Anda di halaman 1dari 26

i

DAFTAR ISI

Sambutan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam............................................... iii

Kata Pengantar Direktur Pendidikan Islam ........................................................ iv

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam.................................................. 1

Petuntuk Teknis Penilaian Kelulusan Peserta Didik ........................................... 1

A. Rasionalisasi................................................................................................... 2

B. Tujuan Petunjuk Teknis ................................................................................. 5

C. Ruang Lingkup ............................................................................................... 5

D. Prinsip Pelaksanaan Penilaian Kelulusan Peserta Didik .................................. 5

E. Teknik dan Bobot Penilaian ............................................................................ 7

F. Ketentuan Umum Penyusunan Instrumen Penilaian ..................................... 8

G. Prosedur Penyusunan Instrumen Penilaian ................................................... 9

H. Pengelolaan Hasil Penilaian ........................................................................ 19

I. Pelaporan Hasil Penilaian ............................................................................ 20

J. Motoring dan Evaluasi ................................................................................. 20

K. Penutup ....................................................................................................... 21

ii
SAMBUTAN
DIREKTOR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Puji syukur Alhamdulillah saya sampaiakan, atas terbitnya juknis penilaian


sumatif untuk kelulusan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti pada sekolah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
keharibaan Rasulullah SAW, para sahabat dan keluarganya. Amin.
Bahwa, inti dari pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti adalah menginternalisasikan nilai-nilai agama Islam dalam diri
peserta didik. Sehingga cara berfikir, bersikap dan bertindak peserta didik
kita dalam kehidupan sehari-harinya mencerminkan nilai agama Islam yang
moderat rahmatan lil alamin. Untuk mencapainya diperlukan system yang
baik. Adanya kurikulum yang memadahi, proses pembelajaran yang
mencerdaskan, media dan bahan ajar yang menunjang serta penilaian yang
autentik menjadi penting diwujudkan. Semuanya digerakkan oleh guru yang
kompeten, kredibel dan tulus-ikhlas.
Penilaian pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti digunakan untuk
memetakan kemempuan keagaman peserta didik dan mengidentifikasi
kebutuhan pembelajaran untuk perbaikan. Penilaian juga untuk mengukur
capaian belajar peserta didik terhadap standar kelulusan yang ditargetkan
kurikukum satuan pendidikan. Penguasaan keterampilan keagamaan, sikap
dan prilaku beragama dan berkhlak mulia harus diutamakan. Penekanan ini
harus tercermin dalam system penilaian sumatif sebagai syarat kelulusan
peserta didik sesuai jenjang pendidikannya.
Guru harus bisa menfasilitasi peserta didik mencapai tujuan tersebut.
Keharusan ini bukan sekadar sebagai kewajiban profesi kepegawaian tapi
juga kewajiban agama yang berdimensi ukhrawi. Karena itu prespektif ibadah
mesti mewarnahi proses pembelajaran, penilaian dan pendampingan peserta
didik untuk bersama-sama mencapai ridla Allah SWT.
Semoga Allah SWT memberikan taufiq, hidayah dan inayahNya dalam
menjalankan tugas mulia pendidikan ini. Amin, Ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 31 Januari 2023.
Ttd

Muhammad Ali Ramdhani

iii
KATA PENGANTAR
DIREKTUR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENAG RI

Bismillah, Alhamdulillah Wasshalatu was Salamu ‘ala Rasulillah, wa ‘Ala ‘Alihi


washahbihi. Amma Ba’da:
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2022 tentang Standar Penilaian Pendidikan
mengamanatkan bahwa penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan
jenjang pendidikan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian hasil
belajar peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan kelulusan
dari satuan pendidikan.
Petunjuk teknis penilaian kelulusan ini merupakan salah satu upaya untuk
mengukur ketercapaian pembelajaran mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti
sebagai pertimbangan untuk kelulusan peserta didik pada jenejang
Pendidikan tertentu.
Standar Kompetensi Lulusan mengisyaratkan bahwa tujuan mata pelajaran
Agama Islam dan Budi Pekerti diarahkan tidak sekadar untuk menjadikan
peserta didik memahami tentang ajaran agama Islam, namun yang lebih
penting adalah menjadikan peserta didik memiliki sikap dan keterampilan
beragama yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks
kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sekaligus.
Karena itu, dalam Juknis ini akan memberikan arah kepada guru-guru PAI
dan Budi Pekerti untuk lebih focus menilai aspek penguasaan keterampilan
keagamaan dana sikap/prilaku beragama peserta didik. Langkah ini sebagai
bagian upaya memastikan bahwa peserta didik muslim memiliki kesiapan
menjalankan kewajiban agama yang mendasar secara personal (fardlu ‘ain).
Juknis ini mengatur hal-hal prinsip dalam melaksanakan penilaian yang
harus diperthatikan guru. Adapun teknis implementasinya diserahkan
kepada para guru sesuai kewenangannya untuk berkolaborasi dengan semua
pihak.
Saya berharap para guru melakukan terobosan, kreatifitas dan inovasi dalam
proses penilaian ini, mengingat kendala dan tantangan guru PAI di sekolah
umum sangat kompleks. Prinsipnya, guru harus fokus kepada kepentingan
dan kemaslahatan peserta didik. Pastikan peserta didik sebelum lulus benar-
benar kompeten dan siap menjalankan kewajiban fardlu ‘ainnya dalam
kehidupan sehari-hari. Guru PAI dan Budi Pekerti di sekolah umum harus
berani bertanya kepada diri sendiri: ” Jika peserta didik saya tidak bisa
shalat, bersuci dan tidak berpuasa Ramadlan siapa yang akan bertanggung
jawab dihadapan Allah SWT kelak? ”. Pertanyaan ini penting untuk memicu

iv
semangat, ketulus-ikhlasan dan ketangguhan dalam menghadapi situasi
sulit di sekolah umum.
Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan semua urusan kita dalam
menyiapkan generasi penerus bangsa yang beriman melalui Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti di sekolah-sekolah umum. Amni Ya Rabal
Alamin.
Jakarta, 31 Januari 2023
Ttd

