Anda di halaman 1dari 51

5

TEGANGAN Dl BALOK
(TOPIK DASAR)

s.1 1 PENGANTAR
Di dalam bab-bab sebelum ini kita telah melihat bagaimana beban-beban
yang bekerja di balok menimbulkan aksi (atau resultan tegangan) dalam
bentuk gaya geser dan momen lentur. Di dalam bab ini kita melangkah
lebih j auh dan menyelidiki tegangan dan regangan yang berkaitan dengan
gaya geser dan momen lentur. Dengan mengetahui tegangan dan regangan,
kita akan dapat menganalisis dan merancang balok yang mengalami
berbagai kondisi pembebanan.
Pembebanan yang bekerj a pada balok menyebabkan balok melentur
sehingga sumbunya yang terdeformasi berbentuk lengkungan. Sebagai
contoh, tinjaulah balok kantilever AB yang mengalami beban P di ujung
bebas (Gambar 5- l a). Sumbu yang semula lurus akan melentur membentuk
lengkungan (Gambar 5 - l b), yang disebut kurva defleksi (lendutan) balok
tersebut.
S ebagai acuan, kita membuat sistem sumbu koordinat (Gambar
5 - l b) dengan pusatnya terletak di titik yang cocok di sumbu longitudinal
balok. Di dalam ilustrasi ini, kita meletakkan pusat di tumpuan jepit.
Sumbu x positif mempunyai arah ke kanan, dan sumbu y positif berarah
ke atas. Sumbu z, yang tidak ditunjukkan dalam gambar, mengarah ke
luar (artinya, menuju orang yang mclihat), sehingga ketiga sumbu ini
membentuk sistem koordinat tangan kanan.

B ab 4) diasumsikan simetris terhadap bidang xy, yang berarti bahwa sumbu


(a)
B alok yang ditinjau dalam bab ini ( seperti yang dibahas di dalam

y merupakan sumbu simetri penampang. Selain itu, semua beban harus


bekerj a di bidang xy. Dengan demikian, def1eksi lentur terj adi di bidang
ini juga, yang disebut dengan bidang lentur (plane of bending). Jadi,
kurva def1eksi yang terlihat dalam Gambar 5 - l b merupakan kurva bidang
yang terletak pada bidang lentur.
(b)
Defleksi suatu balok di sembarang titik di sepanjang sumbunya
Gambar 5-1 Lentur pada balok
merupakan peralihan titik tersebut dari posisi semula, diukur dalam arah
y. Kita beri def1eksi ini notasi v untuk membedakannya dengan koordinat
y itu sendiri (lihat Gambar 5 - l b) .
kantilever: (a) balok dengan
beban, dan (b) kurva defleksi
*
Mekanika Bahan 267

LENTUR M URNI DAN LENTUR TAK SERAGAM


Dalam menganalisis suatu balok, seringkali dibutuhkan pembedaan antara
lentur mumi dan lentur tak seragam. Lentur murni (pure bending)
mengandung arti lentur pada suatu balok akibat momen lentur konstan.
Dengan demikian, lentur mumi terjadi hanya di daerah balok di mana

lentur tak seragam (nonuniform bending I mengandung arti lentur yang


gaya geser adalah no! (karena V = dMMc lihat Persamaan 4-6). Sebaliknya,

(a) disertai dengan adanya gaya geser, yang berani bahwa momen lentur
berubah pada saat kita menyusuri sepanj ang sumbu balok.
Sebagai contoh lentur mumi, tinjaulah balok sederhana AB yang
dibebani dua kopel M1 yang mempunyai besar sama dan bekerja dalam
arah yang berlawanan (Gambar 5-2a). Beban ini menghasilkan momen
lentur konstan M = M1 di seluruh panj ang balok. seperti terlihat pada
(b)

Gambar 5-2 Balok sederhana diagram momen lentur di bagian (b) dalam gambar tersebut. Perhatikan
yang mengalami lentur murni (M
bahwa gaya geser V adalah nol di semua penampang balok.
= M, ) -
Ilustrasi lain untuk momen lentur ditunjukkan dalan1 Gambar 5-3a, di
mana balok kantilever AB mengalami kopel searah jarum jam M2 di ujung
bebas. Tidak ada gaya geser di balok ini dan momen lentur M adalah
konstan di seluruh panjangnya. Momen lentur adalah negatif (M = -M2),
seperti terlihat dengan diagram momen lentur di bagian (b) gambar tersebut.
B alok yang dibebani secara simetris dalam Gambar 5-4a merupakan
(a) contoh balok yang sebagian mengalami lentur mumi dan sebagian lainnya
mengalami lentur tak seragam (Gambar 5-4b dan c). Daerah tengah balok
mengalami lentur mumi karena gaya geser adalah nol dan momen lentur
adalah konstan. B agian-bagian balok di dekat ujung mengalami lentur tak
seragam karena gaya geser ada dan momen lentur bervariasi.
Di dalam dua subbab berikut ini kita akan menyelidiki regangan dan
Gambar 5-3 Balok kantilever
tegangan di balok yang mengalami hanya momen mumi. Untungnya, kita
yang mengalami lentur murni (M sering dapat menggunakan hasil-hasil yang diperoleh untuk lentur murni
= -M2) bahkan apabila gaya geser ada, sebagaimana diterangkan dalam Subbab 5.8.

KELENG KUNGAN BALO K


Ketika beban bekerj a di suatu balok, sumbu longitudinal balok tersebut
akan berubah bentuk menjadi lengkungan seperti telah digambarkan
sebel um ini dalam Gambar 5- l . Regangan dan tegangan di balok ini
sebanding dengan kelengkungan (curvature) dari kurva defleksi.
Untuk menggambarkan konsep kelengkungan, tinjau lagi balok
kantilever yang mengalami beban P yang bekerj a di uj ung bebas (Gambar
5-5a). Kurva deformasi balok ini ditunjukkan dalam Gambar 5-5b. Untuk
tuj u an analisis, kita identifikasikan dua titik m1 dan m2 pada kurva defleksi.
Titik m 1 dipilih di jarak sembarang x dari sumbu y dan titik m2 terletak pada
j arak kecil ds lebih jauh di kurva tersebut. Di masing-masing titik tersebut
kita menarik garis yang tegak lurus garis singgung kurva defleksi, artinya
tegak lurus (normal) kurva itu sendiri. Kedua garis normal ini berpotongan
di titik 0 ', yang merupakan pusat kelengkungan dari kurva defleksi.

*Di dalam mekanika terapan, simbol tradisional untuk peralihan dalam arah x, y, dan z masing-
masing adalah u, �� dan w.
268 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Oasar)

Karena balok pada umumnya mempunyai defleksi sangat kecil dan kurva
defleksinya hampir mendatar, maka titik 0 ' biasanya terletak sangat jauh
dari balok dibandingkan dengan yang terlihat dalam gambar tersebut.
Jarak m1 0' dari kurva tersebut ke pusat kelengkungan disebut radius
r r kelengkungan p (huruf Yunani rho), dan kelengkungan K (huruf Yunani
kappa) didefinisikan sebagai kebalikan dari radius kelengkungan. Jadi,

(a) (5- 1 )

p
V
Kelengkungan adalah ukuran seberapa tajam suatu balok melentur. Jika
beban di balok kecil, maka balok akan hampir lurus, radius kelengkungan
akan sangat besar, dan kelengkungan akan kecil. Jika beban ditingkatkan,
(b) -P
besar lentur akan meningkat. radius kelengkungan akan menjadi lebih
kecil, dan kelengkungan akan menjadi lebih besar.
Dari geometri segitiga O ln 1 m2 (Gambar 5-5b) kita peroleh

p d8 = ds (a)
0

di mana d8 (diukur dalam radian) adalah sudut sangat kecil antara garis­
(c)

Gambar 5-4 Balok sederhana garis normal dan ds adalah j arak sangat kecil di sepanjang kurva antara
dengan daerah tengah mengalami titik m1 dan m2 • Dengan menggabungkan Persamaan (a) dengan Persamaan
lentur murni dan daerah ujung (5- l ) kita peroleh
mengalami lentur tak seragam

K
1 48
- = -
p ds
==
(5-2)

Persamaan ini diturunkan dalam buku-buku kalkulus dasar dan berlaku


untuk sembarang kurva, tidak peduli seberapa besar kelengkungannya.

r
Jika kelengkungan konstan di sepanjang kurva, maka radius kelengkungan

A
juga akan konstan dan kurva tersebut akan merupakan busur lingkaran.
Defleksi suatu balok biasanya sangat kecil dibandingkan dengan
'-C:�---'"'"-'�illl! B panjangnya (tinjau, sebagai contoh, defleksi rangka struktural dari sebuah
mobil atau balok di sebuah gedung. Defleksi kecil berarti bahwa kurva
defleksi harnpir datar. Karena itu, j arak ds di sepanjang kurva dapat
(a)

ditetapkan sama dengan proyeksi horizontal dx ( lihat Gambar 5-5b ). Pada


kondisi khusus seperti ini persamaan kelengkungan menjadi

(5 -3)

j arak x yang diukur di sepanjang sumbu x. Posisi 0' yang merupakan


Baik kelengkungan maupun radius kelengkungan merupakan fungsi dari

pusat kelengkungan j uga bergantung pada jarak x.


Dalarn Subbab 5.5 kita akan melihat bahwa kelengkungan di suatu
(b)
titik pada sumbu balok bergantung pada lentur murni di titik tersebut dan
besaran balok itu sendiri (bentuk penampang dan jenis bahan). Dengan
Gambar 5-5 Kelengkungan balok
demikian, jika balok tersebut prismatis dan bahan adalah homogen, maka
yang melentur: (a) balok dengan
beban, dan (b) kurva defleksi kelengkungan akan bervariasi terhadap momen Jentur. Dengan demikian,
Mekanika Bahan 269

!} suatu balok yang mengalami lentur mumi akan mempunyai kelengkungan


konstan dan suatu balok yang mengalami lentur tak seragam akan
mempunyai kelengkungan yang ber\'ariasi.

sumbu koordinat. Jika sumbu x ad::tlah positif kc kanan dan sumbu y


Perjanjian tanda untuk kelengkungan bergantung pada orientasi
Kelengkungan

X
Positip

0
L --- adalah positif ke atas, seperti terli hat dalam Gambar 5 -6, maka
(a) kelengkungan adalah positif apabila balok tersebut cekung ke atas (atau
cembung ke bawah) dan pusat kelengkungan ada di atas balok. Sebaliknya,

� ke atas) dan pusat kelengkungan ada di bJ\\ ah balok.


kelengkungan adalah negatif jika balok cekung ke bawah (atau cembung

I longitudinal di suatu balok yang melentur ditent ukan dari kelengkungan,


Kelengkungan
Di dalam subbab berikut ini kita akan melihat bagaimana regangan

X
negatip

L
()
___ _ __ - ----
dan di dalam B ab 9 kita akan melihat bagaimam kelengkungan herkaitan
(b) dengan defleksi balok.

Gambar 5-6 Perjanjian tanda


untuk kelengkungan Positive cur­
vatun;

REGANGAN LONGITUDINAL 01 BALOK

Regangan longitudinal di suatu balok dapat diperoleh dengan menganalisis


kelengkungan suatu balok beserta deformasinya. Untuk itu, tinjaulah bagian
ab dari suatu balok yang mengalami lentur mumi akibat momen positif M
(Gambar 5 - 7 a ) . K ita asumsikan bahwa bal ok tersebut m ula-mula
mempunyai sumbu longitudinal lurus (sumbu x dalam gambar) dan bahwa
penampangnya simetris terhadap sumbu _!::, seperti terlihat dalam Gambar
5-7b.

ly
i

o'

(a) (b)

p;

Gambar 5-7 Deforrnasi balok n


yang mengalami lentur murni (c)
270 ::;.a:; � Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

Akibat aksi momen lentur tersebut, balok berdefleksi dalam bidang


xy (bidang lenturan), dan sumbu longitudinalnya melentur menjadi kurva
busur lingkaran (kurva ss dalam Gambar 5-7c). Balok ini melentur cekung
ke atas, yang merupakan kelengkungan positif (Gambar 5-6a).
Potongan melintang balok, seperti potongan mn dan pq dalam Gambar
5-7a, tetap datar dan normal terhadap sumbu longitudinal (Gambar 5-7c).
Fakta bahwa penampang balok yang mengalami lemur mumi tetap datar
merupakan ha! mendasar dalam teori balok yang sering digunakan sebagai
asumsi. Kita dapat juga menyebutnya teorema, karena dapat dibuktikan
secara sederhana dengan menggunakan alasan rasional yang didasarkan
atas simetri (Ref. 5- l ) . Hal mendasar adalah bahwa simetri suatu balok
dan pembebanannya (Gambar 5-7a dan b) mengandung arti bahwa semua
elemen balok ( seperti elemen mpqn) harus berdeformasi secara identik,
yang hanya mungkin jika penampang tetap datar selama melentur (Gambar
5-7c). Kesimpulan ini berlaku untuk balok dengan bahan apapun, apakah
elastis atau inelastis, linier atau nonlinier. Tentu saja, besaran bahan, seperti
juga dimensinya, harus simetris terhadap bidang lentur. (Catatan: Meskipun
bidang penampang yang meng<:llami lentur mumi tetap datar, deformasi
dalam bidang tersebut tetap ada. Deformasi ini akibat efek rasio Poisson,
sebagaimana diterangkan di akhir pembahasan ini.)
Karena adanya defom1asi lentur seperti terlihat dalam Gambar 5-7c,
penampang mn dan pq berputar satu sama lain terhadap sumbu yang tegak
lurus bidang xy. Garis longitudinal pada bagian cembung (yang bawah)
dari balok memanjang. sedangkan bagian cekungnya (atas) dari balok
memendek. Jadi, bagian bawah balok mengalami tarik dan bagian atas
mengalami tekan. Antara bagian atas dan bawah balok terdapat permukaan
dengan garis longitudinal yang tidak berubah panjangnya. Permukaan ini,
yang ditunjukkan dengan garis putus ss dalam Gambar 5-7a dan c, disebut
permukaan netral balok. Perpotongannya dengan bidang penampang
disebut sumbu netral penarnpang; sebagai contoh, sumbu z adalah sumbu
netral untuk penampang dalam Gambar 5-7b.
B idang-bidang yang mengandung penampang mn dan pq di dalam
balok yang berdeformasi (Gambar 5-7c) berpotongan di garis yang melalui
pusat kelengkungan 0� Sudut antara kedua bidang ini disebut de, dan
jarak dari O ' ke permukaan netral ss adalah radius kelengkungan p. Jarak
awal dx antara kedua bidang ini (Gambar 5-7a) tidak berubah di permukaan
netral (Gambar 5-7 c) sehingga pde = dx. Namun, semua garis longitudi­
nal antara kedua bidang tersebut memanjang atau memendek sehingga
menimbulkan regangan normal ex.
Untuk mengevaluasi regangan normal, tinjaulah garis longitudinal
khas ef yang terletak di dalam balok di antara bidang mn dan pq (Gambar
5-7 a). Kita tunjukkan garis ef dengan jarak y dari sumbu netral di balok
yang semula lurus. Jadi, kita sekarang menganggap bahwa sumbu x terletak
di sepanjang permukaan netral balok yang tak berdeformasi. Tentu saja,
manakala balok berdefleksi, permukaan netral hergerak bersama balok,
tetapi sumbu x tetap pada posisinya. Garis longitudinal ef di balok yang
berdefleksi (Gambar 5-7c) tetap terletak pada jarak y yang sama dari
permukaan netral. Jadi, panjang L1 dari garis ef sesudah lentur terjadi
adalah

L 1 = (p v) de = dx l_ dx
p
- -
Mekanika Bahan 271

L
di mana kita telah memasukkan de = dxlp. Karena panjang semula garis
�f adalah dx, maka perpanjangannya adalah 1 - dx, atau -y dxlp. Regangan
longitudinal sama dengan perpanj angan dibagi dengan panjang semula
dx; dengan demikian,

=
(5-4)

di mana 1\ adalah kelengkungan.


Persamaan di atas menunjukkan bahwa regangan longitudinal di suatu
balok sebanding dengan kelengkungan dan berYariasi secara linier terhadap
jarak y dari permukaan netral. Apabila titik yang ditinjau ada di atas
permukaan netral, maka jarak y adalah positif. Jika kelengkungan juga
positif (seperti terlihat dalam Gambar 5-7c), maka e, akan merupakan
regangan negatif, yang menunjukkan perpendekan. Sebaliknya, jika titik
yang ditinjau ada di bawah permukaan netral, maka jarak y akan negatif
dan, jika kelengkungan adalah positif, maka regangan e< juga akan positif,
yang menunjukkan perpanjangan. Perhatikan bahwa perjanjian tanda untuk
e sama dengan yang digunakan untuk regangan normal di bab-bab sebelum
x
ini, yaitu perpanjangan adalah positif dan perpendekan adalah negatif.
Persamaan (5-4) untuk regangan normal di suatu balok diturunkan
hanya dari tinjauan geometri balok yang berdeformasi - besaran bahan
tidak masuk dalam pembahasan. Dengan demikian, regangan di suatu
balok yang mengalami lentur murni bervariasi secara linier terhadap
jarak dari permukaan netral, tidak peduli bagaimanapun bentuk kurva
tegangan-regangan bahan.
Langkah selanjutnya di dalam analisis kita, yaitu mencari tegangan
dari regangan, membutuhkan penggunaan kurva tegangan-regangan.
Langkah ini diuraikan dalam subbab berikut untuk bahan elastis linier dan
di dalam Subbab 6.9 dan 6. 1 0 untuk bahan nonlinier.
Regangan longitudinal di suatu balok disettai dengan regangan trans­
versal (yaitu regangan normal dalam arah y dan z) karena efek rasio
Poisson. Namun, tidak acta tegangan tran sversal karena balok bebas
berdeformasi dalam arah lateral. Kondisi tegangan ini analog dengan batang
prismatis yang mengalami tarik atau tekan, sehingga elemen di balok
yang mengalami lentur mumi berada dalam keadaan tegangan uniaksial.

• Contoh 5-1
Sebuah balok baja yang ditumpu sederhana AB (Gambar 5-8a) yang panjangnya
L = 16 ft dibebani kopel M0 hingga membentuk busur lingkaran dengan defleksi
ke bawah 8 di titik tengah (Gambar 5-8b). Pengukuran menunjukkan bahwa
regangan normal longitudinal (perpanjangan) di pennukaan bawah balok adalah
0,00 1 25, yang merupakan regangan leleh baja. Juga, jarak dari permukaan bawah
balok ke permukaan netral adalah 6,0 in. Tentukan radius kelengkungan p,
kelengkungan K, dan defleksi 8 pacta balok ini.

Solusi
Kelengkungan. Karena kita telah mengetahui regangan longitudinal di permukaan
bawah balok (ex = 0,00 1 25), dan karena kita juga mengetahui jarak dari pennukaan
272 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Oasar)

bawah ke sumbu netral (y = -6,0 in.), maka kita dapat menggunakan Persamaan
(5-4) untuk menghitung radius kelengkungan dan kelengkungan. Dengan menyusun
Persamaan (5-4) dan memasukkan harga-harga numerik, maka
,,
MO
s') - - i� = 4800 in. = 400 ft
(�
A ==
-L 1\ = _.!_ ..
6
p = 0 '0025 n- 1
0,00 1 _5 p
= =

£,
· ·· · · � Hasil ini menunjukkan bahwa radius kelengkungan sangat besar, dan kelengkungan
+----�----1 sangat kecil, meskipun regangan bahan telah mencapai harga yang besar (dalam
ha! ini regangan leleh).
(a)
Defleksi. Sebagaimana telah disebutkan dalam Subbab 5.3, momen lentur
konstan (lentur mumi) menimbulkan kelengkungan konstan di seluruh panjang
'

/I II \
5-8b, k.ita lihat bahwa jarak dari pusat kelengkungan 0' ke titik tengah C' dari
o balok. Dengan demikian, kurva defleksi adalah busur lingkaran. Dari Gambar

balok yang berdefleksi adalah radius kelengkungan p, dan jarak dari O ' ke titik C
di sumbu x adalah p cos 8, di mana 8 adalah sudut BO'C. Ini menghasilkan rum us

8
\ defleksi di titik tengah balok sebagai berikut:

,�J I L/-:\ = p ( l - cos 8)

1 y/p�----e-t_8�\
(5-5 )
Dari kurva yang hampir datar, kita dapat asumsikan bahwa jarak antara tumpuan

A�x
\
sama dengan panjang balok itu sendiri. Dengan demik.ian, dari segitiga BOC kita
.
I dapatkan

sin 8 L/2
p (5-6)
I � 1--W
=

Dengan memasukkan harga-harga numerik kita peroleh

sin 8
0 6 ft)( 1 2 in./ft)
(b) = = 0' 0200
2( 4800 in.)

