adalah koefisien yang bergantung pada ukuran tampang kolom, jumlah
tulangan, karakteristik regangan dan cara penempatannya. Mox dan Moy adalah kapasitas
momen ultimit kolom pada arah-x dan y. Oleh karena sulitnya mendapatkan nilai  dan 
maka Bresler menyarankan agar dalam praktek dianggap  =  sehingga dapat diperoleh
rumus yang lebih sederhana :

 
 M ux   M uy 
      1,0
 M ox   M oy 

 
 M ux   M uy 
     1,0
 M ox   M oy 
Kolom dinyatakan aman apabila kombinasi gaya axial [Nu] dan momen lentur ke arah-x dan
y [Mux & Muy ] masih di dalam bidang runtuh atau

Untuk mendapatkan koefisien  Bresler mengkaitkannya dengan gaya aksial yang terjadi dan
aksial ultimit konsentrik seperti tabel di bawah ini atau melalui grafik 4.8. Namun demikian
Bresler menyarankan untuk kolom tampang bujur sangkar dapat diambil  = 1,5 sampai 2,0
dan untuk tampang 4-pp dapat diambil  = 1,5.
Pu/Po  dengan : Pu = beban nominal kolom
 0,20 1,00 Po = beban nominal ultimit konsentrik
0,40 1,33 = 0,45.f’cu.b.h + 0,87.fy.As
0,60 1,67 f’cu = kuat tekan karakteristik kubus beton
 0,80 2,00

3. Cara Parme

Di dalam ACI 318-95 dijelaskan pula cara Parme yang mirip dengan cara Bresler. Nilai 
didapatkan melalui grafik seperti tertera pada gambar 4.8.

IV-6
Gb.4.10. Grafik nilai  menurut Bresler (kiri) dan Parme (kanan)
4. Cara Inggris.
Sebagai pilihan lain penghitungan kekuatan kolom biaksial dapat pula digunakan cara Inggris
yang memperbesar salah satu momennya dan kemudian kolom dianalisis secara uniaksial

My
Dengan :  = koefisien yang dapat dicari dari tabel
dan h1 lebar dan tinggi bersih
b1

Gb. 4.11. Tampang kolom dan penulangan cara Inggris

h1

Mx

Koefisien  didapat melalui table di bawah ini

IV-7
P/ (b.h.f’c) 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
 1,00 0,88 0,77 0,65 0,53 0,42 0,3

IV-8
Contoh soal kolom biaksial
1. Sebuah kolom bertampang empat persegi dengan tulangan dan ukuran tergambar dibebani
pada kedua arahnya sebagai berikut :

Mux = 240 kNm


12D25 600
Muy = 50 kNm
X
Nu = 240 kN

450

Bila tegangan karakteristik beton dan tegangan leleh baja berturut-turut 20 Mpa dan Mpa.
Tetapkan apakah kolom terasebut aman
( gunakan cara ACI dan cara Besler)

Penyelesaian
Diketauhi :
fy = 400 Mpa
fc’= 20 Mpa
D tulangan = 25 mm
d’/d = 0,15 (asumsi)
 = 0,8 ( fc’ = 20 Mpa, dari grafik diagram interaksi yang sesuai )
Luas tulangan total (Astot) = 12 x 0,25 x  x 25^2 = 5892,86 mm2
= Astot /bh = 0,022
r = / = 0,027
= 0,65 ( coba-coba)
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,08 < 0,2
nilai  yang baru dicari dengan interpolasi
 = 0,65 + (0,8 - 0,65) x (0,2 - 0,08) = 0,74

IV-9
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,071
Dari grafik diagram interaksi yang sesuai untuk Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,071 dan
r =0,27. Diperoleh (e/h) x Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,19, sehingga

e/h = 0,19/0,071 = 2,6878

Pada arah sumbu Y


ey = 2,6878 x h = 1613 mm
Mox = Nu x ey = 387 kNm

Pada arah sumbu X


ex = 2,6878 x b = 1209 mm
Moy = Nu x ex = 290,28 kNm

 Menurut ACI untuk kolom tampang empat persegi panjang

0,62 + 0,1722 = 0,79 < 1 … aman

 Menurut Besler
Nilai banding Mux/Mox dan Muy/Moy pada Figure 12-7 diperoleh nilai  = 1, maka

2. Sebuah kolom bertampang empat persegi dengan tulangan dan ukuran tergambar dibebani
pada kedua arahnya sebagai berikut :

Y
Mux = 240 kNm
Muy = 50 kNm 12D25 450

Nu = 240 kN X

450

IV-
10
Bila tegangan karakteristik beton dan tegangan leleh baja berturut-turut 20 Mpa dan Mpa.
Tetapkan apakah kolom terasebut aman
( gunakan cara ACI dan cara Besler)

Penyelesaian
Diketauhi :
fy = 400 Mpa
fc’= 20 Mpa
D tulangan = 25 mm
d’/d = 0,15 (asumsi)
 = 0,8 ( fc’ = 20 Mpa, dari grafik diagram interaksi yang sesuai )
Luas tulangan total (Astot) = 12 x 0,25 x  x 25^2 = 5892,86 mm2
= Astot /bh = 0,029
r = / = 0,036
= 0,65 ( coba-coba)
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,107 < 0,2
nilai  yang baru dicari dengan interpolasi
 = 0,65 + (0,8 - 0,65) x (0,2 - 0,107) = 0,72
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,097
Dari grafik diagram interaksi yang sesuai untuk Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,097 dan
r = 0,036. Diperoleh (e/h) x Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,26, sehingga

e/h = 0,26/0,097 = 2,6835


Pada arah sumbu Y
ey = 2,6835 x h = 1207,6 mm
Mox = Nu x ey = 289,8 kNm

Pada arah sumbu X


ex = 2,6835 x b = 1207,6 mm
Moy = Nu x ex = 289,8 kNm
 Menurut ACI untuk kolom tampang bujur sangkar Mux + Muy  Mx atau Moy