Amrullah

v
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR 604 TAHUN 2023

TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KELULUSAN PESERTA DIDIK
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
PADA PAUD/TK/TKLB, SD/SDLB, SMP/SMPLB, DAN SMA/SMK/SMALB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,
Menimbang a. bahwa untuk memberikan pedoman pelaksanaan dan
penyiapan instrumen penilaian kelulusan peserta didik mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
pada PAUD/TK/TKLB, SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan
SMA/SMK/SMALB, perlu adanya petunjuk teknis;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Penilaian Kelulusan
Peserta Didik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti pada PAUD/TK/TKLB, SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan
SMA/SMK/SMALB;
: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Mengingat Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6676) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6762);
4. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 168);

1
5. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 203) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2021 tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 106);
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 596);
7. Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan
Teknologi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 tentang
Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini,
jenjang Pendidikan Dasar, dan jenjang Pendidikan Menengah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 161);
8. Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan
Teknologi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, jenjang
Pendidikan Dasar, dan jenjang Pendidikan Menengah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 169);
9. Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan
Teknologi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2022 tentang
Standar Proses pada Pendidikan Anak Usia Dini, jenjang
Pendidikan Dasar, dan jenjang Pendidikan Menengah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 383);
10. Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan
Teknologi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2022 tentang
Standar Penilaian Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia
Dini, jenjang Pendidikan Dasar, dan jenjang Pendidikan
Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 460);
11. Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan
Perbukuan Nomor 018/H/KR/2020 tentang Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah Berbentuk Sekolah Menengah Atas untuk Kondisi
Khusus.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang
Petunjuk Teknis Penilaian Kelulusan Peserta Didik Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada
PAUD/TK/TKLB, SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan
SMA/SMK/SMALB;
KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Penilaian Kelulusan Peserta
Didik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti pada PAUD/TK/TKLB, SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan
SMA/SMK/SMALB sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini.
KEDUA : Penilaian Kelulusan Peserta Didik Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti pada PAUD/TK/TKLB,
SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan SMA/SMK/SMALB menjadi

2
pertimbangan kelulusan peserta didik mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada SD/SDLB,
SMP/SMPLB, dan SMA/SMK/SMALB.
KETIGA : Teknis penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti pada PAUD/TK/TKLB diserahkan kepada guru
PAI pada PAUD/TK/TKLB dengan memperhatikan asas,
prinsip dan prosedur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
KEEMPAT : Penilaian mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
pada PAUD/TK/TKLB dilakukan untuk melihat ketercapaian
profil peserta didik PAUD/TK/TKLB, pertimbangan program
transisi ke SD/SDLB, dan tidak menjadi pertimbangan
kelulusan.
KELIMA : Pelaksanaan penilaian mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti bagi peserta didik berkebutuhan
khusus (PDBK) diserahkan kepada guru Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti pada satuan pendidikan dengan
menyesuaikan ragam disabilitasnya untuk mengetahui
ketercapaian profil peserta didik dan program kemandirian
PDBK.
KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 31 Januari 2023

DIREKTUR JENDERAL,

TTD

MUHAMMAD ALI RAMDHANI

3
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR 604 TAHUN 2023 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN


PENILAIAN KELULUSAN PESERTA DIDIK
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DAN BUDI PEKERTI PADA
PAUD/TK/TKLB, SD/SDLB, SMP/SMPLB,
DAN SMA/SMK/SMALB

A. Rasionalisasi
Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengetahui kebutuhan belajar dan capaian perkembangan
atau hasil belajar peserta didik. Hasil penilaian digunakan untuk
perbaikan proses pembelajaran dan juga digunakan untuk
pertimbangan menentukan kelulusan peserta didik. Kelulusan
peserta didik ditentukan melalui mekanisme rapat dewan guru di
satuan pendidikan dengan mempertimbangkan hasil penilaian dan
capaian Standar Kompetensi Lulusan.

Rumusan Standar Kompetensi Lulusan yang tercantum dalam


Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi
Lulusan, mengisyaratkan bahwa tujuan mata pelajaran Agama Islam
dan Budi Pekerti diarahkan tidak sekadar untuk menjadikan peserta
didik memahami tentang ajaran agama Islam, namun yang lebih
penting adalah menjadikan peserta didik memiliki sikap dan
keterampilan beragama yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari
dalam konteks kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sekaligus.

Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diarahkan


untuk pembentukan sikap beragama yang raḥmatan lil ’ālamīn, yang
setidaknya mencerminkan empat indikator utama, yaitu: a) memiliki
komitmen kebangsaan, b) toleran, c) anti kekerasan dan d) akomodatif
terhadap budaya lokal. Guru perlu memastikan pemahaman dan
perilaku keagamaan peserta didik adalah Islam yang raḥmatan lil
’ālamīn, yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari sesuai lingkup
pergaulannya.

4
Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sesuai tugas dan
fungsinya berkewajiban memberikan penilaian akhir/sumatif kepada
peserta didik terhadap pencapaian kompetensi dan Standar
Kompetensi Lulusan. Hasil penilaian dimaksud selanjutnya dijadikan
pertimbangan untuk kelulusan peserta didik. Adapun pelaksanaan
penilaian diserahkan kepada satuan pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut, maka Kementerian Agama perlu


memberikan petunjuk teknis untuk melakukan penilaian kelulusan
peserta didik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti.

B. Tujuan Petunjuk Teknis


Petunjuk teknis pelaksanaan penilaian kelulusan peserta didik ini
bertujuan untuk memberikan panduan kepada para guru Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti serta pemangku kepentingan untuk
melaksanakan proses penilaian kelulusan peserta didik.

C. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis ini mencakup: rasionalisasi, tujuan, ruang lingkup,
prinsip pelaksanaan penilaian kelulusan peserta didik, ketentuan
umum, teknik dan bobot instrumen penilaian, ketentuan umum
penyusunan instrumen penilaian, prosedur penyusunan instrumen
penilaian, pengelolaan dan pelaporan hasil penilaian, serta monitoring
dan evaluasi.