Gambar 5-8 Contoh 5-1. Balok dan 8 = 0,0200 rad = 1 , 1 46°


yang mengalami lentur murni
Perhatikan bahwa untuk tujuan praktis k.ita dapat menganggap sin e dan e (radian )
secara numerik sama karena e merupakan sudut yang sangat kecil.
Sekarang kita masukkan ke dalam Persamaan (5-5) untuk mendapatkan
defleksi
8 = p( l - cos 8) = (4800 in.)(l - 0,999800) = 0,960 in.
Defleksi ini sangat kecil dibandingkan dengan panjang balok, sebagaimana

:
terlihat dengan rasio panjang bentang terhadap defleksi:

8
!::._
=
( 1 6 ft)( 1 2 in./ft) =
0,960 in.
200

Jadi, kita telah memastikan bahwa kurva defleksi hampir datar sekalipun regangan
cukup besar. Tentu saja, dalam Gambar 5-8b defleksi balok digambarkan sangat

I_
besar agar lebih jelas.
Catatan: Metode untuk menghitung defleksi balok yang diuraikan di sini
hanya mempunyai sedikit nilai praktek karena dibatasi hanya pacta lentur murni,
yang menghasilkan bentuk defleksi busur lingkaran. Metode lain yang lebih berguna
untuk mencari kurva defleksi disajikan dalam Bab 9.
------

5.5 1 TEGANGAN NORMAL Dl BALOK (BAHAN ELASTIS LINIER)


Di dalam subbab sebelum ini kita telah menyelidiki regangan longitudinal
E< pada suatu balok yang mengalami lentur mumi (lihat Persamaan 5-4
dan Gambar 5-7). Karena elemen longitudinal dari suatu balok hanya
mengalami tarik atau tekan, maka kita dapat menggunakan kurva tegangan-
Mekanika Bahan 273

regangan bahan tersebut untuk menentukan tegangan kalau kita mengetahui


regangan. Tegangan bekerja di seluruh bagian penampang dari suatu balok
dan intensitasnya bervariasi bergantung pacta bentuk diagram tegangan­
regangan dan dimensi penampang. Karena arah x adalah longitudinal
(Gambar 5-7a), maka kita menggunakan simbol ()x untuk menunjukkan
tegangan tersebut.
Hubungan tegangan-regangan yang paling umum dijumpai dalam

ini, kita substitusikan hukum Hooke untuk tegangan uniaksial ( () = Et:) ke


teknik adalah persamaan untuk bahan elastis linier. Untuk bahan seperti

dalam Persamaan (5-4) dan mendapatkan

;;:; -Ery (5-7)

penampang bervariasi secara linier terhadap jarak y dari permukaan netral.


Persamaan ini menunjukkan bahwa tegangan normal yang bekerja di

Distribusi tegangan ini terlihat dalam Gambar 5-9a untuk kasus di mana

positif. Apabila kelengkungan adalah positif, maka tegangan {)< adalah


momen lentur M adalah positif dan balok melentur dengan kelengkungan

negatif (tekan) di atas permukaan netral dan positif (tarik) di bawahnya.


Di dalam gambar, tegangan tekan ditunjukkan dengan panah yang
menunjuk ke arah penampang dan tegangan tarik ditunjukkan dengan
panah yang menjauhi penampang.

y iY

Gambar 5-9 Tegangan normal di


suatu balok dari bahan elastis
linier: (a) tampak samping balok
yang menunjukkan distribusi
tegangan normal, dan (b) penam­
pang balok yang menunjukkan
sumbu z sebagai sumbu netral
penampang.
(a) (b)

Agar Persamaan (5-7) mempunyai nilai praktis, maka kita harus

menentukan jarak y. Dengan perkataan lain kita harus menentukan lokasi


meletakkan pusat koordinat sedemikian rupa sehingga kita dapat

sumbu netral penampang. Kita juga harus memperoleh hubungan antara


kelengkungan dan momen lentur - agar kita dapat memasukkannya ke
dalam Persamaan (5-7) dan memperoleh persamaan yang menghubungkan

menentukan resultan tegangan ()x yang bekerja pacta penampang.


antara tegangan dan momen lentur. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan

Pacta umumnya, resultan tegangan normal terdiri atas dua resultan


tegangan: ( 1) gaya yang bekerja dalam arah x, dan (2) kopel lentur yang
bekerja terhadap sumbu z. Namun, gaya aksial adalah nol apabila suatu
balok mengalami lentur mumi. Dengan demikian, kita dapat menul iskan
persamaan-persamaan statika berikut: ( 1 ) gaya resultan dalam arah x sama
dengan nol, dan (2) momen resultan sama dengan momen lentur M.
Persamaan pertama menghasilkan lokasi sumbu netral dan yang kedua
memberikan hubungan momen-kelengkungan.
274 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

• Lokasi Sumbu Netral


Untuk mendapatkan persamaan statika yang pertama, kita tinjau elemen
dengan area dA di dalam penampang (Gambar 5-9b). Elemen ini terletak
pada j arak y dari sumbu netral, sehingga tegangan crx yang bekerja di
elemen dapat dinyatakan dengan Persamaan (5-7). Gaya yang bekerja di
elemen sama dengan crx dA dan merupakan gaya tekan untuk y positif.
Karena tidak ada gaya resultan yang bekerja pada penampang, maka in­
tegral crx dA di seluruh luas penampang A harus sama dengan nol; jadi,
persamaan statika yang pertama adalah

L crxdA = -LE 1()1 dA = 0 (a)

Karena kelengkungan 1<: dan modulus elastisitas E merupakan konstanta


yang bukan nol di suatu penampang balok yang melentur, maka keduanya
tidak dilibatkan dalam proses integrasi daerah penampang melintang.
Dengan demikian, kita dapat menuliskan

(5-8)

Persamaan statika ini menyatakan bahwa momen pertama dari suatu luas
penampang yang dievaluasi terhadap sumbu z, adalah not. Dengan
perkataan lain, sumbu z harus melalui pusat berat penampang.* Karena
sumbu z juga merupakan sumbu netral, maka kita dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut. Sumbu netral selalu melewati pusat berat suatu penampang
apabila bahannya mengikuti hukum Hooke dan tidak ada gaya aksial
yang bekerja di penampang tersebut. Kesimpulan ini membuat kita mudah
menentukan posisi sumbu netral.
Sebagaimana telah diuraikan dalam Subbab 5 . 1 , pembahasan kita
terbatas pada balok dengan sumbu y adalah sumbu simetri. Karena itu,
sumbu y juga melewati pusat berat. Dengan demikian, kita mempunyai
kesimpulan tambahan sebagai berikut: pusat sumbu koordinat 0 (Gambar
5-9b) terletak di pusat berat penampang.
Karena sumbu y adalah sumbu simetri penampang, maka sumbu y
merupakan sumbu utama (lihat Bab 12, Subbab 12.9, untuk pembahasan
tentang sumbu utama). Karena sumbu z tegak lurus sumbu y, maka sumbu
tersebut juga merupakan sumbu utama. Jadi, apabila suatu balok dari
bahan elastis linier mengalami lentur murni, maka sumbu y dan z
merupakan sumbu berat.
• H ubungan M omen Kelengkungan
Persamaan statika yang kedua menyatakan bahwa resultan momen dari
tegangan normal crx yang bekerja pada seluruh penampang sama dengan
momen lentur M (Gambar 5-9a). Elemen gaya crx dA yang bekerja pada
elemen seluas dA (Gambar 5-9b) ada di arah positif dari sumbu x apabila
crx positif dan ada di arah negatif apabila crx negatif. Karena elemen dA
terletak di atas sumbu netral, maka tegangan positif crx yang bekerja pada
elemen tersebut menghasilkan elemen momen yang sama dengan crx ydA.
Elemen momen ini bekerja berlawanan arah dengan momen lentur positif
M yang terlihat dalam Gambar 5 -9a. Dengan demikian, pertambahan dM
pada momen lentur adalah

*Pusat berat dan momen pertama dari suatu luas dibahas dalam Bab 12.
Mekanika Bahan 275

dM -ary dA
=

Integral dari semua momen elemental di seluruh penampang A harus sama


dengan momen lentur:

M = - faxydA
A
(b)

atau, dengan memasukkan ax dari Persamaan (5-7),

M = - LicE/ dA = KEL / dA (5-9)

Persamaan ini menghubungkan kelengkungan suatu balok dengan momen


lentur M.
Karena integral di dalam persamaan di atas merupakan besaran
penampang, maka akan lebih mudah jika persamaan terse but ditulis dalam
bentuk:
y M = K£1 (5- 1 0)
Momen
di mana
+M +M
�... po sitif �
lentur
. . ..
\. � ) (5- 1 1 )
Kelengkungan
positif

z (yaitu terhadap sumbu netral). Momen inersia selalu positif dan


Integral ini adalah momen inersia dari daerah penampang terhadap sumbu
0
L_____ X

mempunyai dimensi panjang pangkat empat; sebagai contoh, satuan uses


yang khas adalah in.4 dan satuan SI yang khas adalah mm4 di dalam
I Y
perhitungan balok. *
Momen
Sekarang Persamaan (5- 1 0) dapat disusun kembali untuk menyatakan
kelengkungan dalam momen lentur di balok:
( , negatif , '\
lentur
.
��..,/
M
..

-M Kelengkungan - (5- 1 2)
negatif

0
L----- X
Ini dikenal sebagai persamaan momen-kelengkungan. Persamaan (5- 1 2)
menunjukkan bahwa kelengkungan sebanding dengan momen lentur M
Gambar 5-10 Hubungan antara
tanda momen lentur dan tanda dan berbanding terbalik dengan besaran El, yang disebut rigiditas lentur
kelengkungan suatu balok. Rigiditas lentur merupakan ukuran tahanan suatu balok
terhadap lentur; artinya semakin besar rigiditas lentur, akan semakin kecil
kelengkungan yang terjadi akibat momen lentur.
Dengan membandingkan perjanjian tanda untuk momen lentur
(Gambar 4-5) dengan yang untuk kelengkungan (Gambar 5-6), kita lihat
bahwa momen lentur positif menghasilkan kelengkungan positif dan momen
lentur negatif menghasilkan kelengkungan negatif (lihat Gambar 5- 1 0).
• Rumus Lentur
Karena kita telah menentukan lokasi sumbu netral dan telah mendapatkan
hubungan momen-kelengkungan, maka kita dapat menentukan tegangan
yang dinyatakan dalam momen lentur. Dengan memasukkan rumus
kelengkungan (Persamaan 5- 1 2) ke dalam rumus tegangan ax (Persamaan
5-7), maka kita peroleh

*Momen inersia dari suatu luas dibahas dalam Bab 12.


,..

276 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Oasar)

(5- 1 3 )
Tegangan tekan

701
Persamaan ini, yang disebut rumus lentur, menunjukkan hahwa tegangan
'vlomen
sebanding dengan momen lentur M dan berbanding terbalik dengan momen
lentur

+M � y dari sumbu netraL sebagaimana telah diamati sebelum ini. Tegangan


positif inersia I penampang. Juga. tegangan bervariasi secara l inier terhadap jarak

- -- ) J. yang dihitung dengan r umus ini disebut tegangan lentur.


Jika momen lentur di suatu balok adalah positif. maka tegangan lentur
akan positif (tarik) di bagian penampang di mana r adaiah negatif. artinya
02
di bagian bawah balok. Te gangan di bagian atas balok ak,m negatif (tekan ) .
Tegangan tarik J ika momen lentur adalah negatif, maka tegangan akan sebaliknya.
H ubungan ini ditunjukkan dalam Gambar 5- 1 1 .
(a)

I Y • Tegangan Maksimum di Suatu Penampang


! Tegangan tarik
Tegangan lentur tarik dan tekan maksimum yang bekerj a di suatu


penampang terjadi c!i titik yang terletak paling jauh dari surnbu netral.
/
- -

Mmnen Kita tulis c 1 dan c2 masing-masing ac!al ah jarak c!ari sumbu netral ke
lentur

1 1 ) . Kemudian tegangan normal maksimum cr1 Jan 0'2 (dari rumus lentur)
ncgatip
elernen ekstrirn dalam arah positif dan negatif (lihat Gambar 5-9b dan 5-

adalah

(5- l 4a,b)

Tegangan tekan
(b)
di mana

Gambar 5-1 1 Hubungan antara (5- 1 5a,b)


tanda untuk momen lentur dan
arah tcgangan normal: la) momen

Besaran SI dan s2 c!ikenal dengan sebutan modulus penampang. Dari


lentur positif. dan lb) momcn
lentur negatif
Persarnaan (5- 1 5a dan b) kita lihat bahwa modulus penampang mempunyai
dimensi panjang pangkat tiga (sebagai contoh , in. 3 atau mm3 ) . Perhatikan
bahwa jarak c 1 dan c2 ke tepi atas dan bawah balok selalu merupakan
besaran positif.
Keuntungan dari menyatakan tegangan rnaksimum dalam modulus
penampang ada1ah karena setiap bagian modulus penampang menggabung­
kan besaran-besaran penampang yang relevan ke dalam besaran tunggal.
Jadi besaran ini dapat dibuat tabelnya dan dimasukkan dalam buku-buku
pegangan, yang dapat memudahkan perancang dalam membuat desain
suatu balok. (Desain suatu ba1ok dengan menggunakan modulus penampang
diuraikan dalam subbab selanjutnya.)
Jika suatu penampang balok adalah simetris terhadap sumbu z dan
terhadap sumbu y (penampang simetris ganda), maka c 1 = c2 = c dan
tegangan tarik dan tekan maksimum secara numerik sama:

cr, = -0'2 --
Me M
(5- 1 6)
I s
di mana

S = !_ (5- 1 7 )
c
Mekanika Bahan 277

b
2 balok dengan penampang persegi panjang dengan l ebar h dan tinggi h
adalah satu-satunya modulus potongan untuk penampang . Untuk suatu

(Gambar 5- 1 2a). momen inersia dan modul us penampang adalah

(5- 1 8a.b)

lJntuk penampang lingkaran dengan dtamcter d (Gambar 5- 1 2h). besaran­

b
besaran tersebut adalah

ir.d4 nd3
! ;::; · . -
. . ·­
.
64
S = -
(5- 1 9a.b)
( a)
.
32

Besaran penampang simetris ganda, sepeni penampang tabung. dapal


y
diperoleh secara l angsung dari rumus-rumus di ata'.
Momen inersia untuk berbagai bidang datar dic:mtumkan dalam

lain. kita harus menentukan lokasi sumbu netral. mo m en mer, i a . d:.m modu­
Lampiran D sebagai rujukan yang memudahkan. C ntuk hentuk penampang

lus penampang dengan perhitungan langsung yang m en ggun ak an cara­


cara yang diuraikan dalam B ab 1 2. (Prosedur umum ini digambarb.n

kayu dicantumkan dalam Lampiran E dan F dan dalam bany ak buku-buku


dalam Contoh 5 -4.) Dimensi dan besaran profil baja standar dan balok

I
!---
d
teknik, sebagaimana diterangkan secara lebih rinci dalam wbbab berikut.

(b)
• Pembatasan
Gambar 5-1 2 Bentuk penampang Analisis yang diuraikan dalam subbab i n i adalah untuk lentur mumi balok
simetris ganda prismatis yang terbuat dari bahan ela�tis l inier dan homogen. Jika suatu
balok mengalami lentur tak seragam, maka gaya geser akan menimbulkan
wa1ping (atau distorsi ke luar hidang) pada penampang. Jadi, pada kasus
tersebut suatu penampang yang datar sebelum lentur tidak l agi datar setelah
melentur. Wmping akibat deformasi gcser sangat menyulitkan kita dalam
mempelaj ari perilaku balok. Sekalipun demikian, penelitian-penelitian
secara teliti menunjukkan bahwa perhitungan tegangan normal dari rumus
lentur tidak begitu dipengaruhi adanya tegangan geser berikut warping
yang ditimbulkannya (Ref. 2- J , hal 42 dan 48). Jadi, kita dapat tetap
menggunakan teori lentur murni untuk perhitungan tegangan normal di
halok yang mengalami lentur tak seragam. *
Rumus lentur memberikan has i l yang hanya akurat di daerah balok
di mana distribusi tegangan tidak terganggu oleh pcrubahan bentuk balok
atau diskontinuitas pembebanan. Sebagai contoh. rumus lentur tidak dapat
digunakan di dekat tumpuan balok atau di dekat behan terp u sat.
Ketidakteraturan seperti ini menimbulkan tegangan lokal, atau konsentrasi
tegangan, yang jauh l eb ih besar daripada tegangan yang diperoleh dari
rumus lentur (lihat S ubbab 5 . 1 3) .

*Teori balok dimulai oleh Galileo Galilei ( I 564- 1 642 ), yang mcnyelidiki pcrilaku berbagai jenis
balok. Pcnelitiannya dalam bidang mekanika bahan diuraikan dalam bukunya yang tcrkenal Two New
Scienc es. yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1 63 8 (Ref. 5-2) Meskipun Galilc<> melakukon banyak
penemuan tentang balok, ia tidak mendapatkan distribusi tegangan yang kita gunakan dcwasa ini.

'-3).
Perkembangan lebih lanjut tentang teori balok dilakukan olch Mariotte, Jacob Bernoulli, Euler, Parent.
Saint-Venant. dan lain-lain (Ref. .
278 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

• Contoh 5-2
Sebuah kawat baja berkekuatan tinggi dengan diameter d dibengkokkan di sekeliling

lentur maksimum crmaks di kawat, dengan menganggap d = 4 mm dan R0 = 0,5 m.


drum dengan jari-jari R0 (Gambar 5 - 1 3). Tentukan momen lentur M dan tegangan

(Kawat baja ini mempunyai modulus elastisitas E = 200 GPa dan l imit proporsional
cr = 1 200 MPa.)
P1

Solusi
Gambar 5-1 3 Contoh 5-2. Langkah pertama di dalam contoh ini adalah menentukan radius kelengkungan p
Kawat yang dibengkokkan di kawat yang melentur. Selanjutnya, dengan mengetahui p. kita dapat mencari momen
sekeliling sebuah drum
lentur dan tegangan maksimumnya.
Radius kelengkungan. Radius kelengkungan suatu kawat yang melentur adalah
jarak dari pusat drum ke sumbu netral penampang kawat:

(5-20)

Momen lentur. Momen l entur di kawat dapat diperoleh dari hubungan momen­
kelengkungan (Persamaan 5-1 2):
2£1
M = El =
p 2 Ra + d (5-2 1 )

di mana I adalah momen inersia penampang kawat. Dengan mensubstitusikan I


yang dinyatakan dalam diameter d (Persamaan 5- 1 9a), kita peroleh
nEd 4
M = --.--,---- (5-22)
32(2Ra + d)
Hasil ini diperoleh tanpa meninjau tanda momen lentur karena arah lentur telah
jelas terlihat di dalam gambar.
Tegangan /entur maksimum. Tegangan tarik dan tekan maksimum. yang sama
secara numerik, diperoleh dari rumus l entur (Persamaan 5 - 1 6). Namun, karena
kita hanya tertarik pada besar tegangan maksimum, maka kita dapat mengabaikan
tanda dalam Persamaan (5- 1 6) dan menuliskan rumus berikut:

O"maks = S
M

di mana S adalah modulus penampang untuk penampang lingkaran. Dengan


mensubstitusikan M dari Persamaan (5-22) dan S dari Persamaan (5- 1 9b), kita
peroleh
Ed
a maks __ __ (5-23)
2 Ra + d
=
__

Hasil yang sama dapat diperoleh secara langsung dari Persamaan (5-7) dengan
mengganti y dengan d/2 dan mensubstitusikan p dari Persamaan (5··20).
Dari Gambar 5- 1 3 kita dengan mudah dapat melihat bahwa tegangan adalah
tekan di bagian bawah (atau bagian dalam) dari kawat dan tarik di bagian atas
(atau luar) dari kawat.
Harga numerik. Sekarang kita masukkan data bahan ke dalam Persamaan (5-
22) dan (5-23) dan mempero1eh hasil sebagai berikut:

n(200 GPa)(4 mm) 4


M= nEd 4 = 5' 0 1 N · m
32(2R0 + d) 32[2(0,5 m) + 4mm]
----

Ed (200 GPa)(4 mm) =


(Jmaks 797 MPa
2 !?,; + d 2(0,5 m) + 4mm

Perhatikan bahwa crmak' lebih kecil daripada l imit proporsional kawat baja, sehingga
perhitungannya sah.
Mekanika Bahan 279

Catatan: Karena jari-jari drum jauh lebih besar dibandingkan dengan diameter

pada penyebut di dalam rumus untuk M dan rmaks· Selanjutnya Persamaan (5-22)
kawat, maka kita dapat dengan aman mengabaikan d dibandingkan dengan 2R0

dan (5-23) menghasilkan


M = 5,03 N·m amaks = 800 MPa
Hasil ini ada pada si si konservatif dan berbeda kurang dari 1% dengan harga yang
lebih teliti.