240 + 50 = 290 > 289,8 … sedikit tidak aman

IV-
11
 Menurut Besler
Nilai banding Mux/Mox dan Muy/Moy pada Figure 12-7 diperoleh nilai  = 1, maka

3. Sebuah kolom bertampang empat persegi dengan tulangan dan ukuran tergambar dibebani
pada kedua arahnya sebagai berikut :

Y
Mux = 240 kNm
Muy = 50 kNm 8D25 450
Nu = 240 kN X

450

Bila tegangan karakteristik beton dan tegangan leleh baja berturut-turut 20 Mpa dan Mpa.
Tetapkan apakah kolom terasebut aman
( gunakan cara ACI dan cara Besler)

Penyelesaian
Diketauhi :
fy = 400 Mpa
fc’= 20 Mpa
D tulangan = 25 mm
d’/d = 0,15 (asumsi)
 = 0,8 ( fc’ = 20 Mpa, dari grafik diagram interaksi yang sesuai )

Pada arah sumbu Y


Luas tulangan total (Astot) = 8 x 0,25 x  x 25^2 = 3928,57 mm2
= Astot /bh = 0,019
r = / = 0,024
= 0,65 ( coba-coba)
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,107 < 0,2
nilai  yang baru dicari dengan interpolasi
 = 0,65 + (0,8 - 0,65) x (0,2 - 0,107) = 0,72

IV-
12
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,097
Dari grafik diagram interaksi yang sesuai untuk Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,097 dan
r = 0,024. Diperoleh (e/h) x Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,22, sehingga

e/h = 0,22/0,097 = 2,2707


ey = 2,6835 x h = 1021,8 mm
Mox = Nu x ey = 245,2 kNm

Pada arah sumbu X


Luas tulangan total (Astot) = 4 x 0,25 x  x 25^2 = 1964,29 mm2
= Astot /bh = 0,010
r = / = 0,012
nilai  di coba 0,72
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,097
Dari grafik diagram interaksi yang sesuai untuk Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,097 dan
r = 0,012. Diperoleh (e/h) x Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,13, sehingga

e/h = 0,13/0,097 = 1,3418


ex = 1,3418 x b = 603,79 mm
Moy = Nu x ex = 144,9 kNm
 Menurut ACI untuk kolom tampang bujur sangkar dengan tulangan tidak sama pada sisi-
sisinya

0,98 + 0,35 = 1,32 > 1 … tidak aman

 Menurut Besler
Nilai banding Mux/Mox dan Muy/Moy pada Figure 12-9 diperoleh nilai  =0,77, maka
 = log 0,5 / log  = 2,65 maka

IV-
13
4. Sebuah kolom bertampang empat persegi dengan tulangan dan ukuran tergambar dibebani
pada kedua arahnya sebagai berikut :

Y
Mux = 240 kNm
6D25 300
Muy = 50 kNm
Nu = 240 kN X

300

Bila tegangan karakteristik beton dan tegangan leleh baja berturut-turut 20 Mpa dan Mpa.
Tetapkan apakah kolom terasebut aman
( gunakan cara ACI dan cara Besler)

Penyelesaian
Diketauhi :
fy = 400 Mpa
fc’= 20 Mpa
D tulangan = 25 mm
d’/d = 0,15 (asumsi)
 = 0,8 ( fc’ = 20 Mpa, dari grafik diagram interaksi yang sesuai )

Pada arah sumbu Y


Luas tulangan total (Astot) = 6 x 0,25 x  x 25^2 = 1701,86 mm2
= Astot /bh = 0,019
r = / = 0,024
= 0,65 ( coba-coba)
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,226 > 0,2 … ok !
Dari grafik diagram interaksi yang sesuai untuk Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,226 dan
r = 0,024. Diperoleh (e/h) x Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,175, sehingga

IV-
14
e/h = 0,175/0,226 = 0,7735
ey = 0,7735 x h = 232,05 mm
Mox = Nu x ey = 52,2 kNm

Pada arah sumbu X


Luas tulangan total (Astot) = 4 x 0,25 x  x 25^2 = 1134,57 mm2
= Astot /bh = 0,013
r = / = 0,016
nilai  di coba 0,65
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,226 > 2 … ok !
Dari grafik diagram interaksi yang sesuai untuk Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,226 dan
r = 0,016. Diperoleh (e/h) x Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,15, sehingga

e/h = 0,15/0,226 = 0,663


ex = 0,663 x b = 198,9 mm
Moy = Nu x ex = 44,8 kNm
 Menurut ACI untuk kolom tampang bujur sangkar dengan tulangan tidak sama pada sisi-
sisinya

0,96 + 0,89 = 1,85 > 1 … tidak aman

 Menurut Besler
Nilai banding Mux/Mox dan Muy/Moy pada Figure 12-9 diperoleh nilai  =0,90, maka
 = log 0,5 / log  = 6,8 maka

IV-
15

Anda mungkin juga menyukai