KOLOM BIAKSIAL
Oleh beban gravitasi (beban berat sendiri dan beban hidup) kolom struktur pada
umumnya menahan satu gaya aksial dan satu momen. Kolom demikian disebut kolom
uniaksial. Namun demikian pada umumnya struktur pada suatu saat akan mengalami beban
kombinasi yang terdiri dari beban gravitasi dan beban gempa. Oleh karena beban gempa
dapat memiliki arah sebarang maka dengan demikian kolom akan menderita satu beban
aksial dengan dua momen yaitu momen pada arah x dan y, kolom demikian disebut kolom
biaksial. Hitungan/ rancangan/ analisis kolom dengan momen satu arah (uniaksial) sudah
dibahas pada struktur beton II. Bila kolom struktur aman secara biaksial maka ia akan pasti
aman pula bila ditinjau secara uniaksial. Namun kolom yang dianalisis secara uniaksial aman
tidak selalu memberikan keamanan pula bila ditinjau secara biaksial. Pada bab di bawah ini
akan dibahas lebih mendalam perilaku kolom yang dibebani secara biaksial.
Dahulu para ahli struktur menganggap bahwa analisis/ perancangan kolom secara
uniaksial pada masing-masing arah kemudian digabungkan, yaitu meninjau kombinasi Pu-
Mux dan Pu-Muy, dirasa cukup aman. Penelitian menunjukkan bahwa cara sepotong-
sepotong pada suatu kasus dapat menyebabkan terlalu aman (boros) tetapi pada kasus yang
lain dapat tidak aman (berbahaya). Diagram interaksi kolom uniaksial dan biaksial berikut ini
dapat lebih menjelaskan letak keamanan kolom secara uniaksial dan biaksial.
Kolom aman
IV-1
Garis batas aman
senyatanya
Mny
Dari gambar di atas cukup jelas bahwa ternyata kolom yang tampaknya aman
(masing-masing Mux dan Muy masih di dalam garis aman) ternyata menjadi tidak aman bila
ditinjau secara biaksial (Mr). Hal tersebut dapat dijelaskan pula melalui gambar 4.3. bahwa
pengamatan secara sepotong-potong berarti secara sengaja kuat tekan beton pada salah satu
sudut kolom diperhitungkan dua kali. Hal ini tentu saja secara konsep tidak benar.
IV-2
b. bentuk tampang (bulat, persegi, segitiga, poligon dsb),
c. penempatan tulangan, tebal penutup beton dan
d. luasan tulangan.
Kesulitan-kesulitan di atas oleh Park & Paulay diatasi dengan memperbesar
eksentrisitas, yang berarti memperbesar faktor aman. Hasil perancangan dengan cara ini
kurang disukai karena cenderung boros (kolom terlalu kuat) dan hanya cocok bila diterapkan
pada kolom tampang bujur sangkar. Pada bentuk tampang persegi panjang di temui kesulitan
bagaimana cara yang efisien dalam memperbesar eksentrisitas tersebut.
ey ey
e’x
e’x
Untuk menghindari kesulitan tersebut, Park & Paulay (1987) menyarankan agar koefisien
pembesaran momen pada kedua arah dianggap sama yaitu 1,5 kali lebih besar sehingga :
M’ux = 1,5 Mux
M’uy = 1,5 Muy
Dengan : Mux & Muy adalah momen terfaktor yang diperoleh dari hasil hitungan menurut
rumus SNI’92 setelah memperhitungkan kapasitas balok disekitarnya untuk memenuhi
konsep strong column - weak beam. Berikut ini akan dijelaskan beberapa cara analisis kolom
biaksial.
IV-3
ex
ey
y
Mux Mox
Bentuk lingkaran
MR pada P = Pu
Pu Mux
Muy
Muy
Mox Moy
Moy
b. Kolom tampang bujur sangkar adalah kolom dengan sisi-sisi sama dan tulangan tersebar
merata atau terkelompokkan pada sudut-sudut secara merata atau kolom bulat dengan
empat tulangan kurang dari 6 buah.