• Contoh 5-3

L 9 ft_j
Sebuah balok sederhana AB dengan panjang bentang L = 22 ft (Gambar 5 - 1 4a)

iUUJ ! ! l �
I 1 ,s
memikul beban terbagi rata dengan intensitas q = I ,5 k!ft dan beban terpusat P =
q k/ft 1 2 k. Beban terbagi rata tersebut meliputi juga berat sendiri balok. Beban terpusat
=

bekerja di titik 9,0 ft dari ujung kiri balok. Balok ini terbuat dari kayu lapis (glued
laminated wood) dan mempunyai penampang dengan lebar b = 8.75 in. dan tinggi
h = 27 in. (Gambar 5- 1 4b). Tentukan tegangan tarik dan tekan maksimum di balok
I L == 22 ft _I
� � ini akibat lentur.
(a)
Solusi
Momen lentur maksimum. Kita mulai analisisnya dengan membuat diagram gaya
geser dan momen lentur (Gambar 5 - 1 4c dan d), dengan menggunakan cara-cara

I
yang telah diuraikan dalam Bab 4. Karena balok ini prismatis, maka tegangan
-- I lentur maksimum teijadi di penampang dengan momen lentur terbesar, yang terletak
I di lokasi di mana tanda gaya geser berubah. Jadi, momen maksimum adalah
b = 8,75 in
Mmaks = 1 52 k-ft
(b)
Modulus penampang. Selanjutnya, kita hitung modulus penampang dengan
V +23,6
menggunakan Persamaan (5- 1 8b):

S= b 1 =
� 7; (8,75 in.)(27 in.)2 = 1063 in.3
Tegangan maksimum. Akhimya, kita tentukan tegangan tarik dan tekan maksimum
a1 dan ac dari Persamaan (5-1 6):
(c )
a1 = a2 = S =
-2 1 ,4 M ( 152 k-ft)( l 2 in./ft)
3 = 1 720 psi ..._
..-
1 063 in.
+ 1 52
= -M =
s
ac = a1 -I 720 psi

Karena momen lentur adalah positif, maka tegangan tarik maksimum ( a1) terjadi
di bawah balok dan tegangan tekan (a) terjadi di atas.
(d)

Gambar 5-1 4 Contoh 5-3.


Tegangan di balok sederhana
L________________________________________________ ______

• Contoh 5-4
Balok ABC yang terlihat dalam Gambar 5 - 1 5a mempunyai tumpuan sederhana di
A dan B dan overstek dari B ke C. Beban terbagi rata dengan intensitas q = 3,0
kN/m bekerja di seluruh panjang balok tersebut. Balok ini terbuat dari tiga plat
baja (tebal t = 1 2 mm) yang dilas membentuk penampang kanal dengan lebar b
= 300 mm dan tinggi h = 80 mm (Gambar 5 - 1 5b). Untuk menentukan besaran
penampang, kita abaikan fillets dan !as, dan asumsikan bahwa penampang terdiri
atas beberapa persegi panjang, seperti terlihat dalam gambar.
280 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

Tentukanlah tegangan tarik dan tekan maksimum di balok ini akibat beban
tersebut.

• Solusi

A�-�I• 1 I lJ I l � : : : J
q = 3.0 k/ft Momen lentur. Tegangan tarik dan tekan maksimum selalu terjadi di penampang
di mana momen lentur mempunyai harga terbesar. Untuk menentukan penampang
tersebut, kita membuat diagram gaya geser dan momen lentur (Gambar 5- 1 5c dan
. . .. . .
J�mi:
c
d), dengan menggunakan cara-cara yang telah disebutkan dalam Bab 4. Perhatikan
m -1
I�B I
I bahwa momen positif maksimum dan negatif maksimum terjadi di penampang di
3.0 m . 1 .5
mana gaya geser berubah tanda. Kedua momen tersebut masing-masing adalah
1 898 kN-m dan -3.375 kN-m.
(a) Sumbu netral penampang. Kita menentukan posisi sumbu netral (sumbu z)
� dengan menentukan pusat berat penampang, seperti terlihat dalam Gambar 5- 1 6.
b = 300 mm Dengan menggunakan cara-cara yang diuraikan dalam Bab 1 2 Subbab 1 2.3, kita
l. j·
V
•1
�"i;;l_l] h A 1 , A 2 , dan A 3 . Lalu kita menetapkan sumbu referensi Z-Z di tepi atas penampang,
membagi penampang ini menjadi tiga persegi panjang yang luasnya masing-masing

dan kita tulis jarak dari sumbu Z-Z ke pusat berat area A 1 dan A 2 masing-masing
t =l 2 mm dengan y 1 dan y2 . Jadi, perhitungan untuk menetapkan pusat berat penampang
t=I2 mm
(b) kanal adalah sebagai berikut

Area 1 : y 1 = t/2 = 6 mm A1 = (b - 2t)(t) = (276 mm)( l 2 mm)


= 3 3 1 2 mm2
Area 2: h = h/2 = 40 mm A 2 = ht = (80 mm)( 1 2 mm)
= 960 mm2
Area 3 : A 3 = A2

L Y ; A; y A + 2 Yz A 2
= i I
(c) IA; A1 + 2 A2
2
mm 2 )
+ 1 .898 kN.m = (6 mm)(33 1 2 mm 2) + 2(40 mm)(960 = 1 8 ' 48 mm
3 3 1 2 mm + 2(960 mm 2 )
c2 h - c1
= 80 mm - 1 8,48 mm = 61 ,52 mm
=

Jadi, posisi sumbu netral (sumbu z) telah ditentukan.


Momen inersia. Untuk menghitung tegangan dari rumus lentur kita harus
-3.375 kN.m menentukan momen inersia penampang terhadap sumbu netral. Perhitungan ini

Dimulai dengan area A 1 , kita peroleh momen inersia /_ terhadap sumbu z


(d) membutuhkan teorema sumbu sejajar (lihat Bab 1 2, Subbab 1 2.5).
,,
Gambar 5-1 5 Contoh 5-4. dari persamaan
Tegangan di suatu balok dengan
overstek (c)
Di dalam persamaan ini, Iz adalah momen inersia area A 1 terhadap sumbu beratnya
,
sendiri:
3
Iz =
,
T2
1
(b - 2t)(t)· = T2
1
(276 mm)( l 2 mm) 3 = 39,744 mm4

)' . J i Y c l
dan d1 adalah jarak dari sumbu berat area A 1 ke sumbu z:
. �
t = l 2 mm
t · · •. 1-
ir==I��::':=:::;:==::I:,l
h=
.. . d1 = c 1 - t/2 = 1 8,48 mm - 6 mm = 1 2,48 mm
---.----
.,_
Dengan demikian, momen inersia area A1 terhadap sumbu z (dari Persamaan c)
adalah

/_ . = 39,744 mm4 + (33 1 2 mm2)(1 2,48)2 = 555.600 mm4


f.l-1 = 12 mm
b = 300 mm ,,

Dengan melakukan ha! yang sama untuk A 2 dan A 3 , kita peroleh

/z = Iz, = 956.600 mm4


2
Gambar 5-1 6 Penampang balok
yang dibahas dalam Contoh 5-4
Mekanika Bahan 281

Jadi, momen inersia penampang /z terhadap pusat beratnya adalah

lz =
I,, + 1,2 + I,, = 2.469 x 1 0 6 mm 4

Modulus penampang. Modulus penampang untuk bagian atas dan bawah


balok masing-masing adalah

= 40. 1 00 mm 3
I
S. = ....L..

(lihat Persamaan 5- 1 5a dan b). Dengan telah diketahuinya besaran-besaran


penampang, maka kita dapat menghitung tegangan maksimum dari Persamaan 5-
14a dan b).
Tegangan maksimum. D i penampang di mana terjadi momen lentur
maksimum, tegangan tarik terbesar terjadi di bawah balok ( a2) dan tegangan tekan
terbesar terjadi di atas (a1 ). Jadi, dari Persamaan ( 5 - 1 4bJ dan (5- 1 4a) kita dapatkan

a, a2
M 1 ,898 kN · m
47,3 MPa
40. 1 00 mm 3
= = =
=

52
1 ,898 kN · m
_ 1 4•2 MPa
1 33.600 mm3
=

Dengan cara sama, tegangan terbesar di penampang di mana momen negatif


maksimum terjadi adalah

- a1 - -
M -3,375 kN · m
-- - 25 ' 3 MPa
_ _ _

1 33.600 mm 3
a, _

51

ac a -3,375 kN · m
M
= = =
3 =
- 84 2 MPa
2 52 40. 1 00 mm
'

Perbandingan antara keempat tegangan ini menunjukkan bahwa tegangan tarik


terbesar di balok adalah 47,3 MPa dan terjadi di bawah ba1ok di penampang
dengan momen lentur positif maksimum; jadi,
(a1)maks. :=
47,3 MPa

Tegangan tekan terbesar adalah -84,2 MPa dan terjadi di bawah balok di penampang
dengan momen negatif maksimum:
( aJmaks = -84,2 MPa ..
Jadi, kita telah menentukan tegangan maksimum akibat beban terbagi rata yang
bekerja di balok.

DESAIN BALOK TERHADAP TEGANGAN LENTUR


Proses mendesain balok membutuhkan peninjauan banyak faktor, termasuk
jenis struktur (pesawat terbang, mobil, jembatan, gedung, dan lain-lain),
bahan yang digunakan, dan biaya yang harus dikeluarkan. Namun, dari
tinjauan kekuatan, pacta akhirnya peninjauan itu bertujuan memilih bentuk
dan ukuran balok sedemikian hingga tegangan aktual di balok tidak
melebihi tegangan izin bahan. Di dalam pembahasan berikut ini, kita akan
meninjau hanya tegangan lentur (yaitu, tegangan yang diperoleh dari rumus
lentur, Persamaan 5 - 1 3) . Selanjutnya, kita akan meninjau efek tegangan
geser (Subbab 5.8, 5.9, dan 5 . 1 0), dan konsentrasi tegangan (Subbab 5 . 1 3).
Dalam mendesain suatu balok untuk menahan tegangan lentur, kita
biasanya mulai dengan menghitung modulus penampang yang diperlukan.
282 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

Sebagai contoh, jika balok mempunyai penampang simetris ganda dan


tegangan izin yang sama untuk tarik dan tekan, kita dapat menghitung
modulus yang diperiukan dengan membagi momen lentur maksimum
dengan tegangan lentur izin untuk bahan (lihat Persamaan 5- 16):

(5-24)

Tegangan izin didasarkan atas besaran bahan dan faktor keamanan yang
dikehendaki. Untuk menjamin bahwa tegangan tidak di1ampaui, kita harus
memilih suatu balok yang menghasilkan modulus penampang sedikitnya
sebesar yang diperoleh dari Persamaan (5-24).
Jika suatu penampang bukan simetris ganda, atau jika tegangan izin
untuk tarik dan tekan berbeda, kita mungkin perlu menentukan dua modu­
lus penampang yang diperlukan - satu berdasarkan atas tarik dan lainnya
Gambar .5-1 7 Mengelas tiga berdasarkan tekan. Selanjutnya kita harus menggunakan balok yang
plat baja besar menjadi memenuhi kedua kriteria.
penampang solid tunggal (Atas Untuk meminimumkan berat dan menghemat bahan, kita biasanya
izin Lincoln Electric Company)
memilih suatu balok yang mempunyai luas penampang paling kecil tetapi
masih tetap memenuhi modulus penampang yang diperlukan (dan juga
memenuhi semua persyaratan desain lainnya).
Balok dapat mempunyai berbagai bentuk dan ukuran untuk memenuhi
berbagai tujuan. Sebagai contoh, balok baja besar difabrikasi dengan
mengelasnya (Gambar 5 - 1 7), balok aluminium biasa dibuat berupa tabung
lingkaran atau persegi panjang, kayu umumnya dipotong dan dilem untuk
memenuhi persyaratan khusus, dan balok beton bertulang biasa dicor
dengan bentuk yang dikehendaki dengan menggunakan cetakan. Selain
itu, balok baja, aluminium, plastik, dan kayu dapat dipesan dalam bentuk
dan ukuran standar dari katalog yang diberikan oleh penyalur dan produsen.
Bentuk-bentuk yang tersedia antara lain sayap lebar. I, siku, kanal, persegi
panjang, dan tabung.

• Balok Dengan Bentuk Dan U kuran Standar

Dimensi dan besaran berbagai jenis balok dicantumkan dalam buku-buku


teknik. Sebagai contoh, bentuk dan ukuran balok baja struktural
distandarisasi oleh American Institute of Steel Construction (AISC), yang
menerbitkan manual yang berisi besaran-besaran penampang (Ref. 5-4).
Tabel di manual AISC memuat dimensi penampang dan besaran-besaran
penting lain seperti berat perfoot panjang, luas penampang, momen inersia,
dan modulus penampang. Besaran balok aluminium dan kayu j uga
ditabelkan serta tersedia pada publikasi oieh Aluminum Association (Ref.
5.5) dan American Forest and Paper Association (Ref. 5-6). Tabel balok
baja dan balok kayu diberikan dalam buku ini untuk digunakan dalam
memecahkan soal-soal (lihat Lampiran E dan F).
Profil baja struktural diberi notasi seperti W 30 x 2 1 1 , yang berarti
bahwa penampang tersebut adalah profil W (juga disebut profil sayap
lebar) dengan tinggi nominal 30 in. dan berat 2 1 1 lb per ft panjang (lihat
Tabel E-1 , Lampiran E). Notasi analog digunakan untuk profil S (juga
disebut balok I) dan profil C (juga disebut kanai), seperti terlihat dalam
Tabel E-2 dan E-3. Profil siku, atau profil L, diberi notasi dengan panjang
Mekanika Bahan 283

L8 x 6 x 1 menunjukkan siku dengan kaki yang tidak sama, satu kaki


kedua kaki dan tebalnya (lihat Tabel E-4 dan E-5) . Sebagai contoh,

panjangnya 8 in dan kaki lainnya mempunyai panjang 6 in., dengan tebal


1 in. Semua profil baja struktural standar dibuat dengan pengerolan (roll­
ing), suatu proses di mana sebongkah baja panas dilewatkan bolak-balik
antara penggiling rolls sampai mempunyai bentuk yang dikehendaki.
Penampang struktural aluminium biasanya dibuat dengan proses
ekstrusi, suatu proses di mana bongkahan aluminium panas didorong
melalui cetakan profil. Karena cetakan mudah dibuat serta bahannya mudah
dikerjakan, maka balok aluminium dapat dibuat dalam bentuk apapun
yang dikehendaki. Bentuk standar seperti balok sayap lebar, balok I, kanal,
siku, tabung, dan profil lain ditabelkan dalam Alwninum Construction
Manual (Ref. 5-5). Selain itu, profil tidak standar juga dapat dipesan.
dan diberi notasi dimensi nominal seperti -+ x 8 1 i n . ) . Dimensi ini
Hampir semua balok kayu mempunyai penampang persegi panjang

menunjukkan ukuran kasar penampang kayu. Dimensi bersih (atau dimensi

kasar telah diamplas agar halus. Jadi, balok kayu 4 x 8 mempunyai dimensi
aktual) balok kayu lebih kecil daripada dimensi nominal jika sisi-sisi
z

aktual 3,5 x 7,25 in. sesudah diamplas. Tentu saja, dimensi bersih kayu

dimensi bersih berikut besaran-besarannya dicanturnkan dalam Lampiran F.


yang diamplas digunakan dalam perhitungan teknik. Dengan demikian,

(a) (b)
• Efisiensi Relatif Berbagai Bentuk Balok

=r£ '1
ly
1
Y Flens Salah satu tujuan dalam mendesain balok ialah untuk menggunakan bahan
I

z_j0
seefisien mungkin di dalam semua batasan yang berasal dari fungsi,
A

penampilan, biaya pelaksanaan, dan sebagainya. Dari tinjauan kekuatan

I h
saja, efisiensi lentur bergantung terutama pada bentuk penampang. B alok
yang paling efisien adalah yang menggunakan bahan sejauh mungkin dari
sumbu netral. Semakin jauh suatu bahan dari sumbu netral, akan semakin
=pJ besar modulus penampangnya - dan semakin besar modulus penampang,
akan semakin besar pula momen lentur yang dapat ditahan (untuk suatu
kondisi tegangan izin).
(c) (d)
Sebagai ilustrasi, tinjaulah penampang berbentuk persegi panjang
Gambar 5-18 Bentuk-bentuk dengan lebar b dan tinggi h (Gambar 5 - 18a). Modulus penampang (dari
penampang balok Persamaan 5- 1 8b) adalah

bh 2 Ah
S = = = 0 , 1 67 Ah (5-25)
6 6
di mana A menunj ukkan luas penampang. Persamaan ini menunjukkan
bahwa penampang persegi panjang dengan luas yang ditentukan menjadi
lebih efisien apabila tinggi h dibesarkan ( dan lebar b dikurangi untuk
membuat luasnya konstan ) . Tentu saj a, acta batas praktek dalam
memperbesar tinggi, karena balok menjadi tidak stabil secara lateral apabila
rasio tinggi terhadap le bar terlalu besar. J adi, suatu balok dengan
penampang persegi panjang yang sangat tinggi akan gaga! karena tekuk
lateral (ke samping), bukan karena tidak cukupnya kekuatan bahan.
Selanjutnya, bandingkan penampang lingkaran solid dengan diam­
eter d (Gambar 5- 1 8b) dengan penampang bujursangkar yang luasnya
sama. Sisi h dari bujursangkar yang mempunyai luas sama dengan lingkaran
adalah h = (d/2) -fii . Modulus penampang untuk masing-masing bentuk
penampang adalah (dari Persamaan 5-1 8b dan 5-1 9b)
284 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

!!___3 7r'V7
;ra
sbujur sangkar =

6
= 48
= 0, 1 1 60d3

nd 3
slingkaran = 0, 0982d3 (5-26a,b)
32

sehingga kita dapatkan

shuiur sanobr
· . e ' = [, [ 8 (5-27)
slmgkaran

Hasil ini menunjukkan bahwa suatu balok berpenampang bujursangkar


lebih efisien dalam menahan lentur dibandingkan balok berpenampang
lingkaran yang luasnya sama. Alasannya, tentu saja, bahwa lingkaran
mempunyai bahan yang relatif lebih banyak di dekat sumbu netral. Bahan
ini mengalami tegangan yang lebih kecil, dan oleh karena itu tidak
berkontribusi banyak pada kekuatan balok.
Bentuk penampang ideal untuk balok yang luas penampangnya
ditentukan A dan tingginya juga ditentukan h akan diperoleh dengan
meletakkan setengah luas pada jarak h/2 di atas sumbu netral dan setengah
lainnya di jarak h/2 di bawah sumbu netraL seperti terlihat dalam Gambar
5 - 1 8c. Untuk bentuk ideal ini, kita dapatkan

l
S = - = 0' 5Ah (5-28a,b)
h/2
Limit teoretis ini didekati dalam praktek dengan penampang sayap lebar
dan penampang I, di mana sebagian besar bahan ada di sayap (Gambar 5-
1 8d). Karena harus ada sebagian bahan di badan, maka kondisi ideal tidak
pemah bisa diwujudkan. Jadi, untuk balok sayap lebar standar, modulus
penampangnya kira-kira
S "' 0,35 Ah (5-29)

yang jauh lebih besar daripada modulus penampang untuk penampang


persegi panjang yang luas dan tingginya sama (lihat Persamaan 5-25).
Alasan yang jelas adalah karena balok sayap Jebar mempunyai paling
banyak bahan di sayap, pada jarak terjauh yang mungkin dari sumbu netraL
Keunggulan lain suatu balok sayap Jebar adalah lebar yang lebih
besar sehingga mempunyai kestabilan lebih besar terhadap tekuk ke
samping, dibandingkan dengan balok persegi panjang dengan tinggi dan
modulus penampang sama. Sebaliknya, dalam prakteknya ada limit
mengenai tipisnya suatu badan dari balok sayap lebar. Jika badan terlalu
tipis, maka badan tersebut akan mudah mengalami tekuk atau mungkin
mengalami kelebihan tegangan geser, suatu topik yang dibahas pada Subbab
5 . 1 0.
Contoh-contoh berikut ini menggambarkan proses pemilihan balok
berdasarkan atas tegangan izin. Di dalam contoh-contoh tersebut hanya
pengaruh tegangan lentur (yang diperoleh dari rumus lentur) yang ditinjau.
Catatan: Dalam menyelesaikan contoh-contoh dan soal-soal yang
membutuhkan pemilihan balok dari tebal dalam lampiran, kita meng­
gunakan aturan sebagai berikut: Jika beberapa pilihan tersedia di dalam
tabel, pilih balok yang paling ringan yang akan memberikan modulus
penampang yang diperlukan.
Mekanika Bahan 285

• Contoh 5-5
Sebuah balok kayu yang ditumpu scdcrhana dengan bentang L = I 2 fl memikul

psi, berat kayu adalah 35 lb/ft , dan b:ll ok tersebut dipikul dalam arah lateral
beban terbagi rata q 420 lb/ft ( Gambar 5 - 1 9) . Tegangan lentur izin adalah 1 800
=

'

dari label dalam Lampiran F.


terhadap tekuk ke samping. Pilihlah ukuran yang memadai untuk balok tersebut

Solusi
Karena kita belum mengetahui berapa herat b �Ji ok. maka kita akan melakukan
perhitungan dengan cara coha-coba sebagai berikut: 1 I 1 Hitung modulus penampang

ukuran coba untuk balok. (3) Tambahkan berat balol dengan beban terhagi rata
yang diperlukan berdasarkan atas heban terbagi rata yang diketahui. (2) Pilih

dan hitung modulus penampang baru yang dibutuhkan. 1 -+ 1 Cek apakah balok yang
telah dipilih tersebut masih memadai . Jika tidak, pilih halok : ang lehih bcsar dan
ulangi prosesnya.
Gambar 5-1 9 Contoh 5-5 . ( 1 ) M omen lentur maksimum di balok terjadi di titik tengah ( lihat Persamaan
Desain .suatu balok kayu yang 4- 1 5):
ditumpu sedcrhana
qL2 (420 lb/ft)( 1 2 ft) 2 ( 1 2 in./ft)
·
Mmaks. = = 90 72 () lb-111 . =

8 8
Modulus penampang yang diperlukan adalah (Persamaan 5-24)
Mmaks 90.7 20 lh-in.
S = = = 50,4 0 in. 3
O'izin 1 800 psi
(2) Dari tabel dalam Lampiran F kita lihat hahwa balok yang paling ringan
yang memberikan modulus penampang sedikitnya 50,40 in 3 terhadap sumbu 1 - 1
adalah balok 3 x 1 2 (dimensi nominal). Balok ini mempunyai modulus penampang
sama dcngan 52,73 in. 3 dan berat 6,8 lb/ft.
(3) Beban terbagi rata di balok menjadi 426,8 lb/ft, dan modulus penampang

( )
yang diperlukan adalah

426,8 lb/ft =
S = (50, 40 in. 3 ) 5 1 ' 22 in. 3
420 lb/ft
(4) Balok yang telah dipilih sebelum ini mempunyai modulus pcnampang
52,73 in 3 . yang lebih besar daripada modulus yang diperlukan 5 1 ,22 in3 .
Dengan demikian, balok 3 x 1 2 in. telah memadai. •

L�--
Catatan: Jika berat jenis kayu bukan 35 lb/ft3 , kita dapat memperoleh bcrat
balok per foot panjang dengan mengalikan harga kolom terakhir dalam Lampiran
F dengan rasio antara berat jcnis aktual dan 35 lb/ft3 .