D. Prinsip Pelaksanaan Penilaian Kelulusan Peserta Didik


Prinsip pelaksanaan penilaian kelulusan peserta didik merupakan
patokan yang harus diperhatikan guru Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti ketika melaksanakan penilaian kelulusan peserta didik
untuk menjamin mutu penilaian. Hal prinsip yang harus diperhatikan
guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti antara lain:
1. Penilaian kelulusan peserta didik merupakan penilaian sumatif
dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada
jenjang Pendidikan Dasar (SD dan SMP) dan jenjang Pendidikan
Menengah (SMA/SMK) untuk menilai pencapaian hasil belajar
peserta didik sebagai dasar penentuan kelulusan dari satuan
pendidikan. Dengan demikian mutu lulusan terjamin dan
subyektivitas penentuan kelulusan dapat dihindari.
2. Mekanisme penilaian kelulusan peserta didik diserahkan kepada
guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan:

5
a. Petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Ditjen Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI ini.
b. Karakteristik jalur, jenjang dan jenis satuan pendidikan.
c. Situasi dan kondisi satuan pendidikan.

Dengan demikian, guru memiliki keleluasaan/ fleksibilitas dalam


hal-hal teknis pelaksanaan penilaian dengan tetap menjaga hal-hal
prinsip.
3. Teknik dan kisi-kisi instrumen penilaian dipilih dan dikembangkan
oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti disesuaikan
dengan karakteristik kebutuhan peserta didik dan karakteristik
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Terkait
hal tersebut, guru perlu lebih mengutamakan penguasaan
keterampilan dan sikap beragama daripada sekadar pemahaman
materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
4. Adapun karakteristik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti terdiri dari: keterampilan keagamaan, sikap dan
perilaku beragama dan pemahaman ajaran agama Islam.
a. Penilaian keterampilan keagamaan merupakan keterampilan
ibadah yang menjadi prasyarat menjalankan kewajiban agama
sehari-hari secara individual (farḍu ‘ain), misalnya: praktik
bersuci dari najis, bersuci dari hadas, berwudu, tayamum,
praktik salat, hafalan doa-doa dalam salat dan wirid/doa
setelah salat, praktik membaca dan menulis Al-Qur’an serta
keterampilan lainnya sesuai jenjang.
b. Penilaian sikap dan perilaku beragama mencakup penilaian
untuk mengukur perilaku beragama dan sikap beragama
peserta didik.
Sikap beragama mengukur sejauh mana ajaran agama
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti salat
lima waktu dengan baik, menjalankan puasa Ramadan, sadar
berzakat, rajin berdoa dan berzikir serta menerapkan sopan,
santun, tawadlu’ dan akhlak Islami lainnya.
Sedangkan sikap beragama untuk melihat apakah pemahaman
dan perilaku beragama peserta didik mencerminkan cara
beragama moderat yang raḥmatan lil ’ālamīn. Sikap beragama
moderat ini sesuai kebijakan Kementerian Agama RI untuk
menginternalisasikan pemahaman dan sikap beragama yang
moderat, yaitu beragama yang tidak ekstrim terlalu
bebas/liberal, maupun tidak terlalu ketat/tekstual dalam
beragama dan tidak mengabaikan kemanusiaan serta
kemaslahatan umum.
Indikator utama beragama yang raḥmatan lil ’ālamīn, antara lain
praktik beragama dalam kehidupan sehari-hari yang: a)
memiliki komitmen kebangsaan, b) toleran, c) anti kekerasan,
dan d) akomodatif terhadap budaya lokal. Karena itu

6
guru/satuan pendidikan perlu mendeteksi sikap beragama dan
mengontrol pola keberagamaan peserta didik serta
mengarahkan kepada sikap beragama yang moderat.
c. Penilaian pemahaman ajaran agama Islam mencakup
penguasaan terhadap materi Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti dalam kurikulum yang berlaku di satuan pendidikan.

5. Cakupan penilaian kelulusan peserta didik pada mata pelajaran


PAI dan Budi Pekerti merujuk kepada pembiasaan akhak yang
menjadi kekhasan sekolah dan kurikulum yang diberlakukan di
satuan pendidikan, yaitu: SKL dan KI-KD mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti bagi sekolah yang menerapkan kurikulum 2013, atau
SKL dan Capaian Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti bagi yang
sudah menerapkan Kurikulum Merdeka.
6. Penilaian kelulusan peserta didik mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti dilakukan secara fleksibel dari aspek waktu dan cara
pelaksanaan sepanjang tidak mencederai asas, prinsip dan kaidah
penilaian.
7. Penilaian kelulusan peserta didik dibuat sesuai dengan tujuan
penilaian secara berkeadilan, objektif, dan edukatif.
a. Penilaian secara berkeadilan merupakan penilaian yang tidak
bias oleh latar belakang, identitas, atau kebutuhan khusus
peserta didik.
b. Penilaian secara objektif merupakan penilaian yang didasarkan
pada informasi faktual atas pencapaian perkembangan atau
hasil belajar peserta didik.
c. Penilaian secara edukatif merupakan penilaian yang hasilnya
digunakan sebagai umpan balik dan perbaikan bagi pendidik,
peserta didik, dan orang tua.
8. Pelaksanaan penilaian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK)
menyesuaikan ragam disabilitasnya:
a. Bagi peserta didik dengan hambatan intelektual dilakukan
dengan melakukan penyesuaian (menaikkan/menurunkan)
capaian pembelajaran/ kompetensi/materi, cara, alat, waktu
dan tempat sesuai dengan kemampuan dan kondisi PDBK.
b. Bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan tanpa
hambatan intelektual dilakukan dengan melakukan
penyesuaian pada cara, alat, waktu dan tempat sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi PDBK dengan tetap memperhatikan
prinsip fleksibilitas.

