Anda di halaman 1dari 198

1

PETUNJUK TEKNIS
PROGRAM PENINGKATAN SARANA PRASARANA
MADRASAH MELALUI SBSN
TAHUN ANGGARAN 2019

DIREKTORAT KSKK MADRASAH


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2019
SAMBUTAN
Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penyusunan naskah Petunjuk Teknis
Program Peningkatan Sarana Prasarana Melalui Surat Berharga Syariah Negara dapat
diselesaikan dengan baik.
Kementeran Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tengah melakukan
berbagai kebijakan dan bantuan untuk meningkatkan mutu Madrasah. Kebijakan
peningkatan mutu pendidikan Islam harus diimbangi dengan penguatan regulasi,
penataan kelembagaan, penganggaran pendidikan, tata kelola dan pemenuhan sarana
dan prasarana pendidikan.
Implementasi Program Peningkatan Mutu Madrasah Difokuskan Pada Peningkatan
Sarana Dan Prasarana Madrasah Sejalan Dengan Visi Dan Misi Rencana Strategis
(Renstra) Pendidikan Islam Kementerian Agama 2015 - 2019, Yaitu Peningkatan Mutu
Relevansi, Dan Daya Saing Pendidikan Madrasah. Selain Itu Tentu Saja Untuk
Memenuhi Amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan Khususnya Standar Sarana Dan Prasarana. Sehingga Ikhtiar
Menciptakan Pendidikan Madrasah Berkualitas, Unggul dan Berkarakter dapat terwujud
dengan baik sesuai harapan masyarakat
Peningkatan akses dan mutulayanan pendidikan madrasah melalui upaya pemenuhan
standar sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan
nasional di bidang pendidikan, sehingga mendorong Kementerian Agama melalui
Direktorat Kurikulum Sarana Kesiswaan dan Kelembagaan Madrasah melakukan
tindakan nyata dalam rangka melaksanakan program dalam peningkatan mutu
madrasah.
Komitmen memenuhi kualitas sarana dan prasarana tersebut, di tempuh dengan
membuat regulasi, standarisasi, koordinasi, dan evaluasi berdasarkan asas legalitas,
efisiensi, efektifitas, transparansi, akuntabilitas dan manfaat. Salah satunya melalui
peningkatan sarana dan prasarana Madrasah melalui Proyek Pembiayaan SBSN untuk
memenuhi kebutuhan sarana prasarana Madrasah yang dari tahun ke tahun terus
meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah peserta didik dan ekspektasi
masyarakat.
ii
Ekspektasi masyarakat yang sedemikian besar untuk mengakses pendidikan Madrasah,
perlu diimbangi dengan ikhtiar memenuhi sarana dan prasarana Madrasah secara
proporsional, cukup dan berkualitas. Dengan demikian proses pembelajaran di
Madrasah dapat berjalan dengan baik. Dampak yang menyertai tentu saja adalah
meningkatnya kualitas lulusan pendidikan Madrasah dapat bersaing dengan anak-anak
lainnya di tanah air.
SBSN merupakan surat berharga dalam mata uang rupiah maupun valuta asing
berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh Negara Republik Indonesia, baik
dilaksanakan secara langsung oleh Pemerintah atau melalui Perusahaan Penerbit
SBSN, dijadikan sebagai instrumen anggaran Negara dalam rangka mendukung dan
mewujudkan program Peningkatan Mutu Madrasah yang difokuskan pada peningkatan
sarana dan prasarana madrasah dalam rangka memenuhi Standar Nasional Pendidikan
(SNP) dan mendukung penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk
mewujudkan layanan berkualitas pada Pendidikan Madrasah.
Petunjuk Teknis ini digunakan untuk melaksanakan prosedur tertib administrasi serta
untuk mencegah timbulnya misprocurement, misimplementation dan ineligible payment
yang dapat menyebabkan pelaksanaan program SBSN ini dapat dibatalkan. Selain itu
penggunaan Petunjuk Teknis ini adalah untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan
proyek dengan pembiayaan melalui penerbitan SBSN sejak awal hingga akhir.
Sekaligus menjamin pelaksanaan / pengelolaan proyek yang dibiayai melalui penerbitan
SBSN sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Akhir kata kami sampaikan banyak terima kasih kepada Direktorat KSKK Madrasah atas
kerja kerasnya menyelesaikan penyusunan naskah juknis ini dan semoga apa yang
kami khidmatkan kepada bangsa dan negara bermanfaat bagi peningkatan kualitas
layanan pendidikan Madrasah yang berkualitas. Wassalam.

Jakarta, Oktober 2018


Direktur Jenderal Pendidikan Islam

ttd

Kamaruddin Amin

iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, Direktorat KSKK Madrasah telah berhasil menyusun Naskah Petunjuk
Teknis Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah Melalui Penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN). Beberapa langkah telah ditempuh dalam
penyusunan Petunjuk Teknis ini yang dimulai dengan studi pendahuluan, telaah
terhadap dokumen Renstra Kementerian Agama dan Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam tahun 2015-2019, laporan monitoring dan evaluasi program - program
peningkatan sarana prasarana madrasah tahun 2018. Penyusunan Petunjuk Teknis ini
mengacu terhadap ketentuan yang ditetapkan dalam UU nomor 19 tahun 2008 tentang
Surat Berharga Syariah Negara dan PP nomor 56 tahun 2011 tentang Pembiayaan
Proyek Melalui penerbitan Surat Berharga Syariah Negara Serta Peraturan Presdien
Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
Petunjuk Teknis Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah Tahun 2019 ini
disusun sebagai pedoman dalam pengelolaan kegiatan pengadaan barang/jasa
pemborongan/jasa konsultansi, pelaksanaan kegiatan SBSN, dan prosedur-prosedur
lainnya yang berhubungan dengan persyaratan proyek SBSN bagi semua pihak di
lingkungan Kementerian Agama Melalui Direktorat Kurikulum Sarana Kesiswaan dan
Kelembagaan (KSKK) madrasah pada khususnya dan satuan kerja Madrasah penerima
Program Proyek Pembiayaan melalui SBSN Tahun Anggaran 2019..
Banyak pihak yang terlibat dalam penyelesaian Dokumen Petunjuk Teknis Program
Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah Tahun 2019. Untuk itu, ucapan terimakasih
dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Pelaksana Pusat SBSN pada
Direktorat KSKK Madrasah atas kerja keras mereka.
Akhirnya, semoga Petunjuk Teknis ini dapat digunakan sebaik mungkin untuk
mencegah timbulnya misprocurement, misimplementation dan ineligible payment yang
dapat menyebabkan pelaksanaan program SBSN ini dapat dibatalkan. sehingga upaya
Direktorat KSKK Madrasah melalui satuan kerja madrasah untuk menciptakan ilmuwan-
ilmuwan muslim yang handal di bidang sains untuk berkontribusi dalam pembangunan
SDM Indonesia seutuhnya guna mewujudkan generasi emas yang mandiri, berdaulat,
berkarakter dan berkepribadian berlandaskan gotong royong dapat terwujud dengan
iv
baik. Semoga para stakeholder bangsa yang mempunyai kepedulian dalam
mewujudkan layanan pendidikan Madrasah yang berkualitas senantiasa dilimpahkan
rahmat dan lindungan oleh Allah SWT. Dan usaha keras ini menjadi amal saleh yang
akan dibalas surga di akhirat nanti. Amiiiin ya robbal alaamiin.

Jakarta, Oktober 2018


Direktur KSKK Madrasah

ttd

A. Umar

v
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR 1351 TAHUN 2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PENINGKATAN SARANA PRASARANA
MADRASAH MELALUI SBSN
TAHUN ANGGARAN 2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

Menimbang : a. bahwa untuk percepatan pembangunan nasional melalui


peningkatan sarana prasarana pendidikan madrasah,
perlu adanya program peningkatan sarana dan
prasarana pendidikan yang dapat menunjang proses
belajar mengajar di Madrasah;
b. bahwa untuk menjamin akuntabilitas dan tertib
pelaksanaan program peningkatan sarana prasarana
madrasah melalui SBSN, perlu dibuat Petunjuk Teknis
Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah
Melalui SBSN Tahun Anggaran 2019;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
tercantum dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang
Petunjuk Teknis Program Peningkatan Sarana Prasarana
Madrasah melalui SBSN Tahun Anggaran 2019.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun


2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4301);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4355);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 70,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4852);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2019 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 223, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6263);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor
5670);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2011 tentang
Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan Surat Berharga
Syariah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun Nomor 5265);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Anggaran dan Pendapatan
Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5423);
11. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomot 33);
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun
2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs),
dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA);
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun
2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK);
14. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama;
15. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah sebagaimana
telah diubah dua kali terakhir dengan Peraturan Menteri
Agama Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah;
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 220/PMK.08/2015
tentang Tata Cara Pembiayaan Proyek/Kegiatan Melalui
Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara;

17 Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama.
18. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
120/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pemantauan,
Evaluasi Dan Pelaporan Pembiayaan Proyek/Kegiatan
Melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 4/PMK.08/2019
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 120/PMK.08/2016 tentang Tata Cara
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembiayaan
Proyek/Kegiatan Melalui Penerbitan Surat Berharga
Syariah Negara;
19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara;

20. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


6/PMK.05/2019 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pembayaran Kegiatan Yang Dibiayai Melalui Penerbitan
Surat Berharga Syariah Negara;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PENINGKATAN
SARANA PRASARANA MADRASAH MELALUI SBSN TAHUN
ANGGARAN 2019.

