TEGANGAN Dl BALOK
(TOPIK DASAR)
s.1 1 PENGANTAR
Di dalam bab-bab sebelum ini kita telah melihat bagaimana beban-beban
yang bekerja di balok menimbulkan aksi (atau resultan tegangan) dalam
bentuk gaya geser dan momen lentur. Di dalam bab ini kita melangkah
lebih j auh dan menyelidiki tegangan dan regangan yang berkaitan dengan
gaya geser dan momen lentur. Dengan mengetahui tegangan dan regangan,
kita akan dapat menganalisis dan merancang balok yang mengalami
berbagai kondisi pembebanan.
Pembebanan yang bekerj a pada balok menyebabkan balok melentur
sehingga sumbunya yang terdeformasi berbentuk lengkungan. Sebagai
contoh, tinjaulah balok kantilever AB yang mengalami beban P di ujung
bebas (Gambar 5- l a). Sumbu yang semula lurus akan melentur membentuk
lengkungan (Gambar 5 - l b), yang disebut kurva defleksi (lendutan) balok
tersebut.
S ebagai acuan, kita membuat sistem sumbu koordinat (Gambar
5 - l b) dengan pusatnya terletak di titik yang cocok di sumbu longitudinal
balok. Di dalam ilustrasi ini, kita meletakkan pusat di tumpuan jepit.
Sumbu x positif mempunyai arah ke kanan, dan sumbu y positif berarah
ke atas. Sumbu z, yang tidak ditunjukkan dalam gambar, mengarah ke
luar (artinya, menuju orang yang mclihat), sehingga ketiga sumbu ini
membentuk sistem koordinat tangan kanan.
(a) disertai dengan adanya gaya geser, yang berani bahwa momen lentur
berubah pada saat kita menyusuri sepanj ang sumbu balok.
Sebagai contoh lentur mumi, tinjaulah balok sederhana AB yang
dibebani dua kopel M1 yang mempunyai besar sama dan bekerja dalam
arah yang berlawanan (Gambar 5-2a). Beban ini menghasilkan momen
lentur konstan M = M1 di seluruh panj ang balok. seperti terlihat pada
(b)
Gambar 5-2 Balok sederhana diagram momen lentur di bagian (b) dalam gambar tersebut. Perhatikan
yang mengalami lentur murni (M
bahwa gaya geser V adalah nol di semua penampang balok.
= M, ) -
Ilustrasi lain untuk momen lentur ditunjukkan dalan1 Gambar 5-3a, di
mana balok kantilever AB mengalami kopel searah jarum jam M2 di ujung
bebas. Tidak ada gaya geser di balok ini dan momen lentur M adalah
konstan di seluruh panjangnya. Momen lentur adalah negatif (M = -M2),
seperti terlihat dengan diagram momen lentur di bagian (b) gambar tersebut.
B alok yang dibebani secara simetris dalam Gambar 5-4a merupakan
(a) contoh balok yang sebagian mengalami lentur mumi dan sebagian lainnya
mengalami lentur tak seragam (Gambar 5-4b dan c). Daerah tengah balok
mengalami lentur mumi karena gaya geser adalah nol dan momen lentur
adalah konstan. B agian-bagian balok di dekat ujung mengalami lentur tak
seragam karena gaya geser ada dan momen lentur bervariasi.
Di dalam dua subbab berikut ini kita akan menyelidiki regangan dan
Gambar 5-3 Balok kantilever
tegangan di balok yang mengalami hanya momen mumi. Untungnya, kita
yang mengalami lentur murni (M sering dapat menggunakan hasil-hasil yang diperoleh untuk lentur murni
= -M2) bahkan apabila gaya geser ada, sebagaimana diterangkan dalam Subbab 5.8.
*Di dalam mekanika terapan, simbol tradisional untuk peralihan dalam arah x, y, dan z masing-
masing adalah u, �� dan w.
268 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Oasar)
Karena balok pada umumnya mempunyai defleksi sangat kecil dan kurva
defleksinya hampir mendatar, maka titik 0 ' biasanya terletak sangat jauh
dari balok dibandingkan dengan yang terlihat dalam gambar tersebut.
Jarak m1 0' dari kurva tersebut ke pusat kelengkungan disebut radius
r r kelengkungan p (huruf Yunani rho), dan kelengkungan K (huruf Yunani
kappa) didefinisikan sebagai kebalikan dari radius kelengkungan. Jadi,
(a) (5- 1 )
p
V
Kelengkungan adalah ukuran seberapa tajam suatu balok melentur. Jika
beban di balok kecil, maka balok akan hampir lurus, radius kelengkungan
akan sangat besar, dan kelengkungan akan kecil. Jika beban ditingkatkan,
(b) -P
besar lentur akan meningkat. radius kelengkungan akan menjadi lebih
kecil, dan kelengkungan akan menjadi lebih besar.
Dari geometri segitiga O ln 1 m2 (Gambar 5-5b) kita peroleh
p d8 = ds (a)
0
di mana d8 (diukur dalam radian) adalah sudut sangat kecil antara garis
(c)
Gambar 5-4 Balok sederhana garis normal dan ds adalah j arak sangat kecil di sepanjang kurva antara
dengan daerah tengah mengalami titik m1 dan m2 • Dengan menggabungkan Persamaan (a) dengan Persamaan
lentur murni dan daerah ujung (5- l ) kita peroleh
mengalami lentur tak seragam
K
1 48
- = -
p ds
==
(5-2)
r
Jika kelengkungan konstan di sepanjang kurva, maka radius kelengkungan
A
juga akan konstan dan kurva tersebut akan merupakan busur lingkaran.
Defleksi suatu balok biasanya sangat kecil dibandingkan dengan
'-C:�---'"'"-'�illl! B panjangnya (tinjau, sebagai contoh, defleksi rangka struktural dari sebuah
mobil atau balok di sebuah gedung. Defleksi kecil berarti bahwa kurva
defleksi harnpir datar. Karena itu, j arak ds di sepanjang kurva dapat
(a)
(5 -3)
X
Positip
0
L --- adalah positif ke atas, seperti terli hat dalam Gambar 5 -6, maka
(a) kelengkungan adalah positif apabila balok tersebut cekung ke atas (atau
cembung ke bawah) dan pusat kelengkungan ada di atas balok. Sebaliknya,
X
negatip
L
()
___ _ __ - ----
dan di dalam B ab 9 kita akan melihat bagaimam kelengkungan herkaitan
(b) dengan defleksi balok.
ly
i
o'
(a) (b)
p;
L 1 = (p v) de = dx l_ dx
p
- -
Mekanika Bahan 271
L
di mana kita telah memasukkan de = dxlp. Karena panjang semula garis
�f adalah dx, maka perpanjangannya adalah 1 - dx, atau -y dxlp. Regangan
longitudinal sama dengan perpanj angan dibagi dengan panjang semula
dx; dengan demikian,
=
(5-4)
• Contoh 5-1
Sebuah balok baja yang ditumpu sederhana AB (Gambar 5-8a) yang panjangnya
L = 16 ft dibebani kopel M0 hingga membentuk busur lingkaran dengan defleksi
ke bawah 8 di titik tengah (Gambar 5-8b). Pengukuran menunjukkan bahwa
regangan normal longitudinal (perpanjangan) di pennukaan bawah balok adalah
0,00 1 25, yang merupakan regangan leleh baja. Juga, jarak dari permukaan bawah
balok ke permukaan netral adalah 6,0 in. Tentukan radius kelengkungan p,
kelengkungan K, dan defleksi 8 pacta balok ini.
Solusi
Kelengkungan. Karena kita telah mengetahui regangan longitudinal di permukaan
bawah balok (ex = 0,00 1 25), dan karena kita juga mengetahui jarak dari pennukaan
272 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Oasar)
bawah ke sumbu netral (y = -6,0 in.), maka kita dapat menggunakan Persamaan
(5-4) untuk menghitung radius kelengkungan dan kelengkungan. Dengan menyusun
Persamaan (5-4) dan memasukkan harga-harga numerik, maka
,,
MO
s') - - i� = 4800 in. = 400 ft
(�
A ==
-L 1\ = _.!_ ..
6
p = 0 '0025 n- 1
0,00 1 _5 p
= =
£,
· ·· · · � Hasil ini menunjukkan bahwa radius kelengkungan sangat besar, dan kelengkungan
+----�----1 sangat kecil, meskipun regangan bahan telah mencapai harga yang besar (dalam
ha! ini regangan leleh).
(a)
Defleksi. Sebagaimana telah disebutkan dalam Subbab 5.3, momen lentur
konstan (lentur mumi) menimbulkan kelengkungan konstan di seluruh panjang
'
/I II \
5-8b, k.ita lihat bahwa jarak dari pusat kelengkungan 0' ke titik tengah C' dari
o balok. Dengan demikian, kurva defleksi adalah busur lingkaran. Dari Gambar
�
balok yang berdefleksi adalah radius kelengkungan p, dan jarak dari O ' ke titik C
di sumbu x adalah p cos 8, di mana 8 adalah sudut BO'C. Ini menghasilkan rum us
8
\ defleksi di titik tengah balok sebagai berikut:
1 y/p�----e-t_8�\
(5-5 )
Dari kurva yang hampir datar, kita dapat asumsikan bahwa jarak antara tumpuan
A�x
\
sama dengan panjang balok itu sendiri. Dengan demik.ian, dari segitiga BOC kita
.
I dapatkan
sin 8 L/2
p (5-6)
I � 1--W
=
sin 8
0 6 ft)( 1 2 in./ft)
(b) = = 0' 0200
2( 4800 in.)
:
terlihat dengan rasio panjang bentang terhadap defleksi:
8
!::._
=
( 1 6 ft)( 1 2 in./ft) =
0,960 in.
200
Jadi, kita telah memastikan bahwa kurva defleksi hampir datar sekalipun regangan
cukup besar. Tentu saja, dalam Gambar 5-8b defleksi balok digambarkan sangat
I_
besar agar lebih jelas.
Catatan: Metode untuk menghitung defleksi balok yang diuraikan di sini
hanya mempunyai sedikit nilai praktek karena dibatasi hanya pacta lentur murni,
yang menghasilkan bentuk defleksi busur lingkaran. Metode lain yang lebih berguna
untuk mencari kurva defleksi disajikan dalam Bab 9.
------
Distribusi tegangan ini terlihat dalam Gambar 5-9a untuk kasus di mana
y iY
(5-8)
Persamaan statika ini menyatakan bahwa momen pertama dari suatu luas
penampang yang dievaluasi terhadap sumbu z, adalah not. Dengan
perkataan lain, sumbu z harus melalui pusat berat penampang.* Karena
sumbu z juga merupakan sumbu netral, maka kita dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut. Sumbu netral selalu melewati pusat berat suatu penampang
apabila bahannya mengikuti hukum Hooke dan tidak ada gaya aksial
yang bekerja di penampang tersebut. Kesimpulan ini membuat kita mudah
menentukan posisi sumbu netral.
Sebagaimana telah diuraikan dalam Subbab 5 . 1 , pembahasan kita
terbatas pada balok dengan sumbu y adalah sumbu simetri. Karena itu,
sumbu y juga melewati pusat berat. Dengan demikian, kita mempunyai
kesimpulan tambahan sebagai berikut: pusat sumbu koordinat 0 (Gambar
5-9b) terletak di pusat berat penampang.
Karena sumbu y adalah sumbu simetri penampang, maka sumbu y
merupakan sumbu utama (lihat Bab 12, Subbab 12.9, untuk pembahasan
tentang sumbu utama). Karena sumbu z tegak lurus sumbu y, maka sumbu
tersebut juga merupakan sumbu utama. Jadi, apabila suatu balok dari
bahan elastis linier mengalami lentur murni, maka sumbu y dan z
merupakan sumbu berat.