E. Teknik dan Bobot Penilaian


Penilaian kelulusan peserta didik menggunakan beberapa teknik
sesuai dengan target dan kompetensi yang akan diukur. Adapun
teknik penilaian dan bobotnya yang digunakan sebagai berikut:

7
Elemen Materi
Pendidikan Agama Kompetensi
No. Teknik Penilaian Bobot
Islam dan Budi Yang Dinilai
Pekerti
1 Al-Qur’an Hadis dan Pengetahuan Tes Tulis/lisan 30%
Fikih Ajaran Agama
Islam
Keterampilan Tes Praktik 70%
Beragama (Performance)
2 Akidah Akhlak Pengetahuan Tes Tulis/lisan 30%
Ajaran Agama
Islam
Sikap/Perilaku Pengamatan 70%
Beragama (Sikap/Perilaku)
3 Sejarah Peradaban Pengetahuan Tes Tulis/lisan 50%
Islam Ajaran Agama
Islam
Keterampilan Karya Kreatif 50%
dan/atau Sikap Inovatif/Portofolio
Beragama

Guru dapat menggembangkan teknik penilaian lain sepanjang dapat


mengukur tujuan penilaian dan sesuai komposisi bobot penilaian.
F. Ketentuan Umum Penyusunan Instrumen Penilaian
Penilaian kelulusan peserta didik harus memperhatikan keselarasan
dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti yang telah ditentukan. Karena itu, dalam menyusun
instrumen penilaian harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Instrumen penilaian harus jelas mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Karena itu guru -sesuai
kewenangannya- perlu menyusun kisi-kisi instrumen penilaian.
2. Kisi-kisi instrumen penilaian mengacu kepada pembiasaan akhlak
dan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang
berlaku di satuan pendidikan yang bersangkutan, sehingga
memungkinkan antar sekolah berbeda cakupan kompetensi,
materi, teknik dan bentuk instrumen penilaiannya.
3. Guru memetakan kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti secara proporsional dengan
mempertimbangkan urgensi, kontinuitas, relevansi, dan
keterpakaian kompetensi dalam kehidupan sehari-hari.
a. Urgensi kompetensi/materi adalah kompetensi terkait hal yang
sangat penting untuk dikuasai peserta didik, jika tidak dikuasai
akan mengganggu implementasi kewajiban beragamanya dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Kontinuitas kompetensi adalah penguasaan kompetensi
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang menjadi
prasyarat untuk menguasai kompetensi berikutnya.
c. Relevansi adalah materi Pendidikan Agama Islam dan Budi

8
Pekerti yang terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari
peserta didik.
d. Keterpakaian kompetensi adalah kompetensi materi yang setiap
hari gunakan/dilakukan peserta didik untuk menjalankan
kewajiban agamanya sehari-hari.
Jika kompetensi/materi memenuhi empat kriteria tersebut maka
layak untuk diujikan kepada peserta didik, yang hasilnya akan
dijadikan pertimbangan untuk menentukan kelulusan peserta
didik. Karena itu guru PAI harus memilah dan memilih
kompetensi/materi apa yang perlu diujikan sebagai prioritas
utama.
4. Instrumen penilaian tidak boleh berpotensi menimbulkan masalah
di masyarakat. Karena itu instrumen penilaian tidak boleh
mengandung antara lain:
a. Pornografi dan pornoaksi, misalnya mencantumkan gambar
atau menceritakan hal yang dapat menimbulkan syahwat atau
dipersepsikan tabu di kalangan masyarakat;
b. Kekerasan, pelecehan dan sadisme;
c. bias gender, yaitu melecehkan/merendahkan status gender
tertentu antara perempuan atau laki-laki;
d. bias bisnis atau mencantumkan merek dagang tertentu;
e. bias politik, misalnya mencantumkan nama tokoh atau partai
politik tertentu sehingga menimbulkan kesan dukungan atau
sentimen pilihan politik.
f. mengandung perbedaan/khilafiyah yang sensitif di kalangan
masyarakat yang sekiranya menimbulkan kegaduhan.
g. konten yang kontra terhadap komitmen kebangsaan,
bertentangan dengan Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan
Kebhinekaan Tunggal Ika, dan;
h. konten lain yang berpotensi menimbulkan masalah di
masyarakat.
5. Kisi-kisi dan instrumen penilaian kelulusan dikembangkan sendiri
oleh guru PAI dan Budi Pekerti pada sekolah yang bersangkutan,
namun dalam kondisi tertentu (misalnya keterbatasan SDM)
instrument dapat dikembangkan kolaboratif bersama komunitas
KKG PAI atau MGMP PAI sepanjang tetap menjaga ketentuan
umum penilaian ini.
6. Guru dalam menyusun instrumen penilaian harus memperhatikan
prinsip, prosedur, kaidah dan tata aturan penyusunan instrumen
penilaian yang digunakan. Dalam hal ini guru harus
memperhatikan dan merujuk juga Panduan Pembelajaran dan
Asesmen Kurikulum 2013 PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah
yang dikeluarkan oleh Badan Standar Kurikulum dan Asesmen
Pendidikan Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi Republik
Indonesia tahun 2022.

G. Prosedur Penyusunan Instrumen Penilaian


Pada penyusunan instrumen penilaian mengikuti prosedur sesuai

9
dengan teknik penilaian dalam mengukur kompetensi keterampilan,
sikap/perilaku, dan pengetahuan. Adapun prosedur dimaksud
sebagai berikut:

1. Penilaian Keterampilan Keagamaan


Penilaian keterampilan keagamaan/keterampilan ibadah
dilakukan dengan tes praktik (performance) yang bertujuan
mengukur keterampilan peserta didik dalam aspek bacaan, tulisan,
dan hafalan Al-Qur`an, serta jenis-jenis praktik ibadah lainnya.
a. Prosedur penilaian keterampilan Al-Qur’an
1) Mengidentifikasi kompetensi keterampilan membaca,
menulis, dan menghafal Al-Qur’an sesuai kurikulum
nasional dan keterampilan yang menjadi kekhasan sekolah
yang bersangkutan. Dengan demikian memungkinkan materi
uji berbeda antar sekolah.
2) Perhatikan hasil asesmen awal sebagai titik berangkat
pembelajaran peserta didik sebagai pertimbangan
menentukan tingkat kompetensi yang akan dinilai, sekaligus
menentukan standar kelulusan.
3) Tentukan aspek apa saja dari keterampilan Al-Qur’an yang
akan dinilai. Contoh aspek yang dinilai:
a) Kemampuan membaca, yang terdiri dari aspek kelancaran,
faṣāhah (makhraj dan sifat huruf), dan penerapan bacaan
tajwid.
b) Kemampuan menulis Al-Qur’an, yang terdiri dari aspek
kebenaran kaidah penulisan arab, kerapian, keindahan,
dan aspek lainnya.
c) Kemampuan hafalan surat-surat pendek Al-Qur’an, yang
terdiri dari aspek pemenuhan target minimal, kelancaran,
kebenaran pembacaan (faṣāhah dan tajwid), dan aspek
lainnya.
4) Membuat rubrik penilaian/pedoman praktik. Pedoman
peskoran yang jelas akan mengurangi subyektivitas dalam
penilaian praktik.
5) Malaksanakan proses penilaian praktik.
6) Pengolahan hasil penilaian.
7) penentuan kelulusan/pencapaian standar kompetensi yang
ditentukan sebelumnya.
8) penyusunan pelaporan hasil penilaian.