• Contoh 5-6
P = l 2 kN
Sebuah tiang vertikal yang tingginya 2,5 m harus memikul beban lateral P 12 =

k N d i ujung atasnya (Gambar 5-20). Ada dua rencana yang diusulkan - tiang kayu
solid dan tabung aluminium berlubang. (a) Berapakah diameter minimum d1 yang
diperlukan pada tiang kayu jika tegangan lentur izin di kayu adalah 1 5 MPa? (b)
h = 2 .5 m Berapa diameter luar minimum yang diperlukan d2 untuk tabung aluminium jika
tebal dinding adalah 1/8 dari diameter luar dan tegangan lentur izin di aluminium
adalah 50 MPa?

Solusi
(a) (b) Momen lentur maksimum. Momen maksimum terjadi di dasar tiang dan sama
dengan bcban P dikalikan dengan tinggi h; j adi,
Gambar 5-20 Contoh S-6. (a)

Mmaks = Ph = ( 1 2 kN)(2,5 m) = 30,0 kN·m


Tiang kayu solid, dan (b) tabung
alumunium
286 Bab 5 Tegangan Oi Balok (Topik Dasar)

(a) Tiang kayu. Modulus penampang yang diperlukan 5 1 untuk tiang kayu (lihat
Persamaan 5 - 1 9b dan 5-24) adalah

6 3
SI = 1rd1
3 = Mmaks _30.0 kN · m
- 15 MPa = 0,0020 m3 2 10 X mm
32 <Yiz in
=

Dengan memecahkan diametemya, ldta peroleh


d1 = 273 mm
Diameter yang dipilih untuk tiang kayu hams sama atau lebih besar daripada 273
mm agar tegangan izin tidak terlampaui.

tabung, mula-mula kita hams menentukan momen inersia 12 penampang (lihat


(b) Tabung aluminium. Untuk menentukan modulus penampang 52 pada

d2 - di4 5-10, 7).


Persamaan
=
Tebal dinding tabung adalah di8
sehingga diameter dalam adalah
75d2. Jadi, momen inersia (lihat Persamaan 5-1 9a) adalah

I = � [di - (0,75dd ] = 0,03356di

-- -- 0,033d2!256di = 0 0671 2d23


Modulus penampang sekarang diperoleh sebagai berikut:
s 1
2
2 c '

0, 0
Modulus penampang yang diperlukan diperoleh dari Persamaan (5-24):
kN · m
m3 =
Mmaks 3
S2
=: =
= 0,0006 600 X 1 03 mm3
<Yizm 50 MPa
Dengan menyamakan kedua rumus untuk modulus penampang, kita dapat

( )
menghitung diameter l uar yang diperlukan:

x l0 3 mm.J I/13 = 208 mm


d = 600 0,06712
2 ...
Diameter dalamnya adalah 0,75(208 mm) = 156 mm.

• Contoh 5-7

F'lTITTI m�B
q = 2,000 lb/ft
rata q =
2,000 lb/ft
Balok sederhana AB dengan panjang bentang 21
ft harus memikul beban terbagi
q =
2000 lb/ft yang terdistribusi di sepanjang balok secara tidak penuh seperti

. .r--. -12 I I i
terlihat dalam Gambar 5 -21 .
Dengan meninjau beban terbagi rata dan berat balok,
l\L dan juga dengan menggunakan tegangan izin lentur sebesar psi, pilihlah 1 8000
I •
balok baja stmktural dengan bentuk sayap lebar untuk memikul beban tersebut.
ft ----3---k ft�6 ft
Rs Solusi
RA
Di dalam contoh ini kita menyelesaikan sebagai berikut: ( 1 ) Cari momen lentur
maksimum di balok aldbat beban terbagi rata. (2)
Dengan mengetahui momen
maksimum, ldta mencari modulus penampang yang diperlukan. Pilih balok (3)
sayap lebar coba-coba dari Tabel E- 1 di Lampiran E dan mendapatkan berat
balok. (4) Dengan mengetahui beratnya, kita menghitung momen lentur yang barn
dan modulus penampang yang baru. (5) Tentukan apakah balok yang dipilih masih
memadai. Jika tidak, pilih balok baru dan ulangi prosesnya sampai ukuran balok
- 1 7 . 1 40 yang memadai diperoleh.
Gambar 5-21 Contoh 5-7.
Momen lentur maksimum. Untuk memudahkan pencarian lokasi momen lentur
Desain suatu balok sederhana
maksimum, kita buat diagram gaya geser (Gambar dengan menggunakan 5-21)
dengan beban terbagi rata parsi al cara-cara yang telah diuraikan dalam Bab 4. Sebagai bagian dari proses tersebut,
kita tentukan reaksi di tumpuan:
RA == 18.860 lb RB = 1 7.140 lb
Jarak x1 dari tumpuan kiri ke penampang dengan gaya geser no! diperoleh dari
persamaan
Mekanika Bahan 287

V= RA - qx1 =0
yang berlaku dalam selang 0 :5. x :5. 1 2 ft. Dengan memecahkan X
p
kita peroleh

X
1 =
RA = 1 8.860 lb = 9.430 ft
q 2.000 lb/ft
yang lebih kecil daripada 1 2 ft sehingga perhitungan ini sah.
Momen lentur maksimum terjadi di penampang di mana gaya geser sama
dengan nol; dengan demik:ian,

Mmaks = RAxl - qx;: 2


= 88.920 lb-ft

Modulus penampang yang diperlukan. Modulus penampang yang diperlukan


(hanya berdasarkan atas beban q)
diperoleh dari Persamaan (5-24):
Mmaks (88.920 lb-ft)( l 2 in./ft) = '
S = = 59.3 in.
a izin 1 8 .000 psi

Balok coba-coba. Sekarang kita gunakan Tabel E- 1 dan kita pilih balok
sayap lebar teringan yang mempunyai modulus penampang yang lebih besar
daripada 59,3 in. 3 Balok paling ringan yang modulus penampangnya memenuhi
adalah W 1 2 x 50 dengan S = 64,7 in.3 Balok ini mempunyai berat 50 lb/ft. (lngat
bahwa tabel da1am Lampiran E hanya sebagian saja dari yang tersedia jadi balok
yang lebih ringan mungkin saja ada.)
Sekarang kita menghitung ulang reaksi, momen lentur maksimum, dan modu­
lus penampang yang diperlukan dengan balok yang dibebani oleh beban terbagi
q
rata dan berat sendirinya. Akibat beban kombinasi ini reaksinya ada1ah
RA = 1 9 .380 lb R8 = 17.670 lb
dan jarak ke penampang dengan geser no1 menjadi
x1 = 9,455 ft
Momen lentur maksimum bertambah menjadi 9 1 .600 1b-ft dan modulus penampang
yang dibutuhkan adalah
Mmaks = (9 1 .600 lb-ft)( l 2 in./ft)
S= = 6 1 , 1 in. 3
a izin 1 8.000 psl
Jadi, kita lihat bahwa balok W 1 2 x 50 dengan modulus penampang S = 64,7
in. 3 sudah memadai. •
Jika modulus penampang yang dibutuhkan me1ebihi yang dimiliki balok W
1 2 x 50, maka balok baru dengan modulus penampang lebih besar akan dibutuhkan
dan prosesnya harus diulangi.

• Contoh 5-8
Sebuah tanggul kayu sementara terbuat dari papan-papan horizontal A yang dipikul
oleh tiang-tiang kayu B yang tertanam di tanah sedemikian hingga berlaku sebagai

(dimensi b x b) dan betjarak satu sama lain s = 0,8 m, as ke as. Asumsikan bahwa
balok kantilever (Gambar 5-22). Tiang mempunyai penampang bujursangkar

ketinggian muka air di belakang tanggul sama dengan tinggi total tunggal h = 2.0
m. Tentukan dimensi b minimum yang diperlukan untuk tiang jika tegangan lentur
izin di kayu adalah aizin = 8.0 MPa.

Solusi
Setiap tiang mengalami beban terdistribusi segitiga yang diakibatkan oleh tekanan
air terhadap tiang. Akibatnya, diagram pembebanan untuk setiap tiang adalah
288 BaD 5 Tegangan Di Ba/ok (Topik Dasar)

segitiga (Gambar 5-22c). lntensitas maksimum beban q0 di tiang sama dengan


tekanan air di kedalaman h dikalikan dengan jarak s antartiang:
(a)
di mana y adalah berat jenis air. Perhatikan bahwa q0 mempunyai satuan gay a per
satuan jarak. ymempunyai satuan gaya per satuan volume, dan h serta s mempunyai
satuan panjang.
Karena setiap tiang merupakan balok kantilever, maka momen lentur
maksimum terjadi di dasar dan dinyatakan dengan rumus berikut

Mmaks =

2
()
q0h !.!..
3
=
}'fl 3s
6
(b)

Dengan dernikian, modulus penampang yang diperlukan (Persamaan 5-24) adalah


(a) Tampak atas (b) Tampak
samping (c)

S = b3/6 (lihat Persamaan 5- 1 8b ). Dengan memasukkan rum us untuk S ini ke


Untuk suatu balok dengan penampang bujursangkar, modulus penampang adalah
b
dalam Persamaan (c), maka kita dapatkan rumus untuk dimensi minimum dari
tiang

(d) ..

Harga-harga numerik. Sekarang kita substitusikan harga-harga numerik ke


dalam Persamaan (d) dan mendapatkan

b3
7,848 x 1 06 mm 3
��
<9 •8 1 kN/m 3 )(2,0 m)3 (0,8 m)
= =
0,007848 m 3 =

8,0 MPa
·� qo

b
sehingga
=
(c) Diagram pembebanan
1 99 mm
b

I
Gambar 5-22 Contoh 5-8. Jadi, dimensi minimum yang diperlukan untuk tiang adalah 1 99 mm. Setiap
horizontal A yang ditumpu oleh
Tanggul kayu dengan papan
dimensi yang lebih besar, misalnya 200 mm, akan menjamin hahwa tegangan

I gB lentur aktual akan lebih kecil daripada tegangan izin.

-·5·•7 I BALOK NONPRISMATIS

Teori balok yang dibahas dalam bab ini diturunkan untuk balok prismatis,
yaitu balok lurus yang mempunyai penampang sama di seluruh panjangnya.
B alok nonprismatis biasanya digunakan untuk mengurangi berat dan
memperbaiki tampilan. Balok seperti ini dapat dijumpai pada mobil,
pesawat terbang, mesin, gedung, jembatan, dan banyak aplikasi Jainnya
(Gambar 5-23). Rumus lentur (Persamaan 5-1 3) memberikan harga akurat
yang cukup baik untuk tegangan lentur pada balok nonprismatis apabila
perubahan penampang adalah gradual, seperti terlihat pacta contoh-contoh
dalam Gambar 5-23.
Sekarang tinjaulah bagaimana tegangan lentur bervariasi apabila kita
berjalan di sepanjang sumbu balok. Pada balok prismatis, modulus
penampang S merupakan konstanta sehingga tegangan bervariasi secara
sebanding langsung dengan momen lentur M (karena cr = MIS). Namun,
pada balok nonprismatis, modulus penampang juga bervariasi di sepanjang
sumbu. Dengan demikian, kita tidak dapat mengasumsikan bahwa tegangan
Mekanika Bahan 289

�� �
-;::o- �'
""'

r
i

(b)

le 1

Gambar 5-23 Contoh balok


nonprismatis: (a) lampu jalan, (b)
jembatan dengan balok dan tiang
yang meruncing, (c) batang roda
di pesawat udara, dan (d)
pemegang kunci (a)

maksimum terj adi di penampang dengan momen lentur maksimum.


Kadang-kadang tegangan tersebut terjadi di mana saja, sebagaimana
digambarkan dalam contoh berikut.

• Contoh 5-9
Sebuah balok kantilever yang meruncing (nonprismatis) AB dengan penampang
lingkaran solid memikul beban P di ujung bebas (Gambar 5-24). Diameter d8 di
ujung besar adalah dua kali diameter dA di ujung kecil:
dB =
2
dA
Tentukan tegangan lentur a8 di tumpuan jepit dan tegangan lentur maksimum
(Jmaks·

Solusi
Jika sudut peruncingan balok kecil, maka tegangan lentur yang diperoleh dari
rumus lentur akan berbeda sedikit dari harga eksaknya. Sebagai pedoman dalam
meninjau ketelitian, kita ingat bahwa jika sudut antara garis AB (Gambar 5-24)
dan sumbu longitudinal balok adalah sekitar 20°, maka galat dalam perhitungan
tegangan normal dari rumus lentur adalah sekitar 1 0%. Tentu saja, apabila sudut
peruncingan tersebut berkurang, galat akan berkurang pula.
Modulus penampang. Modulus penampang di sembarang potongan melintang
Gambar 5-24 Contoh 5-9. Balok balok dapat dinyatakan sebagai fungsi dari jarak x yang diukur di sepanjang
kantilever yang meruncing dengan sumbu balok. Karena modulus penampang bergantung pada diameter (Persamaan
penampang lingkaran 5 - 1 9b), maka kita mula-mula hams menyatakan diameter dalam x sebagai berikut:
290 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

(5-30)
di mana dx adalah diameter pada jarak x dari ujung bebas. Dengan demikian,
modulus penampang di jarak x dari ujung bebas adalah

(5-3 1 )

Tegangan lentur. Karena momen lentur sama dengan Px, maka tegangan normal
maksimum di sembarang penampang dinyatakan dalam persamaan
M =
_.£
32Px .
-=.=-:...:..:. ..._ ___,
al (5-32)
= ___ __

S
x 7r[ dA + (dB - dA )(XfL)]3
Kita dapat melihat pada balok ini dengan mudah bahwa tegangan a1 adalah tarik
di bagian atas dan tekan di bagian bawah balok.
Perhatikan bahwa Persamaan (5-30), (5- 3 1 ), dan (5 - 32) berlaku untuk
sembarang harga dA dan dB asalkan sudut peruncingan kecil. Dalam pembahasan
berikut ini, kita tinjau kasus di mana dB = 2dA.
Tegangan maksimum di tumpuanjepit di mana dB = 2dA. Tegangan maksimum
di penampang dengan momen lentur terbesar (ujung B dari balok) dapat diperoleh
dari Persamaan (5-32) dengan memasukkan x = L dan dB = 2dA; hasilnya adalah
4PL
aB = --
3
JrdA (a) •

Tegangan maksimum di balok apabila dB = 2dA. Tegangan maksimum di


penampang yang terletak pada jarak x dari ujung (Persamaan 5-32) untuk kasus
di mana dB = 2dA adalah

-.,...:...=.-'-'--
.:. ,
32Px
Jrdl (1 + x/ L)
a1 -
-
3 (b)

Untuk menentukan lokasi penampang yang mempunyai tegangan lentur terbesar


di balok ini, kita perlu mencari harga x yang membuat a1 maksimum. Dengan
mengambil turunan da/dx dan menyamakan dengan no!, kita dapat memecahkan
harga x yang membuat a1 maksimum; hasilnya adalah
L
X =-
2
Tegangan maksimumnya, yang diperoleh dengan memasukkan s = L/2 ke dalam
Persamaan (b), adalah

amaks = = 4' 74 1
1 28PL PL (c)
27 l Jrd l Jrd
Di dalam contoh ini, tegangan maksimum terjadi di titik tengah balok dan besarnya
1 9% 1ebih besar daripada tegangan di ujung jepit.
Catatan: Jika peruncingan balok berkurang, maka penampang dengan
tegangan normal maksimum bergerak dari titik tengah ke arah tumpuan jepit.
Untuk sudut peruncingan sangat kecil, tegangan maksimum terjadi di ujung B.

• Contoh 5-1 0
Sebuah balok kantilever yang panjangnya L akan didesain untuk memikul beban
terpusat P di ujung bebas (Gambar 5-25). Penampang balok adalah persegi panjang
dengan lebar konstan b. Untuk membantu perencana dalam mendesain balok
tersebut, perencana perlu mengetahui seberapa tinggi balok yang diidealkan perlu
divariasikan agar tegangan normal maksimum di setiap penampang akan sama
dengan tegangan izin aizin· (Balok yang memenuhi kondisi ini disebut balok
Mekanika Bahan 291

bertegangan penuh atau balok dengan kekuatan konstan.) Dengan hanya meninjau
tegangan lentur yang diperoleh dari rumus lentur, tentukan tinggi balok tersebut.

Solusi
Momen lentur dan modulus penampang pada jarak x dari ujung bebas balok
adalah

5 hh;
M= Px =
6
di mana hx adalah tinggi balok pada jarak x. Dengan menggunakan rumus lentur,
kita peroleh

= M = = ---
s bh ;
Gambar 5-25 Contoh 5- 1 0. Px 6Px
(J. (d)
bh; /6
. - --
Balok bertegangan penuh yang IZIO

mempunyai tegangan normal


maksimum konstan ( bentuk teoritis Dengan memecahkan tinggi balok, kita peroleh

r 6Px
dengan tegangan geser diabaikan)
= ..
� baizin
h (e)
x

Di ujung bebas balok, (x = L), tingginya h8 adalah

hs = �L
� baizin
(f)

sehingga kita dapat menyatakan tinggi hx dalam bentuk sebagai berikut:

h, = hs �£ (g) ..

Persamaan terakhir ini menunjukkan bahwa tinggi balok yang bertegangan penuh
bervariasi terhadap akar x. Dengan demikian, balok yang diidealkan mempunyai
bentuk parabolik seperti terlihat dalam Gambar 5-25.
Catatan: Di ujung yang dibebani dari balok (x = 0) tinggi teoretis adalah no!
karena tidak ada momen lentur di titik tersebut. Tentu saja, balok dengan bentuk
seperti ini tidak praktis karena tidak dapat memikul gaya geser di dekat ujung
balok. Sekalipun demikian, dengan mengetahui besaran balok yang bertegangan
penuh dapat merupakan alat bantu bagi perencana dalam mendesain struktur untuk
tegangan maksimum konstan (dan berat minimum). Contoh terkenal suatu struktur
dengan penampang yang bervariasi yang didesain untuk mempertahankan tegangan
maksimum (di dalam limit praktis) adalah pegas daun, seperti yang umum dijumpai
pada mobil dan truk.