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Program Peningkatan Sarana


Prasarana Madrasah melalui SBSN Tahun Anggaran 2019
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM


KESATU merupakan acuan dalam pelaksanaan program
Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah melalui SBSN
Tahun Anggaran 2019.

KETIGA : Pada saat Keputusan Direktur Jenderal ini ditetapkan,


Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1
Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Program Peningkatan
Sarana Prasarana Madrasah melalui SBSN Tahun Anggaran
2019, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Maret 2019

DIREKTUR JENDERAL,

ttd

KAMARUDDIN AMIN
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................vi


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ................................................................................................ 2
C. Ruang Lingkup .......................................................................................................... 2
D. Pengertian ................................................................................................................... 3
BAB II ORGANISASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM PENINGKATAN
SARANA PRASARANA MADRASAH MELALUI SBSN .................................................. 6
A. Organisasi, Tugas Dan Tanggung Jawab ......................................................... 6
B. Mekanisme Pelaksanaan Pengajuan SBSN ..................................................... 8
C. Pengelolaan ................................................................................................................. 9
D. Madrasah Penerima SBSN................................................................................... 10
E. Pelaporan ................................................................................................................... 10
F. Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan ........................................................... 10
BAB III DESAIN PURWARUPA (PROTOTYPE) ............................................................ 11
A. Ruang lingkup ......................................................................................................... 11
B. Ketentuan Teknis Bangunan Madrasah ......................................................... 12
C. Persyaratan Teknis Bangunan ........................................................................... 22
1. Pemahaman Teknis ..................................................................................... 23
2. Rencana Kerja dan Syarat (RKS) ............................................................ 53
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 90
FORMAT DOKUMEN DAN GAMBAR-GAMBAR .......................................................... 91
1. Desain Prototype Gedung ........................................................................................ 91
2. Spesifikasi Teknis Meubelair ................................................................................... 91

vi
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR 1351 TAHUN 2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PENINGKATAN SARANA
PRASARANA MADRASAH MELALUI SBSN
TAHUN ANGGARAN 2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
tengah melakukan berbagai kebijakan dan program untuk meningkatkan
mutu Madrasah. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan Islam khususnya
pendidikan madrasah harus didukung dengan penguatan regulasi, penataan
kelembagaan, penganggaran dan pembiayaan pendidikan, tata kelola dan
pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan.
Salah satu implementasi Program Peningkatan Mutu Madrasah
Difokuskan Pada Peningkatan Sarana dan Prasarana Madrasah. Hal ini
sejalan dengan Visi dan Misi Rencana Strategis (Renstra) Pendidikan Islam
Kementerian Agama 2015 - 2019, yaitu Peningkatan Mutu Relevansi, dan Daya
Saing Pendidikan Madrasah. Sehingga ikhtiar menciptakan pendidikan
madrasah berkualitas, unggul dan berkarakter dapat terwujud dengan baik
sesuai harapan masyarakat.
Peningkatan akses dan mutu layanan pendidikan madrasah melalui
upaya pemenuhan standar sarana dan prasarana pendidikan madrasah tentu
membutuhkan pengelolaan dan pendanaan dengan memanfaatkan berbagai
skema pembiayaan sesuai ketentuan perundang-undangan. Salah satunya
adalah program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah yang bersumber
dari anggaran melalui Pembiayaan SBSN.
Untuk melakukan efisiensi dan optimalisasi anggaran program
peningkatan sarana prasarana madrasah yang bersumber dari pembiayaan
SBSN maka Direktorat Jenderal Pendidikan Islam membuat Desain
Purwarupa (Prototype) sebagai acuan bagi satuan kerja pelaksana proyek
dalam membuat Desain Bangunan madrasah yang digunakan untuk
menghitung estimasi anggaran dan perencanaan pembangunan sesuai dengan
kondisi dilapangan.

1
Berdasarkan penjelasan sebagaimana tersebut di atas, maka disusun
Petunjuk Teknis Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah Melalui
SBSN Tahun Anggaran 2019 untuk digunakan sebagai acuan dan pedoman
dalam mengimplementasikan program peningkatan sarana dan prasarana
Madrasah yang dibiayai melalui SBSN.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud: Petunjuk Teknis Program Peningkatan Sarana Prasarana
Madrasah Melalui SBSN Tahun Anggaran 2019
dimaksudkan sebagai panduan bagi Kementerian Agama dan
satuan kerja pelaksana Proyek Program Peningkatan Sarana
Prasarana Madrasah melalui SBSN sesuai dengan tanggung
jawab dan kewenangannya.
Tujuan: Petunjuk Teknis Program Peningkatan Sarana Prasarana
Madrasah Melalui SBSN Tahun Anggaran 2019 bertujuan
untuk menjamin kinerja peningkatan Sarana Prasarana
Madrasah yang dibiayai melalui SBSN dan menjamin
pelaksanaan/pengelolaannya sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah
Melalui SBSN Tahun Anggaran 2019 meliputi standar dan klasifikasi sarana
prasarana madrasah, pengelolaan, pelaporan, monitoring dan evaluasi
kegiatan program peningkatan sarana prasarana madrasah yang dibiayai
melalui penerbitan SBSN.

2
D. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Surat Berharga Syariah Negara selanjutnya disingkat SBSN, atau
dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA
adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
4. Rancang Bangun Rinci (Detail Engineering Design) yang selanjutnya
disingkat DED adalah dokumen desain teknis bangunan yang terdiri
dari gambar teknis, spesifikasi teknis dan spesifikasi umum, volume
serta biaya pekerjaan.
5. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disingkat MI adalah satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
dengan kekhasan agama Islam yang terdiri dari 6 (enam) tingkat pada
jenjang pendidikan dasar.
6. Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
dengan kekhasan agama Islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada
jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar, MI,
atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah
Dasar atau MI.
7. Madrasah Aliyah yang selanjutnya disingkat MA adalah satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah
sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama, MTs, atau bentuk

3
lain yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Menengah
Pertama atau MTs.
8. Madrasah Aliyah Kejuruan yang selanjutnya disingkat MAK adalah
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
kejuruan dengan kekhasan agama islam pada jenjang penidikan
menengah sebagai lanjutan dari sekolah menengah pertama, MTs,
atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah
Menengah Pertama atau MTs.
9. Satuan Kerja Pelaksana Proyek yang selanjutnya disebut Satker
adalah Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota atau Madrasah
pelaksana Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah Melalui
SBSN.
10. Proyek adalah Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang
merupakan bagian dari program yang dilaksanakan oleh
Kementerian Negara/Lembaga, yang pembiayaannya bersumber dari
penerbitan Surat Berharga Syariah Negara dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
11. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko yang
selanjutnya disingkat dengan DJPPR adalah unit Eselon I di
Kementerian Keuangan yang bertugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan pinjaman, hibah,
surat berharga negara, dan risiko keuangan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
12. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang selanjutnya disebut
Kementerian PPN/Bappenas adalah unsur pelaksana pemerintah
yang berada dibawah clan bertanggung jawab pada presiden yang
bertugas membantu Presiden dalam melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4
13. Pemrakarsa Proyek adalah Kementerian Negara/Lembaga yang
menyampaikan usulan Proyek.
14. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi adalah Kantor
Kementerian Agama yang berkedudukan di Provinsi yang
bertanggung jawab kepada Menteri Agama.
15. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota adalah Kantor
Kementerian Agama yang berkedudukan di Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi.
16. Direktorat KSKK Madrasah adalah Direktorat Kurikulum, Sarana,
Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah.
17. Rancang Bangun Rinci (Detail Engineering Design) yang selanjutnya
disingkat DED adalah dokumen desain teknis bangunan yang terdiri
dari gambar teknis, spesifikasi teknis dan spesifikasi umum, volume
serta biaya pekerjaan.
18. Rencana Penarikan Dana yang selanjutnya disingkat RPD adalah
dokumen yang memuat proyeksi penarikan dana Proyek selama masa
pelaksanaan Proyek yang disusun oleh Pemrakarsa Proyek.