• H ubungan M omen Kelengkungan
Persamaan statika yang kedua menyatakan bahwa resultan momen dari
tegangan normal crx yang bekerja pada seluruh penampang sama dengan
momen lentur M (Gambar 5-9a). Elemen gaya crx dA yang bekerja pada
elemen seluas dA (Gambar 5-9b) ada di arah positif dari sumbu x apabila
crx positif dan ada di arah negatif apabila crx negatif. Karena elemen dA
terletak di atas sumbu netral, maka tegangan positif crx yang bekerja pada
elemen tersebut menghasilkan elemen momen yang sama dengan crx ydA.
Elemen momen ini bekerja berlawanan arah dengan momen lentur positif
M yang terlihat dalam Gambar 5 -9a. Dengan demikian, pertambahan dM
pada momen lentur adalah
*Pusat berat dan momen pertama dari suatu luas dibahas dalam Bab 12.
Mekanika Bahan 275
dM -ary dA
=
M = - faxydA
A
(b)
-M Kelengkungan - (5- 1 2)
negatif
0
L----- X
Ini dikenal sebagai persamaan momen-kelengkungan. Persamaan (5- 1 2)
menunjukkan bahwa kelengkungan sebanding dengan momen lentur M
Gambar 5-10 Hubungan antara
tanda momen lentur dan tanda dan berbanding terbalik dengan besaran El, yang disebut rigiditas lentur
kelengkungan suatu balok. Rigiditas lentur merupakan ukuran tahanan suatu balok
terhadap lentur; artinya semakin besar rigiditas lentur, akan semakin kecil
kelengkungan yang terjadi akibat momen lentur.
Dengan membandingkan perjanjian tanda untuk momen lentur
(Gambar 4-5) dengan yang untuk kelengkungan (Gambar 5-6), kita lihat
bahwa momen lentur positif menghasilkan kelengkungan positif dan momen
lentur negatif menghasilkan kelengkungan negatif (lihat Gambar 5- 1 0).
• Rumus Lentur
Karena kita telah menentukan lokasi sumbu netral dan telah mendapatkan
hubungan momen-kelengkungan, maka kita dapat menentukan tegangan
yang dinyatakan dalam momen lentur. Dengan memasukkan rumus
kelengkungan (Persamaan 5- 1 2) ke dalam rumus tegangan ax (Persamaan
5-7), maka kita peroleh
(5- 1 3 )
Tegangan tekan
701
Persamaan ini, yang disebut rumus lentur, menunjukkan hahwa tegangan
'vlomen
sebanding dengan momen lentur M dan berbanding terbalik dengan momen
lentur
�
penampang terjadi c!i titik yang terletak paling jauh dari surnbu netral.
/
- -
Mmnen Kita tulis c 1 dan c2 masing-masing ac!al ah jarak c!ari sumbu netral ke
lentur
1 1 ) . Kemudian tegangan normal maksimum cr1 Jan 0'2 (dari rumus lentur)
ncgatip
elernen ekstrirn dalam arah positif dan negatif (lihat Gambar 5-9b dan 5-
adalah
(5- l 4a,b)
Tegangan tekan
(b)
di mana
cr, = -0'2 --
Me M
(5- 1 6)
I s
di mana
S = !_ (5- 1 7 )
c
Mekanika Bahan 277
b
2 balok dengan penampang persegi panjang dengan l ebar h dan tinggi h
adalah satu-satunya modulus potongan untuk penampang . Untuk suatu
(5- 1 8a.b)
b
besaran tersebut adalah
ir.d4 nd3
! ;::; · . -
. . ·
.
64
S = -
(5- 1 9a.b)
( a)
.
32
lain. kita harus menentukan lokasi sumbu netral. mo m en mer, i a . d:.m modu
Lampiran D sebagai rujukan yang memudahkan. C ntuk hentuk penampang
I
!---
d
teknik, sebagaimana diterangkan secara lebih rinci dalam wbbab berikut.
(b)
• Pembatasan
Gambar 5-1 2 Bentuk penampang Analisis yang diuraikan dalam subbab i n i adalah untuk lentur mumi balok
simetris ganda prismatis yang terbuat dari bahan ela�tis l inier dan homogen. Jika suatu
balok mengalami lentur tak seragam, maka gaya geser akan menimbulkan
wa1ping (atau distorsi ke luar hidang) pada penampang. Jadi, pada kasus
tersebut suatu penampang yang datar sebelum lentur tidak l agi datar setelah
melentur. Wmping akibat deformasi gcser sangat menyulitkan kita dalam
mempelaj ari perilaku balok. Sekalipun demikian, penelitian-penelitian
secara teliti menunjukkan bahwa perhitungan tegangan normal dari rumus
lentur tidak begitu dipengaruhi adanya tegangan geser berikut warping
yang ditimbulkannya (Ref. 2- J , hal 42 dan 48). Jadi, kita dapat tetap
menggunakan teori lentur murni untuk perhitungan tegangan normal di
halok yang mengalami lentur tak seragam. *
Rumus lentur memberikan has i l yang hanya akurat di daerah balok
di mana distribusi tegangan tidak terganggu oleh pcrubahan bentuk balok
atau diskontinuitas pembebanan. Sebagai contoh. rumus lentur tidak dapat
digunakan di dekat tumpuan balok atau di dekat behan terp u sat.
Ketidakteraturan seperti ini menimbulkan tegangan lokal, atau konsentrasi
tegangan, yang jauh l eb ih besar daripada tegangan yang diperoleh dari
rumus lentur (lihat S ubbab 5 . 1 3) .
*Teori balok dimulai oleh Galileo Galilei ( I 564- 1 642 ), yang mcnyelidiki pcrilaku berbagai jenis
balok. Pcnelitiannya dalam bidang mekanika bahan diuraikan dalam bukunya yang tcrkenal Two New
Scienc es. yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1 63 8 (Ref. 5-2) Meskipun Galilc<> melakukon banyak
penemuan tentang balok, ia tidak mendapatkan distribusi tegangan yang kita gunakan dcwasa ini.
'-3).
Perkembangan lebih lanjut tentang teori balok dilakukan olch Mariotte, Jacob Bernoulli, Euler, Parent.
Saint-Venant. dan lain-lain (Ref. .
278 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
• Contoh 5-2
Sebuah kawat baja berkekuatan tinggi dengan diameter d dibengkokkan di sekeliling
(Kawat baja ini mempunyai modulus elastisitas E = 200 GPa dan l imit proporsional
cr = 1 200 MPa.)
P1
Solusi
Gambar 5-1 3 Contoh 5-2. Langkah pertama di dalam contoh ini adalah menentukan radius kelengkungan p
Kawat yang dibengkokkan di kawat yang melentur. Selanjutnya, dengan mengetahui p. kita dapat mencari momen
sekeliling sebuah drum
lentur dan tegangan maksimumnya.
Radius kelengkungan. Radius kelengkungan suatu kawat yang melentur adalah
jarak dari pusat drum ke sumbu netral penampang kawat:
(5-20)
Momen lentur. Momen l entur di kawat dapat diperoleh dari hubungan momen
kelengkungan (Persamaan 5-1 2):
2£1
M = El =
p 2 Ra + d (5-2 1 )
O"maks = S
M
Hasil yang sama dapat diperoleh secara langsung dari Persamaan (5-7) dengan
mengganti y dengan d/2 dan mensubstitusikan p dari Persamaan (5··20).
Dari Gambar 5- 1 3 kita dengan mudah dapat melihat bahwa tegangan adalah
tekan di bagian bawah (atau bagian dalam) dari kawat dan tarik di bagian atas
(atau luar) dari kawat.
Harga numerik. Sekarang kita masukkan data bahan ke dalam Persamaan (5-
22) dan (5-23) dan mempero1eh hasil sebagai berikut:
Perhatikan bahwa crmak' lebih kecil daripada l imit proporsional kawat baja, sehingga
perhitungannya sah.
Mekanika Bahan 279
Catatan: Karena jari-jari drum jauh lebih besar dibandingkan dengan diameter
pada penyebut di dalam rumus untuk M dan rmaks· Selanjutnya Persamaan (5-22)
kawat, maka kita dapat dengan aman mengabaikan d dibandingkan dengan 2R0
• Contoh 5-3
L 9 ft_j
Sebuah balok sederhana AB dengan panjang bentang L = 22 ft (Gambar 5 - 1 4a)
�
iUUJ ! ! l �
I 1 ,s
memikul beban terbagi rata dengan intensitas q = I ,5 k!ft dan beban terpusat P =
q k/ft 1 2 k. Beban terbagi rata tersebut meliputi juga berat sendiri balok. Beban terpusat
=
bekerja di titik 9,0 ft dari ujung kiri balok. Balok ini terbuat dari kayu lapis (glued
laminated wood) dan mempunyai penampang dengan lebar b = 8.75 in. dan tinggi
h = 27 in. (Gambar 5- 1 4b). Tentukan tegangan tarik dan tekan maksimum di balok
I L == 22 ft _I
� � ini akibat lentur.
(a)
Solusi
Momen lentur maksimum. Kita mulai analisisnya dengan membuat diagram gaya
geser dan momen lentur (Gambar 5 - 1 4c dan d), dengan menggunakan cara-cara
I
yang telah diuraikan dalam Bab 4. Karena balok ini prismatis, maka tegangan
-- I lentur maksimum teijadi di penampang dengan momen lentur terbesar, yang terletak
I di lokasi di mana tanda gaya geser berubah. Jadi, momen maksimum adalah
b = 8,75 in
Mmaks = 1 52 k-ft
(b)
Modulus penampang. Selanjutnya, kita hitung modulus penampang dengan
V +23,6
menggunakan Persamaan (5- 1 8b):
S= b 1 =
� 7; (8,75 in.)(27 in.)2 = 1063 in.3
Tegangan maksimum. Akhimya, kita tentukan tegangan tarik dan tekan maksimum
a1 dan ac dari Persamaan (5-1 6):
(c )
a1 = a2 = S =
-2 1 ,4 M ( 152 k-ft)( l 2 in./ft)
3 = 1 720 psi ..._
..-
1 063 in.
+ 1 52
= -M =
s
ac = a1 -I 720 psi
Karena momen lentur adalah positif, maka tegangan tarik maksimum ( a1) terjadi
di bawah balok dan tegangan tekan (a) terjadi di atas.
(d)
• Contoh 5-4
Balok ABC yang terlihat dalam Gambar 5 - 1 5a mempunyai tumpuan sederhana di
A dan B dan overstek dari B ke C. Beban terbagi rata dengan intensitas q = 3,0
kN/m bekerja di seluruh panjang balok tersebut. Balok ini terbuat dari tiga plat
baja (tebal t = 1 2 mm) yang dilas membentuk penampang kanal dengan lebar b
= 300 mm dan tinggi h = 80 mm (Gambar 5 - 1 5b). Untuk menentukan besaran
penampang, kita abaikan fillets dan !as, dan asumsikan bahwa penampang terdiri
atas beberapa persegi panjang, seperti terlihat dalam gambar.
280 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
Tentukanlah tegangan tarik dan tekan maksimum di balok ini akibat beban
tersebut.
• Solusi
A�-�I• 1 I lJ I l � : : : J
q = 3.0 k/ft Momen lentur. Tegangan tarik dan tekan maksimum selalu terjadi di penampang
di mana momen lentur mempunyai harga terbesar. Untuk menentukan penampang
tersebut, kita membuat diagram gaya geser dan momen lentur (Gambar 5- 1 5c dan
. . .. . .
J�mi:
c
d), dengan menggunakan cara-cara yang telah disebutkan dalam Bab 4. Perhatikan
m -1
I�B I
I bahwa momen positif maksimum dan negatif maksimum terjadi di penampang di
3.0 m . 1 .5
mana gaya geser berubah tanda. Kedua momen tersebut masing-masing adalah
1 898 kN-m dan -3.375 kN-m.
