PEDOMAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH
i
PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH
PENGARAH
Muhammad Ali Ramdhani
Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Waryono Abdul Ghofur
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
PENANGGUNG JAWAB
Siti Sakdiyah
Kasubdit Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah
PENELAAH
Abdul Munir, Inovasi
M. Amin Hasan, Universitas Sunan Giri Surabaya
Zaenuri, Pengawas Madrasah Kabupaten Mojokerto
PENULIS
Aini Saadah , Pamong Belajar Madya Kanwil Kementerian
Agama Prov. Jawa Tengah
Muhammad Edi Sulaksono, Pamong Belajar Madya Kantor
Kementerian Agama Prov. DKI Jakarta
Suhardi, Pamong Belajar Madya Kanwil Kementerian Agama
Kota Tangerang Selatan
O. Dadang Farid, Pamong Belajar Madya Kanwil Kementerian
Agama Prov. Jawa Barat
Suryana, FKDT
Munthoi, FKDT
Asep Ely Gunawan, FKDT
Dkk.
ii
TIM PENYUNTING
Asep A Kohar, Subdit PMDT
Wawan Darmawan, Subdit PMDT
Muhammad Solikhin, Subdit PMDT
COVER DESAIN
Muhammad Fajrul Husni Hafsa, Subdit PMDT
iii
iv
KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmanirrahim
Sebagaimana tertuang dalam pasal 30 ayat 4
UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003,
pendidikan Diniyah diakomodir sebagai salah satu
sub Sistem Pendidikan Nasional yang bertugas
melayani kebutuhan masyarakat di dalam
pendidikan agama Islam. Untuk memperjelas
bentuk pelayanan yang diberikan oleh Madrasah
Diniyah Takmiliyah (MDT), pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 55 tahun
2007 tentang Pendidikan Keagamaan yang
menjelaskan lebih rinci tentang bentuk layanan
yang harus diberikan oleh Pendidikan Madrasah
Diniyah Takmiliyah (MDT).
Seiring dengan animo masyarakat terhadap
Pendidikan Diniyah Takmiliyah yang semakin besar
dan luas di semua daerah maka Kementerian
Agama mengeluarkan Peraturan Menteri Agama
nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan
Keagamaan Islam yang lebih detail menjelaskan
tujuan dan peran yang harus dilakukan oleh jenis
v
Pendidikan Madrasah Diniyah Takmliyah dalam
melayani kebutuhan masyarakat di bidang
pendidikan agama yang lebih bermutu.
Respon masyarakat terhadap layanan
Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah yang
diselenggarakan oleh masyarakat cukup baik dan
positif. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya
minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya
di Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah
sehingga lembaga pendidikan ini semakin banyak
dibuka oleh masyarakat.
Respon tersebut tidak hanya datang dari
masyarakat, akan tetapi juga datang dari pihak
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Hal ini
dibuktikan dengan dukungan pemerintah daerah
terhadap penyelenggaraan Pendidikan Madrasah
Diniyah Takmiliyah. Diantaranya ditetapkannya
Peraturan Daerah (Perda) tentang Pendidikan
Diniyah Takmiliyah/ tentang Pendidikan
Keagamaaan Islam.
Pemerintah Daerah menilai keberadaan
Pendidikan Diniyah Takmiliyah sangat efektif dalam
membentuk karakter keagamaan Islam yang
vi
moderat dan rahmatan lil alamin. Oleh karena itu
kualitas pada Madrasah Diniyah Takmiliyah perlu
terus ditingkatkan.
Dalam upaya peningkatan kualitas Pendidikan
Madrasah Diniyah Takmiliyah maka Kementerian
Agama perlu menetapkan standar pelayanan
minimal yang akan menjadi tolak ukur dalam
penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Diniyah
Takmiliyah. Untuk itu Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam telah mengeluarkan Surat
Keputusan tentang Standar Pelayanan Minimal
Madrasah Diniyah Takmiliyah No. 3201 tahun 2013
yang direvisi melalui Surat Keputusan Dirjen Pendis
nomor 6710 tahun 2014.
Standar Pelayanan Minimal Madrasah Diniyah
Takmiliyah (MDT) ini dinilai kurang memadai untuk
penyelenggaraan Madrasah Diniyah Takmiliyah
(MDT) saat ini. Oleh karena itu harus direvisi agar
relevan dengan sistem pendidikan dan
perkembangan zaman.
Standar Pelayanan Minimal ini diharapkan
dapat menjadi rujukan yang jelas bagi para pihak
yang berkepentingan dan berwenang bagi
vii
pengembangan Pendidikan Diniyah Takmiliyah
untuk menjamin layanan yang berkualitas. Selain
itu dengan revisi Standar Pelayanan Minimal ini
diharapkan muncul sinergi yang berkualitas dan
terarah bagi pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan yang
diperlukan oleh Madrasah Diniyah Takmiliyah.