Mux
Gb.4.7. Tampang
Mox
kolom bujur sangkar
Oleh karena tampang & tulangan simetri maka kapasitas ke dua arah dapat dikatakan
sama. Mox = Moy namun lengkung pada bidang patah tidak benar-benar berbentuk
MR
lingkaran. Menurut ACI 318-95 pendekatan dilakukan dengan menarik garis lurus yang
Muy
menghubungkan Mox & Moy (lower boundary)
pendekatan Bresler
IV-4
Moy sesungguhnya (mirip lingkaran)
Gb.4.8. Tampang horisontal
diagram interaksi
kolom bujur sangkar
c. Kolom tampang persegi panjang memiliki kapasitas tampang tidak sama pada dua
arahnya, karena ukuran sisi-sisi yang tidak sama dan apalagi oleh jumlah tulangan yang
berbeda sehingga Mox Moy. Cara penurunan rumus sama dengan kolom bujur sangkar.
Mux Mox M ux M uy
1
M ox M oy
syarat aman bila
Muy sesungguhnya M ux M uy
1
M ox M oy
Gb. 4.9. Tampang horisontal
Moy diagram interaksi
kolom 4-pp
Pux & Puy didapatkan dari diagram interaksi uniaksial dengan menarik garis vertikal melalui
Mux & Muy, sedang Po adalah kapasitas kolom untuk e = 0. Cara-cara ini hanya berlaku bila
Pu 0,1 Po. Cara pendekatan dengan garis lurus dapat digunakan bila data diagram interaksi
yang dibuat dengan komputer tidak tersedia. Tetapi bila diagram interaksi tersedia maka
rumus terakhir di atas paling cocok. Namun perlu diketahui bahwa diagram interaksi ada
berbagai macam bentuk tergantung pada cara pembuatan dan anggapan yang dilakukan
(bentuk tegangan desak beton, letak tulangan dst).
IV-5
2. Cara Bresler
Seperti digambarkan dalam diagram interaksi di atas cara Bresler lebih mendekati dengan
kenyataan kemampuan kolom di lapangan. Ia menyarankan bentuk legkung itu dapat didekati
melalui persamaan polinomial berikut :
M ux M uy
1,0
M ox M oy
Dengan dan adalah koefisien yang bergantung pada ukuran tampang kolom, jumlah
tulangan, karakteristik regangan dan cara penempatannya. Mox dan Moy adalah kapasitas
momen ultimit kolom pada arah-x dan y. Oleh karena sulitnya mendapatkan nilai dan
maka Bresler menyarankan agar dalam praktek dianggap = sehingga dapat diperoleh
rumus yang lebih sederhana :
M ux M uy
1,0
M ox M oy
M ux M uy
1,0
M ox M oy
Kolom dinyatakan aman apabila kombinasi gaya axial [Nu] dan momen lentur ke arah-x dan
y [Mux & Muy ] masih di dalam bidang runtuh atau
Untuk mendapatkan koefisien Bresler mengkaitkannya dengan gaya aksial yang terjadi dan
aksial ultimit konsentrik seperti tabel di bawah ini atau melalui grafik 4.8. Namun demikian
Bresler menyarankan untuk kolom tampang bujur sangkar dapat diambil = 1,5 sampai 2,0
dan untuk tampang 4-pp dapat diambil = 1,5.
Pu/Po dengan : Pu = beban nominal kolom
0,20 1,00 Po = beban nominal ultimit konsentrik
0,40 1,33 = 0,45.f’cu.b.h + 0,87.fy.As
0,60 1,67 f’cu = kuat tekan karakteristik kubus beton
0,80 2,00
3. Cara Parme
Di dalam ACI 318-95 dijelaskan pula cara Parme yang mirip dengan cara Bresler. Nilai
didapatkan melalui grafik seperti tertera pada gambar 4.8.
IV-6
Gb.4.10. Grafik nilai menurut Bresler (kiri) dan Parme (kanan)
4. Cara Inggris.
Sebagai pilihan lain penghitungan kekuatan kolom biaksial dapat pula digunakan cara Inggris
yang memperbesar salah satu momennya dan kemudian kolom dianalisis secara uniaksial
My
Dengan : = koefisien yang dapat dicari dari tabel
dan h1 lebar dan tinggi bersih
b1
h1
Mx
IV-7
P/ (b.h.f’c) 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
1,00 0,88 0,77 0,65 0,53 0,42 0,3
IV-8
Contoh soal kolom biaksial
1. Sebuah kolom bertampang empat persegi dengan tulangan dan ukuran tergambar dibebani
pada kedua arahnya sebagai berikut :
450
Bila tegangan karakteristik beton dan tegangan leleh baja berturut-turut 20 Mpa dan Mpa.