(a) Sumbu netral penampang. Kita menentukan posisi sumbu netral (sumbu z)
� dengan menentukan pusat berat penampang, seperti terlihat dalam Gambar 5- 1 6.
b = 300 mm Dengan menggunakan cara-cara yang diuraikan dalam Bab 1 2 Subbab 1 2.3, kita
l. j·
V
•1
�"i;;l_l] h A 1 , A 2 , dan A 3 . Lalu kita menetapkan sumbu referensi Z-Z di tepi atas penampang,
membagi penampang ini menjadi tiga persegi panjang yang luasnya masing-masing
dan kita tulis jarak dari sumbu Z-Z ke pusat berat area A 1 dan A 2 masing-masing
t =l 2 mm dengan y 1 dan y2 . Jadi, perhitungan untuk menetapkan pusat berat penampang
t=I2 mm
(b) kanal adalah sebagai berikut
L Y ; A; y A + 2 Yz A 2
= i I
(c) IA; A1 + 2 A2
2
mm 2 )
+ 1 .898 kN.m = (6 mm)(33 1 2 mm 2) + 2(40 mm)(960 = 1 8 ' 48 mm
3 3 1 2 mm + 2(960 mm 2 )
c2 h - c1
= 80 mm - 1 8,48 mm = 61 ,52 mm
=
)' . J i Y c l
dan d1 adalah jarak dari sumbu berat area A 1 ke sumbu z:
. �
t = l 2 mm
t · · •. 1-
ir==I��::':=:::;:==::I:,l
h=
.. . d1 = c 1 - t/2 = 1 8,48 mm - 6 mm = 1 2,48 mm
---.----
.,_
Dengan demikian, momen inersia area A1 terhadap sumbu z (dari Persamaan c)
adalah
lz =
I,, + 1,2 + I,, = 2.469 x 1 0 6 mm 4
= 40. 1 00 mm 3
I
S. = ....L..
a, a2
M 1 ,898 kN · m
47,3 MPa
40. 1 00 mm 3
= = =
=
52
1 ,898 kN · m
_ 1 4•2 MPa
1 33.600 mm3
=
- a1 - -
M -3,375 kN · m
-- - 25 ' 3 MPa
_ _ _
1 33.600 mm 3
a, _
51
ac a -3,375 kN · m
M
= = =
3 =
- 84 2 MPa
2 52 40. 1 00 mm
'
Tegangan tekan terbesar adalah -84,2 MPa dan terjadi di bawah balok di penampang
dengan momen negatif maksimum:
( aJmaks = -84,2 MPa ..
Jadi, kita telah menentukan tegangan maksimum akibat beban terbagi rata yang
bekerja di balok.
(5-24)
Tegangan izin didasarkan atas besaran bahan dan faktor keamanan yang
dikehendaki. Untuk menjamin bahwa tegangan tidak di1ampaui, kita harus
memilih suatu balok yang menghasilkan modulus penampang sedikitnya
sebesar yang diperoleh dari Persamaan (5-24).
Jika suatu penampang bukan simetris ganda, atau jika tegangan izin
untuk tarik dan tekan berbeda, kita mungkin perlu menentukan dua modu
lus penampang yang diperlukan - satu berdasarkan atas tarik dan lainnya
Gambar .5-1 7 Mengelas tiga berdasarkan tekan. Selanjutnya kita harus menggunakan balok yang
plat baja besar menjadi memenuhi kedua kriteria.
penampang solid tunggal (Atas Untuk meminimumkan berat dan menghemat bahan, kita biasanya
izin Lincoln Electric Company)
memilih suatu balok yang mempunyai luas penampang paling kecil tetapi
masih tetap memenuhi modulus penampang yang diperlukan (dan juga
memenuhi semua persyaratan desain lainnya).
Balok dapat mempunyai berbagai bentuk dan ukuran untuk memenuhi
berbagai tujuan. Sebagai contoh, balok baja besar difabrikasi dengan
mengelasnya (Gambar 5 - 1 7), balok aluminium biasa dibuat berupa tabung
lingkaran atau persegi panjang, kayu umumnya dipotong dan dilem untuk
memenuhi persyaratan khusus, dan balok beton bertulang biasa dicor
dengan bentuk yang dikehendaki dengan menggunakan cetakan. Selain
itu, balok baja, aluminium, plastik, dan kayu dapat dipesan dalam bentuk
dan ukuran standar dari katalog yang diberikan oleh penyalur dan produsen.
Bentuk-bentuk yang tersedia antara lain sayap lebar. I, siku, kanal, persegi
panjang, dan tabung.
kasar telah diamplas agar halus. Jadi, balok kayu 4 x 8 mempunyai dimensi
aktual) balok kayu lebih kecil daripada dimensi nominal jika sisi-sisi
z
aktual 3,5 x 7,25 in. sesudah diamplas. Tentu saja, dimensi bersih kayu
(a) (b)
• Efisiensi Relatif Berbagai Bentuk Balok
=r£ '1
ly
1
Y Flens Salah satu tujuan dalam mendesain balok ialah untuk menggunakan bahan
I
z_j0
seefisien mungkin di dalam semua batasan yang berasal dari fungsi,
A
I h
saja, efisiensi lentur bergantung terutama pada bentuk penampang. B alok
yang paling efisien adalah yang menggunakan bahan sejauh mungkin dari
sumbu netral. Semakin jauh suatu bahan dari sumbu netral, akan semakin
=pJ besar modulus penampangnya - dan semakin besar modulus penampang,
akan semakin besar pula momen lentur yang dapat ditahan (untuk suatu
kondisi tegangan izin).
(c) (d)
Sebagai ilustrasi, tinjaulah penampang berbentuk persegi panjang
Gambar 5-18 Bentuk-bentuk dengan lebar b dan tinggi h (Gambar 5 - 18a). Modulus penampang (dari
penampang balok Persamaan 5- 1 8b) adalah
bh 2 Ah
S = = = 0 , 1 67 Ah (5-25)
6 6
di mana A menunj ukkan luas penampang. Persamaan ini menunjukkan
bahwa penampang persegi panjang dengan luas yang ditentukan menjadi
lebih efisien apabila tinggi h dibesarkan ( dan lebar b dikurangi untuk
membuat luasnya konstan ) . Tentu saj a, acta batas praktek dalam
memperbesar tinggi, karena balok menjadi tidak stabil secara lateral apabila
rasio tinggi terhadap le bar terlalu besar. J adi, suatu balok dengan
penampang persegi panjang yang sangat tinggi akan gaga! karena tekuk
lateral (ke samping), bukan karena tidak cukupnya kekuatan bahan.
Selanjutnya, bandingkan penampang lingkaran solid dengan diam
eter d (Gambar 5- 1 8b) dengan penampang bujursangkar yang luasnya
sama. Sisi h dari bujursangkar yang mempunyai luas sama dengan lingkaran
adalah h = (d/2) -fii . Modulus penampang untuk masing-masing bentuk
penampang adalah (dari Persamaan 5-1 8b dan 5-1 9b)
284 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
!!___3 7r'V7
;ra
sbujur sangkar =
6
= 48
= 0, 1 1 60d3
nd 3
slingkaran = 0, 0982d3 (5-26a,b)
32
shuiur sanobr
· . e ' = [, [ 8 (5-27)
slmgkaran
l
S = - = 0' 5Ah (5-28a,b)
h/2
Limit teoretis ini didekati dalam praktek dengan penampang sayap lebar
dan penampang I, di mana sebagian besar bahan ada di sayap (Gambar 5-
1 8d). Karena harus ada sebagian bahan di badan, maka kondisi ideal tidak
pemah bisa diwujudkan. Jadi, untuk balok sayap lebar standar, modulus
penampangnya kira-kira
S "' 0,35 Ah (5-29)
• Contoh 5-5
Sebuah balok kayu yang ditumpu scdcrhana dengan bentang L = I 2 fl memikul
psi, berat kayu adalah 35 lb/ft , dan b:ll ok tersebut dipikul dalam arah lateral
beban terbagi rata q 420 lb/ft ( Gambar 5 - 1 9) . Tegangan lentur izin adalah 1 800
=
'
Solusi
Karena kita belum mengetahui berapa herat b �Ji ok. maka kita akan melakukan
perhitungan dengan cara coha-coba sebagai berikut: 1 I 1 Hitung modulus penampang
ukuran coba untuk balok. (3) Tambahkan berat balol dengan beban terhagi rata
yang diperlukan berdasarkan atas heban terbagi rata yang diketahui. (2) Pilih
dan hitung modulus penampang baru yang dibutuhkan. 1 -+ 1 Cek apakah balok yang
telah dipilih tersebut masih memadai . Jika tidak, pilih halok : ang lehih bcsar dan
ulangi prosesnya.
Gambar 5-1 9 Contoh 5-5 . ( 1 ) M omen lentur maksimum di balok terjadi di titik tengah ( lihat Persamaan
Desain .suatu balok kayu yang 4- 1 5):
ditumpu sedcrhana
qL2 (420 lb/ft)( 1 2 ft) 2 ( 1 2 in./ft)
·
Mmaks. = = 90 72 () lb-111 . =
•
8 8
Modulus penampang yang diperlukan adalah (Persamaan 5-24)
Mmaks 90.7 20 lh-in.
S = = = 50,4 0 in. 3
O'izin 1 800 psi
(2) Dari tabel dalam Lampiran F kita lihat hahwa balok yang paling ringan
yang memberikan modulus penampang sedikitnya 50,40 in 3 terhadap sumbu 1 - 1
adalah balok 3 x 1 2 (dimensi nominal). Balok ini mempunyai modulus penampang
sama dcngan 52,73 in. 3 dan berat 6,8 lb/ft.
(3) Beban terbagi rata di balok menjadi 426,8 lb/ft, dan modulus penampang
( )
yang diperlukan adalah
426,8 lb/ft =
S = (50, 40 in. 3 ) 5 1 ' 22 in. 3
420 lb/ft
(4) Balok yang telah dipilih sebelum ini mempunyai modulus pcnampang
52,73 in 3 . yang lebih besar daripada modulus yang diperlukan 5 1 ,22 in3 .
Dengan demikian, balok 3 x 1 2 in. telah memadai. •
L�--
Catatan: Jika berat jenis kayu bukan 35 lb/ft3 , kita dapat memperoleh bcrat
balok per foot panjang dengan mengalikan harga kolom terakhir dalam Lampiran
F dengan rasio antara berat jcnis aktual dan 35 lb/ft3 .
• Contoh 5-6
P = l 2 kN
Sebuah tiang vertikal yang tingginya 2,5 m harus memikul beban lateral P 12 =
k N d i ujung atasnya (Gambar 5-20). Ada dua rencana yang diusulkan - tiang kayu
solid dan tabung aluminium berlubang. (a) Berapakah diameter minimum d1 yang
diperlukan pada tiang kayu jika tegangan lentur izin di kayu adalah 1 5 MPa? (b)
h = 2 .5 m Berapa diameter luar minimum yang diperlukan d2 untuk tabung aluminium jika
tebal dinding adalah 1/8 dari diameter luar dan tegangan lentur izin di aluminium
adalah 50 MPa?