--
5.8
I TEGANGAN G ESER Dl BALOK DENGAN PENAMPANG
PERSEGI PANJANG

Apabila suatu balok mengalami lentur mumi, satu-satunya resultan tegangan


yang ada adalah momen lentur dan tegangan yang ada hanyalah tegangan
normal yang bekerja pada penampang. Namun, kebanyakan balok
mengalami beban yang menghasilkan momen lentur dan gaya geser (lentur
tak seragam). Pacta kasus seperti ini, tegangan normal dan tegangan geser
timbul di dalam balok. Tegangan normal dihitung dari rumus lentur (lihat
Subbab 5.5), asalkan balok terbuat dari bahan elastis linier. Tegangan
geser dibahas di dalam subbab ini dan dua subbab setelah ini.
Tinjaulah suatu balok dengan penampang persegi panjang (lebar b
dan tinggi h) yang mengalami gaya geser positif V (Gambar 5-26a).
r
292 3a:: 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

Tegangan gescr r yang bekerja di penampang dapat diasumsikan bekerja


sejajar dengan gaya geser. yaitu, sejajar dengan sisi-sisi vertikal penampang.
Juga dapat diasumsikan bahwa tegangan geser mempunyai distribusi terbagi
rata di seluruh lebar balok, meskipun tegangan tersebut bervariasi terhadap
tingginya. Dengan menggunakan kedua asumsi ini. kita dapat menentukan
intensitas tegangan geser di setiap titik di penampang.
Untuk maksud analisis, kita i solasi elemen kecil mn dari balok
(Gambar 5-26a) dengan memotong antara dua penampang yang berdekatan
dan antara dua bidang horizontal. Berdasarkan asumsi kita, tegangan geser
r yang bekerja di muka depan elemen ini adalah vertikal dan terdistri busi

terbagi rata dari satu sisi balok ke sisi lainnya. Juga. dari pembahasan
tegangan geser pada Subbab 1 .6, kita ketahui bahwa tegangan geser yang
bekerja di satu sisi elemen selalu disertai tegangan geser yang besarnya
sama dan bekerja tegak lurus muka elemen tersebut (lihat Gambar 5-26b
dan c). Jadi, ada tegangan geser horizontal yang bekerja antara lapisan
(a)
horizontal balok sebagaimana juga tegangan geser vertikal yang bekerja

di penampang. Di setiap titik pada balok, tegangan-tegangan geser yang

't �'
saling melengkapi ini mempunyai harga yang sama.
n
Kesamaan tegangan geser horizontal dan vertikal yang bekerja pada
� suatu elemen ini menghasilkan kesimpulan penting tentang tegangan geser
'
di puncak dan dasar balok. Jika kita bayangkan bahwa elemen mn (Gambar
111 5-26a) terletak di atas atau bawah, maka kita lihat bahwa tegangan geser
(b) (c) horizontal harus nol karena tidak ada tegangan di permukaan terluar balok.

perkataan lain r = 0 di mana y ± h/2.


Gambar 5-26 Tegangan geser d i
Karena itu, tegangan geser vertikal juga harus nol di lokasi terscbut; dengan
suatu balok dengan penampang =

persegi panjang Adanya tegangan geser horizontal di suatu balok dapat ditunjukkan
dengan eksperimen sederhana. Letakkan dua balok persegi panjang yang
identik pada tumpuan sederhana dan bebani dengan gaya P, seperti terlihat
dalam Gambar 5-27a. Jika friksi antara balok kecil, maka balok akan
melentur secara independen (Gambar 5-27b). Setiap balok akan mengalami
tekan di atas dan tarik di bawah sumbu netralnya masing-masing. Dengan
demikian, permukaan bawah balok atas akan bergcser terhadap permukaan
(a) atas balok bawah.
Sekarang bayangkan bahwa dua balok dilekatkan di sepanjang
permukaan kontak sehingga keduanya menjadi balok solid tunggal. Apabila
balok ini dibebani, tegangan geser horizontal harus terjadi di sepanjang
permukaan yang dilekatkan untuk mencegah geseran seperti terlihat dalam
Gambar 5-27b. Karena adanya tegangan geser ini, maka balok solid tunggal
(b) selalu jauh lebih kaku dan lebih kuat daripada dua balok yang terpisah.
Gambar 5-27 Lentur pada dua
balok yang terpisah
• Penurunan Rumus Geser
Kita sekarang siap untuk menurunkan rumus untuk tegangan geser r di
balok persegi panjang. Namun, daripada mengevaluasi tegangan geser
vertikal yang bekerja pada penampang, adalah lebih mudah untuk
mengevaluasi tegangan geser horizontal yang bekerja antara lapisan-lapisan
balok. Tentu saja, tegangan geser vertikal mempunyai besar yang sama
dengan tegangan geser horizontal.
Dengan mengingat prosedur ini, kita tinjau sebuah balok yang
mengalami lentur tak seragam (Gambar 5-28a). Kita ambil dua penampang
yang berdekatan mn dan m 1 n 1 yang jaraknya satu sama lain dx, dan
mengisolasi elemen mm 1 n 1 n. Momen lentur dan gaya geser yang bekerja
Mekanika Bahan 293

di muka kiri elemen masing-masing diberi notasi M dan V Karena momen

sumbu balok, maka besaran terse hut di muka kanan diberi notasi M + dM
lentur dan gaya geser dapat bervariasi apabila kita berjalan di sepanjang

dan V + dV.
Karena adanya momen lentur dan gaya geser (Gambar 5-28a), maka
elemen tersebut mengalami tegangan normal dan geser di kedua muka
penampang. Namun, hanya tegangan nom1al yang dibutuhkan di dalam
penurunan berikut sehingga hanya tegangan normal yang ditunjukkan dalam
Gambar 5-28b. Di penampang mn dan m , n ; tegangan normal masing­
masing adalah,
(1\,f -'- d.\f ) y
I
(a. b)

rumus ini, y adalah jarak dari sumbu netral dan I adalah momen inersia
sebagaimana diberikan oleh rumus lentur (Persamaan 5 - 1 3 ). Di dalam

penampang terhadap sumbu netral.


Selanjutnya, kita tinjau subelemen mm 1p 1p dengan mele\\·atkan bidang
horizontal pp 1 melalui elemen mm 1 n 1 n (Gambar 5-28b). Bidang pp 1 berada
pada jarak y 1 dari permukaan netral balok. Subelemen ditunjukkan secara
terpisah dalam Gambar 5-28c. Kita ingat bahwa muka paling atasnya
merupakan bagian dari permukaan atas balok sehingga disini bebas
tegangan. Di muka paling bawahnya (yang sejajar dengan permukaan

r yang ada pada level balok tersebut. Muka potongan melintangnya mp


netral dan mempunyai jarak y 1 darinya) bekerja tegangan geser horizontal

dan m 1p 1 mengalami tegangan lentur 0'1 dan cr2 yang diakibatkan oleh
momen lentur. Tegangan geser vertikal j uga bekerja di muka penampang;
namun, tegangan ini tidak mempengaruhi kesetimbangan subelemen dalam
arah horizontal (arah x), sehingga tidak ditampilkan dalam Gambar 5-28c.

Tampak samping balok Tampak samping elemen


( a) (b)

dx dx
� j
_ _ _ _ , - - - - - -

__ _Q____ __

Gambar 5-28 Tegangan


Tampak samping Potongan melintang
geser di sualu balok dengan

(c)
subelemen (penampang) balok
penampang persegi panjang
(d)
294 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

Jika momen lentur di potongan mn dan m 1 n 1 (Gambar 5-28b) sama


(artinya, j ika balok ini mengalami lentur mumi), maka tegangan normal
a1 dan a2 yang bekerja di sisi mp dan m1p1 dari subelemen (Gambar 5-
28c) juga akan sama. Pada kondisi ini, subelemen akan berada dalam
kesetimbangan akibat aksi tegangan normal saja sehingga tegangan geser
r yang bekerja di muka bawah pp 1 akan hilang. Kesimpulan ini jelas

sekali karena balok yang mengalami lentur mumi tidak mempunyai gaya
geser sehingga tidak ada tegangan geser.
Jika momen lentur bervariasi di sepanjang sumbu x (lentur tak
seragam), maka kita dapat menentukan tegangan geser r yang bekerja di
muka bawah subelemen (Gambar 5-28c) dengan meninjau kesetimbangan
elemen dalam arah x. Kita mulai dengan mengidentifikasi elemen yang
luasnya dA y
pada penampang dengan jarak dari sumbu netral (Gambar 5-
28d). Gaya yang bekerja di elemen ini adalah adA, di mana a adalah
tegangan normal yang diperoleh dari rumus lentur. Jika elemen luas ini
terletak di muka kiri mp dari subelemen ( di mana momen lentumya adalah
M), maka tegangan normal dinyatakan dengan Persamaan (a) sehingga
elemen gaya adalah

a1 dA = -MIy dA
Perhatikan bahwa kita hanya menggunakan harga mutlak dalam persamaan
ini karena arah tegangan sudah jelas dari gambar. Penjumlahan elemen­
elemen gaya yang bekerja di luas muka mp dari subelemen memberikan
gaya horizontal total F1 yang bekerja di muka tersebut:

(c)

Perhatikan bahwa integrasi ini dilakukan pada bagian yang digelapkan


dari penampang yang terlihat dalam Gambar 5-28d, yaitu pada daerah
dari penampang dari = y y1 y
sampai = h/2. Gaya F1 ditunjukkan dalam
Gambar 5-29 pada diagram benda bebas parsial dari subelemen (gaya
, _ _ _ _ t}! _ _ _ _ , vertikal telah dihilangkan).
Dengan cara sama, kita dapatkan bahwa gaya total F2 yang bekerja
Gambar 5-29 Sebagian dari di muka kanan m 1p 1 dari subelemen (Gambar 5-29) adalah
diagram benda bebas subelemen
yang memperlihatkan semua gaya
horizontal
Fz = J O"zdA = JCM +/M)y dA (d)

Dengan mengetahui gaya-gaya F1 dan F2 , kita dapat menentukan gaya


horizontal F3 yang bekerja di muka bawah subelemen.
Karena subelemen berada dalam kesetimbangan, maka kita dapat
menjumlahkan gaya-gaya di dalam arah x dan mendapatkan

F3 = Fz - F l (e)

atau F3 = +
seM /M)y dA - s �y dA = scd�)y dA
Besaran dM dan I di suku terakhir dapat dipindahkan ke luar tanda inte­
gral karena keduanya merupakan konstanta di setiap penampang dan tidak
dilibatkan dalam integrasi. Jadi, rumus untuk gaya F3 menjadi

F3 =
dMfydA
I
(5-33)
Mekanika Bahan 295

Jika tegangan geser r terdistribusi terbagi rata di seluruh lebar b dari


balok, maka gaya F3 adalah
(5-34)
di mana b dx adalah luas muka bawah dari subelemen.
Dengan menggabungkan Persamaan (5 -33) dan (5-34) dan memecah­
kan tegangan geser r, kita dapatkan

r =
dx lb
( )f
dM J... \'ltA
-
(5-35)

Besaran dM!dx sama dengan gaya geser V (lihat Persamaan 4-6) sehingga
persamaan di atas menjadi

(5-36)

Integral dalam persamaan ini dievaluasi di seluruh bagian yang digelapkan


dari penampang (Gambar 5-28d), seperti telah dijelaskan. Jadi, integral
ini merupakan momen pertama dari area yang digelapkan terhadap sumbu
netral (sumbu z). Dengan perkataan lain integral ini adalah momen pertama
(statis momen) dari luas potongan melintang di atas level di mana tegangan
geser r sedang dihitung. Momen pertama ini biasanya diberi simbol Q:
Q = fydA (5-37)

Dengan notasi ini, rumus untuk tegangan geser menjadi

(5-38)

Rumus ini, yang dikenal sebagai rumus geser, dapat digunakan untuk
menentukan tegangan geser r di setiap titik pada suatu penampang dari
balok persegi panjang. Perhatikan bahwa untuk suatu penampang yang
spesifik, gaya geser V, momen inersia /, dan lebar b adalah konstanta.
Namun momen pertama Q (dan juga tegangan geser r) bervariasi terhadap
jarak y1 dari sumbu netral.
Jika level di mana tegangan geser akan dihitung ada di atas sumbu
netral, seperti terlihat dalam Gambar 5 -28d, adalah wajar untuk
mendapatkan Q dengan menghitung momen pertama (statis momen) dari
bagian penampang di atas level tersebut (bagian yang digelapkan dalam
gambar tersebut). Namun, sebagai altematif, kita dapat menghitung momen
pertama dari luas bagian penampang sisanya, yaitu luas di bawah area
yang digelapkan. Momen pertamanya sama dengan negatif dari Q.
Penjelasannya terletak pada kenyataan bahwa momen pertama seluruh
luas penampang terhadap sumbu netral sama dengan nol (karena sumbu
netral melalui pusat berat). Dengan demikian, harga Q untuk area di bawah
level y1 sama dengan negatif dari Q untuk area di atas level tersebut.
Untuk mudahnya, kita biasanya menggunakan area di atas level y1 apabila
titik yang dicari tegangan gesemya ada di bagian atas balok. Sebaliknya,
kita menggunakan area di bawah level y1 apabila titik tersebut ada di
bagian bawah balok.
Lebih j auh lagi, kita biasanya tidak peduli dengan perjanjian tanda
untuk V dan Q. Sebaliknya, kita menganggap semua suku di dalam rumus
r

296 BaD 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

geser sebagai besaran positif dan menentukan arah tegangan geser dengan
tinjauan langsung karena tegangan bekerja di arah yang sama dengan
gaya geser V itu sendiri. Prosedur untuk menentukan tegangan geser ini
diuraikan pada Contoh 5- 1 1 .

!!__ , 0--+-L-- x •
I

:�
4 1j
J
Distribusi Tegangan Geser di Balok Persegi Panjang

__t___ ��-----
Sekarang kita siap untuk menentukan distribusi tegangan geser di suatu

I•
balok dengan penampang persegi panjang (Gambar 5-30a). Momen pertama
b
� Q dari bagian penampang yang digelapkan diperoleh dengan mengalikan

- - b(h - )( + h/2 z- ) = 2b(h24 - Y12 )


(a) luas dengan jarak titik beratnya ke sumbu netral:
.------
2
1 Q = Y1
Y1 Y1 (f)
h

1:
Tentu saja, hasil yang sama ini dapat diperoleh dari integrasi dengan

yf dA fh/2yb dy = b(h2 - 2 )
menggunakan Persamaan (5-37):

{ =
I 2
Q = 1 2 4 Y1
y
(b)
Dengan memasukkan rumus untuk Q ke dalam rumus geser (Persamaan
Gambar 5-30 Distribusi tegangan 5-38), kita dapatkan
geser di suatu balok dengan
penampang persegi panjang: (a)
potongan melintang balok, dan (b)
(5-39)
diagram yang menunjukkan

y1
distribusi tegangan geser secara
parabolik di seluruh tinggi balok.
Rumus ini menunjukkan bahwa tegangan geser di balok persegi panjang

y1 h/2.
bervariasi secara kuadratik terhadap jarak dari sumbu netral. Jadi, jika
diplot di seluruh tinggi balok, r bervariasi seperti terlihat dalam Gambar
5-30b. Perhatikan bahwa tegangan geser adalah nol ketika =±

y1
Harga maksimum dari tegangan geser terjadi di sumbu netral (y 1 =
0) di mana momen pertama Q mencapai harga maksimumnya. Dengan
substitusi = 0 ke dalam Persamaan (5-39), kita dapatkan

(5-40)

di mana A = bh
adalah luas penampang. Jadi, tegangan geser maksimum
di balok dengan penampang persegi panjang adalah 50% lebih besar
daripada tegangan geser rata-rata (yang sama dengan VIA).
Perhatikan sekali lagi bahwa persamaan di atas untuk tegangan geser
dapat digunakan untuk menghitung tegangan geser yang bekerja di
penampang atau tegangan geser horizontal yang bekerja di antara lapisan­
lapisan balok. *

• Pembatasan
Rumus-rumus untuk tegangan geser yang dibahas dalam subbab ini
mempunyai batasan-batasan yang sama dengan rumus lentur, yaitu rumus

*Analisis tegangan geser yang dibahas dalam subbab ini dikembangkan oleh insinyur Rusia D.J.
Jourawski: lihat Ref. 5-7 dan 5-8.
Mekanika Bahan 297

yang digunakan untuk menurunkan rumus tegangan geser. J adi, rumus


untuk tegangan geser hanya berlaku untuk balok dari bahan elastis linier
dengan defleksi kecil.
Dalam hal balok persegi panjang, ketelitian rumus geser bergantung
pacta rasio tinggi terhadap lebar penampang. Rumus ini dapat dipandang
eksak untuk balok yang sangat sempit (tinggi h jauh lebih besar daripada
lebar b). Namun, rumus ini menjadi kurang akurat apabila b bertambah
relatif terhadap h. Sebagai contoh, apabila suatu balok adalah bujursangkar
(b = h), maka tegangan geser maksimum sebenarnya adalah 1 3 % lebih
besar dibandingkan dengan harga yang dihasilkan Persamaan (5-40).
(Untuk pembahasan lebih lengkap tentang pembatasan rumus geser, lihat
Ref. 5-9.)
Kesalahan yang umum dilakukan adalah menerapkan rumus geser
(Persamaan 5-38) pacta bentuk-bentuk penampang di mana rumus tersebut
tidak berlaku. Sebagai contoh, rumus ini tidak berlaku untuk penampang
berbentuk segitiga atau setengah l ingkaran . Cntuk menghindari
penyalahgunaan rumus tersebut, kita perlu mengingat asumsi berikut yang
mendasari penurunan rumus tersebut: ( 1 ) Tepi-tepi penampang harus sejajar
sumbu y (sehingga tegangan geser bekerja sejajar sumbu y), dan (2)
tegangan geser harus terbagi rata di seluruh lebar penampang. Asumsi ini
dapat dipenuhi hanya pacta kasus-kasus khusus seperti yang telah dibahas
di subbab ini dan di dua subbab setelah ini.
Akhimya, rumus geser berlaku hanya untuk balok prismatis. Jika
suatu balok tidak prismatis (misalnya jika balok meruncing), maka tegangan
geser akan berbeda dengan yang dihitung dengan rumus yang diberikan
di sini (lihat Ref. 5-9 dan 5- 10).

• Efek Regangan Geser


Karena tegangan geser r bervariasi secara parabolik di seluruh tinggi
balok persegi panjang, maka regangan geser y = riG juga bervariasi secara
parabolik. Sebagai akibat dari regangan geser ini, penampang balok yang
semula merupakan permukaan datar akan menjadi tidak datar lagi (terjadi
warping). Perubahan bentuk ini ditunjukkan dalam Gambar 5-3 1 , di mana
potongan mn dan pq, yang semula datar, telah menjadi permukaan lengkung
mini dan piqi, dengan regangan geser maksimum terjadi di permukaan
netral. Di titik-titik mp pi' ni' dan q1 regangan geser adalah nol, sehingga
kurva m1n1 dan p1q1 menjadi tegak lurus permukaan atas dan bawah dari
balok.
Jika gaya geser V adalah konstan di sepanjang sumbu balok, pem­
bengkokan (warping) akan sama di setiap penampang. Dengan demikian,
perpanjangan dan perpendekan elemen longitudinal akibat momen lentur
tidak dipengaruhi oleh regangan geser, dan distribusi tegangan normal
akan sama seperti pacta lentur mumi. Terlebih lagi, penyelidikan rinci
dengan menggunakan metode analisis lanjut menunjukkan bahwa warp­
ing penampang akibat regangan geser tidak mempengaruhi regangan lon­
gitudinal secara substansial bahkan sewaktu gaya geser bervariasi secara
kontinu di seluruh panjangnya. Jadi, pacta hampir semua kondisi rumus
Gambar 5·31 Pembengkokan
lentur (Persamaan 5 - 1 3) dapat saja digunakan untuk lentur tak seragam,
(warping) penampang balok akibat
regangan geser meskipun rumusnya diturunkan untuk lentur mumi.
298 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

• Contoh 5-1 1
Sebuah balok metal dengan bentang L = 3 ft ditumpu sederhana di titik A dan B

q = 1 60 lb/in. Penampang balok adalah persegi panjang (Gambar 5-32b) dengan


(Gambar 5-32a). Beban terbagi rata di balok (termasuk beratnya sendiri) adalah

lebar b = I in. dan tinggi h = 4 in. Balok ini secara memadai ditumpu terhadap
tekuk ke samping.
Tentukan tegangan normal ac dan tegangan geser re di titik C, yang terletak

l-
1 in. di bawah tepi atas balok dan 8 in. dari tumpuan kanan. Gambarlah tegangan­
tegangan ini pada suatu elemen tegangan di titik C.