Peserta didik yang tidak mencapai standar kelulusan dalam


keterampilan Al-Qur’an ini sebaiknya diberi kesempatan untuk
mengulang dan difasilitasi agar semua peserta didik dapat
mencapai batas kompetensi kelulusan. Hal ini sebagai
pertanggungjawaban moral guru untuk mencapai tujuan PAI dan
Budi Pekerti bahwa semua peserta didik yang akan lulus harus
menguasai Tutas Baca Tulis Al-Qur’an (TBTQ). Ujian hafalan Al-

10
Qur’an tetap memperhatikan faṣāhah dan penerapan tajwid.
Dalam hal ini guru dapat menetapkan syarat tahsinul qira’ah
sebelum hafalan Al-Qur’an.
b. Prosedur Penilaian Keterampilan Ibadah
Prosedur penilaian pada keterampilan terkait Al-Qur’an poin 1
s.d 8 tersebut dapat dilakukan pada aspek keterampilan ibadah.
Namun dalam penentuan aspek yang akan dinilai perlu
memperhatikan beberapa hal.
Keterampilan ibadah yang akan dinilai mugkin sangat banyak.
Maka, guru perlu terlebih dulu mengidentifikasi kompetensi yang
akan dinilai/diujikan. Guru mengidentifikasi kompetensi
keterampilan praktik ibadah sesuai kurikulum nasional dan
keterampilan keagamaan yang menjadi kekhasan/pembiasaan
sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian memungkinkan
materi uji berbeda antar sekolah.
Secara umum, keterampilan ibadah yang menjadi prasyarat
menjalankan kewajiban agama sehari-hari secara individual
(farḍu ‘ain) harus dikuasai peserta didik, karena itu perlu
diujikan. Namun, keluasan dan kedalamannya harus
dipertimbangkan oleh guru sesuai kelas dan jenjang pendidikan.
Contoh pemetaan keterampilan ibadah yang harus dikuasai
peserta didik sesuai jenjang sebagai syarat kelulusan, sebagai
berikut:

SMA/
No Keterampilan Ibadah SD SMP
SMK

1 Berwudu √ √ √

2 Tayamum √ √ √

3 Simulasi membersihkan najis √ √ √

4 Hafalan doa setelah wudu √ √ √

5 Praktik gerakan salat √ √ √

6 Hafalan doa dalam salat √ √ √

7 Hafalan doa setelah salat √ √ √

8 Simulasi mandi wajib/jinabat √ √

9 Hafalan niat jama’ dan qashar √ √


salat

11
10 Praktik salat jenazah √ √

11 Simulasi memandikan jenazah √

12 Simulasi mengkafani jenazah √

13 Hafalan doa salat jenazah √

14 Hafalan lafal niat zakat √

15 Hafalan lafal niat puasa √

16 Keterampilan ibadah lainnya √ √ √

Selanjutnya keterampilan ibadah tersebut ditentukan


aspek/indikator yang akan dinilai, contoh:
➢ Berwudlu, meliputi aspek: Kelengkapan rukun wudlu,
keruntutan antar rukun, ketepatan dalam melaksanakan
setiap rukun.
➢ Praktik shalat janazah meliputi aspek: Kelengkapan rukun
shalat janazah, keruntutan antar rukun, ketepatan dalam
melaksanakan setiap rukun.

Keterampilan ibadah tersebut tidak harus diujikan semua secara


bersamaan. Guru PAI dan Budi Pekerti harus menetapkan
beberapa keterampilan keagamaan tersebut sesuai hasil
asesmen awal kompetensi peserta didik. Prinsipnya, peserta didik
yang akan lulus pada jenjang tertentu harus menguasai
keterampilan ibadah yang sangat mendasar dan merupakan
farḍu ‘ain.
Keterampilan ibadah yang ditetapkan sebagai syarat kelulusan
dijadikan kontrak belajar dengan peserta didik di awal tahun
sehingga mereka sudah mengetahui apa saja yang harus
dikuasai sepanjang tahun. Guru perlu menginformasikan sejak
awal keterampilan apa saja yang harus dikuasai, bagaimana uji
praktik akan dilakukan dan indikator penilaiannya apa saja,
sehingga peserta didik lebih mempersiapkan diri dengan berbagai
cara yang akan ditempuh. Guru juga dapat melakukan penilaian
sumatif untuk kelulusan sepanjang tahun secara fleksibel.
Dalam kondisi tertentu demi mutu yang lebih baik guru dapat
kerjasama dengan pihak lain yang kredibel untuk dilibatkan
melakukan proses penilaian sebagai jaminan mutu lulusan
dalam bidang agama Islam. Misalnya, lembaga Taman
Pendidikan al-Qur’an (TPQ), Madrasah Diniyah Takmiliah (MDT),

12
atau perorangan yang memiliki kapasitas dan kapabilitas serta
kredibilitas yang baik.
Contoh Format Penilaian Aspek Al-Qur`an

Jenjang : SMA dan SMK


Nama Sekolah : …………………………………
Aspek : Al-Qur`an
Tanggal Asesmen : ………………………………..
Surat/Ayat : ………………………………..