5
BAB II
ORGANISASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM PENINGKATAN SARANA
PRASARANA MADRASAH MELALUI SBSN

A. Organisasi, Tugas Dan Tanggung Jawab


1. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS
melakukan penilaian kelayakan proyek dengan mempertimbangkan
sebagai berikut:
a. Kesiapan, kelayakan serta kesesuaian proyek dengan program
rencana pembangunan jangka menengah;
b. Batas maksimum penerbitan SBSN dalam rangka pembiayaan
proyek yang ditentukan oleh Menteri Keuangan; dan
c. Kesesuaian proyek dengan prinsip syariah.
2. Kementerian Keuangan
a. Menyampaikan Batas Maksimal Penerbitan (BMP) SBSN kepada
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional;
b. Melaksanakan penganggaran pembiayaan proyek melalui penerbitan
SBSN; dan
c. Melaksanakan pembayaran kegiatan yang dibiayai dengan SBSN.
3. Kementerian Agama (Pemrakarsa Proyek)
a. Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
dibawah koordinasi Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal
Kementerian Agama RI menyampaikan usulan Proyek kepada
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS;
b. Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
1) Membuat dan Menyampaikan surat Pernyataan kesiapan
pelaksanaan proyek SBSN;
2) Menetapkan lokasi proyek berdasarkan hasil penilaian
kelayakan yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/BAPPENAS;
3) Membentuk Unit Manajemen Proyek;

6
4) Melakukan sosialisasi, pendampingan dan pelatihan Program
Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah melalui SBSN;
5) Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi; dan
6) Membuat laporan secara berkala kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian Agama dan Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/BAPPENAS.
c. Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi dan/atau Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota
1) Menerbitkan surat rekomendasi calon penerima program
sesuai dengan lingkup kewenangan pembinaan;
2) Monitoring dan Evaluasi;
3) Menerima Tembusan Laporan dari Pelaksana Proyek.
d. Satuan Kerja pelaksana proyek
1) Membuat dan Mengajukan Proposal;
Proposal ditujukan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Cq. Direktur KSKK Madrasah, terdiri atas:
a. Surat Usulan dari Satuan Kerja;
b. Profil Madrasah, Rencana Kerja Jangka Menengah
(RKJM) Madrasah dan Rencana Kerja Tahunan
Madrasah (RKTM);
c. Master Plan/Rencana Induk Pengembangan (RIP)
Madrasah;
d. Kerangka Acuan Kerja / TOR;
e. Rencana Anggaran Biaya (RAB), Daftar Kuantitas, dan
Analisa Harga Satuan masing-masing item pekerjaan;
f. Detail Engineering Design (Struktur dan Gambar Kerja);
g. Dokumen Studi Kelayakan Proyek (DSKP);
h. Sertifikat Tanah Hak Milik Satuan Kerja (Wajib Sertifikat
Hak Milik);
i. Surat Rekomendasi dari Kankemenag Kab./Kota dan
Kanwil Provinsi;

7
j. Foto lahan yang akan dibangun minimal 4 arah yang
berbeda;
k. Beberapa foto yang dapat menggambarkan situasi
lapangan dan kondisi jalan/jembatan tersebut;
l. Surat pernyataan kesiapan.
2) Melaksanakan Proyek Pembangunan Gedung;
3) Melaporkan Kinerja Proyek SBSN secara berkala kepada
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam C.q Direktorat KSKK
Madrasah melalui aplikasi E-Monev Kementerian Keuangan
(DJPPR); dan
4) Mengelola obyek Pembiayaan yang bersifat Aset hasil proyek
SBSN.
e. Unit Manajemen Proyek
Unit Manajemen Proyek adalah unit yang dibentuk oleh
Direktorat KSKK Madrasah dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pendidikan Islam yang memiliki tugas membantu pelaksanaan
program peningkatan sarana prasarana madrasah melalui SBSN.

B. Mekanisme Pelaksanaan Pengajuan SBSN


1. Satuan Kerja Madrasah mengajukan usulan proposal ditujukan
kepada Direktur Jenderal Pendidikan Islam Cq. Direktur KSKK
Madrasah dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
a. Surat Usulan dari Satuan Kerja;
b. Profil Madrasah, Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM)
madrasah dan Rencana Kerja Tahunan Madrasah (RKTM);
c. Master Plan/Rencana Induk Pengembangan (RIP) Madrasah;
d. Kerangka Acuan Kerja / TOR;
e. Rencana Anggaran Biaya (RAB), Daftar Kuantitas, dan Analisa
Harga Satuan masing-masing item pekerjaan;
f. Detail Enginnering Design (Struktur dan Gambar Kerja);
g. Dokumen Studi Kelayakan Proyek (DSKP);

8
h. Sertifikat Tanah Hak Milik Satuan Kerja (Wajib Sertifikat Hak
Milik);
i. Surat Rekomendasi dari Kankemenag Kab./Kota dan Kanwil
Provinsi;
j. Foto lahan yang akan dibangun minimal 4 arah yang berbeda;
k. Beberapa foto yang dapat menggambarkan situasi lapangan dan
kondisi jalan/jembatan tersebut;
l. Surat pernyataan kesiapan.
2. Direktorat KSKK Madrasah mengusulkan proposal yang telah
diverifikasi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam untuk
diteruskan ke Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian
Agama;
3. Sekretariat Jenderal Kementerian Agama mengusulkan proposal
proyek SBSN Madarasah kepada Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN) / Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) untuk dilakukan verifikasi dan penilaian
kelayakan.

C. Pengelolaan
Pengelolaan Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah Melalui
SBSN Tahun Anggaran 2019 mengacu kepada:
1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 220/PMK.08/2015 Tentang
Tata Cara Pembiayaan Proyek/Kegiatan Melalui Penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara;
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2018
tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.02/2018 Tentang
Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2019;
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.05/2019 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pembayaran Kegiatan Yang Dibiayai Melalui
Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara;
5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.02/2018 tentang
Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2019. 9
D. Madrasah Penerima SBSN
Madrasah penerima proyek pembiayaan melalui SBSN untuk
kegiatan peningkatan sarana prasarana Madrasah adalah madrasah
negeri dalam kategori MAN Insan Cendekia, MAN Program
Keterampilan/Vokasi, MAN Program Keagamaan, Madrasah Negeri
Berasrama dan/atau Madrasah Negeri Lain yang layak menerima program.

E. Pelaporan
Laporan pertanggungjawaban terhadap realisasi program
Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah melalui pembiayaan SBSN dapat
dilakukan secara online menggunakan sistem Elektronik Monitoring dan
Evaluasi (E-monev) proyek SBSN di alamat:
https://e-monev.kemenkeu.go.id
Satuan kerja wajib mencetak laporan progress bulanan pelaksanaan
pekerjaan.

F. Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan


Dalam rangka pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal,
Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI bersama-sama dengan Kanwil Kemenag Provinsi
dan Kemenag Kab./Kota melakukan Monitoring dan Evaluasi atas
program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah Melalui SBSN Tahun
Anggaran 2019.
Pengawasan internal dilakukan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Agama dan Eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK RI).

10
BAB III
DESAIN PURWARUPA (PROTOTYPE)
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SBSN MADRASAH

A. Ruang lingkup
Ruang lingkup pekerjaan Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah
Melalui SBSN meliputi:
1. Pembangunan Gedung Ruang Kelas Baru (RKB) : Minimal Ruang Kelas
Belajar MI Ukuran 7 x 8 m, MTs Ukuran 7 x 9 m, dan MA Ukuran 8 m x
9 m, selasar (teras) lebar 2 m2 x panjang ruang kelas; Jumlah 2 Lantai.
2. Pembangunan Gedung Asrama Siswa Terpadu
a) Gedung Asrama Type 1a (gambar terlampir); Jumlah 3 Lantai, Luas
total: 771,87 m2
b) Gedung Asrama Type 1b (gambar terlampir); Jumlah 3 Lantai, Luas
total: 771,87 m2
c) Gedung Asrama Type 2 (gambar terlampir); Jumlah 2 Lantai, Luas
total: 514,58 m2
3. Gedung Laboratorium dan Perpustakaan (gambar terlampir); Jumlah 3
Lantai, Luas total: 1.296 m2
4. Gedung Mess Guru / Rumah Dinas Guru Jumlah 1 lantai Tipe 36
(gambar terlampir);
5. Gedung Workshop Pembelajaran Ketrampilan (gambar terlampir);
Jumlah 2 Lantai, Luas total: 528 m2;
6. Gedung Administrasi (gambar terlampir); Jumlah 2 Lantai, Luas Lantai
total: 892 m2;
7. Pusat Pembelajaran Terpadu (gambar terlampir); Jumlah 2 Lantai, Luas
total: 1.485 m2;
8. Gedung Laboratorium Keagamaan (gambar terlampir); Jumlah 2 Lantai,
Luas total: 336 m2;
9. Gedung Pusat Layanan Kegiatan Siswa (gambar terlampir); Jumlah 2
Lantai, Luas total: 465,9 m2.

11
Point 1 s.d 9 merupakan standar minimal yang akan disesuaikan dengan
kondisi lahan dan anggaran yang tersedia disetiap satuan kerja pelaksana
proyek.