L = 3 ft --� Solusi
(a) Gaya geser dan momen lentur. Gaya geser Vc dan momen lentur Me di potongan
yang melalui titik C dapat dihitung dengan menggunakan cara-cara yang telah
diuraikan dalam Bab 4. Hasilnya adalah
Me = 1 7,92:0 !b-in. Vc = -1 600 lb
Tanda untuk besaran-besaran ini didasarkan atas perjanjian tanda standar untuk
momen lentur dan gaya geser (lihat Gambar 4-5).
Momen inersia. Momen inersia penampang terhadap sumbu netral (sumbu z
dalam Gambar 5-32b) adalah

I = �� = � ( 1 ,0 in.)(4,0 in}
1
= 5,333 in.4

Tegangan normal di titik C. Tegangan normal di titik C diperoleh dari rumus


lentur (Persamaan 5- 1 3) dengan jarak y dari sumbu netral sama dengan 1 ,0 in.;
H
b=
1.0 in.
jadi,
_ My _ (17.920 lb-in.)(I ,O in.) .
ae - - - - - - 3360 ps1
_

(b) I 5,333 in. 4

____... 450 psi Tegangan geser di titik C. Untuk mendapatkan tegangan geser di titik C kita
Tanda negatif menunjukkan bahwa tegangan adalah tekan, sebagaimana diharapkan.

t�
3� !
i 3 60 psi perlu mengevaluasi momen pertama (statis momen) Qc bagian penampang di atas

ditulis Ac) dan j arak pusat berat (ditulis Ye) dari sumbu z; jadi,
titik C (Gambar 5-32b). Momen pertama ini sama dengan hasil kali luas (yang

450 psi �
2
Ac = ( 1 ,0 in.)( l ,O in.) = 1 ,0 in. Ye = 1 ,5 in. Qc = AeYe = 1 ,5 in. 3
(c)
Sekarang kita masukkan harga-harga di atas ke dalam rumus geser (Persamaan 5-
Gambar 5-32 Contoh 5- 1 1 . (a) 38) dan mendapatkan besar tegangan geser:
Balok sederhana dengan beban
Ve Qe ( 1 600 lb)( 1 ,5 in. 3 ) .
terbagi rata. (b) potongan re _
- ---n;-
- (5,333 in. 4 ) ( 1 , 0 in.) -
_
450 psi
_

melintang (penampang) balok,


dan (c) elemen tegangan yang
Arah tegangan ini dapat diperoleh dengan mudah karena tegangan tersebut bekerja
dan geser di titik C.
menunjukkan tegangan normal
dalam arah sama dengan gaya geser. Di dalam contoh ini, gaya geser bekerja ke
atas di bagian kiri balok bila balok dipotong melalui titik C. Cara terbaik untuk
menunjukkan arah tegangan normal dan geser adalah dengan menggambar elemen
tegangan sebagai berikut.
Elemen tegangan di titik C. Elemen tegangan, yang terlihat dalam Gambar
5-32c, dipotong dari sisi balok di titik C (Gambar 5-32a). Tegangan tekan ac =
3360 psi bekerja di muka penampang dari elemen dan tegangan geser re = 450
psi bekerja di muka atas dan bawah selain juga di muka penampang.

• Contoh 5-1 2
Sebuah balok kayu AB yang memikul dua beban terpusat P (Gambar 5-33a)
mempunyai penampang persegi panjang dengan lebar b = I 00 mm dan tinggi
h = 1 50 mm (Gambar 5-33b ). Jarak dari UJung-ujung balok ke lokasi beban adalah
Mekanika Bahan 299

a = 0,5 m. Tentukan harga beban izin maksimum Pmaks jika tegangan izin lentur

horizontal adalah rizin = 1 ,2 MPa. (Abaikan berat sendiri balok.)


adalah Oizin = 1 1 MPa (untuk tarik dan tekan) dan tegangan izin untuk geser

Catatan: Balok kayu jauh lebih lemah dalam geser horizontal (geser sejajar
serat kayu longitudinal) dibandingkan geser tegak lurus serat (geser di potongan
melintang). Dengan demikian, tegangan izin untuk geser tegak lurus serat tidak
dibutuhkan dalam contoh ini.

Solusi
Gaya geser maksimum terjadi di tumpuan dan momen lentur maksimum terjadi di
seluruh daerah antara kedua beban. Harganya adalah

Juga, modulus penampang S dan luas penampang A masing-masing adalah


(a)
S
bh2
A = bh
6
= -

Tegangan normal dan geser di balok diperoleh dari rumus lentur dan geser
(Persamaan 5- 1 6 dan 5-40):
Mmaks 3Vmaks }_!_
amaks

I
6 Pa r
- maks - -
. _ _ _ _

- S bh 2 2A 2bh
z Dengan demikian, harga izin beban P maksimum untuk lentur dan geser masing­
masing adalah

P.
2
a h
- izin b
lentur -
6a
Dengan memasukkan harga-harga numerik ke dalam rumus-rumus di atas, kita
dapatkan
(b) 2
( 1 1 MPa)( I OO mm) ( 1 50 mm)
fientur 8,25 kN =

G a m b a r 5-33 Contoh 5 - 1 2.
6(0,5 m)
B alok kayu dengan beban
= 2( 1 ,2 MPa)( l OO mm)( 1 50 mm) = 1 2, 0 kN
terpusat 3
Jadi, tegangan lentur menentukan desain, dan beban izin maksimum adalah

pmaks = 8,25 kN
Analisis lebih rumit pada balok ini mengharuskan berat sendiri balok diper­
hitungkan, jadi mengurangi beban izin.
Catatan: Di dalam contoh ini, tegangan normal maksimum dan tegangan
geser maksimum tidak terjadi di lokasi sama di balok - tegangan normal mencapai
maksimum di daerah tengah balok di tepi atas dan bawah penampang, dan tegangan
geser mencapai maksimum di dekat tumpuan di sumbu netral penampang. Untuk
sebagian besar balok, tegangan lentur (bukan tegangan geser) menentukan beban
izin.
Meskipun kayu bukan merupakan bahan homogen dan seringkali tidak
menunjukkan perilaku elastis linier, kita masih dapat memperoleh hasil pendekatan
dari rumus lentur dan geser. Hasil pendekatan ini biasanya memadai dalam
mendesain balok kayu.

I
5.9 TEGANGAN G ESER Dl BALOK DENGAN PENAMPANG
LING KARAN
Bila suatu balok mempunyai penampang lingkaran (Gambar 5-34), kita
tidak dapat lagi mengasumsikan bahwa tegangan geser bekerja sejajar
sumbu y. Sebagai contoh, kita dapat dengan mudah membuktikan bahwa
di titik m (di tepi penampang) tegangan geser r harus bekerja menyinggung
tepi. Observasi ini berasal dari fakta bahwa permukaan luar balok tidak
300 Sac 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

mengalami tegangan, sehingga tegangan geser yang bekerja di penampang


tidak dapat mempunyai komponen dalam arah radial.
Meskipun tidak ada cara sederhana untuk mencari tegangan geser
y
yang bekerja di seluruh bagian penampang, kita dapat segera menentukan
tegangan geser di sumbu netral (di mana terjadi tegangan terbesar) dengan

asumsikan bahwa tegangan bekerja sejajar dengan sumbu y dan mempunyai


mengambil asumsi penyederhanaan tentang distribusi tegangan. Kita

intensitas konstan di seluruh lebar balok (dari titik ke p titik q dalam


q Gambar 5-34). Karena asumsi ini sama dengan yang digunakan dalam
menurunkan rumus geser r = VQ!Ib (Persamaan 5-38), maka kita dapat
menggunakan rumus geser tersebut untuk menghitung tegangan di sumbu
netral.
Untuk menggunakan rumus geser, kita membutuhkan besaran berikut

( ; )( �: J
Gambar 5-34 Tegangan geser untuk penampang lingkaran yang mempunyai radius r:

I : 2 3 h = 2 ;
yang bekerja di penampang balok
4 2
yang berbentuk lingkaran =
Q = Ay = n = r (5-4 1 a,b)

Rumus untuk momen inersia I diambil dari Kasus 9 dalam Lampiran D


dan rumus untuk momen pertama (statis momen) Q didasarkan atas rumus
untuk setengah lingkaran (Kasus 1 1 , Lampiran D). Dengan memasukkan
rumus-rumus ini ke dalam rumus geser, kita peroleh
3
VQ V(2 r I3) = 4V = 4V
fmab :=' Jb f (1P'4!4)(2 t) 37rr2 3A
(5-42)

di mana A = n? adalah luas penampang. Rumus ini menunjukkan bahwa


tegangan geser maksimum di balok lingkaran sama dengan 4/3 kali
;y tegangan geser rata-rata VIA.
Jika suatu balok mempunyai penampang lingkaran berlubang

bahwa tegangan geser di sumbu netral adalah sejajar dengan sumbu y dan
(Gambar 5-35), kita juga dapat mengasumsikan dengan ketelitian memadai

terdistribusi terbagi rata di seluruh bagian penampang. Dengan demikian,


kita dapat kembali menggunakan rumus geser untuk mencari tegangan
maksimum. Besaran yang dibutuhkan untuk penampang lingkaran

�h4 �h'
berlubang adalah

Gambar 5-35 Penampang


I = - r]
4
) Q = - In b = 2( 12 - r] ) (5-43a,b,c)
lingkaran berlubang di mana r1 dan r2 masing-masing adalah jari-jari dalam dan luar penampang.

(i
Dengan demikian, tegangan geser maksimum adalah

/ �
J
VQ 4 r + 2 'i r12
r2 + ljk
rmaks = = V (5-44)
lb 3A
di mana
A = n(r22 - lj2 )
adalah l uas penampang. Perhatikan bahwa jika r1 = 0, Persamaan (5-44)
akan berkurang menjadi Persamaan (5-42) untuk balok lingkaran solid.
Meskipun teori di atas untuk tegangan geser di balok dengan
penampang l ingkaran adalah pendekatan, teori tersebut memberikan hasil
yang berbeda hanya beberapa persen dari yang diperoleh dengan
menggunakan teori elastisitas eksak (lihat Ref. 5-9 dan 5- 1 0) . Karena itu,
Persamaan (5-42) dan (5-44) dapat digunakan untuk menentukan tegangan
geser maksimum di balok lingkaran pada keadaan biasa.
l
Mekanika Bahan 301

5.1 0 I TEGANGAN GESER Dl BAD AN BALO K YANG


MEMPUNYAI FLENS
Apabila suatu balok clengan profit sayap (flens) lebar (Gambar 5-36a)
mengalami gaya geser clan momen lentur (lentur tak seragam), maka
tegangan normal clan geser akan terjacli cli potongan melintangnya.
Distribusi tegangan geser cli balok �ayap lebar lebih rumit claripacla cli

clapat bekerj a pacla arah vertikal clan horizontal (arah y clan z), sepcrti
balok persegi panj ang. Sebagai contoh. tegangan gescr cli flens suatu balok

yang clitunjukkan oleh panah kecil clalam Gambar 5-36b. Tegangan geser
horizontal, yang jauh lebih besar claripada tegangan geser vertikal, dibahas
lebih l anjut dalam Subbab 6.7.
Tegangan geser di baclan balok tlem kbar bekerja hanya di arah
vertikal, dengan tegangan terbesar terjacli cli -,umhu netral . Tegangan ini
(a) dapat diperoleh dengan cara yang sama clengan yang kita gunakan dalam
mencari tegangan geser cli balok persegi panj an g .

• Tegangan Geser d i Badan


Kita mulai analisisnya clengan menentukan tegangan geser pacta le\'el ef
cli dalam baclan suatu balok sayap lebar (Gambar 5 -37aJ. Kita akan
membuat asumsi yang sama seperti yang kita gunakan untuk balok persegi

y clan terclistribusi terbagi rata cli seluruh tebal badan. Karena itu, rumus
panjang; yaitu, kita asumsikan bahwa tegangan geser bekerja sejajar sumbu

(h) gcser r = VQ/Jb masih clapat berlaku. Narnun. lehar g sekarang aclalah

bentuk 'ayap lcbar, dan (b) arah lj


Gambar 5-36 ( a ) Balok dengan tebal haclan1; clan luas yang cligunakan clalam menghitung momen pertama
Q aclalah d�erah anta�a garis/e" clan tcpi atas penampang (ditunjukkan
tegangan geser yang bekerja d i clengan daerah yang cligelapkan clalam Gambar 5-37a).
suatu penampang
Dalam mencari momen pertama Q untuk claerah yang digelapkan.

tlens (titik h clan c clalam G ambar 5 -37a). Kesalahan akibat mengabaikan


kita akan mcngabaikan pcngaruh fillets kecil cli pertemuan badan clan

luas fillets tersebut sangat kecil . Selanjutnya kita akan membagi claerah
yang digelapkan menjacli clua persegi panj ang. Persegi panjang pertama
aclalah tlens atas itu sencliri, yang mempunyai luas

A
I = i!!.� _2 _ ':J_j
2)
(a)

cli mana b adalah lebar tlens, h aclalah tinggi total balok, clan h 1 adalah j arak
antara tepi dalam keclua flens. Persegi panj ang keclua aclalah bagian clari
baclan antara e(dan tlens. yaitu persegi panjang efcb, yang mempunyai luas

!Y

Gambar 5-37 Tegangan geser di


badan balok sayap lebar. (a)

(h)
Penampang balok, dan (b) distribusi
tegangan geser vertikal d i hadan (a)
302 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

(b)

di mana t adalah tebal badan dan y1 adalah jarak dari sumbu netral ke
level ef
Momen pertama dari luas A 1 dan A 2 dievaluasi terhadap sumbu netral,

masing pusat beratnya ke sumbu z. Dengan menambahkan momen pertama


diperoleh dengan mengalikan kedua luas tersebut dengan jarak dari masing­

tersebut kita dapatkan momen pertama Q dari daerah gabungan:

A
(
I 2
h1 h /2 - h1 1 2 ) A2 ( YJ +
h1,_
-' 1_
2_-_.::y_,_
·1 )
-
_
Q + +
2 2
Dengan memasukkan A 1 dan A 2 dari Persamaan (a) dan (b) dan
menyederhanakannya, kita peroleh

(5-45)

Dengan demikian, tegangan geser r di badan balok pada jarak y 1 dari


sumbu netral adalah

r = -
VQ
It
=
V [
8 It
2
- b(h - h12 ) +
2
-
t(h1 - 4 y12 ] (5-46)

di mana momen inersia penampang adalah

bh3 (b - t)h{ _!_(bh3 - bh 3


I
I = - =
I
+ th3 ) (5-47)
12 12 ]2
Karena semua besaran dalam Persamaan (5-46) adalah konstanta kecuali
y" maka kita lihat bahwa r bervariasi secara kuadratik di seluruh tinggi
dari badan, seperti terlihat dalam Gambar 5-37b. Perhatikan bahwa variasi
tegangan yang digambar hanyalah untuk badan, tidak mencakup flens.
Alasannya sederhana-Persamaan (5-46) tidak dapat digunakan untuk
menentukan tegangan geser vertikal di tlens balok (lihat pembahasan yang
berjudul "Pembatasan" di subbab ini).

• Tegangan Geser Maksimum dan Minimum

Tegangan geser maksimum di dalam badan dari balok sayap lebar terjadi
pada sumbu netral, di mana y 1 = 0. Tegangan geser minimum terjadi di
mana badan bertemu flens (y1 = ± h /2). Tegangan ini, yang diperoleh dari
Persamaan (5-46), adalah

rmaks r min
V
= -(bh 2 - bhl2
2
+ th, ) (5-48a,b)
8It

B aik rmaks maupun rmin diberi label pada grafik dalam Gambar 5-37b.
Untuk balok sayap lebar yang khas, tegangan maksimum di badan adalah

Meskipun tidak terlihat jelas dari pembahasan di atas, tegangan rmaks


1 0% sampai 60% lebih besar daripada tegangan minimum.

yang diberikan dengan Persamaan (5-48a) bukan saja merupakan tegangan


geser terbesar di badan, tetapi juga merupakan tegangan geser terbesar di
manapun di balok tersebut.
Mekanika Bahan 303

• Gaya Geser di Badan

Gaya geser vertikal yang dipikul oleh badan saja dapat ditentukan dengan
mengalikan luas diagram tegangan geser (Gambar 5-37b) dengan tebal
badan t. Diagram tegangan geser terdiri atas dua bagian, persegi panjang
dengan luas h1 rmin dan segmen parabolik dengan luas
2 (h
3 ,)(rmaks - rmin)

Dengan menjumlahkan kedua luas ini, mengalikannya dengan tebal badan


t, dan menggabungkannya, maka kita dapatkan gaya geser total di badan:

- th,
v
badan - 3 ( 2 rmaks + rmin) (5-49)

Untuk balok dengan proporsi yang khas, gaya geser di badan adalah 90%
sampai 98% dari gaya geser total V yang bekerja di penampang; sisanya
dipikul oleh geser di kedua sayap.
Karena badan menahan sebagian besar gaya geser, maka perencana
sering menghitung harga pendekatan tegangan geser maksimum dengan
membagi gaya geser total dengan luas badan. Hasilnya adalah tegangan
geser rata-rata di badan, dengan mengasumsikan bahwa badan memikul
semua gaya geser:

(5-50)

Untuk balok sayap lebar yang khas, tegangan rata-rata yang dihitung dengan
cara ini adalah sekitar 10% (lebih atau kurang) dari tegangan geser
maksimum yang dihitung dari Persamaan (5-48a). Jadi, Persamaan (5-50)
menyediakan cara sederhana dalam mengestimasi tegangan geser
maksimum.
Catatan: Tegangan geser rata-rata yang diperoleh dari Persamaan (5-
50) tidak sama dengan tegangan geser rata-rata yang diperoleh apabila
tegangan (yang ditunjukkan dalam Gambar 5-37b) dihitung dari rumus
geser r = VQ/Ib. Perbedaannya berasal dari kenyataan bahwa rumus geser
memperhitungkan luas flens, sedangkan Persamaan (5-50) tidak. Karena
itulah •rata-rata dari Persamaan (5-50) dapat lebih besar atau lebih kecil
daripada •maks yang dihitung dari rumus geser.

• Contoh

lebar dengan profil W 1 2 x 35 yang mengalami gaya geser V = 1 0.000 lb.


Sebagai ilustrasi dari perhitungan tegangan geser, tinjaulah balok sayap

Dimensi potongan melintang balok (lihat dalam Gambar 5-37a dan Tabel
E- 1 , Lampiran E) adalah sebagai berikut:
B = 6,56 in.; t= 0,30 in. ; h = 1 2,50 in.; h1 = 1 1 ,46 in
Momen inersia penampang (dari Persamaan 5-47) adalah
1 .
(bh - bh1 + th1 ) = 283 m. 4
3 3 3
I =

12
Momen inersia yang tercantum dalam Tabel E- 1 adalah 285 in4, yang
sedikit lebih besar daripada harga yang dihitung di atas karena ini meliputi
luas fillets.
304 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

Untuk menentukan tegangan geser maksimum dan mimmum, kita


masukkan harga-harga besaran bahan ke dalam Persamaan (5-48a dan b)
dan mendapatkan:

(bh - bh, + th, ) = 2990 psi


V 2 2 2 .
rmaks = 8 /t

'l" nun = -(h - h1 ) = 2410 pSI


Vb 2 2 ·
·

8/t
Dalam hal ini, rasio rmaks terhadap rmin adalah 1 ,24, artinya tegangan
maksimum di badan adalah 24% lebih besar daripada tegangan minimum.
Tegangan geser rata-rata di badan balok (dari Persamaan 5-50) adalah

rrata-rata = 1::._ = 29 1 0 psi


th,
yang hanya 3% lebih kecil daripada tegangan maksimum. Jadi, tegangan
rata-rata (apabila dihitung dengan Persamaan 5-50) adalah pendekatan
yang mudah diperoleh untuk tegangan maksimum dan umumnya cukup
memadai.
Gaya geser di badan (Persamaan 5-49) adalah

(2 rmaks + rmin) = 96 10 lb
th,
vbadan =
3
yang berarti bahwa badan dari balok ini menahan 96% dari gaya geser
total.

• Pembatasan
Teori geser elementer yang disajikan dalam subbab ini memadai untuk
menentukan tegangan geser vertikal di badan dari balok sayap lebar.
Namun, dalam menyelidiki tegangan geser vertikal di sayap, kita tidak
dapat mengasumsikan bahwa tegangan geser adalah konstan di seluruh
lebar penampang, yaitu di seluruh lebar sayap b (Gambar 5-37a). Jadi,
kita tidak dapat menggunakan rumus geser untuk menentukan tegangan
tersebut.
Untuk menekankan hal ini, tinjaulah pertemuan badan dan flens atas
(y1 = h /2), di mana lebar penampang berubah secara mendadak dari t
menjadi b. Tegangan geser di permukaan bebas ab dan cd (Gambar 5-37a)
harus sebesar nol, sedangkan tegangan geser di badan di garis be adalah
rmin · Pengamatan ini menunjukkan bahwa distribusi tegangan geser di
pertemuan badan dan sayap cukup rumit dan tidak dapat diselidiki dengan
metode-metode elementer. Analisis tegangan menjadi lebih rumit dengan
adanya fillets di pojok b dan c. Fillets dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya tegangan yang terlalu besar, tetapi juga mengubah distribusi
tegangan di badan.
Jadi, kita simpulkan bahwa rumus geser tidak dapat digunakan untuk
menentukan tegangan geser vertikal di flens. Namun, rumus geser memang
memberikan hasil yang baik untuk tegangan geser yang bekerja secara
horizontal di flens (Gambar 5-36b ), sebagaimana dibahas kemudian dalam
Subbab 6.7.
Metode yang diuraikan untuk menentukan tegangan geser di badan
dari balok sayap lebar dapat juga digunakan untuk penampang lain yang
mempunyai badan yang tipis. Contoh berikut ini menggambarkan prosedur
untuk balok T.
Mekanika Bahan 305

• Contoh 5-1 3
Sebuah balok yang mempunyai penampang berbentuk T (Gambar 5-38a) mengalami
gaya geser vertikal V = 1 0.000 lb. Dimensi penampang adalah b = 4 in., t = 1 ,0
in., h = 8,0 in., dan h1 = 7,0 in. Tentukan tegangan geser r1 di bagian atas badan
(level nn) dan tegangan geser maksimum rmaks· (Abaikan luas fillets.)

z -....I._
.._ __
h = 8,0 in.
h1 = 7,0 in.