Ttd.
WARYONO
viii
DAFTAR ISI
ix
x
KEPUTUSAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR 5464 TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH
1
pengelolaan pendidikan
Madrasah Diniyah Takmiliyah;
b. bahwa dalam rangka
peningkatan pelayanan
pendidikan Madrasah Diniyah
Takmiliyah, perlu dibuat
standar pelayanan minimal
Madrasah Diniyah Takmiliyah;
c. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam tentang
Pedoman Standar Pelayanan
Minimal Madrasah Diniyah
Takmiliyah;
2
Tambahan lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);
3. Peraturan Pemerintah Nomor
55 Tahun 2007 Tentang
Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor
124, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4769);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal (Lembaran
3
Negara Republik Indonesia
tahun 2005 nomor 150,
tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4585);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 87,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6676)
sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 4 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun
2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 14, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 6762);
4
6. Peraturan Presiden Nomor 83
Tahun 2015 tentang
Kementerian Agama (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Tahun 168);
7. Peraturan Menteri Agama
Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Keagamaan Islam
(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor
822);
8. Peraturan Menteri Agama
Nomor 72 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agama (Berita
Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 822);
MEMUTUSKAN
5
PELAYANAN MINIMAL MADRA-
SAH DINIYAH TAKMILIYAH
6
Pendidikan Islam Nomor 6710
Tahun 2014 tentang Pedoman
Standar Pelayanan Minimal
Madrasah Diniyah Takmiliyah
dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 September 2022
DIREKTUR JENDERAL
Ttd.
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional bertujuan
mengembangkan potensi santri agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan ada 3
(tiga) jalur pendidikan, yaitu: formal, non formal
dan informal. Ketiga jalur pendidikan tersebut
merupakan satu kesatuan yang saling
melengkapi satu sama lain. Madrasah Diniyah
Takmiliyah merupakan salah satu bentuk
pendidikan keagamaan non formal yang telah
memberi kontribusi besar terhadap
pembangunan bangsa. Keberadaannya tidak
hanya menjadi pelengkap pendidikan formal,
tetapi juga mampu melahirkan generasi bangsa
8
berkarakter, berwawasan kebangsaan dan
menguasai ilmu-ilmu agama Islam (tafaqquh
fiddien).
Dalam rangka memberikan pelayanan
pendidikan keagamaan, Pemerintah telah
mengeluarkan PP No. 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Keagamaan. Dengan
peraturan tersebut lembaga-lembaga pendidikan
keagamaan yang ada di tengah-tengah
masyarakat diharapkan semakin berkembang
dan berkualitas.
Kerjasama antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat sangat dibutuhkan
untuk mewujudkan pelayanan pendidikan
keagamaan yang bermutu. Agar dijadikan
pedoman bagi seluruh kementerian dan
pemerintah daerah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
Khusus di bidang pendidikan, dengan
mempertimbangkan bahwa Standar Nasional
Pendidikan (SNP) hanya bisa dicapai secara
bertahap, maka Pemerintah dan Pemerintah
9
Daerah memerlukan kerangka acuan kinerja
untuk mendorong terwujudnya pendidikan
bermutu. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanan pendidikan sekaligus
menjalankan tahapan lebih lanjut dalam
mencapai SNP.
Sejalan dengan semangat tersebut,
Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) sebagai
bagian integral dari Sistem Pendidikan Nasional
memerlukan dukungan nyata dan pelayanan
dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun
masyarakat penyelenggara pendidikan
keagamaan agar dapat meningkatkan
kualitasnya. Hingga saat ini eksistensi MDT
sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang
dikelola dan dikembangkan secara mandiri oleh
masyarakat sudah menunjukkan perkembangan
yang berarti.
Manajemen berbasis madrasah (sekolah)
telah menjadi dasar bagi para penyelenggara dan
pengelola lembaga tersebut dalam
mengembangkan pendidikan keagamaan.
Perhatian Pemerintah dan Pemerintah daerah
10
terhadap lembaga tersebut saat ini jauh lebih
besar dibanding masa-masa sebelumnya.
Upaya peningkatan kualitas pendidik dan
tenaga kependidikan, lembaga, maupun
kemampuan organisasional dalam pengelolaan
Madrasah Diniyah Takmiliyah juga terus
ditingkatkan. Bahkan tidak sedikit kebijakan
Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota
yang berdampak pada meningkatnya angka
partisipasi masyarakat dalam mengikuti
pendidikan keagamaan melalui MDT.
Agar kondisi tersebut semakin baik dan
merata di seluruh daerah, diperlukan sistem
pelayanan yang baik dengan tolok ukur dan
indikator kinerja pemerintah maupun satuan
pendidikan yang jelas.