B. Ketentuan Teknis Bangunan Madrasah


Satker Pelaksana Proyek dalam melaksanakan pembangunan wajib
berpedoman pada desain purwarupa (prototype) yang ditentukan dalam
petunjuk teknis ini.
Perencanaan teknis desain purwarupa (prototype) sebagaimana
dimaksud, dapat dilakukan penyesuaian apabila tidak sesuai dengan:
a. keadaan lokasi;
b. bahan bangunan; dan
c. pelaksanaan di lapangan.
Perencanaan teknis desain purwarupa (prototype) yang diatur di
dalam Petunjuk Teknis ini didasarkan pada kondisi DKI Jakarta, sehingga
penerapan desain purwarupa di masing-masing satker pelaksana dapat
dilakukan penyesuaian dengan mempertimbangkan:
a) keadaan lokasi, diantaranya struktur pondasi terhadap kondisi tanah
dan struktur atas terhadap beban gempa;
b) bahan bangunan disesuaikan terhadap ketersediaan di masing-masing
lokasi; dan
c) pelaksanaan di lapangan terkait dengan metode kerja yang tertuang di
dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS).

Ketentuan Teknis bangunan madrasah Program Peningkatan Sarana


Prasarana Madrasah Melalui SBSN tahun anggaran 2019 sebagai berikut:
1. Pembangunan ruang kelas baru (RKB) berikut sanitasi dan
perabotnya, dengan ketentuan sebagai berikut;
a) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori,
praktik yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktik
dengan alat khusus yang mudah dihadirkan
b) Pembangunan Gedung Ruang Kelas Baru (RKB) : Ruang Kelas

12
Belajar MI Ukuran 7 x 8 m, MTs Ukuran 7 x 9 m, dan MA Ukuran
8 m x 9 m, selasar (teras) lebar 2 m x panjang ruang kelas; Jumlah
2 Lantai, Luas total: 600m2; dan
c) RKB dapat dibangun dengan struktur 2 lantai.
d) Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 36 siswa.
e) Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/siswa. Untuk
rombongan belajar dengan siswa kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas adalah 30 m2. Lebar minimum ruang kelas
adalah 5 m.
f) Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan
yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan
pandangan ke luar ruangan.
g) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar siswa dan guru
dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci
dengan baik saat tidak digunakan.
h) Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel
sebagai berikut;
Jenis Perabot Rasio Deskripsi
1 2 3
Kursi siswa 1buah/siswa Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan oleh siswa. Ukuran
sesuai dengan kelompok usia siswa
dan mendukung pembentukan
postur tubuh yang baik. Desain
dudukan dan sandaran membuat
siswa nyaman belajar.
Meja siswa 1buah/siswa Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan oleh siswa. Ukuran
sesuai dengan kelompok usia siswa
dan mendukung postur tubuh yang
baik. Desain memungkinkan kaki

13
siswa masuk dengan leluasa ke
bawah meja.
Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan. Ukuran memadai
untuk duduk dengan nyaman.
Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan. Ukuran memadai
untuk bekerja dengan nyaman.
Lemari 1 Kuat, stabil, aman. Ukuran memadai
buah/ruang untuk menyimpan perlengkapan
yang diperlukan kelas tersebut.
Tertutup dan dapat dikunci.
Papan pajang 1 Kuat, stabil, aman. Ukuran minimum
buah/ruang 60 cm x 120 cm.

Media Pendidikan

Papan tulis 1 Kuat, stabil, aman. Ukuran minimum


buah/ruang 90 cm x 200 cm. Ditempatkan pada
posisi yang memungkinkan seluruh
siswa melihatnya dengan jelas.
Perlengkapan Lain

Tempat 1
sampah buah/ruang
Tempat cuci 1
tangan buah/ruang
Jam dinding 1
buah/ruang
Kotak kontak 1
buah/ruang

14
2. Pembangunan ruang laboratorium dan perpustakaan terpadu berikut
sanitasi dan perabotnya, dengan ketentuan sebagai berikut;
a) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan siswa dan
guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka
dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat
petugas mengelola perpustakaan dan Ruang laboratorium
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran
secara praktik yang memerlukan peralatan khusus.
b) Fungsi kedua ruangan sebagaimana dimaksud diatas dapat
dipadukan/integrasikan baik secara sistem pembelajaran maupun
pengelolaannya.
c) Jumlah 3 Lantai, Luas total: 1.296 m2;
d) Ruang Perpustakaan dan Laboratorium dibangun dengan struktur
3 lantai.
e) Ruang Perpustakaan dan Laboratorium dapat menampung
minimum satu rombongan belajar
f) Rasio minimum luas ruang laboratorium adalah 2,4 m/siswa.
Untuk rombongan belajar dengan siswa kurang dari 20 orang, luas
minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang
penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang
laboratorium adalah 5 m.
g) Ruang laboratorium dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati
obyek percobaan.

15
h) Ruang perpustakaan terletak di bagian madrasah yang mudah
dicapai.
i) Tersedia air bersih.
j) Ruang Laboratorium dan Perpustakaan terpadu dilengkapi sarana
sebagaimana tercantum pada gambar Detail Engineering Design
(DED);

3. Pembangunan gedung laboratorium keagamaan terpadu berikut


sanitasi dan perabotnya; dengan ketentuan sebagai berikut; (Khusus
untuk MAN Program Keagamaan)
a) Ruang Laboratorium Keagamaan terpadu berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran secara praktik program
keagamaan yang memerlukan peralatan khusus sekaligus sebagai
tempat kegiatan siswa dan guru memperoleh informasi dari
berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati,
mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola literasi
keagamaan khususnya agama Islam.
b) Fungsi ruangan sebagaimana dimaksud diatas dapat
dipadukan/integrasikan baik untuk pembelajaran, praktik ibadah
maupun aktivitas ibadah rutin setiap hari.
c) Gedung Laboratorium Keagamaan dibangun dengan struktur 2
Lantai, Luas total: 336 m2;
d) Ruang Laboratorium Keagamaan dapat menampung minimum satu
rombongan belajar
e) Rasio minimum luas ruang laboratorium adalah 2,4 m/siswa.
Untuk rombongan belajar dengan siswa kurang dari 20 orang, luas
minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang
penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang
laboratorium adalah 5 m.
f) Ruang laboratorium Keagamaan dilengkapi dengan fasilitas untuk
memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan

16
mengamati obyek percobaan.
g) Gedung Laboratorium Keagamaan terletak di bagian madrasah
yang mudah dicapai.
h) Tersedia air bersih.
i) Ruang laboratorium keagamaan terpadu dilengkapi sarana
sebagaimana tercantum pada gambar Detail Engineering Design
(DED);
4. Pembangunan Gedung Workshop Pembelajaran Keterampilan siswa
berikut sanitasi dan perabotnya;
a) Gedung Workshop Pembelajaran Keterampilan siswa berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran secara
praktik pembelajaran siswa yang memerlukan peralatan khusus
sekaligus sebagai tempat khusus praktik siswa.
b) Gedung Praktik Pembelajaran siswa dibangun dengan struktur
Jumlah 2 Lantai, Luas total: 528 m2;.
c) Ruang Praktik Pembelajaran siswa dapat menampung minimum
satu rombongan belajar.
d) Rasio minimum luas ruang workshop adalah 2,4 m/siswa. Untuk
rombongan belajar dengan siswa kurang dari 20 orang, luas
minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang
penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang
laboratorium adalah 7 m.
e) Ruang praktik pembelajaran siswa dilengkapi dengan fasilitas
untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku
dan mengamati objek praktik.
f) Gedung workshop Pembelajaran terletak di bagian madrasah yang
mudah dicapai.
g) Tersedia sanitasi dan air bersih.

17
h) Masing-masing Ruang Workshop Pembelajaran Siswa dilengkapi
minimal ada Ruang Bahan, ruang praktik, ruang display dan
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
keterampilan/kejuruan;

5. Pembangunan gedung pusat pembelajaran terpadu berikut sanitasi


dan perabotnya;
a) Gedung pusat pembelajaran terpadu Terdiri dari 2 lantai. pada
lantai 1 terdiri dari ruangan lobby, ruang kepala madrasah, ruang
rapat, ruang staff, dan beberapa ruangan penunjang. Sedangkan
untuk lantai dua terdiri dari ruangan pree function, auditorium dan
terdapat ruangan penunjang. Sebagian besar fungsi dari bangunan
ini sebagai ruang administrasi dari kegiatan belajar.
b) Fungsi ruangan sebagaimana dimaksud diatas dapat
dipadukan/integrasikan baik untuk pembelajaran, dan
administrasi di madrasah.
c) Memiliki lahan yang luasnya minimal 565 m2 ( ilustrasi 39 m x
14.5m ) struktur 2 lantai.
d) Ruang gedung pusat pembelajaran terpadu memiliki daya tampung
yang cukup luas terutama untuk ruang staf dengan standar 4,8
m2/orang
e) Rasio minimum luas ruang laboratorium adalah 4,8 m2/orang.
Untuk staff memiliki daya tampung 40 orang dengan konsep
ruangan terbuka.
f) Gedung pusat pembelajaran terpadu secara thermal memiliki
bukaan yang maksimal untuk pencahayaan alami, sehingga dapat
efesiensi pemakaian energi.
g) Ruang Pusat Pembelajaran terpadu terletak di bagian madrasah
yang mudah dicapai.