NAMA KELANCARAN TAJWID FASHAHAH JUMLAH


NO PESERTA DIDIK (A) (B) (C) NILAI
1
2
3
Dst

Keterangan:
1. Nilai maksimum tiap item (A/B) maksimum 10
2. Nilai (N) = A+B+C x 100
30
Guru dapat mengembangkan format yang berbeda.

2. Penilaian Sikap dan Perilaku Beragama


Penilaian sikap/perilaku beragama dilakukan dengan pengamatan
(observasi), jurnal, penilain diri, penilaian antar teman, dan teknik
lain yang memungkinkan.
Penilaian sikap/perilaku merupakan penilaian terhadap sikap yang
alami dalam kehidupan sehari-hari yang situasinya tidak
dikondisikan agar peserta didik mencurahkan segala kemampuan
yang dimiliki. Oleh karena itu, penilaian ini disebut penilaian non
tes. Penilaian ini dilakukan sebagai dampak dari hasil
pembelajaran, pembiasaan dan latihan yang diadakan selama
proses pendidikan di sekolah.
Langkah-langkah perencanaan penilaian sikap dengan observasi,
antara lain:
1) Menentukan sikap yang akan diamati di sekolah mengacu pada
kompetensi yang harus dikuasai.

13
2) Menentukan indikator sikap yang akan diamati.
3) Menyusun format lembar observasi penilaian sikap.

Langkah-langkah tersebut juga dapat digunakan untuk penilaian


dengan teknik penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal,
namun dengan instrumen yang berbeda. Penilain diri dan penilaian
antar teman menggunakan instrumen angket ataupun skala sikap.
Sedangkan penilaian jurnal dengan menggunakan instrumen
lembar catatan anekdot.
Sikap/perilaku yang dinilai adalah sikap/perilaku yang ingin
dibentuk melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti dan sikap yang ditetapkan oleh satuan pendidikan sebagai
sikap yang harus dikuasai, diterapkan, dibiasakan, dan
diinternalisasikan peserta didiknya yang menjadi keunggulan atau
ciri khas sekolah.
Dalam kondisi tertentu, hasil observasi, penilaian diri, penilaian
antar teman, dan cataran jurnal juga dapat digunakan sebagai
pelengkap/pembanding penilaian kompetensi pengetahuan peserta
didik dalam materi tertentu. Misalnya, mengukur kompetensi
menerapkan, memperagakan, mencontohkan, dan sebagainya. Jika
peserta didik setiap hari menunjukkan perilaku tertentu, maka
diduga kuat peserta didik menguasai pengetahuan tentang perilaku
tersebut.
Contoh lembar observasi untuk mengamati sikap:
Nama :.......................................................
Kelas :.......................................................
Semester :.......................................................
Petunjuk :.......................................................

Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.

No Pernyataan Ya Tidak
1 Berdoa sebelum melakukan aktivitas
2 Beribadah tepat waktu
3 Tidak mengganggu teman yang bergama lain
4 Berdoa sesuai agamanya
5 Berani mengakui kesalahan sendiri
6 Menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu
7 Berani menerima resiko atas tindakan yang
dilakukan
8 Mengembalikan barang yang dipinjam

14
9 Meminta maaf jika melakukan kesalahan
10 Melakukan praktik sesuai dengan langkah
yang ditetapkan

Keterangan:
➢ Pernyataan dapat diubah atau ditambah sesuai dengan butir-
butir sikap yang dinilai.
➢ Guru dapat mengembangkan format yang berbeda.

Ketika menggunakan jurnal sebagai instrumen penilaian, pendidik


tidak harus mempersiapkan secara sistematis tentang apa yang
akan diobservasi karena pendidik tidak memfokuskan observasi
pada butir-butir perilaku tertentu. Dalam melakukan observasi,
pendidik tidak menggunakan instrumen baku melainkan hanya
rambu-rambu observasi.
Contoh lembar observasi berupa jurnal
Nama Sekolah : ……………………
Kelas/Semester : ……../…………..
Tahun Pelajaran : ……………………

Peserta Butir Tindak


No Tanggal Catatan Perilaku
didik Sikap Lanjut
1 12/1/2023 Bahtiar Tidak mengikuti ibadah Ketaq Pembin
yang diselenggarakan di waan aan
sekolah
2 14/1/2023 Dinda Ikut membantu Toler Terusk
temannya untuk ansi an
mempersiapkan berag
perayaan keagamaan ama
yang berbeda dengan
agamanya di sekolah
Dst.
Guru dapat mengembangkan format yang berbeda.

Jurnal biasanya digunakan untuk mencatat perilaku peserta didik


yang “ekstrem”. Jurnal tidak hanya didasarkan pada apa yang
dilihat langsung oleh guru PAI dan BP, wali kelas, dan guru BK,
tetapi juga informasi lain yang relevan dan valid yang diterima dari
berbagai sumber.
Perilaku yang dicatat di jurnal adalah perilaku peserta didik yang