Gambar 5-38 Contoh 5-1 3.


Tegangan geser di badan balok T (a) (b)

Solusi
Lokasi sumbu netral. Sumbu netral balok T ditentukan letaknya dengan menghitung
jarak c1 dan c2 dari atas dan bawah balok ke pusat berat penampang (Gambar 5-
38a). Mula-mula, kita membagi penampang atas dua persegi panjang, bagian flens
(sayap) dan badan (lihat garis putus-putus dalam Gambar 5-38a). Selanjutnya kita
menghitung momen pertama Qaa dari kedua persegi panjang tersebut terhadap
garis aa di bagian bawah balok. Jarak c2 sama dengan Qaa dibagi dengan 1uas A
dari keseluruhan penampang (lihat Bab 1 2, Subbab 1 2.3, untuk metode penentuan
lokasi pusat berat luas gabungan). Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Cz
Qaa 54,5 in. 3
c1 = h
.
= A = 2 = 4 955 m. c2 = 3,045 in.
1 1 ,0 in.
-
'

Momen inersia. Momen inersia I dari keseluruhan penampang (terhadap


sumbu netral) dapat diperoleh dengan menentukan momen inersia Iaa terhadap
garis aa di bawah balok lalu menggunakan teorema sumbu sejajar (lihat Subbab
1 2.5):

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

I = bh _ (b - t)hi
3 2
=
339 , 67 1· n.4 A c2 = 270,02 in.4 I = 69,65 in.4
3 3
aa

Tegangan geser di atas badan. Untuk mendapatkan tegangan geser r1 di atas


badan (di sepanjang garis nn) kita perlu menghitung momen pertama Q1 dari area
di atas level nn. Momen pertama ini sama dengan area tlens dikalikan jarak dari
sumbu netral ke pusat berat flens:
306 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

QI = b(h - hi) cl - ( h �hi )


= (4 in.)( l in.)(3,045 in. - 0,5 in.) = 10, 1 8 in ?

Tentu saja, kita mendapatkan hasil yang sama jika kita menghitung momen pertama
(statis momen) dari area di bawah level nn:

( i)
Q1 = th1 C2 - = ( 1 in.)(7 in.)(4,955 in. - 3,5 in.) = 1 0, 1 8 in?

Dengan memasukkan ini ke dalam rumus geser, kita peroleh


VQ ( 10.000 lb)(I O,l 8 in.3 ) .
r1 - It1 - - 1 460 psi
_ _ _

(69,65 in.4 )( 1 in.)


Tegangan ini terjadi berupa tegangan geser vertikal yang bekerja di penampang
dan berupa tegangan geser horizontal yang bekerja di bidang horizontal antara
flens dan badan.
Tegangan geser maksimum. Tegangan geser maksimum terjadi di badan di
sumbu netral. Dengan demikian, kita menghitung momen pertama Qmaks dari area
di bawah sumbu netral:

Qmaks = tc c
2
(�) = (I in.)(4,955 in.> ( � )
4 95 in.
• = 1 2,28 in. 3

Sebagaimana telah disebutkan sebelum ini, kita dapat memperoleh hasil yang
sama jika kita menghitung momen pertama dari area di atas sumbu netral, tetapi
perhitungan dengan cara ini akan sedikit lebih lama.
Dengan memasukkan angka-angka ini ke dalam rumus geser, kita peroleh
3
VQmaks 2,28 in. ) .
rmaks - ( 1 0.000 lb)(14 I 7 6O ps1
(69,65 in. ) ( 1 in.)
- --
-
It

yang merupakan tegangan geser maksimum di balok.


Distribusi parabolik tegangan geser ditunjukkan dalam Gambar 5-38b.

5·11 I BALOK TERSUSUN DAN ALIRAN G ESER

Balok tersusun dibuat dari dua atau lebih bagian bahan yang digabungkan
untuk membentuk balok tunggal. Balok seperti ini dapat mempunyai

.. .
berbagai bentuk untuk memenuhi kebutuhan arsitektural atau struktural
dan untuk memberikan penampang yang lebih besar daripada yang biasanya
tersedia. Gambar 5-39 menunjukkan beberapa balok berpenampang
(a) tersusun. Bagian (a) dari gambar ini menunjukkan balok boks kayu yang
terbuat dari dua papan, yang berfungsi sebagai flens, dan dua badan kayu
lapis. Bagian-bagian ini digabungkan satu sama lain dengan paku, sekrup,
atau lem sedemikian rupa sehingga beraksi sebagai satu unit tunggal.
Balok boks dapat juga terbuat dari bahan lain, termasuk baja, plastik, dan
komposit.
Contoh kedua adalah balok berlapis berlem (glulam beam) yang
terbuat dari papan-papan yang dilem satu sama lain untuk membentuk
(b) (c) balok yang jauh lebih besar daripada yang dapat dipotong dari sebuah
pohon sebagai elemen struktur tunggal. Balok glulam banyak digunakan
Gambar 5·39 Potongan melin­
dalam konstruksi bangunan gedung kecil.
tang balok tersusun: (a) kotak
kayu, (b) balok glulam (kayu lapis Contoh ketiga adalah girder plat baja yang umumnya digunakan untuk
yang dilem), dan (c) girder pelat jembatan dan bangunan-bangunan besar. Girder ini, terdiri dari tiga buah
Mekanika Bahan 307

plat baja yang disambung dengan pengelasan, dapat dibuat dalam ukuran
yang jauh lebih besar daripada yang saat ini tersedia dengan plens lebar
yang biasa ataupun balok-1.
Balok tersusun harus didesain sedemikian rupa sehingga balok
berperilaku sebagai elemen struktur tunggal. Karena itu, perhitungan desain
meliputi dua tahap. Dalam tahap pertama, balok didesain seolah-olah terbuat
dari satu bagian, dengan memperhitungkan baik tegangan lentur maupun
geser. Dalam tahap kedua, sambungan antara bagian-bagian (seperti paku,
baut, lasan, dan lem) didesain untuk menjamin bahwa balok memang
berperilaku sebagai satu kesatuan tunggal. Khususnya, sambungannya harus
cukup kuat untuk menyalurkan gaya geser horizontal yang bekerja antara
bagian-bagian balok. Untuk mendapatkan gaya-gaya ini, kita menggunakan
konsep aliran geser.

• Aliran Geser (Shear Flow)


Untuk mendapatkan rumus gaya geser horizontal yang bekerja antara
bagian-bagian balok, kita kembali meninjau penurunan rumus geser (lihat
Gambar 5-28 dan 5-29 dalam Subbab 5.8). Dalam penurunan tersebut,
kita memotong elemen mm1n1n dari suatu balok (Gambar 5-40a) dan
meninjau keseimbangan horizontal subelemen mm1p1p (Gambar 5-40b).
Dari keseimbangan horizontal subelemen tersebut, kita dapatkan gaya F3
(Gambar 5-40c) yang bekerja di permukaan bawah:

F3 = 7f
d
ydA (5-5 1 )

Persamaan ini diulang dari Persamaan (5-33) dari Subbab 5.8.


(a) Sekarang kita definisikan besaran baru yang disebut aliran geser f
Aliran geser adalah gaya geser horizontal per satuan jarak di sepanjang
sumbu longitudinal dari balok. Karena gaya F3 bekerja di sepanjang jarak
dx, maka gaya geser per satuan jarak sama dengan F3 dibagi dx; jadi,

f=
F3
dx
=
dM !
..
dx I
( )f ydA
X

I I
Dengan mengganti dM/dx dengan gaya geser V dan menulis integral dengan

I I
dx
Q, kita dapatkan rumus aliran geser:
I
(b)
c _ _ _
VQ
f = (5-52)
I
Persamaan ini memberikan aliran geser yang bekerja di bidang horizontal
pp1 yang ditunjukkan dalam Gambar 5-40a. Besaran V, Q, dan I mempunyai
arti yang sama dengan yang digunakan dalam rumus geser.
Jika tegangan geser di bidang pp 1 terdistribusi terbagi rata,
sebagaimana kita asumsikan untuk balok persegi panjang dan balok sayap
lebar, aliran geser f akan sama dengan rb. Dalam kasus tersebut, rumus
aliran geser akan menjadi rumus geser (Persamaan 5-38). Namun,

dx l
penurunan Persamaan (5-5 1 ) untuk gaya F3 tidak melibatkan asumsi apapun
tentang distribusi tegangan geser di balok. Sebaliknya, gaya F3 diperoleh
(c) hanya dari keseimbangan horizontal subelemen (Gambar 5-40c). Dengan
demikian, kita sekarang dapat menginterpretasikan subelemen dan gaya
Gambar 5-40 Gaya geser tegang­
F3 dalam bentuk yang lebih umum daripada sebelumnya.
an geser horizontal di sebuah
Subelemen dapat berupa sebarang blok prismatis antara potongan
dari Gambar 5-28 dan 5-29
balok. Gambar-gambar ini diulang
melintang mn dan m1n1 (Gambar 5-40a). Subelemen ini tidak harus
308 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

diperoleh dengan membuat potongan horizontal tunggal (seperti pp 1 )


melalui balok. Juga, karena gaya F3 adalah gaya geser horizontal total
yang bekerja antara subelemen dan bagian lain dari balok, maka gaya ini
dapat terdistribusi di sisi-sisi manapun dari subelemen, tidak hanya di
permukaan bawah. Komentar yang sama ini berlaku untuk aliran geser f,
karena ini hampir serupa dengan gaya F3 per satuan jarak.
Sekarang kita kembali ke rumus aliran geser f = VQ/1 (Persamaan 5-
5 2). Besaran V dan I mempunyai arti sebagaimana biasa dan tidak
a a
dipengaruhi oleh pemilihan subelemen. Namun, momen pertama Q adalah
besaran dari muka potongan melintang subelemen. Untuk menggambarkan
z ----l'tf O
bagaimana Q ditentukan, kita akan meninjau tiga contoh khusus tentang
balok tersusun (Gambar 5-4 1 ).

• Daerah yang Digunakan Untuk Menghitung Momen Pertama Q


(a) Contoh pertama balok tersusun adalah girder plat baja yang dilas (Gambar
5-4 l a). Las harus dapat menyalurkan gaya geser horizontal yang bekerja
antara sayap dan badan. Di sayap atas, gaya geser horizontal (per satuan
jarak di sepanjang sumbu balok) adalah aliran geser di sepanjang permuka­
an kontak aa. Aliran geser ini dapat dihitung dengan mengambil Q sebagai
momen pertama dari luas potongan melintang di atas permukaan kontak
aa. Dengan perkataan lain, Q adalah momen pertama dari luas flens (terlihat
z ----fM O
digelapkan dalam Gambar 5-4 1 a), yang dihitung terhadap sumbu netral.
Sesudah menghitung aliran geser, kita dapat secara langsung menentukan
jumlah las yang diperlukan untuk menahan gaya geser, karena kekuatan
(b)
las biasanya ditetapkan dalam gaya per satuan jarak di sepanjang las.
Contoh kedua adalah balok sayap lebar yang diperkuat dengan profil
kanal yang dikeling ke masing-masing flens (Gambar 5-4l b). Gaya geser
horizontal yang bekerja antara setiap kanal dan balok utama harus
c d disalurkan oleh paku keling. Gaya ini dihitung dari rumus aliran geser
dengan menggunakan Q sebagai momen pertama keseluruhan kanal (terlihat

z 0
digelapkan dalam gambar). Aliran geser yang diperoleh adalah gaya lon­
gitudinal per satuan jarak yang bekerja di sepanjang permukaan kontak
bb, dan paku keling harus mempunyai ukuran dan jarak longitudinal yang
memadai untuk menahan gaya ini.
Contoh terakhir adalah balok boks kayu dengan dua flens dan dua
badan yang disambung oleh paku atau sekrup (Gambar 5-4 l e). Gaya geser
(c) horizontal total antara flens atas dan badan adalah aliran geser yang bekerja
Gambar 5-41 Luas yang di­
di sepanjang permukaan kontak c c dan dd, dan karenanya, momen pertama
gunakan dalam menghitung Q dihitung untuk flens atas (daerah yang digelapkan). Dengan kata lain,
momen pertama Q aliran geser yang dihitung dari rumus f = VQ/1 adalah aliran geser total
di sepanjang semua permukaan kontak yang mengelilingi area yang
digunakan untuk menghitung Q. Dalam hal ini, aliran geser f ditahan oleh
aksi gabungan dari paku-paku kedua sisi balok, yaitu baik pada cc maupun
dd, sebagaimana digambarkan dalam contoh berikut.

• Contoh 5-1 4
Balok boks kayu (Gambar 5-42) terbuat dari dua papan, masing-masing mempunyai
potongan melintang 40 mm x 1 80 mm, yang berfungsi sebagai flens dan dua
badan kayu lapis, yang tebalnya 1 5 mm. Tinggi total balok adalah 280 mm. Kayu
lapis ini disambung ke flens dengan menggunakan sekrup kayu yang mempunyai
Mekanika Bahan 309

Potongan melintang Tampak samping


Gambar 5-42 Contoh 5 - 1 4.
Balok kotak (boks) kayu (a) (b)

di penampang adalah 10,5 kN , tentukan jarak longitudinal izin maksimum sekrup


beban izin geser F = 1 1 00 N untuk satu sekrup. Jika gaya geser V yang bekerja

s (Gambar 5-42b).

Solusi
Aliran geser. Gaya geser horizontal yang disalurkan antara flens atas dan kedua
badan dapat diperoleh dari rumus aliran geser f = VQ/I, di mana Q adalah momen
pertama dari luas flens tersebut. Untuk mendapatkan momen pertama, kita kalikan
luas At dari flens dengan jarak d dari pusat beratnya ke sumbu netral:

At = 40 mm x 1 80 mm = 7200 mm2
t
d = 1 20 mm
Q = A;Jt = (7200 mm2) ( 1 20 mm) = 864 x 1 03 mm3
t

Momen inersia keseluruhan penampang terhadap sumbu netral sama dengan momen
inersia persegi panjang yang luar dikurangi momen inersia "lubang" (persegi
panjang dalam):
1 1
I = }2 (210 mm)(280 mm)3 - 12 ( 1 80 mm)(200 mm)3 = 264,2 x 106 mm4

Dengan memasukkan V, Q, dan I ke dalam rumus aliran geser (Persamaan 5-52),


kita peroleh
3
VQ (10.500 N)(864 x 1 0 mm 3 )
!= = 34' 3 N/mm
264,2 x 1 06 mm4
=

I
yang merupakan gaya geser per mm panjang yang harus disalurkan antara flens
dan kedua badan.
Jarak sekrup. Karena jarak longitudinal sekrup adalah s, dan karena ada dua
garis sekrup (satu di masing-masing sisi flens), maka kapasitas beban sekrup
adalah 2F per jarak s di sepanjang balok. Dengan demikian, kapasitas sekrup per
jarak satuan di sepanjang balok adalah 2F/s. Dengan menyamakan 2F/s dengan
aliran geser f dan memecahkan jarak s, kita dapatkan
2F 2( 1 100 N)
s = = = 64' 1 mm
f 34,3 N/mm
Harga s ini adalah jarak izin maksimum antara sekrup, berdasarkan atas beban izin
per sekrup. Setiap jarak yang lebih besar daripada 64, 1 mm akan menyebabkan
sekrup kelebihan beban. Untuk memudahkan pembuatan, dan agar aman, jarak s
= 60 mm akan dipilih.

5· 1 2
I BALOK DENGAN BEBAN AKSIAL
Elemen struktural sering mengalami aksi simultan beban lentur ctan beban
aksial. Ini teij acti, sebagai contoh, pacta rangka pesawat, kolom pacta gectung,
mesin, bagian-bagian kapal, ctan pesawat luar angkasa. Jika elemen struktur
31 0 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

tidak terlalu ramping, maka tegangan gabungan dapat diperoleh dengan


superposisi tegangan lentur dan tegangan aksial.
Untuk melihat bagaimana hal ini dicapai, tinjau balok kantilever yang
terlihat dalam Gambar 5-43a. Satu-satunya beban di balok adalah gaya
miring P yang bekerja melalui pusat berat penampang terakhir. Beban ini
Q
+- - -;llf:
p dapat diuraikan menjadi dua komponen, beban lateral Q dan beban aksial
:L- � s
S. Kedua beban ini menghasilkan resultan tegangan dalam bentuk momen
lentur M, gaya geser V, dan gaya aksial N di seluruh bagian balok (Gambar
5-43b ). Pacta potongan melintang yang khas, jarak x dari tumpuan, resultan
(a) tegangan ini adalah
M = Q(L - x) V = -Q N = S
di mana L adalah panjang balok. Tegangan yang berkaitan dengan masing­
masing resultan tegangan ini dapat ditentukan di sembarang titik pacta
penampang dengan menggunakan rumus yanag tepat (a = -My/1, r = VQ/
lb, dan a = N/A).
(b) Karena baik gaya aksial N maupun momen lentur M menimbulkan
tegangan normal, maka kita perlu menggabungkan tegangan tersebut untuk
mendapatkan distribusi tegangan akhir. Gaya aksial (apabila bekerja sendiri)
menghasilkan distribusi tegangan terbagi rata a = NIA di seluruh bagian
penampang, sebagaimana ditunjukkan oleh diagram tegangan dalam
8:l 8:l 8:l 8:l 8:l
Gambar 5-43c. Dalam contoh khusus ini, tegangan a adalah tarik, sebagai­
mana ditunjukkan dengan tanda positif di dalam diagram.
(c) (d) (e) (f) (g) Momen lentur menghasilkan tegangan yang bervariasi secara linier a
= -My// (Gambar 5-43d) dengan tekan di bagian atas balok dan tarik di
bagian bawah. Jarak y diukur dari sumbu z, yang melalui pusat berat
Gambar 5-43 Tegangan normal
di balok kantilever yang
mengalami beban lentur dan penampang.
beban aksial: (a) balok dengan Distribusi akhir tegangan normal diperoleh dengan menggabungkan
beban P yang bekerja di ujung tegangan-tegangan yang dihasilkan oleh gaya aksial dan momen lentur,
bebas, (b) resultan tegangan yang
bekerja di potongan melintang sebagai berikut:
pada jarak x dari tumpuan, (c)
tegang-an tarik akibat gaya aksial (5-53)
N yang bekerja sendiri, (d)
tegangan tarik dan tekan akibat
Perhatikan bahwa N adalah positif apabila menimbulkan tarik dan M adalah
sendiri, dan (e), (f), (g) distri-busi
momen Jentur M yang bekerja
positif menurut perjanjian tanda momen lentur (momen lentur positif
tegangan akhir yang mungkin menghasilkan tekan di bagian atas balok dan tarik di bagian bawah). Juga,
akibat efek gabungan N dan M sumbu y adalah positif ke atas. Selama kita menggunakan perjanjian tanda
ini dalam Persamaan (5-53), tegangan normal a akan positif untuk tarik
dan negatif untuk tekan.
Distribusi tegangan akhir bergantung pacta harga aljabar relatif dari
suku-suku dalam Persamaan (5-53). Untuk contoh ini, ketiga kemungkinan
ditunjukkan dalam Gambar 5-43e, f, dan g. Jika tegangan lentur di atas
balok (Gambar 5-43d) secara numerik lebih kecil daripada tegangan aksial
(Gambar 5-43c), keseluruhan penampang akan mengalami tarik, seperti
terlihat dalam Gambar 5-43e. Jika tegangan lentur di atas sama dengan
tegangan aksial, maka distribusinya akan segitiga (Gambar 5-43f), dan
jika tegangan lentur secara numerik lebih besar daripada tegangan aksial,
maka sebagian penampang tersebut akan mengalami tekan dan sisanya
mengalami tarik (Gambar 5-43g). Tentu saja, jika gaya aksial adalah gaya
tekan, atau jika momen lentur berlawanan arah, distribusi tegangan akan
berubah juga.
Kapan saja beban aksial da'l lentur bekerja bersamaan, maka sumbu
netral (y.1itu garis di penampang di mana tegangan normal sama dengan
Mekanika Bahan 31 1

nol) tidak lagi melalui pusat berat penampang. Seperti terlihat dalam
Gambar 5-43e, f, dan g, berturut-turut, sumbu netral dapat berada di luar,
di tepi, atau di dalam penampang.
Penggunaan Persamaan (5-53) untuk menentukan tegangan di balok
dengan beban aksial digambarkan dalam Contoh 5-15.