Solusi
(a) (b) Momen lentur maksimum. Momen maksimum terjadi di dasar tiang dan sama
dengan bcban P dikalikan dengan tinggi h; j adi,
Gambar 5-20 Contoh S-6. (a)
(a) Tiang kayu. Modulus penampang yang diperlukan 5 1 untuk tiang kayu (lihat
Persamaan 5 - 1 9b dan 5-24) adalah
6 3
SI = 1rd1
3 = Mmaks _30.0 kN · m
- 15 MPa = 0,0020 m3 2 10 X mm
32 <Yiz in
=
0, 0
Modulus penampang yang diperlukan diperoleh dari Persamaan (5-24):
kN · m
m3 =
Mmaks 3
S2
=: =
= 0,0006 600 X 1 03 mm3
<Yizm 50 MPa
Dengan menyamakan kedua rumus untuk modulus penampang, kita dapat
( )
menghitung diameter l uar yang diperlukan:
• Contoh 5-7
F'lTITTI m�B
q = 2,000 lb/ft
rata q =
2,000 lb/ft
Balok sederhana AB dengan panjang bentang 21
ft harus memikul beban terbagi
q =
2000 lb/ft yang terdistribusi di sepanjang balok secara tidak penuh seperti
. .r--. -12 I I i
terlihat dalam Gambar 5 -21 .
Dengan meninjau beban terbagi rata dan berat balok,
l\L dan juga dengan menggunakan tegangan izin lentur sebesar psi, pilihlah 1 8000
I •
balok baja stmktural dengan bentuk sayap lebar untuk memikul beban tersebut.
ft ----3---k ft�6 ft
Rs Solusi
RA
Di dalam contoh ini kita menyelesaikan sebagai berikut: ( 1 ) Cari momen lentur
maksimum di balok aldbat beban terbagi rata. (2)
Dengan mengetahui momen
maksimum, ldta mencari modulus penampang yang diperlukan. Pilih balok (3)
sayap lebar coba-coba dari Tabel E- 1 di Lampiran E dan mendapatkan berat
balok. (4) Dengan mengetahui beratnya, kita menghitung momen lentur yang barn
dan modulus penampang yang baru. (5) Tentukan apakah balok yang dipilih masih
memadai. Jika tidak, pilih balok baru dan ulangi prosesnya sampai ukuran balok
- 1 7 . 1 40 yang memadai diperoleh.
Gambar 5-21 Contoh 5-7.
Momen lentur maksimum. Untuk memudahkan pencarian lokasi momen lentur
Desain suatu balok sederhana
maksimum, kita buat diagram gaya geser (Gambar dengan menggunakan 5-21)
dengan beban terbagi rata parsi al cara-cara yang telah diuraikan dalam Bab 4. Sebagai bagian dari proses tersebut,
kita tentukan reaksi di tumpuan:
RA == 18.860 lb RB = 1 7.140 lb
Jarak x1 dari tumpuan kiri ke penampang dengan gaya geser no! diperoleh dari
persamaan
Mekanika Bahan 287
V= RA - qx1 =0
yang berlaku dalam selang 0 :5. x :5. 1 2 ft. Dengan memecahkan X
p
kita peroleh
X
1 =
RA = 1 8.860 lb = 9.430 ft
q 2.000 lb/ft
yang lebih kecil daripada 1 2 ft sehingga perhitungan ini sah.
Momen lentur maksimum terjadi di penampang di mana gaya geser sama
dengan nol; dengan demik:ian,
Balok coba-coba. Sekarang kita gunakan Tabel E- 1 dan kita pilih balok
sayap lebar teringan yang mempunyai modulus penampang yang lebih besar
daripada 59,3 in. 3 Balok paling ringan yang modulus penampangnya memenuhi
adalah W 1 2 x 50 dengan S = 64,7 in.3 Balok ini mempunyai berat 50 lb/ft. (lngat
bahwa tabel da1am Lampiran E hanya sebagian saja dari yang tersedia jadi balok
yang lebih ringan mungkin saja ada.)
Sekarang kita menghitung ulang reaksi, momen lentur maksimum, dan modu
lus penampang yang diperlukan dengan balok yang dibebani oleh beban terbagi
q
rata dan berat sendirinya. Akibat beban kombinasi ini reaksinya ada1ah
RA = 1 9 .380 lb R8 = 17.670 lb
dan jarak ke penampang dengan geser no1 menjadi
x1 = 9,455 ft
Momen lentur maksimum bertambah menjadi 9 1 .600 1b-ft dan modulus penampang
yang dibutuhkan adalah
Mmaks = (9 1 .600 lb-ft)( l 2 in./ft)
S= = 6 1 , 1 in. 3
a izin 1 8.000 psl
Jadi, kita lihat bahwa balok W 1 2 x 50 dengan modulus penampang S = 64,7
in. 3 sudah memadai. •
Jika modulus penampang yang dibutuhkan me1ebihi yang dimiliki balok W
1 2 x 50, maka balok baru dengan modulus penampang lebih besar akan dibutuhkan
dan prosesnya harus diulangi.
• Contoh 5-8
Sebuah tanggul kayu sementara terbuat dari papan-papan horizontal A yang dipikul
oleh tiang-tiang kayu B yang tertanam di tanah sedemikian hingga berlaku sebagai
(dimensi b x b) dan betjarak satu sama lain s = 0,8 m, as ke as. Asumsikan bahwa
balok kantilever (Gambar 5-22). Tiang mempunyai penampang bujursangkar
ketinggian muka air di belakang tanggul sama dengan tinggi total tunggal h = 2.0
m. Tentukan dimensi b minimum yang diperlukan untuk tiang jika tegangan lentur
izin di kayu adalah aizin = 8.0 MPa.
Solusi
Setiap tiang mengalami beban terdistribusi segitiga yang diakibatkan oleh tekanan
air terhadap tiang. Akibatnya, diagram pembebanan untuk setiap tiang adalah
288 BaD 5 Tegangan Di Ba/ok (Topik Dasar)
Mmaks =
2
()
q0h !.!..
3
=
}'fl 3s
6
(b)
(d) ..
b3
7,848 x 1 06 mm 3
��
<9 •8 1 kN/m 3 )(2,0 m)3 (0,8 m)
= =
0,007848 m 3 =
8,0 MPa
·� qo
b
sehingga
=
(c) Diagram pembebanan
1 99 mm
b
I
Gambar 5-22 Contoh 5-8. Jadi, dimensi minimum yang diperlukan untuk tiang adalah 1 99 mm. Setiap
horizontal A yang ditumpu oleh
Tanggul kayu dengan papan
dimensi yang lebih besar, misalnya 200 mm, akan menjamin hahwa tegangan
Teori balok yang dibahas dalam bab ini diturunkan untuk balok prismatis,
yaitu balok lurus yang mempunyai penampang sama di seluruh panjangnya.
B alok nonprismatis biasanya digunakan untuk mengurangi berat dan
memperbaiki tampilan. Balok seperti ini dapat dijumpai pada mobil,
pesawat terbang, mesin, gedung, jembatan, dan banyak aplikasi Jainnya
(Gambar 5-23). Rumus lentur (Persamaan 5-1 3) memberikan harga akurat
yang cukup baik untuk tegangan lentur pada balok nonprismatis apabila
perubahan penampang adalah gradual, seperti terlihat pacta contoh-contoh
dalam Gambar 5-23.
Sekarang tinjaulah bagaimana tegangan lentur bervariasi apabila kita
berjalan di sepanjang sumbu balok. Pada balok prismatis, modulus
penampang S merupakan konstanta sehingga tegangan bervariasi secara
sebanding langsung dengan momen lentur M (karena cr = MIS). Namun,
pada balok nonprismatis, modulus penampang juga bervariasi di sepanjang
sumbu. Dengan demikian, kita tidak dapat mengasumsikan bahwa tegangan
Mekanika Bahan 289
�� �
-;::o- �'
""'
r
i
(b)
le 1
• Contoh 5-9
Sebuah balok kantilever yang meruncing (nonprismatis) AB dengan penampang
lingkaran solid memikul beban P di ujung bebas (Gambar 5-24). Diameter d8 di
ujung besar adalah dua kali diameter dA di ujung kecil:
dB =
2
dA
Tentukan tegangan lentur a8 di tumpuan jepit dan tegangan lentur maksimum
(Jmaks·
Solusi
Jika sudut peruncingan balok kecil, maka tegangan lentur yang diperoleh dari
rumus lentur akan berbeda sedikit dari harga eksaknya. Sebagai pedoman dalam
meninjau ketelitian, kita ingat bahwa jika sudut antara garis AB (Gambar 5-24)
dan sumbu longitudinal balok adalah sekitar 20°, maka galat dalam perhitungan
tegangan normal dari rumus lentur adalah sekitar 1 0%. Tentu saja, apabila sudut
peruncingan tersebut berkurang, galat akan berkurang pula.
Modulus penampang. Modulus penampang di sembarang potongan melintang
Gambar 5-24 Contoh 5-9. Balok balok dapat dinyatakan sebagai fungsi dari jarak x yang diukur di sepanjang
kantilever yang meruncing dengan sumbu balok. Karena modulus penampang bergantung pada diameter (Persamaan
penampang lingkaran 5 - 1 9b), maka kita mula-mula hams menyatakan diameter dalam x sebagai berikut:
290 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
(5-30)
di mana dx adalah diameter pada jarak x dari ujung bebas. Dengan demikian,
modulus penampang di jarak x dari ujung bebas adalah
(5-3 1 )
Tegangan lentur. Karena momen lentur sama dengan Px, maka tegangan normal
maksimum di sembarang penampang dinyatakan dalam persamaan
M =
_.£
32Px .
-=.=-:...:..:. ..._ ___,
al (5-32)
= ___ __
S
x 7r[ dA + (dB - dA )(XfL)]3
Kita dapat melihat pada balok ini dengan mudah bahwa tegangan a1 adalah tarik
di bagian atas dan tekan di bagian bawah balok.
Perhatikan bahwa Persamaan (5-30), (5- 3 1 ), dan (5 - 32) berlaku untuk
sembarang harga dA dan dB asalkan sudut peruncingan kecil. Dalam pembahasan
berikut ini, kita tinjau kasus di mana dB = 2dA.
Tegangan maksimum di tumpuanjepit di mana dB = 2dA. Tegangan maksimum
di penampang dengan momen lentur terbesar (ujung B dari balok) dapat diperoleh
dari Persamaan (5-32) dengan memasukkan x = L dan dB = 2dA; hasilnya adalah
4PL
aB = --
3
JrdA (a) •
-.,...:...=.-'-'--
.:. ,
32Px
Jrdl (1 + x/ L)
a1 -
-
3 (b)
amaks = = 4' 74 1
1 28PL PL (c)
27 l Jrd l Jrd
Di dalam contoh ini, tegangan maksimum terjadi di titik tengah balok dan besarnya
1 9% 1ebih besar daripada tegangan di ujung jepit.
Catatan: Jika peruncingan balok berkurang, maka penampang dengan
tegangan normal maksimum bergerak dari titik tengah ke arah tumpuan jepit.
Untuk sudut peruncingan sangat kecil, tegangan maksimum terjadi di ujung B.
• Contoh 5-1 0
Sebuah balok kantilever yang panjangnya L akan didesain untuk memikul beban
terpusat P di ujung bebas (Gambar 5-25). Penampang balok adalah persegi panjang
dengan lebar konstan b. Untuk membantu perencana dalam mendesain balok
tersebut, perencana perlu mengetahui seberapa tinggi balok yang diidealkan perlu
divariasikan agar tegangan normal maksimum di setiap penampang akan sama
dengan tegangan izin aizin· (Balok yang memenuhi kondisi ini disebut balok
Mekanika Bahan 291
bertegangan penuh atau balok dengan kekuatan konstan.) Dengan hanya meninjau
tegangan lentur yang diperoleh dari rumus lentur, tentukan tinggi balok tersebut.
Solusi
Momen lentur dan modulus penampang pada jarak x dari ujung bebas balok
adalah
5 hh;
M= Px =
6
di mana hx adalah tinggi balok pada jarak x. Dengan menggunakan rumus lentur,
kita peroleh
= M = = ---
s bh ;
Gambar 5-25 Contoh 5- 1 0. Px 6Px
(J. (d)
bh; /6
. - --
Balok bertegangan penuh yang IZIO
r 6Px
dengan tegangan geser diabaikan)
= ..