Kementerian Agama RI telah menetapkan
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan
Madrasah Diniyah Takmiliyah melalui SK Dirjen
nomor 3210 tahun 2013 yang telah direvisi
dengan SK Dirjen nomor 6710 tahun 2014.
Melihat dinamika sistem pendidikan, SPM
tersebut dipandang perlu untuk diubah
11
sehingga penyelenggaraan dan pelayanan
Pendidikan Keagamaan kepada masyarakat
menjadi relevan dengan perkembangan zaman.
B. Tujuan
Tujuan disusunnya Pedoman Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Madrasah
Diniyah Takmiliyah ini adalah:
1) Memberikan acuan bagi Kementerian Agama
RI, Pemerintah Daerah dan para
penyelenggara atau pengelola MDT dalam
menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat terhadap Pendidikan Keagamaan
(Islam);
2) Menetapkan batasan tolak ukur kinerja
minimal Kementerian Agama RI, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan
para penyelenggara atau pengelola MDT
dalam mengembangkan Keagamaan;
3) Memberikan panduan bagi penyelenggara
MDT dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan.
12
C. Sasaran
Sasaran pedoman ini sebagai berikut:
1) Kementerian Agama;
2) Pemerintah Daerah;
3) Penyelenggara atau Pengelola MDT.
13
BAB II
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH
A. Pengertian
Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT)
merupakan lembaga pendidikan nonformal
keagamaan yang bernaung di bawah
Kementerian Agama RI. Penyelenggaraan
Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) merupakan
bentuk partisipasi masyarakat secara mandiri
dalam menjalankan kegiatan pendidikan
keagamaan demi mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Namun demikian Madrasah Diniyah
Takmiliyah (MDT) perlu diberikan acuan
penyelenggaraan agar dapat memberikan
pelayanan pendidikan yang terbaik bagi
masyarakat. Sebagai instansi pembina,
Kementerian Agama RI mengarahkan
perkembangannya pada pencapaian Standar
Nasional Pendidikan melalui kebijakan-
kebijakanya.
14
Kebijakan Kementerian Agama yang
menjadi acuan penyelenggaraan pendidikan
MDT berupa Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan
Madrasah Diniyah Takmiliyah adalah ketentuan
mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar
pendidikan yang berhak diperoleh setiap santri
secara minimal. Pelayanan yang dimaksud
adalah pelayanan dasar oleh penyelenggara
kepada masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan keagamaan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah
bersifat melengkapi capaian pendidikan formal
di bidang Pendidikan Keagamaan serta menjadi
indikator bagi terlayaninya kebutuhan
masyarakat di bidang pendidikan keagamaan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan
Madrasah Diniyah Takmiliyah merupakan
penjabaran dari ketentuan perundang-undangan
yang terkait dengan standar pelayanan minimal
bidang pendidikan keagamaan yang terus
15
dikembangkan sesuai dengan tahapan
pencapaian target Pendidikan Nasional.
16
b) MDT mengembangkan kurikulum
berdasarkan kearifan lokal.
2. Pembelajaran (Proses)
a) MDT harus mewujudkan proses
pembelajaran yang efektif, maka rasio
santri pada setiap rombongan belajar
ditentukan sebagai berikut:
1) Jumlah santri MDT Tingkat Ula
maksimal 40;
2) Jumlah santri MDT Tingkat Wustha,
Ulya dan Al Jami’ah maksimal 30 orang
setiap rombongan belajar.
b) MDT menyelenggarakan proses
pembelajaran selama 30 minggu per tahun
dan melakukan pembelajaran tatap muka
minimal 18 jam pelajaran perminggu,
termasuk merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, membimbing atau melatih
santri, dan melaksanakan tugas
tambahan.
c) Guru MDT memiliki kemampuan:
17
1. Menerapkan perencanaan
pembelajaran.
2. Menggunakan multi metode dan
pendekatan yang dapat memfasilitasi
belajar santri berdasarkan tingkat
kemampuan masing-masing.
3. Melakukan kreatifitas dan inovasi
pembelajaran.
d) MDT menyusun Jurnal kelas dan jadwal
pelajaran.
e) Setiap guru mengajarkan Islam rahmatan
lil alamin dan menjaga nilai-nilai
kebangsaan.
f) Kepala MDT melakukan supervisi kelas
dan memberikan umpan balik kepada guru
sebanyak 1 (satu) kali dalam setiap bulan.
3. Lulusan
Santri lulusan MDT harus:
a) Menguasai ilmu agama (tafaquh fiddin).
b) Memiliki akhlak mulia.
c) Memiliki keterampilan sesuai kurikulum.
d) Memiliki karakter yang berwawasan
kebangsaan.
18
e) Memiliki sikap moderat dalam beragama.
f) Memiliki kecerdasan dan ketrampilan
sesuai dengan bakat dan minat.