18
h) Tersedia sanitasi dan air bersih.
i) Ruang pusat pembelajaran terpadu dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pada gambar Detail Engineering Design (DED);

6. Pembangunan Gedung Administrasi berikut sanitasi dan perabotnya;


a) Gedung administrasi terdiri dari 2 lantai, lantai 1 memiliki ruangan
staff administrasi dan ruang penunjang, sedangakan untuk lantai
2 memiliki ruangan staff administrasi, hall, dan ruangan
penunjang.
b) Fungsi ruangan sebagaimana dimaksud diatas dapat
dipadukan/integrasikan baik untuk pembelajaran, dan juga
sebagai ruang khusus administrasi dari kegiatan madrasah.
c) memiliki lahan yang luasnya minimal 467 m2 ( ilustrasi 32 m x
14.5 m ) struktur 2 lantai.
d) Gedung administrasi dapat menampung minimum 160 orang.
e) Rasio minimum luas ruang laboratorium adalah 4.8 m2/orang.
f) Gedung Administrasi secara thermal memiliki bukaan yang
maksimal untuk pencahayaan alami, sehingga dapat efesiensi
pemakaian energi.
g) Ruang administrasi terletak di bagian madrasah yang mudah
dilihat dan dicapai.
h) Tersedia sanitasi dan air bersih.
i) Ruang administrasi dilengkapi sarana sebagaimana tercantum
pada gambar Detail Engineering Design (DED);

7. Pembangunan Gedung Asrama Siswa Terpadu berikut sanitasi dan


perabotnya;
a) Besaran Modul 1 luas ruangan 36 m2.
b) Fungsi dan Karakteristik Ruang ini adalah sebagai tempat tinggal
siswa selama menempuh pendidikan pada Madrasah yang berada
di daerah afirmasi.
c) Asrama siswa dibangun satu lokasi dengan sekolah.

19
d) Kapasitas Asrama dengan kapasitas maksimal 12 siswa dalam 1
kamar.
e) Prasyarat Utilitas Ruang
1) Terdapat 2 (dua) pintu akses keluar dan masuk, pada dari depan
dan belakang bangunan disesuaikan dengan kondisi
dilapangan;
2) Bukaan cahaya dan ventilasi udara pada masing-masing ruang
minimal 10% dan 5% dari luas ruangan.
f) Jumlah titik lampu pada masing-masing ruang:
1) Ruang tidur dan ruang belajar: 6 titik lampu.
2) Ruang tamu: 4 titik lampu.
3) Wilayah ruang dapur, wc, dan tempat cuci minimal 2 titik
lampu.
g) Untuk asrama dengan kapasitas 1 Kamar 6 Tempat
Tidur, dilengkapi 6 buah meja dan 6 kursi belajar, 6 tempat tidur,
6 lemari pakaian (2 pintu).
h) Tinjauan Keselamatan, Kesehatan, dan Kenyamanan Lingkungan
1) Bukaan ventilasi cahaya minimal 10% dan bukaan
ventilasi udara minimal 5% dari luas bangunan asrama
siswa, untuk sehatnya kondisi ruang dengan penerangan
alami, sirkulasi udara dan kelembaban normal.
2) Madrasah harus menetapkan peruntukan asrama untuk
siswa atau siswi, tidak dijadikan satu.
3) Apabila suatu madrasah mendapat alokasi untuk
membangun 2 (dua) unit asrama, maka bangunannya
harus dibuat terpisah antara asrama siswa dan asrama siswi.
4) Ketersediaan jaringan sanitasi, air bersih dan listrik menjadi
syarat pendukung pembangunan asrama siswa pada masing-
masing lokasi.
i) Gedung Asrama Siswa Terpadu dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pada gambar Detail Engineering Design (DED);

20
8. Pembangunan gedung pusat kegiatan siswa dan ketentuan sebagai
berikut ;
a) Fungsi dan Karakteristik Gedung pusat kegiatan siswa
ditujukan sebagai tempat untuk menampung kegiatan siswa di
luar kegiatan belajar,
Bangunan ini terdiri dari 2 lantai pada lantai 1 terdapat ruangan
display, ruang BK, Ruang storage, ruang osis, Ruang poliklinik,
Ruang rapat, Ruang broadcast. Sedangkan untuk di lantai 2
terdapat ruangan untuk kegiatan eskul.
b) Fungsi ruangan sebagaimana dimaksud diatas dapat
dipadukan/integrasikan baik untuk pembelajaran, dan juga
sebagai ruang khusus menampung keterampilan siswa dalam
berorganisasi.
c) Gedung pusat kegiatan siswa dibangun dengan struktur 2 lantai.
Luas Bangunan: 465,9 m2
d) Gedung pusat kegiatan siswa secara thermal memiliki
bukaan yang maksimal untuk pencahayaan alami, sehingga
dapat efesiensi pemakaian energi.
e) Gedung pusat kegiatan siswa terletak di bagian madrasah
yang mudah dilihat dan dicapai.
f) Tersedia air bersih.
g) Acuan standarisasi Ruang mengacu pada permendiknas no 24
tahun 2007.
h) Gedung pusat kegiatan siswa dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pada gambar Detail Engineering Design (DED);

9. Pembangunan mess guru (khusus untuk MAN Insan Cendekia); dan


ketentuan sebagai berikut;
i) Fungsi dan Karakteristik Ruang Rumah dinas guru ditujukan
sebagai rumah tinggal guru yang mengajar di MAN IC pada daerah
afirmasi. 1 (satu) bangunan rumah dinas guru terdiri atas 2
(dua) lokal yang dibangun dengan sistem kopel T36 x 2 , sehingga
luas bangunannya adalah 72 m2
j) Mess Guru dibangun satu lokasi berdekatan dengan Asrama
Siswa/Siswi.
k) Prasyarat Utilitas Rumah Dinas Guru untuk 1(satu) Lokal
1) Terdapat 1 (satu) pintu akses keluar dan masuk.
2) Pada rumah dinas guru bukaan ventilasi cahaya minimal 12
21
m2 dan bukaan ventilasi udara minimal 6 m2
3) Jumlah titik lampu pada masing-masing ruang:
 Ruang tamu: 1 titik lampu.
 Ruang tidur: 2 titik lampu.
 Ruang makan: 1 titik lampu.
 Kamar mandi: 1 titik lampu
 Teras depan dan belakang: 2 titik lampu.
4) Dilengkapi 2 set tempat tidur, 2 set lemari pakaian, 1 set
meja makan, dan 1 set meja kursi tamu.
5) dilengkapi instalasi air bersih, instalasi air kotor/limbah dan
kotoran, septick tank dan sumur resapan
6) Tangki air 1000 Liter dilengkapi menara tangki air.
7) Penyambungan listrik berikut daya 1300 watt per lokal
rumah dinas guru.
l) Tinjauan Keselamatan, Kesehatan, dan Kenyamanan Lingkungan
1) Bukaan ventilasi cahaya minimal 10% dan bukaan ventilasi
udara minimal 5% dari luas bangunan rumah dinas guru,
untuk sehatnya kondisi ruang dengan penerangan alami,
sirkulasi udara dan kelembaban normal.
2) Tata letak halaman dan jalan akses, mengikuti
ketersediaan dan kondisi lahan siap bangun yang tersedia
dimasing-masing lokasi.

Sanitasi bangunan dibatasi hanya pada pekerjaan drainase


air bekas/hujan di sekeliling ruang/bangunan yang dibangun dan
tempat cuci tangan yang terletak di depan selasar ruang/bangunan
kelas.

C. Persyaratan Teknis Bangunan


Persyaratan teknis pembangunan mengacu kepada Permen PU/PR
No. 22/PRT/M/2018 Tentang Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung
Negara, Permendiknas Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan

22
Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK) dan Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA serta
Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Dasar yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2004 dan
Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa,
Dilengkapi dengan, Metode dan Cara Perbaikan Konstruksi yang
dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya tahun 2006.
Dalam pelaksanaan pembangunan ruang kelas, madrasah yang
memiliki ukuran ruang kelas yang belum sesuai dengan Permendiknas
Nomor 24 tahun 2007 diperbolehkan untuk menyesuaikan ruang kelas
tersebut sesuai yang terdapat dalam petunjuk pelaksanaan. Bangunan
madrasah adalah salah satu fasilitas umum yang harus memiliki tingkat
keamanan yang cukup tinggi dan memiliki usia pemakaian yang cukup
lama. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, dalam pelaksanaan
rehabilitasi/pembangunan ruang harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:

1. Pemahaman Teknis
a) Pemahaman Tentang Gambar Teknis atau Gambar Kerja
Pemahaman mengenai “Gambar Teknis atau Gambar Kerja” sangat
penting. Hal ini dimaksudkan agar P2S/M (Panitia
Pembangunan Sekolah/Madrasah) dapat mengetahui komponen
bangunan apa saja yang akan dikonstruksikan dan bahan apa
saja yang perlu dipersiapkan untuk setiap komponen bangunan.
Dengan demikian selain bisa membaca gambar teknis, diharapkan
P2S/M mampu pula melakukan kontrol terhadap realisasi
pelaksanaan pekerjaan di lapangan termasuk kontrol penggunaan
bahan maupun pemakaian biayanya.