� baizin
h (e)
x
hs = �L
� baizin
(f)
h, = hs �£ (g) ..
Persamaan terakhir ini menunjukkan bahwa tinggi balok yang bertegangan penuh
bervariasi terhadap akar x. Dengan demikian, balok yang diidealkan mempunyai
bentuk parabolik seperti terlihat dalam Gambar 5-25.
Catatan: Di ujung yang dibebani dari balok (x = 0) tinggi teoretis adalah no!
karena tidak ada momen lentur di titik tersebut. Tentu saja, balok dengan bentuk
seperti ini tidak praktis karena tidak dapat memikul gaya geser di dekat ujung
balok. Sekalipun demikian, dengan mengetahui besaran balok yang bertegangan
penuh dapat merupakan alat bantu bagi perencana dalam mendesain struktur untuk
tegangan maksimum konstan (dan berat minimum). Contoh terkenal suatu struktur
dengan penampang yang bervariasi yang didesain untuk mempertahankan tegangan
maksimum (di dalam limit praktis) adalah pegas daun, seperti yang umum dijumpai
pada mobil dan truk.
--
5.8
I TEGANGAN G ESER Dl BALOK DENGAN PENAMPANG
PERSEGI PANJANG
terbagi rata dari satu sisi balok ke sisi lainnya. Juga. dari pembahasan
tegangan geser pada Subbab 1 .6, kita ketahui bahwa tegangan geser yang
bekerja di satu sisi elemen selalu disertai tegangan geser yang besarnya
sama dan bekerja tegak lurus muka elemen tersebut (lihat Gambar 5-26b
dan c). Jadi, ada tegangan geser horizontal yang bekerja antara lapisan
(a)
horizontal balok sebagaimana juga tegangan geser vertikal yang bekerja
�
di penampang. Di setiap titik pada balok, tegangan-tegangan geser yang
't �'
saling melengkapi ini mempunyai harga yang sama.
n
Kesamaan tegangan geser horizontal dan vertikal yang bekerja pada
� suatu elemen ini menghasilkan kesimpulan penting tentang tegangan geser
'
di puncak dan dasar balok. Jika kita bayangkan bahwa elemen mn (Gambar
111 5-26a) terletak di atas atau bawah, maka kita lihat bahwa tegangan geser
(b) (c) horizontal harus nol karena tidak ada tegangan di permukaan terluar balok.
persegi panjang Adanya tegangan geser horizontal di suatu balok dapat ditunjukkan
dengan eksperimen sederhana. Letakkan dua balok persegi panjang yang
identik pada tumpuan sederhana dan bebani dengan gaya P, seperti terlihat
dalam Gambar 5-27a. Jika friksi antara balok kecil, maka balok akan
melentur secara independen (Gambar 5-27b). Setiap balok akan mengalami
tekan di atas dan tarik di bawah sumbu netralnya masing-masing. Dengan
demikian, permukaan bawah balok atas akan bergcser terhadap permukaan
(a) atas balok bawah.
Sekarang bayangkan bahwa dua balok dilekatkan di sepanjang
permukaan kontak sehingga keduanya menjadi balok solid tunggal. Apabila
balok ini dibebani, tegangan geser horizontal harus terjadi di sepanjang
permukaan yang dilekatkan untuk mencegah geseran seperti terlihat dalam
Gambar 5-27b. Karena adanya tegangan geser ini, maka balok solid tunggal
(b) selalu jauh lebih kaku dan lebih kuat daripada dua balok yang terpisah.
Gambar 5-27 Lentur pada dua
balok yang terpisah
• Penurunan Rumus Geser
Kita sekarang siap untuk menurunkan rumus untuk tegangan geser r di
balok persegi panjang. Namun, daripada mengevaluasi tegangan geser
vertikal yang bekerja pada penampang, adalah lebih mudah untuk
mengevaluasi tegangan geser horizontal yang bekerja antara lapisan-lapisan
balok. Tentu saja, tegangan geser vertikal mempunyai besar yang sama
dengan tegangan geser horizontal.
Dengan mengingat prosedur ini, kita tinjau sebuah balok yang
mengalami lentur tak seragam (Gambar 5-28a). Kita ambil dua penampang
yang berdekatan mn dan m 1 n 1 yang jaraknya satu sama lain dx, dan
mengisolasi elemen mm 1 n 1 n. Momen lentur dan gaya geser yang bekerja
Mekanika Bahan 293
sumbu balok, maka besaran terse hut di muka kanan diberi notasi M + dM
lentur dan gaya geser dapat bervariasi apabila kita berjalan di sepanjang
dan V + dV.
Karena adanya momen lentur dan gaya geser (Gambar 5-28a), maka
elemen tersebut mengalami tegangan normal dan geser di kedua muka
penampang. Namun, hanya tegangan nom1al yang dibutuhkan di dalam
penurunan berikut sehingga hanya tegangan normal yang ditunjukkan dalam
Gambar 5-28b. Di penampang mn dan m , n ; tegangan normal masing
masing adalah,
(1\,f -'- d.\f ) y
I
(a. b)
rumus ini, y adalah jarak dari sumbu netral dan I adalah momen inersia
sebagaimana diberikan oleh rumus lentur (Persamaan 5 - 1 3 ). Di dalam
dan m 1p 1 mengalami tegangan lentur 0'1 dan cr2 yang diakibatkan oleh
momen lentur. Tegangan geser vertikal j uga bekerja di muka penampang;
namun, tegangan ini tidak mempengaruhi kesetimbangan subelemen dalam
arah horizontal (arah x), sehingga tidak ditampilkan dalam Gambar 5-28c.
dx dx
� j
_ _ _ _ , - - - - - -
__ _Q____ __
(c)
subelemen (penampang) balok
penampang persegi panjang
(d)
294 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
sekali karena balok yang mengalami lentur mumi tidak mempunyai gaya
geser sehingga tidak ada tegangan geser.
Jika momen lentur bervariasi di sepanjang sumbu x (lentur tak
seragam), maka kita dapat menentukan tegangan geser r yang bekerja di
muka bawah subelemen (Gambar 5-28c) dengan meninjau kesetimbangan
elemen dalam arah x. Kita mulai dengan mengidentifikasi elemen yang
luasnya dA y
pada penampang dengan jarak dari sumbu netral (Gambar 5-
28d). Gaya yang bekerja di elemen ini adalah adA, di mana a adalah
tegangan normal yang diperoleh dari rumus lentur. Jika elemen luas ini
terletak di muka kiri mp dari subelemen ( di mana momen lentumya adalah
M), maka tegangan normal dinyatakan dengan Persamaan (a) sehingga
elemen gaya adalah
a1 dA = -MIy dA
Perhatikan bahwa kita hanya menggunakan harga mutlak dalam persamaan
ini karena arah tegangan sudah jelas dari gambar. Penjumlahan elemen
elemen gaya yang bekerja di luas muka mp dari subelemen memberikan
gaya horizontal total F1 yang bekerja di muka tersebut:
(c)
F3 = Fz - F l (e)
atau F3 = +
seM /M)y dA - s �y dA = scd�)y dA
Besaran dM dan I di suku terakhir dapat dipindahkan ke luar tanda inte
gral karena keduanya merupakan konstanta di setiap penampang dan tidak
dilibatkan dalam integrasi. Jadi, rumus untuk gaya F3 menjadi
F3 =
dMfydA
I
(5-33)
Mekanika Bahan 295
r =
dx lb
( )f
dM J... \'ltA
-
(5-35)
Besaran dM!dx sama dengan gaya geser V (lihat Persamaan 4-6) sehingga
persamaan di atas menjadi
(5-36)
(5-38)
Rumus ini, yang dikenal sebagai rumus geser, dapat digunakan untuk
menentukan tegangan geser r di setiap titik pada suatu penampang dari
balok persegi panjang. Perhatikan bahwa untuk suatu penampang yang
spesifik, gaya geser V, momen inersia /, dan lebar b adalah konstanta.
Namun momen pertama Q (dan juga tegangan geser r) bervariasi terhadap
jarak y1 dari sumbu netral.
Jika level di mana tegangan geser akan dihitung ada di atas sumbu
netral, seperti terlihat dalam Gambar 5 -28d, adalah wajar untuk
mendapatkan Q dengan menghitung momen pertama (statis momen) dari
bagian penampang di atas level tersebut (bagian yang digelapkan dalam
gambar tersebut). Namun, sebagai altematif, kita dapat menghitung momen
pertama dari luas bagian penampang sisanya, yaitu luas di bawah area
yang digelapkan. Momen pertamanya sama dengan negatif dari Q.
Penjelasannya terletak pada kenyataan bahwa momen pertama seluruh
luas penampang terhadap sumbu netral sama dengan nol (karena sumbu
netral melalui pusat berat). Dengan demikian, harga Q untuk area di bawah
level y1 sama dengan negatif dari Q untuk area di atas level tersebut.
Untuk mudahnya, kita biasanya menggunakan area di atas level y1 apabila
titik yang dicari tegangan gesemya ada di bagian atas balok. Sebaliknya,
kita menggunakan area di bawah level y1 apabila titik tersebut ada di
bagian bawah balok.
Lebih j auh lagi, kita biasanya tidak peduli dengan perjanjian tanda
untuk V dan Q. Sebaliknya, kita menganggap semua suku di dalam rumus
r
geser sebagai besaran positif dan menentukan arah tegangan geser dengan
tinjauan langsung karena tegangan bekerja di arah yang sama dengan
gaya geser V itu sendiri. Prosedur untuk menentukan tegangan geser ini
diuraikan pada Contoh 5- 1 1 .
!!__ , 0--+-L-- x •
I
:�
4 1j
J
Distribusi Tegangan Geser di Balok Persegi Panjang
__t___ ��-----
Sekarang kita siap untuk menentukan distribusi tegangan geser di suatu
I•
balok dengan penampang persegi panjang (Gambar 5-30a). Momen pertama
b
� Q dari bagian penampang yang digelapkan diperoleh dengan mengalikan
1:
Tentu saja, hasil yang sama ini dapat diperoleh dari integrasi dengan
yf dA fh/2yb dy = b(h2 - 2 )
menggunakan Persamaan (5-37):
{ =
I 2
Q = 1 2 4 Y1
y
(b)
Dengan memasukkan rumus untuk Q ke dalam rumus geser (Persamaan
Gambar 5-30 Distribusi tegangan 5-38), kita dapatkan
geser di suatu balok dengan
penampang persegi panjang: (a)
potongan melintang balok, dan (b)
(5-39)
diagram yang menunjukkan
y1
distribusi tegangan geser secara
parabolik di seluruh tinggi balok.
Rumus ini menunjukkan bahwa tegangan geser di balok persegi panjang
y1 h/2.
bervariasi secara kuadratik terhadap jarak dari sumbu netral. Jadi, jika
diplot di seluruh tinggi balok, r bervariasi seperti terlihat dalam Gambar
5-30b. Perhatikan bahwa tegangan geser adalah nol ketika =±
y1
Harga maksimum dari tegangan geser terjadi di sumbu netral (y 1 =
0) di mana momen pertama Q mencapai harga maksimumnya. Dengan
substitusi = 0 ke dalam Persamaan (5-39), kita dapatkan
(5-40)
di mana A = bh
adalah luas penampang. Jadi, tegangan geser maksimum
di balok dengan penampang persegi panjang adalah 50% lebih besar
daripada tegangan geser rata-rata (yang sama dengan VIA).
Perhatikan sekali lagi bahwa persamaan di atas untuk tegangan geser
dapat digunakan untuk menghitung tegangan geser yang bekerja di
penampang atau tegangan geser horizontal yang bekerja di antara lapisan
lapisan balok. *
• Pembatasan
Rumus-rumus untuk tegangan geser yang dibahas dalam subbab ini
mempunyai batasan-batasan yang sama dengan rumus lentur, yaitu rumus
*Analisis tegangan geser yang dibahas dalam subbab ini dikembangkan oleh insinyur Rusia D.J.