• Beban Aksial Eksentris


Beban aksial eksentris adalah gaya aksial yang tidak bekerja melalui
pusat berat penampang. Contohnya terlihat dalam Gambar 5-44a, di mana
balok kantilever AB mengalami beban tarik P yang bekerja pada jarak e
dari sumbu x (sumbu x melalui pusat berat penampang). Jarak e, yang
�+1:--- x disebut eksentrisitas beban, adalah positif di arah positif sumbu y.
Beban eksentris P secara statis ekivalen dengan beban aksial P yang
(a) bekerja di sepanjang sumbu x dan momen lentur Pe yang bekerja terhadap
sumbu z (Gambar 5-44b). Perhatikan bahwa momen Pe adalah momen
lentur negatif.

sumbu y dan z melalui pusat berat C penampang. Beban eksentris P


Tampak potongan melintang balok (Gambar 5-44c) menunjukkan

berpotongan dengan sumbu y, yang merupakan sumbu simetri.


(b)
Karena gaya aksial N di sembarang penampang sama dengan P, dan
karena momen lentur M sama dengan -Pe, maka tegangan normal di
sembarang titik di batang (dari Persamaan 5-53) adalah

(5-54)

8 sumbu z. Distribusi tegangan yang diperoleh dari Persamaan (5-54), untuk


di mana A adalah luas penampang dan I adalah momen inersia terhadap

(c) (d) kasus di mana P dan e positif, terlihat dalam Gambar 5-44d.
Posisi sumbu netral nn (Gambar 5-44c) dapat diperoleh dari Persamaan
(5-54) dengan mengatur tegangan Cf sama dengan nol dan memecahkan
P Pe
Gambar 5-44 (a) Balok

eksentris P, (b) beban dan


kantilever dengan beban aksial
koordinat y, yang sekarang kita sebut y0 • Hasilnya adalah
ekivalen, (c) potongan melintang I
balok, dan (d) distribusi tegangan Yo = - ­
Ae (5-55)

Koordinat y0 diukur dari sumbu z (yang merupakan sumbu netral akibat


normal di potongan melintang

lentur mumi) ke garis nn yang bertegangan nol (sumbu netral akibat


beban lentur dan aksial). Karena y0 adalah positif dalam arah sumbu y (ke
atas dalam Gambar 5-44c), maka ini diberi label -y0 apabila digambarkan
ke bawah dalam gambar.

sumbu z apabila e positif dan di atas sumbu z apabila e negatif. Jika


Dari Persamaan (5-55) kita lihat bahwa sumbu netral terletak di bawah

eksentrisitas berkurang, maka jarak y0 bertambah dan sumbu netral bergerak


menjauhi pusat berat. Limitnya, apabila e mendekati nol, adalah beban
bekerja di pusat berat, sumbu netral terletak pacta jarak tak hingga, dan
distribusi tegangan terbagi rata. Jika eksentrisitas bertambah, maka jarak
y0 berkurang dan sumbu netral bergerak menuju pusat berat. Limit lain
terjadi apabila e menjadi sangat besar, berarti beban bekerja pada jarak
tak hingga, sumbu netral melalui pusat berat, dan distribusi tegangan
sama dengan yang terdapat pada kasus lentur mumi.
Beban aksial eksentris dianalisis pada beberapa soal di akhir bab ini
(lihat Soal 5. 1 2- 1 3 sampai 5 . 12-19).
31 2 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

• lnti Penampang
Jika beban aksial bekerja dengan eksentrisitas kecil, maka sumbu netral
dapat berada di luar balok, sebagaimana diterangkan dalam bab sebelum
ini. Pada saat ini terjadi, tegangan normal akan mempunyai tanda sama di
seluruh penampang, dan balok akan seluruhnya mengalami tarik atau
seluruhnya mengalarni tekan.
Kondisi ini penting, sebagai contoh, apabila beban tekan bekerja di
bahan yang sangat lemah terhadap tarik, seperti beton, batu, atau keramik.
Pada bahan tersebut kita harus yakin bahwa beban menghasilkan hanya
tekan di penampang. Untuk melihat bagaimana ini dicapai, tinjau contoh
dalam Gambar 5-45a. Di dalam contoh ini, beban aksial tekan P bekerja
(a) dengan eksentrisitas e di kolom persegi panjang dengan lebar b dan tinggi

y
h. Apabila e kecil, maka sumbu netral nn terletak di luar kolom dalam
arah y (Gambar 5-45b) dan seluruh penampang mengalami tekan. Apabila
beban bergerak dalam arah y positif dan eksentrisitas e bertambah, maka
sumbu netral bergerak mendekati tepi penampang. Pada saat sumbu netral
mencapai tepi penampang (y0 = -h/2, atau -y0 = -h/2), distribusi tegangan
menjadi segitiga tetapi seluruhnya masih berupa tekan. Dengan semakin
meningkatnya e, sumbu netral akan bergerak ke dalam penampang dan
bagian dari kolom ini sekarang berada dalam keadaan tarik.
Harga maksimum dari eksentrisitas agar semua kolom mengalami
(b)
tekan terjadi apabila sumbu netral berada di tepi penampang, yaitu pada
Gambar 5-45 Beban tekan P saat y0 sama dengan -h/2. Harga eksentrisitas e1 tersebut diperoleh dari
yang bekerja di kolom persegi
Persamaan (5-55):
panjang

I bh3 / 1 2 h
--- =
(5-56)
A(- h/2) (bh)(h/2) 6

Jadi, selama eksentrisitas lebih kecil daripada h/6, seluruh penampang


akan mengalarni tekan. (lngat bahwa hasil ini berlaku hanya pada balok
dengan penampang persegi panjang.)
Analisis yang sama dapat dilakukan untuk beban tekan yang bekerja
di sepanjang sumbu y negatif. Dalam hal ini, sumbu netral ada di sisi
kolom di mana y adalah positif dan harga eksentrisitas yang membatasi
adalah e1 = -h/6.
Dengan demikian, kita sampai pada kesimpulan berikut: Jika beban
P diterapkan pada sumbu y dengan eksentrisitas antara h/6 dan -h/6,
maka seluruh penampang akan mengalami tekan. Karena selang harga ini
menandakan bahwa P terletak di dalam sepertiga tinggi h, maka kalimat
tersebut dikenal dengan aturan sepertiga tengah. Aturan ini berlaku hanya
pada penampang persegi panjang; untuk penampang berbentuk lain,
eksentrisitas yang membatasi akan mempunyai harga yang berbeda.
Analisis yang sama dengan yang disebutkan di atas dapat dilakukan

disebuah titik pada sumbu z. Selanjutnya kita dapatkan bahwa seluruh


untuk kolom persegi panjang dalam Gambar 5-45 apabila beban P bekerja

kolom mengalarni tekan selama bebannya bekerja dengan eksentrisitas


antara b/6 dan -b/6. Jadi, kita simpulkan bahwa ada daerah kecil yang
mengelilingi pusat berat C sedemikian rupa sehingga seluruh elemen
struktur berada dalam keadaan tekan selama beban bekerja di dalam daerah
tersebut. Daerah ini disebut inti atau kern dari penampang. Dengan
pertolongan aturan sepertiga tengah dan beberapa analisis tambahan, adalah
mungkin untuk membuktikan bahwa inti persegi panjang adalah rhombus
l

Mekanika Bahan 31 3

dengan diagonal yang panjangnya h/3 dan b/3 (Gambar 5-46).* Inti dari
bentuk penampang lainnya ditentukan dalam Soal 5 . 1 2-20 sampai 5 . 1 2-24
di akhir bab ini.

• Pembatasan
Analisis terdahulu mengenai balok dengan beban aksial didasarkan atas
asumsi bahwa momen lentur dapat dihitung tanpa meninjau defleksi balok.
Dengan perkataan lain, dalam menentukan momen lentur M untuk di­
gunakan dalam Persamaan (5-53), kita harus dapat menggunakan dimensi

1 b�
semula dari balok-dimensi sebelum terjadinya deformasi atau defleksi.
-
Penggunaan dimensi semula adalah sah asalkan balok relatif kaku terhadap

Gambar 5-46 Inti penampang


lentur, supaya defleksi yang terjadi sangat kecil.
Jadi, dalam menganalisis suatu balok dengan beban aksial, adalah
persegi panjang penting untuk membedakan antara balok gemuk, yang relatif pendek
sehingga mempunyai tahanan besar terhadap lentur. dan balok langsing,
yang relatif panjang sehingga sangat fleksibel. Dalam hal balok gemuk,
defleksi lateralnya sedemikian kecil sehingga tidak ada efek signifikan ter­
hadap garis kerja gaya aksial. Akibatnya, momen lentur tidak akan bergan­
tung pada defleksi dan tegangan dapat diperoleh dari Persamaan (5-53).
Dalam hal balok langsing, defleksi lateral (meskipun kecil) cukup
besar untuk mengubah garis kerja gaya aksial. Apabila hal ini terjadi,
momen lentur tambahan, yang sama dengan hasil kali gaya aksial dan
defleksi lateral, muncul di setiap penampang. Dengan perkataan lain ada
interaksi, antara efek aksial atau kopel dan efek lentur. Jenis perilaku ini
dibahas dalam Bab 1 1 mengenai kolom.
Pembedaan antara balok gemuk dan balok langsing jelaslah tidak
tepat. Pada umumnya, satu-satunya cara untuk mengetahui apakah efek
interaksi penting adalah dengan menganalisis balok dengan atau tanpa
interaksi dan memperhatikan apakah hasilnya sangat berbeda. Namun,
prosedur ini mungkin membutuhkan perhitungan yang cukup panjang.
Karenanya, sebagai pedoman praktis, kita biasanya memandang sebuah
balok dengan rasio panjang terhadap tinggi sebesar 1 0 atau kurang sebagai
balok gemuk. Hanya balok gemuklah yang ditinjau dalam contoh-contoh
dan soal-soal dalam bab ini.

Contoh 5-1 5
Sebuah balok tabung A CB yang panjangnya L = 60 in. ditumpu sendi di ujung­

dari titik bekerjanya beban P ke sumbu longitudinal tabung adalah d = 5,5 in.
ujungnya dan dibebani oleh gaya miring P di tengah-tinggi (Gambar 5-47a). Jarak

Penampang tabung ini adalah bujursangkar (Gambar 5-47b) dengan dimensi luar
b = 6,0 in., luas A = 20,0 in. 2, dan momen inersia I = 86,67 in. 4 Tentukan tegangan
tarik dan tekan maksimum di balok akibat beban P = 1 000 lb.
Solusi
Balok dan pembebanan. Kita mulai dengan menyatakan balok dan bebannya dalam
bentuk yang diidealkan untuk maksud analisis (Gambar 5-48a). Karena tumpuan
di ujung A menahan baik peralihan horizontal maupun vertikal, maka ini direpre­
sentasikan sebagai tumpuan sendi. Tumpuan di B mencegah peralihan vertikal te­
tapi tidak menahan peralihan horizontal, sehingga ditunjukkan sebagai tumpuan
rol.

*Konsep tentang inti suatu penampang diperkena1kan o1eh insinyur Perancis J.A.C. Bresse pada
tahun 1854; 1ihat Ref. 5- 12.
31 4 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

� ; = 30 in.
y
= 30 in.

_j_
z b = 6 in.

-1 1- t
b = 6 in.

Gambar 5-47 Contoh 5-15 (a) (b)

Beban miring P diuraikan atas komponen horizontal Ph dan vertikal Pv.


Ph = P sin 60° = ( 1 000 lb)(sin 60°) = 866 lb
Pv = P cos 60° = ( 1 000 lb)(cos 60°) = 500 lb
Komponen horizontal Ph dipindahkan ke sumbu balok dengan menambahkan
momen M0 (Gambar 5-48a):
M0 = Phd = (866,0 lb)(5,5 in.) = 4760 !b-in.
Perhatikan bahwa beban Ph, Pv, dan M0 yang bekerja di titik tengah C dari balok
secara statis ekivalen dengan beban P semula.
Reaksi dan resu/tan tegangan. Reaksi balok (Rh, RA , dan R8) ditunjukkan
(a) dalam Gambar 5-48a. Juga, diagram gaya aksial N, gaya geser V, dan momen
lentur M ditunjukkan dalam Gambar 5-48b, c, dan d. Semua besaran ini diperoleh
dari diagram benda bebas dan persamaan kesetimbangan dengan menggunakan
cara-cara yang telah diuraikan dalam Bab 4.
Tegangan di balok. Tegangan tarik maksimum di balok terjadi di bawah
balok (y -3,0 in.) sedikit di kiri titik tengah C. Kita sampai pada kesimpulan ini
=

(b) dengan mengingat bahwa di titik ini pada balok tegangan tarik akibat gaya aksial
menambah tegangan tarik akibat momen Jentur terbesar. Jadi, dari Persamaan (5-

' 'I
329 lb 53), kita dapatkan
l
V
!"'''
l My
''

0
, , ,
N 866 lb (9870 lb-in.)(-3,0 in.)
_
,

- 1 7 1 lb A I 20,0 in. 2 86,67 in. 4


(c) = 43 psi + 342 psi = 385 psi
Tegangan tarik maksimum terjadi di atas balok (y = 3,0 in.) di kiri titik C atau di
M � 9870 !b-in.
n.
atas balok di kanan titik C. Kedua tegangan ini dihitung sebagai berikut:
0 N
_
My 866 lb (9870 lb-in.)(-3,0 in.)
(d) A I 20,0 in.2 86,67 in. 4

Gambar 5-48 Solusi Contoh 5 - 1 5.


= 43 psi - 342 psi = -299 psi

(a) Balok dan pembebanan yang =


N _ My = 0 _ (5 1 1 0 lb-in.)(3 ,0 in.)
= _ 1 77 psi
diidealisasi, (b) diagram gay a A I 86,67 in.4
'
aksial, (c) diagram gaya geser, dan
Jadi, tegangan tekan maksimum adalah
(d) diagram momen lentur
( aclmaks = -299 psi
dan terjadi di atas balok di kiri titik C.
Contoh ini menunjukkan bagaimana tegangan normal di suatu balok akibat
gabungan antara lentur dan beban aksial dapat ditentukan. Tegangan geser yang
bekerja di penampang balok (akibat gaya geser V) dapat ditentukan secara
independen dari tegangan normal, sebagaimana telah dibahas sebelum ini di dalam
bab ini. Nanti, di dalam Bab 7, kita akan melihat bagaimana menentukan tegangan
di bidang miring apabila kita mengetahui tegangan normal dan tegangan geser
yang bekerja di bidang-bidang penampang.
Mekanika Bahan 315

*5·13 I KONSENTRASI TEGANGAN PADA KONDISI LENTUR

Rumus lentur dan geser yang dibahas dalam subbab-subbab terdahulu di


dalam bab ini belaku untuk balok tanpa lubang, takikan, atau perubahan
dimensi mendadak. Manakala diskontinuitas seperti ini ada, tegangan lokal
yang tinggi akan terjadi. Konsentrasi tegangan seperti ini dapat menjadi

( )
M M
sangat penting pada elemen struktur yang terbuat dari bahan getas atau
yang mengalami beban dinamis. (Lihat Bab 2, Subbab 2. 1 0 untuk
pembahasan tentang kondisi di mana konsentrasi tegangan merupakan hal
penting.)
Untuk ilustrasi, dua kasus konsentrasi tegangan di balok dibahas di
(a) dalam subbab ini. Kasus pertama adalah balok dengan penampang persegi
panjang dengan 1ubang di sumbu netral ( Gambar 5-49). B alok ini
mempunyai tinggi h dan tebal b (tegak lurus bidang gambar) dan mengalarni
lentur mumi akibat aksi momen lentur M. Apabila diameter d lubang

( )
M M adalah kecil dibandingkan dengan tinggi h, maka distribusi tegangan di
potongan melintang yang melalui lubang kurang lebih seperti terlihat dalam
Gambar 5-49a. Di titik B pada tepi lubang, tegangannya jauh lebih besar
daripada tegangan yang dapat ada di titik tersebut seandainya tidak ada
lubang. (Garis putus-putus di dalam gambar tersebut menunjukkan distribusi
(b) tegangan tanpa lubang.) Namun, apabila kita berjalan menuju tepi luar
balok (menuju titik A), distribusi tegangan bervariasi secara linier terhadap
Gambar 5-49 Distribusi jarak dari sumbu netral dan hanya sedikit dipengaruhi oleh adanya lubang.
tegangan di sebuah balok yang
Apabila lubangnya relatif besar, maka pola tegangan kurang lebih
mengalami lentur murni dengan
lubang lingkaran di sumbu netral. seperti terlihat da1am Gambar 5-49b. Ada peningkatan tegangan di titik B
(Balok ini mempunyai penampang dan hanya sedikit perubahan tegangan di titik A dibandingkan dengan
dan tebal b.)
persegi panjang dengan tinggi h distribusi tegangan di balok tanpa lubang (sekali lagi, ini ditunjukkan
dengan garis putus-putus). Tegangan di titik C lebih besar daripada tegangan
di A tetapi lebih kecil daripada tegangan di B.
Penyelidikan lebih da1am telah menunjukkan bahwa tegangan di tepi
lubang (titik B) kurang lebih dua kali tegangan nominal di titik tersebut.
Tegangan nominal dihitung dari rumus lentur dengan cara standar, yaitu,
CJ = My//, di mana y adalah jarak d/2 dari sumbu netra1 ke titik B dan I
adalah momen inersia penampang neto di lokasi lubang. Jadi, kita
mempunyai rumus pendekatan berikut untuk tegangan di titik B:

(5-57)

Di tepi luar balok (di titik C), tegangan kurang lebih sama dengan tegangan
nominal (bukan tegangan aktual) di titik A (di mana y = h/2):

(5-58)

Pacta dua persamaan terakhir ini kita lihat bahwa rasio CJsfCJc kurang lebih
sebesar 2d/h. Jadi kita simpulkan bahwa apabila rasio d!h antara diameter
terhadap tinggi balok melebihi 1/2, maka tegangan terbesar terjadi di titik
B. Apabila d!h kurang dari 1/2, maka tegangan terbesar terjadi di titik C.
Kasus kedua yang akan kita bahas adalah balok persegi panjang
dengan takik (Gambar 5-50). Ba1ok pacta gambar tersebut mengalarni lentur
mumi dan mempunyai tinggi h dan tebal b (tegak 1urus bidang gambar).
316 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)

Juga, tinggi neto balok (yaitu, jarak antara dasar masing-masing takikan)
adalah h1 dan radius di dasar masing-masing takikan adalah R. Tegangan
maksimum untuk balok ini terjadi di dasar takikan dan dapat jauh lebih
besar daripada tegangan nominal di titik yang sama. Tegangan nominal
dihitung dari rumus lentur dengan y = h/2 dan I = bhf/12; jadi,

(]nom =
My 6M
=
bhI2 (5-59)
- --

Tegangan maksimum sama dengan faktor konsentrasi tegangan K dikalikan


tegangan nominal:

<Jmaks = Kanom (5-60)

Gambar 5-50 Faktor konsentrasi


tegangan K untuk balok bertakikan
dengan penampang persegi panjang
yang mengalami lentur murni (h
tinggi balok, b = tebal balok, tegak
= 1 ,5 �----J---�--�--L---J--=�--�
0 0,05 0, 1 0 0, 1 5 0,20 0,25 0,30
lurus bidang gambar). Garis putus
R

lingkaran ( h = h1 + 2R).
adalah untuk takikan setengah
71;

Faktor konsentrasi tegangan K diplot dalam Gambar 5-50 untuk beberapa


harga rasio hlh 1 • Perhatikan bahwa apabila takikan menjadi "lebih tajam,"
yaitu rasio R/h 1 menjadi lebih kecil, faktor konsentrasi tegangan akan
meningkat.*
Efek konsentrasi tegangan terjadi di daerah kecil di sekitar lubang
dan takikan, sebagaimana diterangkan dalam pembahasan prinsip Saint­
Venant dalam Subbab 2. 10. Pada jarak sama yang dengan atau lebih besar
dari lubang atau takikan, efek konsentrasi tegangan dapat diabaikan dan
rumus biasa untuk tegangan dapat digunakan.

*Gambar 5-50 dip1ot dari rumus yang diberikan da1am Ref. 2- 1 0, yang mengandung rumus untuk
banyak jenis lain konsentrasi tegangan. Untuk data tambahan tentang konsentrasi tegangan termasuk
rumus-rumus dan grafik-grafik, lihat Ref. 2 - 1 1.

Anda mungkin juga menyukai