23
Tabel 1. Pemahaman Terhadap Gambar Teknis

No Keterangan Gambar Penjelasan


1. Denah Lokasi (Site) Gambar lokasi keberadaan tanah milik
madrasah yang bersangkutan.
2. Site Plan Tata letak bangunan-bangunan yang
ada dalam lokasi bidang tanah
3. Gambar Denah sekolah. yang menunjukkan bagian-
Gambar
bagian ruangan pada bangunan yang
akan dikerjakan
4. Tampak Depan/Belakang Gambar dilengkapi dengan
yang menunjukkan bentuk
berbagai keterangan
bangunan dilihat dariantara
arah depan
5. Tampak Samping lain
dan ukuran
yangruang,
belakang.
Gambar ketinggian
menunjukkan lantai,
bentuk
(Kiri/Kanan) tata letak pintu
bangunan dan
dilihat jendela
dari dll.
arah sebelah
6. Gambar Potongan kiri
Gambar yang menunjukkan bentuk
kanan denah bangunan.
dan bagian-bagian bangunan pada
7 Gambar Detail posisi potongan,
Gambar mengenaipada gambar
bagian denah
bangunan
umumnya
(seperti: ditunjukkan
pondasi, kusen dengan
8. Petunjuk Arah tanda:
pintu/jendela,
Gambar/simbol sambungan
yang menunjukkan
A
konstruksi
posisi kayu dan
bangunan lain- lain
terhadap arahyang
mata
dianggap
angin. perlu.
Huruf U =Gambar tersebutarah
menunjukkan
dibuat berskala besar,
Utara, misalnya: U misal 1
b) Persyaratan Arsitektur BangunanA
banding 10 (1:10), atau 1 banding 5
Arah
1. Hubungan horizontal antar ruang panah
(1:5), atau
untuk menunjukkan
menunjukan
antar arah
bangunandetail-detail
pandang
bagian bidang potongan
bangunan tersebut.
a. Bangunan Gedung sesuai dengan fungsi dan klasifikasi
bangunan gedungnya harus memenuhi persyaratan
kemudahan hubungan horizontal antar ruang atau antar
bangunan untuk menunjang terselenggaranya fungsi
Bangunan Gedung.

b. Sarana hubungan horizontal antar ruang atau antar


bangunan meliputi: pintu, selasar, koridor, jalur pedestrian,
jalur pemandu dan/atau jembatan penghubung antar ruang

24
atau antar bangunan.

c. Persyaratan teknis, gambar, dan ukuran sarana hubungan


horizontal antar ruang atau antar bangunan sebagaimana
disebut pada huruf b. harus memenuhi ketentuan peraturan
perundang- undangan dan standar.

2. Hubungan vertikal antar lantai dalam Bangunan Gedung

a. Bangunan Gedung bertingkat harus menyediakan sarana


hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk
menunjang terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung.
b. Sarana hubungan vertikal antarlantai meliputi: tangga,
ramp, lift.
c. Persyaratan teknis, gambar, dan ukuran sarana hubungan
vertikal antar lantai sebagaimana disebut pada huruf b.
harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan dan standar.

3. Sarana Evakuasi

a. Bangunan gedung kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah


deret sederhana harus menyediakan sarana evakuasi yang
dibutuhkan terutama pada saat bencana atau situasi
darurat lainnya untuk evakuasi pengguna bangunan gedung
dan pengunjung bangunan gedung ke luar bangunan
gedung dan/atau akses petugas evakuasi.

b. Sarana evakuasi merupakan suatu jalan lintasan yang


menerus dan tidak terhambat dari titik manapun dalam
bangunan gedung menuju ke jalan, halaman, lapangan, atau
ruang terbuka lainnya yang memberikan akses aman ke
jalan umum.

c. Sarana evakuasi dapat mencakup jalur perjalanan vertikal


atau horizontal, ruang, pintu, lorong, koridor, balkon, ramp,
25
tangga, lobi, eskalator, lapangan dan halaman.
d. Sarana evakuasi terdiri atas 3 (tiga) bagian utama meliputi:
akses eksit (exit access), eksit (exit), eksit pelepasan (exit
discharge).
e. Sarana evakuasi perlu dilengkapi dengan sarana pendukung
lainnya seperti:
▪ Rencana evakuasi.
▪ Sistem peringatan bahaya.
▪ Pencahayaan eksit dan tanda arah.
▪ Area tempat berlindung (refugee area).
▪ Titik berkumpul.
▪ Lift kebakaran.

f. Persyaratan teknis, gambar, dan ukuran sarana evakuasi


harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan dan standar.
4. Bahan bangunan untuk bangunan gedung negara harus memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dipersyaratkan, diupayakan
menggunakan bahan bangunan setempat atau produksi dalam
negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari komponen
bangunan sistem fabrikasi. Spesifikasi teknis bahan bangunan
gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan:
a. Bahan penutup lantai

i. Bahan penutup lantai menggunakan bahan teraso, keramik,


papan kayu, vinyl, marmer, homogenius tile dan karpet yang
disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi
bangunannya.

ii. Adukan atau perekat yang digunakan harus memenuhi


persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup
lantai yang digunakan.

26
b. Bahan dinding

Bahan dinding terdiri atas bahan untuk dinding pengisi atau


partisi, dengan ketentuan sebagai berikut:
i. bahan dinding pengisi : batu bata, beton ringan, bata
tela, batako, papan kayu, kaca dengan rangka kayu atau
aluminium, panel GRC dan/atau aluminium.
ii. bahan dinding partisi : papan kayu, kayu lapis, kaca,
calsium board, particle board, dan/atau gypsum board
dengan rangka kayu kelas kuat II atau rangka lainnya,
yang dicat tembok atau bahan finishing lainnya, sesuai
dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya.
iii. adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi
persyaratan teknis dan sesuai jenis bahan dinding yang
digunakan.
iv. untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat
lanjutan atau menengah, rumah negara, dan bangunan
gedung lainnya yang telah ada komponen pracetaknya,
bahan dindingnya dapat menggunakan bahan pracetak
yang telah ada.
c. Bahan langit-langit

Bahan langit-langit terdiri atas rangka langit-langit dan penutup


langit-langit:
i. bahan kerangka langit-langit: digunakan bahan yang
memenuhi standar teknis untuk penutup langit-langit kayu
lapis atau yang setara dengan kelas kuat II ukuran
minimum:

▪ 4/6 cm (empat per enam centimeter) untuk balok pembagi


dan balok penggantung.
▪ 6/12 cm (enam per dua belas centimeter) untuk balok
rangka utama.

27
▪ 5/10 cm (lima per sepuluh centimeter) untuk balok tepi.

▪ Besi hollow atau metal furring 40 mm (empat puluh


milimeter) x 40 mm (empat puluh milimeter) dan 40 mm
(empat puluh milimeter) x 20 mm (dua puluh milimeter)
lengkap dengan besi penggantung diameter 8 mm (delapan
milimeter) dan pengikatnya.

untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakan


kerangka aluminium yang bentuk dan ukurannya
disesuaikan dengan kebutuhan.
ii. bahan penutup langit-langit: kayu lapis, aluminium,
akustik, gypsum, atau sejenis yang disesuaikan dengan
fungsi dan klasifikasi bangunannya.
iii. lapisan finishing yang digunakan harus memenuhi
persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup
yang digunakan.
d. Bahan penutup atap

i. Bahan penutup atap bangunan gedung negara harus


memenuhi ketentuan yang diatur dalam SNI yang berlaku
tentang bahan penutup atap, baik berupa genteng, metal,
calsium board. Penggunaan bahan penutup atap disesuaikan
dengan fungsi dan klasifikasi bangunan serta kondisi
daerahnya.
ii. Bahan kerangka penutup atap digunakan bahan yang
memenuhi SNI. Untuk penutup atap genteng digunakan
rangka kayu kelas kuat II dengan ukuran:

▪ 2/3 cm (dua per tiga centimeter) untuk reng atau 3/4 cm


(tiga per empat centimeter) untuk reng genteng beton.
▪ 4/6 cm (empat per enam centimeter) atau 5/7 cm (lima per
tujuh centimeter) untuk kaso, dengan jarak antar kaso
disesuaikan ukuran penampang kaso.

28
iii. Bahan kerangka penutup atap non kayu:

▪ Gording baja profil C, dengan ukuran minimal 125 mm


(seratus dua puluh lima milimeter) x 50 mm (lima puluh
milimeter) x 20 mm (dua puluh milimeter) x 3,2 mm (tiga
koma dua milimeter).