Jourawski: lihat Ref. 5-7 dan 5-8.
Mekanika Bahan 297
• Contoh 5-1 1
Sebuah balok metal dengan bentang L = 3 ft ditumpu sederhana di titik A dan B
lebar b = I in. dan tinggi h = 4 in. Balok ini secara memadai ditumpu terhadap
tekuk ke samping.
Tentukan tegangan normal ac dan tegangan geser re di titik C, yang terletak
l-
1 in. di bawah tepi atas balok dan 8 in. dari tumpuan kanan. Gambarlah tegangan
tegangan ini pada suatu elemen tegangan di titik C.
L = 3 ft --� Solusi
(a) Gaya geser dan momen lentur. Gaya geser Vc dan momen lentur Me di potongan
yang melalui titik C dapat dihitung dengan menggunakan cara-cara yang telah
diuraikan dalam Bab 4. Hasilnya adalah
Me = 1 7,92:0 !b-in. Vc = -1 600 lb
Tanda untuk besaran-besaran ini didasarkan atas perjanjian tanda standar untuk
momen lentur dan gaya geser (lihat Gambar 4-5).
Momen inersia. Momen inersia penampang terhadap sumbu netral (sumbu z
dalam Gambar 5-32b) adalah
I = �� = � ( 1 ,0 in.)(4,0 in}
1
= 5,333 in.4
____... 450 psi Tegangan geser di titik C. Untuk mendapatkan tegangan geser di titik C kita
Tanda negatif menunjukkan bahwa tegangan adalah tekan, sebagaimana diharapkan.
t�
3� !
i 3 60 psi perlu mengevaluasi momen pertama (statis momen) Qc bagian penampang di atas
ditulis Ac) dan j arak pusat berat (ditulis Ye) dari sumbu z; jadi,
titik C (Gambar 5-32b). Momen pertama ini sama dengan hasil kali luas (yang
450 psi �
2
Ac = ( 1 ,0 in.)( l ,O in.) = 1 ,0 in. Ye = 1 ,5 in. Qc = AeYe = 1 ,5 in. 3
(c)
Sekarang kita masukkan harga-harga di atas ke dalam rumus geser (Persamaan 5-
Gambar 5-32 Contoh 5- 1 1 . (a) 38) dan mendapatkan besar tegangan geser:
Balok sederhana dengan beban
Ve Qe ( 1 600 lb)( 1 ,5 in. 3 ) .
terbagi rata. (b) potongan re _
- ---n;-
- (5,333 in. 4 ) ( 1 , 0 in.) -
_
450 psi
_
• Contoh 5-1 2
Sebuah balok kayu AB yang memikul dua beban terpusat P (Gambar 5-33a)
mempunyai penampang persegi panjang dengan lebar b = I 00 mm dan tinggi
h = 1 50 mm (Gambar 5-33b ). Jarak dari UJung-ujung balok ke lokasi beban adalah
Mekanika Bahan 299
a = 0,5 m. Tentukan harga beban izin maksimum Pmaks jika tegangan izin lentur
Catatan: Balok kayu jauh lebih lemah dalam geser horizontal (geser sejajar
serat kayu longitudinal) dibandingkan geser tegak lurus serat (geser di potongan
melintang). Dengan demikian, tegangan izin untuk geser tegak lurus serat tidak
dibutuhkan dalam contoh ini.
Solusi
Gaya geser maksimum terjadi di tumpuan dan momen lentur maksimum terjadi di
seluruh daerah antara kedua beban. Harganya adalah
Tegangan normal dan geser di balok diperoleh dari rumus lentur dan geser
(Persamaan 5- 1 6 dan 5-40):
Mmaks 3Vmaks }_!_
amaks
I
6 Pa r
- maks - -
. _ _ _ _
- S bh 2 2A 2bh
z Dengan demikian, harga izin beban P maksimum untuk lentur dan geser masing
masing adalah
P.
2
a h
- izin b
lentur -
6a
Dengan memasukkan harga-harga numerik ke dalam rumus-rumus di atas, kita
dapatkan
(b) 2
( 1 1 MPa)( I OO mm) ( 1 50 mm)
fientur 8,25 kN =
G a m b a r 5-33 Contoh 5 - 1 2.
6(0,5 m)
B alok kayu dengan beban
= 2( 1 ,2 MPa)( l OO mm)( 1 50 mm) = 1 2, 0 kN
terpusat 3
Jadi, tegangan lentur menentukan desain, dan beban izin maksimum adalah
pmaks = 8,25 kN
Analisis lebih rumit pada balok ini mengharuskan berat sendiri balok diper
hitungkan, jadi mengurangi beban izin.
Catatan: Di dalam contoh ini, tegangan normal maksimum dan tegangan
geser maksimum tidak terjadi di lokasi sama di balok - tegangan normal mencapai
maksimum di daerah tengah balok di tepi atas dan bawah penampang, dan tegangan
geser mencapai maksimum di dekat tumpuan di sumbu netral penampang. Untuk
sebagian besar balok, tegangan lentur (bukan tegangan geser) menentukan beban
izin.
Meskipun kayu bukan merupakan bahan homogen dan seringkali tidak
menunjukkan perilaku elastis linier, kita masih dapat memperoleh hasil pendekatan
dari rumus lentur dan geser. Hasil pendekatan ini biasanya memadai dalam
mendesain balok kayu.
I
5.9 TEGANGAN G ESER Dl BALOK DENGAN PENAMPANG
LING KARAN
Bila suatu balok mempunyai penampang lingkaran (Gambar 5-34), kita
tidak dapat lagi mengasumsikan bahwa tegangan geser bekerja sejajar
sumbu y. Sebagai contoh, kita dapat dengan mudah membuktikan bahwa
di titik m (di tepi penampang) tegangan geser r harus bekerja menyinggung
tepi. Observasi ini berasal dari fakta bahwa permukaan luar balok tidak
300 Sac 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
( ; )( �: J
Gambar 5-34 Tegangan geser untuk penampang lingkaran yang mempunyai radius r:
I : 2 3 h = 2 ;
yang bekerja di penampang balok
4 2
yang berbentuk lingkaran =
Q = Ay = n = r (5-4 1 a,b)
bahwa tegangan geser di sumbu netral adalah sejajar dengan sumbu y dan
(Gambar 5-35), kita juga dapat mengasumsikan dengan ketelitian memadai
�h4 �h'
berlubang adalah
(i
Dengan demikian, tegangan geser maksimum adalah
/ �
J
VQ 4 r + 2 'i r12
r2 + ljk
rmaks = = V (5-44)
lb 3A
di mana
A = n(r22 - lj2 )
adalah l uas penampang. Perhatikan bahwa jika r1 = 0, Persamaan (5-44)
akan berkurang menjadi Persamaan (5-42) untuk balok lingkaran solid.
Meskipun teori di atas untuk tegangan geser di balok dengan
penampang l ingkaran adalah pendekatan, teori tersebut memberikan hasil
yang berbeda hanya beberapa persen dari yang diperoleh dengan
menggunakan teori elastisitas eksak (lihat Ref. 5-9 dan 5- 1 0) . Karena itu,
Persamaan (5-42) dan (5-44) dapat digunakan untuk menentukan tegangan
geser maksimum di balok lingkaran pada keadaan biasa.
l
Mekanika Bahan 301
clapat bekerj a pacla arah vertikal clan horizontal (arah y clan z), sepcrti
balok persegi panj ang. Sebagai contoh. tegangan gescr cli flens suatu balok
yang clitunjukkan oleh panah kecil clalam Gambar 5-36b. Tegangan geser
horizontal, yang jauh lebih besar claripada tegangan geser vertikal, dibahas
lebih l anjut dalam Subbab 6.7.
Tegangan geser di baclan balok tlem kbar bekerja hanya di arah
vertikal, dengan tegangan terbesar terjacli cli -,umhu netral . Tegangan ini
(a) dapat diperoleh dengan cara yang sama clengan yang kita gunakan dalam
mencari tegangan geser cli balok persegi panj an g .
y clan terclistribusi terbagi rata cli seluruh tebal badan. Karena itu, rumus
panjang; yaitu, kita asumsikan bahwa tegangan geser bekerja sejajar sumbu
(h) gcser r = VQ/Jb masih clapat berlaku. Narnun. lehar g sekarang aclalah
luas fillets tersebut sangat kecil . Selanjutnya kita akan membagi claerah
yang digelapkan menjacli clua persegi panj ang. Persegi panjang pertama
aclalah tlens atas itu sencliri, yang mempunyai luas
A
I = i!!.� _2 _ ':J_j
2)
(a)
cli mana b adalah lebar tlens, h aclalah tinggi total balok, clan h 1 adalah j arak
antara tepi dalam keclua flens. Persegi panj ang keclua aclalah bagian clari
baclan antara e(dan tlens. yaitu persegi panjang efcb, yang mempunyai luas
!Y
(h)
Penampang balok, dan (b) distribusi
tegangan geser vertikal d i hadan (a)
302 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
(b)
di mana t adalah tebal badan dan y1 adalah jarak dari sumbu netral ke
level ef
Momen pertama dari luas A 1 dan A 2 dievaluasi terhadap sumbu netral,
A
(
I 2
h1 h /2 - h1 1 2 ) A2 ( YJ +
h1,_
-' 1_
2_-_.::y_,_
·1 )
-
_
Q + +
2 2
Dengan memasukkan A 1 dan A 2 dari Persamaan (a) dan (b) dan
menyederhanakannya, kita peroleh
(5-45)
r = -
VQ
It
=
V [
8 It
2
- b(h - h12 ) +
2
-
t(h1 - 4 y12 ] (5-46)
Tegangan geser maksimum di dalam badan dari balok sayap lebar terjadi
pada sumbu netral, di mana y 1 = 0. Tegangan geser minimum terjadi di
mana badan bertemu flens (y1 = ± h /2). Tegangan ini, yang diperoleh dari
Persamaan (5-46), adalah
rmaks r min
V
= -(bh 2 - bhl2
2
+ th, ) (5-48a,b)
8It
B aik rmaks maupun rmin diberi label pada grafik dalam Gambar 5-37b.
Untuk balok sayap lebar yang khas, tegangan maksimum di badan adalah
Gaya geser vertikal yang dipikul oleh badan saja dapat ditentukan dengan
mengalikan luas diagram tegangan geser (Gambar 5-37b) dengan tebal
badan t. Diagram tegangan geser terdiri atas dua bagian, persegi panjang
dengan luas h1 rmin dan segmen parabolik dengan luas
2 (h
3 ,)(rmaks - rmin)
- th,
v
badan - 3 ( 2 rmaks + rmin) (5-49)
Untuk balok dengan proporsi yang khas, gaya geser di badan adalah 90%
sampai 98% dari gaya geser total V yang bekerja di penampang; sisanya
dipikul oleh geser di kedua sayap.
Karena badan menahan sebagian besar gaya geser, maka perencana
sering menghitung harga pendekatan tegangan geser maksimum dengan
membagi gaya geser total dengan luas badan. Hasilnya adalah tegangan
geser rata-rata di badan, dengan mengasumsikan bahwa badan memikul
semua gaya geser:
(5-50)
Untuk balok sayap lebar yang khas, tegangan rata-rata yang dihitung dengan
cara ini adalah sekitar 10% (lebih atau kurang) dari tegangan geser
maksimum yang dihitung dari Persamaan (5-48a). Jadi, Persamaan (5-50)
menyediakan cara sederhana dalam mengestimasi tegangan geser
maksimum.