15
muncul secara alami selama satu semester. Perilaku peserta didik
yang dicatat di dalam jurnal pada dasarnya adalah perilaku yang
sangat baik dan/atau kurang baik yang berkaitan dengan butir
sikap yang terdapat dalam aspek sikap spiritual dan sikap sosial.
Setiap catatan memuat deskripsi perilaku yang dilengkapi dengan
waktu teramatinya perilaku tersebut, serta perlu dicantumkan
tanda tangan peserta didik.
Apabila seorang peserta didik pernah memiliki catatan sikap yang
kurang baik, dan jika pada kesempatan lain peserta didik tersebut
telah menunjukkan perkembangan sikap (menuju atau konsisten)
baik pada aspek atau indikator sikap yang dimaksud, maka di
dalam jurnal harus ditulis bahwa sikap peserta didik tersebut telah
(menuju atau konsisten) baik atau bahkan sangat baik. Dengan
demikian, yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada sikap
kurang baik dan sangat baik, tetapi juga setiap perkembangan
menuju sikap yang diharapkan. Berdasarkan jurnal tersebut
pendidik membuat deskripsi penilaian sikap peserta didik dalam
kurun waktu satu semester.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan penilaian (mengikuti perkembangan) sikap dengan
teknik observasi:
❖ Jurnal penilaian (perkembangan) sikap ditulis oleh guru selama
periode satu semester.
❖ Bagi guru, 1 (satu) jurnal digunakan untuk setiap kelas yang
diajarnya.
❖ Perkembangan sikap/perilaku peserta didik dapat dicatat dalam
1 (satu) jurnal atau dalam 2 (dua) jurnal yang terpisah.
❖ Peserta didik yang dicatat dalam jurnal pada dasarnya adalah
mereka yang menunjukkan perilaku yang sangat baik atau
kurang baik secara alami (peserta didik yang menunjukkan
sikap baik tidak harus dicatat dalam jurnal).
❖ Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal
tersebut tidak terbatas pada butir-butir nilai sikap (perilaku)
yang hendak ditanamkan melalui pembelajaran yang saat itu
sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam RPP, tetapi
juga butir-butir nilai sikap lainnya yang ditumbuhkan dalam
semester itu selama sikap tersebut ditunjukkan oleh peserta
didik melalui perilakunya secara alami.
❖ Guru mencatat (perkembangan) sikap peserta didik segera
setelah mereka menyaksikan dan/atau memperoleh informasi
terpercaya mengenai perilaku peserta didik sangat baik/ kurang
baik yang ditunjukkan peserta didik secara alami.
❖ Apabila peserta didik tertentu pernah menunjukkan sikap
kurang baik, ketika yang bersangkutan telah (mulai)

16
menunjukkan sikap yang baik (sesuai harapan), sikap yang
(mulai) baik tersebut harus dicatat dalam jurnal.
❖ Pada akhir semester guru meringkas perkembangan
sikap/prilaku setiap peserta didik dan menyerahkan ringkasan
tersebut kepada wali kelas untuk diolah lebih lanjut.

Penilaian dengan pengamatan, catatan jurnal, penilaian diri, dan


penilaian antar teman ini juga digunakan untuk mendeteksi pola
sikap beragama peserta didik. Hasil dari penilaian ini sangat
penting untuk mendampingi dan memperbaiki pemahaman dan
sikap beragama agar tetap moderat. Dengan demikian,
lulusannya dapat dijamin memiliki akhlak mulia, taat beragama,
berfaham keagamaan yang moderat dan toleran, tidak anti
Pancasila dan UUD 1945, komitmen kepada NKRI yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika.

3. Penilaian Pengetahuan Agama Islam


Penilaian pengetahuan peserta didik dilakukan melalui tes, baik tes
tulis maupun lisan. Tes tertulis adalah tes yang soal dan
jawabannya diberikan dalam bentuk tulisan. Bentuk soal tes
tertulis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian. Pertama, soal
yang tersedia pilihan jawabannya, seperti soal pilihan ganda.
Kedua, soal yang tidak tersedia pilihan jawabannya yaitu soal isian,
jawaban singkat dan uraian. Sebisa mungkin guru PAI menyusun
soal tes untuk mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi
(HOTS).

Penyusunan instrumen tes, idealnya mengikuti langkah-langkah


sebagai berikut:
a. Penentuan tujuan;
b. Penyusunan kisi-kisi;
c. Penulisan soal;
d. Telaah; dan
e. Revisi.
Langkah-langkah ini akan menjamin instrumen benar-benar
mengukur kompetensi secara valid tidak bias.

1) Soal Pilihan Ganda


Soal bentuk pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus
dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan. Setiap soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal
(stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas
kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban adalah
jawaban yang benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban

17
yang tidak benar.
2) Isian dan Jawaban Singkat
Soal isian dan jawaban singkat adalah soal yang menuntut
peserta tes untuk memberikan jawaban secara singkat, berupa
kata, frasa, angka, atau simbol. Perbedaannya adalah soal isian
disusun dalam bentuk kalimat berita, sementara itu soal
jawaban singkat disusun dalam bentuk pertanyaan.
3) Uraian
Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta
didik untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-
gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis. Berdasarkan cara penskorannya,
bentuk soal uraian dibedakan menjadi soal uraian objektif dan
soal uraian non-objektif. Soal uraian objektif mengukur
kemampuan peserta didik menguraikan konsep tertentu sesuai
materi pelajaran sehingga penskoran dilakukan secara objektif.
Soal bentuk uraian non-objektif mengukur kemampuan peserta
didik menguraikan pendapat terhadap konsep tertentu sesuai
materi pelajaran sehingga penskoran dilakukan secara
subjektif. Bentuk soal uraian harus memiliki pedoman
penskoran yang jelas dan rinci.

Penilaian sikap/prilaku beragama, keterampilan keagamaan dan


pengetahuan agama juga dapat menggunakan karya kreatif inovatif
ataupun portofolio. Jika peserta didik secara meyakinkan dapat
menunjukkan bukti karya kreatif inovatif, sertifikat atau
penghargaan yang relevan dengan kompetensi keagamaan, maka
peserta didik bisa dianggap kompeten baik pengetahuan,
keterampilan maupun sikap terkait kompetensi tersebut.
Portofolio merupakan kumpulan dokumen hasil penilaian,
penghargaan, dan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang
mencerminkan perkembangan (reflektif-integratif) dalam kurun
waktu tertentu. Dokumen juga dapat berupa penghargaan,
sertifikat atau bukti lain dari prestasi atau keikutsertaan peserta
didik dalam perlombaan atau kegiatan bermakna lain.
Pada akhir periode portofolio tersebut dinilai oleh pendidik
bersama-sama dengan peserta didik dan selanjutnya diserahkan
kepada pendidik pada kelas berikutnya dan dilaporkan kepada
orangtua sebagai bukti autentik perkembangan peserta didik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan panduan dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah adalah sebagai berikut:

18
a. karya asli peserta didik
b. saling percaya antara pendidik dan peserta didik
c. kerahasiaan bersama antara pendidik dan peserta didik
d. milik bersama antara peserta didik dan pendidik
e. kepuasan pada diri peserta didik
f. kesesuaian dengan kompetensi dalam kurikulum
g. penilaian proses dan hasil
h. penilaian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
i. Bentuk portofolio
1) File folder yang bisa digunakan untuk menyimpan berbagai
hasil karya terkait dengan produk seni (gambar, kerajinan
tangan, dan sebagainya).
2) Album berisi foto, video, audio.
3) Stopmap berisi tugas-tugas imla/dikte dan tulisan
(karangan, catatan) dan sebagainya.
Dalam menggunakan portofolio, pendidik beserta peserta didik
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Masing-masing peserta didik memiliki portofolio sendiri yang di
dalamnya memuat hasil belajar peserta didik;
b. Menentukan hasil kerja yang perlu dikumpulkan/disimpan;
c. Sewaktu-waktu peserta didik diharuskan membaca catatan
pendidik yang berisi komentar, masukan, dan tindakan lebih
lanjut yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka
memperbaiki hasil kerja dan sikap;
d. Peserta didik dengan kesadaran sendiri menindaklanjuti catatan
pendidik; dan
e. Catatan pendidik dan perbaikan hasil kerja yang dilakukan
peserta didik perlu diberi tanggal sehingga perkembangan
kemajuan belajar peserta didik dapat terlihat.
Penilaian dengan portofolio ini hanya sebagai contoh, dan guru
dapat mengembangkan teknik penilaian lain yang relevan dengan
kompetensi yang ingin dinilai.

H. Pengelolaan Hasil Penilaian


Pengolahan hasil penilaian dilakukan dengan menganalisis secara
kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap data hasil pelaksanaan
penilaian yang berupa angka dan/atau deskripsi. Hasil penilaian
peserta didik dibandingkan kriteria atau kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Guru dengan demikian dapat
mengidentifikasi tingkat ketercapaian kompetensi peserta didik yang
pada gilirannya akan menjadi pertimbangan dalam kenaikan kelas
atau kelulusan peserta didik pada jenjang tertentu.
Guru PAI diharapkan dapat mengolah data yang menghasilkan
gambaraan performa autentik peserta didik sebagai bahan laporan
yang bermakna.

19
I. Pelaporan Hasil Penilaian
Sebagai wujud profesionalitas seorang guru, guru PAI harus
membuat laporan hasil penilaian peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi yang telah ditentukan. Pelaporan hasil penilaian
dituangkan dalam bentuk laporan kemajuan/tingkat pencapaian
hasil belajar yang disusun berdasarkan pengolahan hasil Penilaian.
Laporan hasil belajar paling sedikit memuat informasi mengenai
pencapaian hasil belajar peserta didik terhadap kompetensi yang
harus dikuasai pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, baik sikap
keberagamaan peserta didik, keterampilan, maupun penguasaan
pengetahuan agama Islamnya.

J. Motoring dan Evaluasi


1. Konsep
Monitoring dan Evaluasi merupakan dua kegiatan terpadu dalam
rangka pengendalian suatu program. Monitoring dilakukan dengan
cara menggali untuk mendapatkan informasi secara regular
berdasarkan indikator tertentu, dengan maksud mengetahui
apakah kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan
perencanaan dan prosedur.
Sedangkan evaluasi adalah proses yang mengkaji secara kritis
suatu program, aktivitas, kebijakan, atau semacamnya. Hal ini
melibatkan pengumpulan informasi tentang kegiatan dan hasil
program. Tujuannya untuk membuat penilaian tentang suatu
program, meningkatkan efektivitasnya, dan untuk pertimbangan
keputusan.
Untuk mendapatkan data dan informasi yang valid terkait
pencapaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti, pelaksanaan proses penilaian sumatif untuk
kelulusan harus dilakukan sesuai azas, prinsip, dan prosedur yang
ditentukan. Oleh sebab itu, pelaksanaan penilaian sumatif untuk
kelulusan di satuan pendidikan perlu dilakukan monitoring dan
evaluasi.
2. Tujuan
Monitoring dilakukan untuk memastikan implementasi penilaian
sumatif untuk kelulusan dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku. Sedangkan evaluasi dilakukan untuk
mendeteksi kekurangan, kelemahan, tantangan dan hambatan
implementasinya sebagai petimbangan perbaiakan dari semua
aspeknya.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penilaian akhir/sumatif mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti antara lain
untuk memotret:

20
a. kuantitas persiapan pelaksanaan
b. kualitas instrumen
c. kualitas penyelenggaraan
3. Pelaksanaan
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penilaian sumatif untuk
kelulusan di satuan pendidikan dilakukan sebagai bagian dari
sistem penjaminan mutu yang melekat pada tugas dan fungsi
kepala sekolah, pengawas PAI, Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota, Kantor Kementerian Agama Provinsi dan
Kementerian Agama Pusat melalui Direktorat PAI pada Ditjen
Pendidikan Islam.
4. Instrumen
Direktorat PAI pada Ditjen Pendidikan Islam mengembangkan
instrumen monitoring dan evaluasi yang mengacu pada tujuan
monitoring dan evaluasi.
K. Penutup

Petunjuk teknis pelaksanaan penilaian kelulusan peserta didik mata


pelajaran PAI dan Budi Pekerti ini disusun sebagai panduan bagi guru
PAI dan Budi Pekerti melakukan kolaborasi dengan pemangku
kepentingan lainnya dalam mengelola pelaksanaan penilaian
akhir/sumatif untuk kelulusan mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti
yang lebih baik lagi.
Juknis ini diharapkan dapat mengarahkan guru melakukan penilaian
yang berdampak pada perubahan sikap dan prilaku beragama peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari sebagai tujuan utama mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti di sekolah. Guru sesuai
kewenangannya tetap diberi keleluasaan melakukan kreatifitas dan
inovasi dalam teknis penilaian dengat tetap memperhatihan prinsip,
azas dan kaidah penilian sesuai situasi dan kondisi.
Semoga Allah Swt. meridai dan memudahkan semua upaya
menyiapkan lulusan yang taat beragama, Bahagia di dunia dan
akhirat. Āmīn.
Direktur Jenderal,
Ttd

Muhammad Ali Ramdhani

21

Anda mungkin juga menyukai