▪ kuda-kuda baja profil WF, dengan ukuran minimal 250


mm (dua ratus lima puluh milimeter) x150 mm (seratus
lima puluh milimeter) x 8 mm (delapan milimeter) x 7 mm
(tujuh milimeter).

▪ baja ringan (light steel).

▪ beton plat tebal minimum 12 cm (dua belas centimeter).

e. Bahan kosen dan daun pintu/jendela

Bahan kosen dan daun pintu/jendela mengikuti ketentuan

sebagai berikut:
i. Digunakan bahan steel door dengan kualitas pabrikan
terbaik.
ii. Spesifikasi sesuai dengan gambar yang terlampir.

c) Persyaratan Struktur Bangunan

Struktur bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan


keselamatan (safety) dan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan standar untuk konstruksi bangunan gedung, yang dibuktikan
dengan analisis struktur sesuai ketentuan. Spesifikasi teknis struktur
bangunan gedung negara secara umum meliputi ketentuan-ketentuan:

1. Bahan struktur

Bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang,


struktur kayu maupun struktur baja harus mengikuti standar
teknis bahan bangunan yang berlaku dan dihitung kekuatan

29
strukturnya berdasarkan standar teknis yang sesuai dengan bahan
atau struktur konstruksi yang bersangkutan.

Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan gedung


negara tersebut di atas, dimungkinkan disesuaikan dengan
kemajuan teknologi bahan bangunan, khususnya disesuaikan
dengan kemampuan sumber daya setempat dengan tetap
mempertimbangkan kekuatan dan ketahanan sesuai dengan
peruntukan yang telah ditetapkan. Ketentuan lebih rinci agar
mengikuti ketentuan yang diatur dalam standar teknis sesuai
bahan bangunan yang digunakan untuk struktur.

2. Struktur Fondasi

a. Struktur Fondasi harus diperhitungkan mampu menjamin kinerja


bangunan sesuai fungsinya dan dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap berat sendiri, beban hidup, dan gaya-gaya
luar seperti tekanan angin dan gempa termasuk stabilitas lereng
apabila didirikan di lokasi yang berlereng.

Untuk daerah yang jenis tanahnya berpasir atau lereng dengan


kemiringan diatas 15° (lima belas derajat) jenis fondasinya
disesuaikan dengan bentuk massa bangunan gedung untuk
menghindari terjadinya likuifaksi (liquifaction) pada saat terjadi
gempa.

b. Fondasi bangunan gedung negara disesuaikan dengan kondisi


tanah atau lahan, beban yang dipikul, dan klasifikasi
bangunannya. Untuk bangunan yang dibangun di atas tanah atau
lahan yang kondisinya memerlukan penyelesaian pondasi secara
khusus, maka kekurangan biayanya dapat diajukan secara
khusus di luar biaya standar sebagai biaya pekerjaan fondasi
nonstandar.

30
c. untuk fondasi bangunan bertingkat lebih dari 3 (tiga) lantai atau
pada lokasi dengan kondisi khusus maka perhitungan fondasi
harus didukung dengan penyelidikan kondisi tanah atau lahan
secara teliti.

3. Struktur lantai

Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan


sebagai berikut:

a. Struktur lantai kayu

▪ dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 cm (dua centimeter),


maka jarak antara balok-balok anak tidak boleh lebih dari 60
cm (enam puluh centimeter), ukuran balok minimum 6/12 cm
(enam per dua belas centimeter).

▪ balok-balok lantai yang masuk ke dalam pasangan dinding harus


dilapis bahan pengawet terlebih dahulu.

▪ bahan dan tegangan bahan serta lendutan maksimum yang


digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI konstruksi kayu.

b. Struktur lantai beton

▪ lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harus diberi


lapisan pasir di bawahnya dengan tebal sekurang-kurangnya 5
cm (lima centimeter), dan lantai kerja dari beton tumbuk setebal
5 cm (lima centimeter).

▪ bagi pelat-pelat lantai beton bertulang yang mempunyai


ketebalan lebih dari 10 cm (sepuluh centimeter) dan pada daerah
balok (satu per empat bentang pelat) harus digunakan tulangan
rangkap, kecuali ditentukan lain berdasarkan hasil perhitungan
struktur.

▪ bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang


digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI konstruksi
beton.

31
c. Struktur lantai baja

▪ tebal pelat baja harus diperhitungkan, sehingga bila ada


lendutan masih dalam batas kenyamanan.

▪ sambungan-sambungannya harus rapat dan bagian yang


tertutup harus dilapis dengan bahan pelapis untuk mencegah
timbulnya korosi.

▪ bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai


dengan ketentuan SNI konstruksi baja.

4. Struktur Kolom

a. Struktur kolom kayu

▪ Dimensi kolom bebas diambil minimum 20 cm (dua puluh


centimeter) x 20 cm (dua puluh centimeter).

b. Mutu bahan dan kekuatan bahan yang digunakan harus sesuai


dengan ketentuan SNI konstruksi kayu.

c. Struktur kolom praktis dan balok pasangan bata:

▪ besi tulangan kolom praktis pasangan minimum 4 (empat) buah


diameter 8 mm (delapan milimeter) dengan jarak sengkang
maksimum 20 cm (dua puluh centimeter).

▪ adukan pasangan bata yang digunakan sekurang-kurangnya


harus mempunyai kekuatan yang sama dengan perbandingan
semen dan pasir 1 : 3 (satu banding tiga).

▪ mutu bahan dan kekuatan bahan yang digunakan harus sesuai


dengan ketentuan standar teknis.
d. Struktur kolom beton bertulang:

▪ kolom beton bertulang yang dicor di tempat harus mempunyai


tebal minimum 15 cm (lima belas centimeter) diberi tulangan
minimum 4 (empat) buah diameter 12 mm (dua belas milimeter)
dengan jarak sengkang maksimum 15 cm (lima belas
centimeter).
32
▪ selimut beton bertulang minimum setebal 5 cm (lima centimeter).
▪ mutu bahan dan kekuatan bahan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan SNI beton bertulang.
e. Struktur kolom baja:

▪ kolom baja harus mempunyai kelangsingan (λ) maksimum 150


(seratus lima puluh).

▪ kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupun tersusun


harus mempunyai minimum 2 (dua) sumbu simetris.

▪ sambungan antara kolom baja pada bangunan bertingkat tidak


boleh dilakukan pada tempat pertemuan antara balok dengan
kolom, dan harus mempunyai kekuatan minimum sama dengan
kolom.

▪ sambungan kolom baja yang menggunakan las harus


menggunakan las listrik, sedangkan yang menggunakan baut
harus menggunakan baut mutu tinggi.
▪ penggunaan profil baja canal dingin, harus berdasarkan
perhitungan yang memenuhi syarat kekuatan, kekakuan, dan
stabilitas yang cukup.
▪ mutu bahan dan kekuatan bahan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan standar teknis.
f. Struktur Dinding Geser

▪ dinding geser harus direncanakan untuk secara bersama-sama


dengan struktur secara keseluruhan agar mampu memikul
beban yang diperhitungkan terhadap pengaruh aksi sebagai
akibat dari beban yang mungkin bekerja selama umur layanan
struktur, baik beban muatan tetap maupun muatan beban
sementara yang timbul akibat gempa dan angin.

▪ dinding geser mempunyai ketebalan yang sesuai dengan


ketentuan SNI struktur bangunan gempa dan SNI beton
bertulang.
33
5. Struktur Atap

a. Umum

▪ konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan yang


dilakukan secara keilmuan atau keahlian teknis yang sesuai.

▪ kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahan penutup


atap yang akan digunakan, sehingga tidak akan mengakibatkan
kebocoran.

▪ bidang atap harus merupakan bidang yang rata, kecuali desain


bidang atap dengan bentuk khusus.
b. Struktur rangka atap kayu

▪ ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuran


umum yang tersedia di pasaran.
▪ rangka atap kayu harus dilapis bahan anti rayap.

▪ mutu bahan dan kekuatan bahan yang digunakan harus sesuai


dengan ketentuan SNI konstruksi kayu.

c. Struktur rangka atap beton bertulang

Mutu bahan dan kekuatan bahan yang digunakan harus sesuai


dengan ketentuan SNI beton bertulang.

d. Struktur rangka atap baja

▪ sambungan yang digunakan pada rangka atap baja baik berupa


baut, paku keling, atau las listrik harus memenuhi ketentuan
pada SNI tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan
gedung.

▪ rangka atap baja harus dilapis dengan pelapis anti korosi.

▪ mutu bahan dan kekuatan bahan yang digunakan harus sesuai


dengan ketentuan SNI rangka atap baja.

▪ untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat lanjutan

34
atau menengah, dan rumah negara yang telah ada komponen
fabrikasi, struktur rangka atapnya dapat menggunakan
komponen prefabrikasi yang telah ada.

e. Struktur rangka atap baja ringan

▪ mutu bahan dan kekuatan bahan yang digunakan harus sesuai


dengan ketentuan SNI rangka atap baja ringan.