Catatan: Tegangan geser rata-rata yang diperoleh dari Persamaan (5-
50) tidak sama dengan tegangan geser rata-rata yang diperoleh apabila
tegangan (yang ditunjukkan dalam Gambar 5-37b) dihitung dari rumus
geser r = VQ/Ib. Perbedaannya berasal dari kenyataan bahwa rumus geser
memperhitungkan luas flens, sedangkan Persamaan (5-50) tidak. Karena
itulah •rata-rata dari Persamaan (5-50) dapat lebih besar atau lebih kecil
daripada •maks yang dihitung dari rumus geser.
• Contoh
Dimensi potongan melintang balok (lihat dalam Gambar 5-37a dan Tabel
E- 1 , Lampiran E) adalah sebagai berikut:
B = 6,56 in.; t= 0,30 in. ; h = 1 2,50 in.; h1 = 1 1 ,46 in
Momen inersia penampang (dari Persamaan 5-47) adalah
1 .
(bh - bh1 + th1 ) = 283 m. 4
3 3 3
I =
12
Momen inersia yang tercantum dalam Tabel E- 1 adalah 285 in4, yang
sedikit lebih besar daripada harga yang dihitung di atas karena ini meliputi
luas fillets.
304 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
8/t
Dalam hal ini, rasio rmaks terhadap rmin adalah 1 ,24, artinya tegangan
maksimum di badan adalah 24% lebih besar daripada tegangan minimum.
Tegangan geser rata-rata di badan balok (dari Persamaan 5-50) adalah
(2 rmaks + rmin) = 96 10 lb
th,
vbadan =
3
yang berarti bahwa badan dari balok ini menahan 96% dari gaya geser
total.
• Pembatasan
Teori geser elementer yang disajikan dalam subbab ini memadai untuk
menentukan tegangan geser vertikal di badan dari balok sayap lebar.
Namun, dalam menyelidiki tegangan geser vertikal di sayap, kita tidak
dapat mengasumsikan bahwa tegangan geser adalah konstan di seluruh
lebar penampang, yaitu di seluruh lebar sayap b (Gambar 5-37a). Jadi,
kita tidak dapat menggunakan rumus geser untuk menentukan tegangan
tersebut.
Untuk menekankan hal ini, tinjaulah pertemuan badan dan flens atas
(y1 = h /2), di mana lebar penampang berubah secara mendadak dari t
menjadi b. Tegangan geser di permukaan bebas ab dan cd (Gambar 5-37a)
harus sebesar nol, sedangkan tegangan geser di badan di garis be adalah
rmin · Pengamatan ini menunjukkan bahwa distribusi tegangan geser di
pertemuan badan dan sayap cukup rumit dan tidak dapat diselidiki dengan
metode-metode elementer. Analisis tegangan menjadi lebih rumit dengan
adanya fillets di pojok b dan c. Fillets dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya tegangan yang terlalu besar, tetapi juga mengubah distribusi
tegangan di badan.
Jadi, kita simpulkan bahwa rumus geser tidak dapat digunakan untuk
menentukan tegangan geser vertikal di flens. Namun, rumus geser memang
memberikan hasil yang baik untuk tegangan geser yang bekerja secara
horizontal di flens (Gambar 5-36b ), sebagaimana dibahas kemudian dalam
Subbab 6.7.
Metode yang diuraikan untuk menentukan tegangan geser di badan
dari balok sayap lebar dapat juga digunakan untuk penampang lain yang
mempunyai badan yang tipis. Contoh berikut ini menggambarkan prosedur
untuk balok T.
Mekanika Bahan 305
• Contoh 5-1 3
Sebuah balok yang mempunyai penampang berbentuk T (Gambar 5-38a) mengalami
gaya geser vertikal V = 1 0.000 lb. Dimensi penampang adalah b = 4 in., t = 1 ,0
in., h = 8,0 in., dan h1 = 7,0 in. Tentukan tegangan geser r1 di bagian atas badan
(level nn) dan tegangan geser maksimum rmaks· (Abaikan luas fillets.)
z -....I._
.._ __
h = 8,0 in.
h1 = 7,0 in.
Solusi
Lokasi sumbu netral. Sumbu netral balok T ditentukan letaknya dengan menghitung
jarak c1 dan c2 dari atas dan bawah balok ke pusat berat penampang (Gambar 5-
38a). Mula-mula, kita membagi penampang atas dua persegi panjang, bagian flens
(sayap) dan badan (lihat garis putus-putus dalam Gambar 5-38a). Selanjutnya kita
menghitung momen pertama Qaa dari kedua persegi panjang tersebut terhadap
garis aa di bagian bawah balok. Jarak c2 sama dengan Qaa dibagi dengan 1uas A
dari keseluruhan penampang (lihat Bab 1 2, Subbab 1 2.3, untuk metode penentuan
lokasi pusat berat luas gabungan). Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Cz
Qaa 54,5 in. 3
c1 = h
.
= A = 2 = 4 955 m. c2 = 3,045 in.
1 1 ,0 in.
-
'
I = bh _ (b - t)hi
3 2
=
339 , 67 1· n.4 A c2 = 270,02 in.4 I = 69,65 in.4
3 3
aa
Tentu saja, kita mendapatkan hasil yang sama jika kita menghitung momen pertama
(statis momen) dari area di bawah level nn:
( i)
Q1 = th1 C2 - = ( 1 in.)(7 in.)(4,955 in. - 3,5 in.) = 1 0, 1 8 in?
Qmaks = tc c
2
(�) = (I in.)(4,955 in.> ( � )
4 95 in.
• = 1 2,28 in. 3
Sebagaimana telah disebutkan sebelum ini, kita dapat memperoleh hasil yang
sama jika kita menghitung momen pertama dari area di atas sumbu netral, tetapi
perhitungan dengan cara ini akan sedikit lebih lama.
Dengan memasukkan angka-angka ini ke dalam rumus geser, kita peroleh
3
VQmaks 2,28 in. ) .
rmaks - ( 1 0.000 lb)(14 I 7 6O ps1
(69,65 in. ) ( 1 in.)
- --
-
It
Balok tersusun dibuat dari dua atau lebih bagian bahan yang digabungkan
untuk membentuk balok tunggal. Balok seperti ini dapat mempunyai
.. .
berbagai bentuk untuk memenuhi kebutuhan arsitektural atau struktural
dan untuk memberikan penampang yang lebih besar daripada yang biasanya
tersedia. Gambar 5-39 menunjukkan beberapa balok berpenampang
(a) tersusun. Bagian (a) dari gambar ini menunjukkan balok boks kayu yang
terbuat dari dua papan, yang berfungsi sebagai flens, dan dua badan kayu
lapis. Bagian-bagian ini digabungkan satu sama lain dengan paku, sekrup,
atau lem sedemikian rupa sehingga beraksi sebagai satu unit tunggal.
Balok boks dapat juga terbuat dari bahan lain, termasuk baja, plastik, dan
komposit.
Contoh kedua adalah balok berlapis berlem (glulam beam) yang
terbuat dari papan-papan yang dilem satu sama lain untuk membentuk
(b) (c) balok yang jauh lebih besar daripada yang dapat dipotong dari sebuah
pohon sebagai elemen struktur tunggal. Balok glulam banyak digunakan
Gambar 5·39 Potongan melin
dalam konstruksi bangunan gedung kecil.
tang balok tersusun: (a) kotak
kayu, (b) balok glulam (kayu lapis Contoh ketiga adalah girder plat baja yang umumnya digunakan untuk
yang dilem), dan (c) girder pelat jembatan dan bangunan-bangunan besar. Girder ini, terdiri dari tiga buah
Mekanika Bahan 307
plat baja yang disambung dengan pengelasan, dapat dibuat dalam ukuran
yang jauh lebih besar daripada yang saat ini tersedia dengan plens lebar
yang biasa ataupun balok-1.
Balok tersusun harus didesain sedemikian rupa sehingga balok
berperilaku sebagai elemen struktur tunggal. Karena itu, perhitungan desain
meliputi dua tahap. Dalam tahap pertama, balok didesain seolah-olah terbuat
dari satu bagian, dengan memperhitungkan baik tegangan lentur maupun
geser. Dalam tahap kedua, sambungan antara bagian-bagian (seperti paku,
baut, lasan, dan lem) didesain untuk menjamin bahwa balok memang
berperilaku sebagai satu kesatuan tunggal. Khususnya, sambungannya harus
cukup kuat untuk menyalurkan gaya geser horizontal yang bekerja antara
bagian-bagian balok. Untuk mendapatkan gaya-gaya ini, kita menggunakan
konsep aliran geser.
F3 = 7f
d
ydA (5-5 1 )
f=
F3
dx
=
dM !
..
dx I
( )f ydA
X
I I
Dengan mengganti dM/dx dengan gaya geser V dan menulis integral dengan
I I
dx
Q, kita dapatkan rumus aliran geser:
I
(b)
c _ _ _
VQ
f = (5-52)
I
Persamaan ini memberikan aliran geser yang bekerja di bidang horizontal
pp1 yang ditunjukkan dalam Gambar 5-40a. Besaran V, Q, dan I mempunyai
arti yang sama dengan yang digunakan dalam rumus geser.
Jika tegangan geser di bidang pp 1 terdistribusi terbagi rata,
sebagaimana kita asumsikan untuk balok persegi panjang dan balok sayap
lebar, aliran geser f akan sama dengan rb. Dalam kasus tersebut, rumus
aliran geser akan menjadi rumus geser (Persamaan 5-38). Namun,
dx l
penurunan Persamaan (5-5 1 ) untuk gaya F3 tidak melibatkan asumsi apapun
tentang distribusi tegangan geser di balok. Sebaliknya, gaya F3 diperoleh
(c) hanya dari keseimbangan horizontal subelemen (Gambar 5-40c). Dengan
demikian, kita sekarang dapat menginterpretasikan subelemen dan gaya
Gambar 5-40 Gaya geser tegang
F3 dalam bentuk yang lebih umum daripada sebelumnya.
an geser horizontal di sebuah
Subelemen dapat berupa sebarang blok prismatis antara potongan
dari Gambar 5-28 dan 5-29
balok. Gambar-gambar ini diulang
melintang mn dan m1n1 (Gambar 5-40a). Subelemen ini tidak harus
308 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
z 0
digelapkan dalam gambar). Aliran geser yang diperoleh adalah gaya lon
gitudinal per satuan jarak yang bekerja di sepanjang permukaan kontak
bb, dan paku keling harus mempunyai ukuran dan jarak longitudinal yang
memadai untuk menahan gaya ini.
Contoh terakhir adalah balok boks kayu dengan dua flens dan dua
badan yang disambung oleh paku atau sekrup (Gambar 5-4 l e). Gaya geser
(c) horizontal total antara flens atas dan badan adalah aliran geser yang bekerja
Gambar 5-41 Luas yang di
di sepanjang permukaan kontak c c dan dd, dan karenanya, momen pertama
gunakan dalam menghitung Q dihitung untuk flens atas (daerah yang digelapkan). Dengan kata lain,
momen pertama Q aliran geser yang dihitung dari rumus f = VQ/1 adalah aliran geser total
di sepanjang semua permukaan kontak yang mengelilingi area yang
digunakan untuk menghitung Q. Dalam hal ini, aliran geser f ditahan oleh
aksi gabungan dari paku-paku kedua sisi balok, yaitu baik pada cc maupun
dd, sebagaimana digambarkan dalam contoh berikut.
• Contoh 5-1 4
Balok boks kayu (Gambar 5-42) terbuat dari dua papan, masing-masing mempunyai
potongan melintang 40 mm x 1 80 mm, yang berfungsi sebagai flens dan dua
badan kayu lapis, yang tebalnya 1 5 mm. Tinggi total balok adalah 280 mm. Kayu
lapis ini disambung ke flens dengan menggunakan sekrup kayu yang mempunyai
Mekanika Bahan 309
s (Gambar 5-42b).