4. Guru, Tenaga Administrasi dan Kepala MDT
a) Terpenuhinya guru MDT minimal 30%
berkualifikasi akademik S1 keagamaan
Islam/Ma’had Aly.
b) Kepala MDT Tingkat Ula, Wustha dan Ulya
berkualifikasi akademik S1 keagamaan
Islam/S1 Umum yang memiliki kompetensi
keagamaan Islam/Ma’had Aly/lulusan
pesantren, sedangkan Kepala MDT Al
Jami’ah (Satuan Pendidikan) berkualifikasi
S2 Keagamaan Islam.
c) Terpenuhinya 1 (satu) orang tenaga
administrasi yang minimal berkualifikasi
MA/SLTA/sederajat.
d) MDT melakukan penguatan kapasitas guru
dan kepala melalui kegiatan pelatihan yang
relevan.
5. Sarana Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana
yang bertujuan untuk menunjang proses
19
pembelajaran yang berkualitas. Adapun
sarpras yang dapat disediakan antara lain:
21
b) Guru melakukan penilaian sebagai sebuah
refleksi/perbaikan pembelajaran secara
terus menerus untuk menjamin
tercapainya materi pelajaran.
c) Guru MDT membuat nilai ulangan harian,
ulangan smester dan ujian akhir.
d) Guru kelas/wali kelas MDT membuat leger
nilai dan menyampaikan laporan hasil
ujian akhir semester dan ujian kenaikan
kelas serta Ujian Akhir kepada orang tua.
e) Guru MDT memberikan informasi
perkembangan santri (karakter,
perkembangan belajar, kesehatan, dll)
kepada orang tuanya sesuai kebutuhan.
f) Kepala MDT menyampaikan laporan
perkembangan pembelajaran kepada
ketua yayasan dan Kementerian Agama
kabupaten/kota setiap semester.
D. Pelaporan
Kementerian Agama kabupaten/kota
bertanggung jawab terhadap implementasi SPM
22
MDT. Adapun pelaksanaan dan pemenuhan
SPM dilakukan oleh MDT.
MDT berkewajiban menyampaikan laporan
pelaksanaan dan pemenuhan SPM kepada
kantor kementrian agama kabupaten/kota pada
setiap akhir semester kalender pendidikan.
Selanjutnya Kantor Kementerian Agama
kabupaten/kota melaporkannya kepada Kantor
Wilayah Kementrian Agama Provinsi.
Berdasarkan laporan tersebut, Kementrian
Agama RI bersama-sama kantor wilayah
kementrian agama melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan teknis SPM
madrasah Diniyah takmiliyah.
23
Hasil dari monitoring dan evaluasi dipergunakan
sebagai :
1) Bagi Lembaga MDT
a) Bahan untuk mengetahui tingkat
pemenuhan SPM di tingkat madrasah;
b) Bahan untuk menyusun program-
program perbaikan pemenuhan SPM;
c) Bahan pertimbangan untuk
mengomunikasikan dan
mengkoordinasikan dengan semua
pemangku kepentingan dalam rangka
perbaikan pemenuhan SPM;
2) Bagi Kementerian Agama
a) Bahan untuk membuat pemetaan mutu
pendidikan MDT;
b) Bahan untuk menyusun program
pembinaan peningkatan dan
pengembangan kapasitas lembaga MDT;
c) Bahan pertimbangan untuk fasilitasi
penerapan SPM MDT, termasuk di
dalamnya pemberian penghargaan yang
berprestasi.
24
Teknis monitoring dan evaluasi mengacu
pada ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan pedoman penyelenggaraan
Madrasah Diniyah Takmiliyah yang ditetapkan
oleh Kementerian Agama RI.
F. Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas adalah
pengembangan kemampuan MDT untuk
memenuhi SPM secara efektif, efisian dan
berkelanjutan. Kementerian Agama dan
Pemerintah Daerah sesuai tingkatnya
melakukan pengembangan kapasitas terhadap
lembaga MDT.
Upaya pengembangan kapasitas dilakukan
melalui peningkatan mutu lulusan, kurikulum,
pembelajaran, sarpras, guru dan tenaga
kependidikan, pengelolaan, dan pembiayaan,
serta perluasan akses pendanaan dari
pemerintah daerah.
25
G. Pendanaan
Pendanaan pengelolaan Madrasah Diniyah
Takmiliyah selain bersumber dari masyarakat
juga didukung oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan kemitraan yang tidak mengikat.
Kementerian Agama dapat memberikan
bantuan pendanaan untuk kegiatan
penyusunan, pelaporan, monitoring, evaluasi,
pembinaan, pengawasan, pembangunan sistem
informasi, manajemen serta pengembangan
kapasitas untuk mendukung pemenuhan SPM
MDT.
26
BAB III
PENUTUP
DIREKTUR JENDERAL
Ttd.