Tetapkan apakah kolom terasebut aman
( gunakan cara ACI dan cara Besler)
Penyelesaian
Diketauhi :
fy = 400 Mpa
fc’= 20 Mpa
D tulangan = 25 mm
d’/d = 0,15 (asumsi)
= 0,8 ( fc’ = 20 Mpa, dari grafik diagram interaksi yang sesuai )
Luas tulangan total (Astot) = 12 x 0,25 x x 25^2 = 5892,86 mm2
= Astot /bh = 0,022
r = / = 0,027
= 0,65 ( coba-coba)
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,08 < 0,2
nilai yang baru dicari dengan interpolasi
= 0,65 + (0,8 - 0,65) x (0,2 - 0,08) = 0,74
IV-9
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,071
Dari grafik diagram interaksi yang sesuai untuk Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,071 dan
r =0,27. Diperoleh (e/h) x Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,19, sehingga
Menurut Besler
Nilai banding Mux/Mox dan Muy/Moy pada Figure 12-7 diperoleh nilai = 1, maka
2. Sebuah kolom bertampang empat persegi dengan tulangan dan ukuran tergambar dibebani
pada kedua arahnya sebagai berikut :
Y
Mux = 240 kNm
Muy = 50 kNm 12D25 450
Nu = 240 kN X
450
IV-
10
Bila tegangan karakteristik beton dan tegangan leleh baja berturut-turut 20 Mpa dan Mpa.
Tetapkan apakah kolom terasebut aman
( gunakan cara ACI dan cara Besler)
Penyelesaian
Diketauhi :
fy = 400 Mpa
fc’= 20 Mpa
D tulangan = 25 mm
d’/d = 0,15 (asumsi)
= 0,8 ( fc’ = 20 Mpa, dari grafik diagram interaksi yang sesuai )
Luas tulangan total (Astot) = 12 x 0,25 x x 25^2 = 5892,86 mm2
= Astot /bh = 0,029
r = / = 0,036
= 0,65 ( coba-coba)
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,107 < 0,2
nilai yang baru dicari dengan interpolasi
= 0,65 + (0,8 - 0,65) x (0,2 - 0,107) = 0,72
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,097
Dari grafik diagram interaksi yang sesuai untuk Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,097 dan
r = 0,036. Diperoleh (e/h) x Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,26, sehingga
IV-
11
Menurut Besler
Nilai banding Mux/Mox dan Muy/Moy pada Figure 12-7 diperoleh nilai = 1, maka
3. Sebuah kolom bertampang empat persegi dengan tulangan dan ukuran tergambar dibebani
pada kedua arahnya sebagai berikut :
Y
Mux = 240 kNm
Muy = 50 kNm 8D25 450
Nu = 240 kN X
450
Bila tegangan karakteristik beton dan tegangan leleh baja berturut-turut 20 Mpa dan Mpa.
Tetapkan apakah kolom terasebut aman
( gunakan cara ACI dan cara Besler)
Penyelesaian
Diketauhi :
fy = 400 Mpa
fc’= 20 Mpa
D tulangan = 25 mm
d’/d = 0,15 (asumsi)
= 0,8 ( fc’ = 20 Mpa, dari grafik diagram interaksi yang sesuai )
IV-
12
Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,097
Dari grafik diagram interaksi yang sesuai untuk Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,097 dan
r = 0,024. Diperoleh (e/h) x Nu/(x bh x 0,85fc’) = 0,22, sehingga
Menurut Besler
Nilai banding Mux/Mox dan Muy/Moy pada Figure 12-9 diperoleh nilai =0,77, maka
= log 0,5 / log = 2,65 maka
IV-
13
4. Sebuah kolom bertampang empat persegi dengan tulangan dan ukuran tergambar dibebani
pada kedua arahnya sebagai berikut :
Y
Mux = 240 kNm
6D25 300
Muy = 50 kNm
Nu = 240 kN X
300
Bila tegangan karakteristik beton dan tegangan leleh baja berturut-turut 20 Mpa dan Mpa.
Tetapkan apakah kolom terasebut aman
( gunakan cara ACI dan cara Besler)
Penyelesaian
Diketauhi :
fy = 400 Mpa
fc’= 20 Mpa
D tulangan = 25 mm
d’/d = 0,15 (asumsi)
= 0,8 ( fc’ = 20 Mpa, dari grafik diagram interaksi yang sesuai )
IV-
14
e/h = 0,175/0,226 = 0,7735
ey = 0,7735 x h = 232,05 mm
Mox = Nu x ey = 52,2 kNm
Menurut Besler
Nilai banding Mux/Mox dan Muy/Moy pada Figure 12-9 diperoleh nilai =0,90, maka
= log 0,5 / log = 6,8 maka
IV-
15