Solusi
Aliran geser. Gaya geser horizontal yang disalurkan antara flens atas dan kedua
badan dapat diperoleh dari rumus aliran geser f = VQ/I, di mana Q adalah momen
pertama dari luas flens tersebut. Untuk mendapatkan momen pertama, kita kalikan
luas At dari flens dengan jarak d dari pusat beratnya ke sumbu netral:
At = 40 mm x 1 80 mm = 7200 mm2
t
d = 1 20 mm
Q = A;Jt = (7200 mm2) ( 1 20 mm) = 864 x 1 03 mm3
t
Momen inersia keseluruhan penampang terhadap sumbu netral sama dengan momen
inersia persegi panjang yang luar dikurangi momen inersia "lubang" (persegi
panjang dalam):
1 1
I = }2 (210 mm)(280 mm)3 - 12 ( 1 80 mm)(200 mm)3 = 264,2 x 106 mm4
I
yang merupakan gaya geser per mm panjang yang harus disalurkan antara flens
dan kedua badan.
Jarak sekrup. Karena jarak longitudinal sekrup adalah s, dan karena ada dua
garis sekrup (satu di masing-masing sisi flens), maka kapasitas beban sekrup
adalah 2F per jarak s di sepanjang balok. Dengan demikian, kapasitas sekrup per
jarak satuan di sepanjang balok adalah 2F/s. Dengan menyamakan 2F/s dengan
aliran geser f dan memecahkan jarak s, kita dapatkan
2F 2( 1 100 N)
s = = = 64' 1 mm
f 34,3 N/mm
Harga s ini adalah jarak izin maksimum antara sekrup, berdasarkan atas beban izin
per sekrup. Setiap jarak yang lebih besar daripada 64, 1 mm akan menyebabkan
sekrup kelebihan beban. Untuk memudahkan pembuatan, dan agar aman, jarak s
= 60 mm akan dipilih.
5· 1 2
I BALOK DENGAN BEBAN AKSIAL
Elemen struktural sering mengalami aksi simultan beban lentur ctan beban
aksial. Ini teij acti, sebagai contoh, pacta rangka pesawat, kolom pacta gectung,
mesin, bagian-bagian kapal, ctan pesawat luar angkasa. Jika elemen struktur
31 0 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
nol) tidak lagi melalui pusat berat penampang. Seperti terlihat dalam
Gambar 5-43e, f, dan g, berturut-turut, sumbu netral dapat berada di luar,
di tepi, atau di dalam penampang.
Penggunaan Persamaan (5-53) untuk menentukan tegangan di balok
dengan beban aksial digambarkan dalam Contoh 5-15.
(5-54)
(c) (d) kasus di mana P dan e positif, terlihat dalam Gambar 5-44d.
Posisi sumbu netral nn (Gambar 5-44c) dapat diperoleh dari Persamaan
(5-54) dengan mengatur tegangan Cf sama dengan nol dan memecahkan
P Pe
Gambar 5-44 (a) Balok
• lnti Penampang
Jika beban aksial bekerja dengan eksentrisitas kecil, maka sumbu netral
dapat berada di luar balok, sebagaimana diterangkan dalam bab sebelum
ini. Pada saat ini terjadi, tegangan normal akan mempunyai tanda sama di
seluruh penampang, dan balok akan seluruhnya mengalami tarik atau
seluruhnya mengalarni tekan.
Kondisi ini penting, sebagai contoh, apabila beban tekan bekerja di
bahan yang sangat lemah terhadap tarik, seperti beton, batu, atau keramik.
Pada bahan tersebut kita harus yakin bahwa beban menghasilkan hanya
tekan di penampang. Untuk melihat bagaimana ini dicapai, tinjau contoh
dalam Gambar 5-45a. Di dalam contoh ini, beban aksial tekan P bekerja
(a) dengan eksentrisitas e di kolom persegi panjang dengan lebar b dan tinggi
y
h. Apabila e kecil, maka sumbu netral nn terletak di luar kolom dalam
arah y (Gambar 5-45b) dan seluruh penampang mengalami tekan. Apabila
beban bergerak dalam arah y positif dan eksentrisitas e bertambah, maka
sumbu netral bergerak mendekati tepi penampang. Pada saat sumbu netral
mencapai tepi penampang (y0 = -h/2, atau -y0 = -h/2), distribusi tegangan
menjadi segitiga tetapi seluruhnya masih berupa tekan. Dengan semakin
meningkatnya e, sumbu netral akan bergerak ke dalam penampang dan
bagian dari kolom ini sekarang berada dalam keadaan tarik.
Harga maksimum dari eksentrisitas agar semua kolom mengalami
(b)
tekan terjadi apabila sumbu netral berada di tepi penampang, yaitu pada
Gambar 5-45 Beban tekan P saat y0 sama dengan -h/2. Harga eksentrisitas e1 tersebut diperoleh dari
yang bekerja di kolom persegi
Persamaan (5-55):
panjang
I bh3 / 1 2 h
--- =
(5-56)
A(- h/2) (bh)(h/2) 6
Mekanika Bahan 31 3
dengan diagonal yang panjangnya h/3 dan b/3 (Gambar 5-46).* Inti dari
bentuk penampang lainnya ditentukan dalam Soal 5 . 1 2-20 sampai 5 . 1 2-24
di akhir bab ini.
• Pembatasan
Analisis terdahulu mengenai balok dengan beban aksial didasarkan atas
asumsi bahwa momen lentur dapat dihitung tanpa meninjau defleksi balok.
Dengan perkataan lain, dalam menentukan momen lentur M untuk di
gunakan dalam Persamaan (5-53), kita harus dapat menggunakan dimensi
1 b�
semula dari balok-dimensi sebelum terjadinya deformasi atau defleksi.
-
Penggunaan dimensi semula adalah sah asalkan balok relatif kaku terhadap
Contoh 5-1 5
Sebuah balok tabung A CB yang panjangnya L = 60 in. ditumpu sendi di ujung
dari titik bekerjanya beban P ke sumbu longitudinal tabung adalah d = 5,5 in.
ujungnya dan dibebani oleh gaya miring P di tengah-tinggi (Gambar 5-47a). Jarak
Penampang tabung ini adalah bujursangkar (Gambar 5-47b) dengan dimensi luar
b = 6,0 in., luas A = 20,0 in. 2, dan momen inersia I = 86,67 in. 4 Tentukan tegangan
tarik dan tekan maksimum di balok akibat beban P = 1 000 lb.
Solusi
Balok dan pembebanan. Kita mulai dengan menyatakan balok dan bebannya dalam
bentuk yang diidealkan untuk maksud analisis (Gambar 5-48a). Karena tumpuan
di ujung A menahan baik peralihan horizontal maupun vertikal, maka ini direpre
sentasikan sebagai tumpuan sendi. Tumpuan di B mencegah peralihan vertikal te
tapi tidak menahan peralihan horizontal, sehingga ditunjukkan sebagai tumpuan
rol.
*Konsep tentang inti suatu penampang diperkena1kan o1eh insinyur Perancis J.A.C. Bresse pada
tahun 1854; 1ihat Ref. 5- 12.
31 4 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
� ; = 30 in.
y
= 30 in.
_j_
z b = 6 in.
-1 1- t
b = 6 in.
(b) dengan mengingat bahwa di titik ini pada balok tegangan tarik akibat gaya aksial
menambah tegangan tarik akibat momen Jentur terbesar. Jadi, dari Persamaan (5-
' 'I
329 lb 53), kita dapatkan
l
V
!"'''
l My
''
0
, , ,
N 866 lb (9870 lb-in.)(-3,0 in.)
_
,
( )
M M
sangat penting pada elemen struktur yang terbuat dari bahan getas atau
yang mengalami beban dinamis. (Lihat Bab 2, Subbab 2. 1 0 untuk
pembahasan tentang kondisi di mana konsentrasi tegangan merupakan hal
penting.)
Untuk ilustrasi, dua kasus konsentrasi tegangan di balok dibahas di
(a) dalam subbab ini. Kasus pertama adalah balok dengan penampang persegi
panjang dengan 1ubang di sumbu netral ( Gambar 5-49). B alok ini
mempunyai tinggi h dan tebal b (tegak lurus bidang gambar) dan mengalarni
lentur mumi akibat aksi momen lentur M. Apabila diameter d lubang
( )
M M adalah kecil dibandingkan dengan tinggi h, maka distribusi tegangan di
potongan melintang yang melalui lubang kurang lebih seperti terlihat dalam
Gambar 5-49a. Di titik B pada tepi lubang, tegangannya jauh lebih besar
daripada tegangan yang dapat ada di titik tersebut seandainya tidak ada
lubang. (Garis putus-putus di dalam gambar tersebut menunjukkan distribusi
(b) tegangan tanpa lubang.) Namun, apabila kita berjalan menuju tepi luar
balok (menuju titik A), distribusi tegangan bervariasi secara linier terhadap
Gambar 5-49 Distribusi jarak dari sumbu netral dan hanya sedikit dipengaruhi oleh adanya lubang.
tegangan di sebuah balok yang
Apabila lubangnya relatif besar, maka pola tegangan kurang lebih
mengalami lentur murni dengan
lubang lingkaran di sumbu netral. seperti terlihat da1am Gambar 5-49b. Ada peningkatan tegangan di titik B
(Balok ini mempunyai penampang dan hanya sedikit perubahan tegangan di titik A dibandingkan dengan
dan tebal b.)
persegi panjang dengan tinggi h distribusi tegangan di balok tanpa lubang (sekali lagi, ini ditunjukkan
dengan garis putus-putus). Tegangan di titik C lebih besar daripada tegangan
di A tetapi lebih kecil daripada tegangan di B.
Penyelidikan lebih da1am telah menunjukkan bahwa tegangan di tepi
lubang (titik B) kurang lebih dua kali tegangan nominal di titik tersebut.
Tegangan nominal dihitung dari rumus lentur dengan cara standar, yaitu,
CJ = My//, di mana y adalah jarak d/2 dari sumbu netra1 ke titik B dan I
adalah momen inersia penampang neto di lokasi lubang. Jadi, kita
mempunyai rumus pendekatan berikut untuk tegangan di titik B:
(5-57)
Di tepi luar balok (di titik C), tegangan kurang lebih sama dengan tegangan
nominal (bukan tegangan aktual) di titik A (di mana y = h/2):
(5-58)
Pacta dua persamaan terakhir ini kita lihat bahwa rasio CJsfCJc kurang lebih
sebesar 2d/h. Jadi kita simpulkan bahwa apabila rasio d!h antara diameter
terhadap tinggi balok melebihi 1/2, maka tegangan terbesar terjadi di titik
B. Apabila d!h kurang dari 1/2, maka tegangan terbesar terjadi di titik C.
Kasus kedua yang akan kita bahas adalah balok persegi panjang
dengan takik (Gambar 5-50). Ba1ok pacta gambar tersebut mengalarni lentur
mumi dan mempunyai tinggi h dan tebal b (tegak 1urus bidang gambar).
316 Bab 5 Tegangan Di Balok (Topik Dasar)
Juga, tinggi neto balok (yaitu, jarak antara dasar masing-masing takikan)
adalah h1 dan radius di dasar masing-masing takikan adalah R. Tegangan
maksimum untuk balok ini terjadi di dasar takikan dan dapat jauh lebih
besar daripada tegangan nominal di titik yang sama. Tegangan nominal
dihitung dari rumus lentur dengan y = h/2 dan I = bhf/12; jadi,
(]nom =
My 6M
=
bhI2 (5-59)
- --
lingkaran ( h = h1 + 2R).
adalah untuk takikan setengah
71;
*Gambar 5-50 dip1ot dari rumus yang diberikan da1am Ref. 2- 1 0, yang mengandung rumus untuk
banyak jenis lain konsentrasi tegangan. Untuk data tambahan tentang konsentrasi tegangan termasuk
rumus-rumus dan grafik-grafik, lihat Ref. 2 - 1 1.