6. Struktur beton pracetak

a. Komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung


negara dapat berupa komponen pelat, balok, kolom dan/atau
panel dinding.
b. Perencanaan komponen struktur beton pracetak dan
sambungannya harus mempertimbangkan semua kondisi
pembebanan dan kekangan deformasi mulai dari saat pabrikasi
awal, hingga selesainya pelaksanaan struktur, termasuk
pembongkaran cetakan, penyimpanan, pengangkutan, dan
pemasangan.

c. Gaya antar komponen struktur dapat disalurkan menggunakan


sambungan grouting, kunci geser, sambungan mekanis,
sambungan baja tulangan, pelapisan dengan beton bertulang cor
setempat, atau kombinasi.
d. Sistem struktur beton pracetak boleh digunakan bila dapat
ditunjukan dengan pengujian dan analisis bahwa sistem yang
diusulkan akan mempunyai kekuatan dan ketahanan yang
minimal sama dengan yang dimiliki oleh struktur beton monolit
yang setara.

e. Komponen dan sistem lantai beton pracetak

▪ sistem lantai pracetak harus direncanakan agar mampu


menghubungkan komponen struktur hingga terbentuk sistem
penahan beban lateral (kondisi diafragma kaku). Sambungan

35
antara diafragma dan komponen struktur yang ditopang lateral
harus mempunyai kekuatan tarik nominal minimal 45 KN/m
(empat puluh lima kilonewton per meter).

▪ komponen pelat lantai yang direncanakan komposit dengan


beton cor setempat harus memiliki tebal minimum 50 mm (lima
puluh milimeter).
▪ komponen pelat lantai yang direncanakan tidak komposit
dengan beton cor setempat harus memiliki tebal minimum 65
mm (enam puluh lima milimeter).

f. Komponen kolom pracetak harus memiliki kuat tarik nominal


tidak kurang dari 1,5 (satu koma lima) luas penampang kotor (Ag
dalam KN).

g. Komponen panel dinding pracetak harus mempunyai minimum


dua tulangan pengikat per panel dengan memiliki kuat tarik
nominal tidak kurang dari 45 KN (empat puluh lima kilonewton)
per tulangan pengikat.

h. Mutu bahan dan kekuatan bahan yang digunakan harus sesuai


dengan ketentuan standar teknis.

7. Basemen

a. Pada galian basemen harus dilakukan perhitungan terinci


mengenai keamanan galian.

b. Untuk dapat melakukan perhitungan keamanan galian, harus


dilakukan tes tanah yang dapat mendukung perhitungan tersebut
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan standar

c. Angka keamanan untuk stabilitas galian harus memenuhi syarat


sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan standar.
Faktor keamanan yang diperhitungkan adalah dalam aspek sistem
galian, sistem penahan beban lateral, heave dan blow in.

d. Analisis pemompaan air tanah (dewatering) harus memperhatikan


keamanan lingkungan dan memperhitungkan urutan

36
pelaksanaan pekerjaan. Analisis dewatering perlu dilakukan
berdasarkan parameter desain dari suatu uji pemompaan
(pumping test).

e. Bagian basemen yang ditempati oleh peralatan utilitas bangunan


yang rentan terhadap air harus diberi perlindungan khusus jika
bangunan gedung negara terletak di daerah banjir.

d) Persyaratan Utilitas Bangunan

Utilitas yang berada di dalam dan di luar bangunan gedung negara


harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan
standar. Spesifikasi teknis utilitas bangunan gedung negara meliputi
ketentuan- ketentuan:

1. Air minum

a. Setiap pembangunan baru bangunan gedung negara


harus dilengkapi dengan prasarana air minum yang
memenuhi standar kualitas, cukup jumlahnya dan
disediakan dari saluran air berlangganan kota (PDAM),
atau sumur, jumlah kebutuhan minimum 100 (seratus)
liter/orang/hari.

b. Setiap bangunan gedung negara, selain rumah negara


(yang bukan dalam bentuk rumah susun), harus
menyediakan air minum untuk keperluan pemadaman
kebakaran dengan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan dan standar, reservoir minimum
menyediakan air untuk kebutuhan 45 (empat puluh lima)
menit operasi pemadaman api sesuai dengan kebutuhan
dan perhitungan.

c. Bahan pipa yang digunakan dan pemasangannya harus


mengikuti ketentuan teknis yang ditetapkan.

37
2. Pengelolaan air limbah domestik

a. Pengelolaan limbah non kakus (grey water)


i. Air limbah non kakus (grey water) merupakan semua
air kotor yang berasal dari dapur, kamar mandi,
tempat wudhu dan tempat cuci.
ii. Bangunan Gedung Negara harus menyediakan sistem
daur ulang air (water recycling system) untuk air
limbah non kakus (grey water) sebelum dimanfaatkan
kembali.
iii. Air limbah non kakus (grey water) yang telah di daur
ulang dapat dimanfaatkan kembali menjadi air
sekunder seperti penggelontoran (flushing),
penyiraman tanaman, irigasi lahan, dan penambahan
air dingin (makeup water cooling tower).
iv. Sisa air limbah non kakus (grey water) yang tidak
dimanfaatkan kembali dan dibuang ke saluran
pembuangan kota harus memenuhi standar baku
mutu sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan terkait baku mutu air limbah domestik.
v. Pembuangan sisa air limbah non kakus (grey water)
ke saluran pembuangan kota harus melalui pipa
tertutup dan/atau terbuka sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan dan standar.
vi. Dalam hal Bangunan Gedung Negara tidak terletak di
daerah pelayanan sistem jaringan air limbah kota,
maka sisa air limbah non kakus (grey water) yang
sudah diolah dan memenuhi baku mutu air limbah
domestik diresapkan di dalam persil Bangunan
Gedung Negara tersebut.

38
b. Pengelolaan limbah kakus (black water)
i. Air limbah kakus (black water) merupakan
semua air kotor yang berasal dari buangan
biologis seperti kakus.
ii. Bangunan Gedung Negara harus menyediakan
fasilitas pengelolaan air limbah kakus (black
water) sehingga memenuhi standar baku mutu
sesuai ketentuan peraturan perundangan terkait
baku mutu air limbah domestik sebelum dibuang
ke saluran pembuangan kota.
iii. Dalam hal Bangunan Gedung Negara tidak
terletak di daerah pelayanan sistem jaringan air
limbah kota, maka air limbah kakus (black water)
yang sudah diolah dan memenuhi baku mutu air
limbah domestik diresapkan di dalam persil
Bangunan Gedung Negara tersebut.

Pengelolaan air limbah domestik mengacu pada


ketentuan peraturan perundang-undangan dan SNI
pengelolaan air limbah domestik.

3. Pengelolaan sampah

a. Setiap Bangunan Gedung Negara harus menerapkan


prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan sistem
penanganan sampah.

b. Bangunan Gedung Negara harus menyediakan tempat


sampah dan/atau fasilitas pemilahan sampah dengan
pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis dan/atau sifat sampah.

c. Bangunan Gedung Negara harus menyediakan fasilitas


pengolahan sampah organik secara mandiri.

d. Bangunan Gedung Negara harus menyediakan


penampungan sampah sementara yang kapasitasnya
39
disesuaikan dengan volume sampah yang dikeluarkan
setiap harinya, dengan asumsi produk sampah minimum
3,0 (tiga koma nol) liter/orang/hari.

e. Tempat penampungan sampah sementara harus dibuat


dari bahan kedap air, mempunyai tutup, dan dapat
dijangkau secara mudah oleh petugas pembuangan
sampah dari Dinas Kebersihan setempat.

f. Gedung negara dengan fungsi tertentu (seperti: rumah


sakit, gedung percetakan uang negara) harus dilengkapi
incenerator sampah sendiri.

g. Ketentuan lebih lanjut mengikuti ketentuan peraturan


perundang- undangan dan tata cara pengelolaan
sampah.

4. Saluran air hujan

a. Pada dasarnya air hujan harus ditahan lebih lama di


dalam tanah sebelum dialirkan ke saluran umum kota,
untuk keperluan penyediaan dan pelestarian air tanah.

b. Air hujan dapat dialirkan ke sumur resapan melalui proses


peresapan atau cara lain dengan persetujuan instansi
teknis yang terkait.

c. Ketentuan lebih lanjut mengikuti Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum tentang Pengelolaan Air Hujan Pada
Bangunan Gedung dan Persilnya.
5. Sistem proteksi kebakaran

Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai sistem


proteksi kebakaran, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam:

a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat tentang Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
40
b. Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung dan
Peraturan Daerah tentang Penanggulangan dan
Pencegahan Bahaya Kebakaran.

c. Standar teknis lainnya terkait sistem proteksi kebakaran.

6. Instalasi listrik

a. Pemasangan instalasi listrik harus aman dan atas dasar


hasil perhitungan yang sesuai dengan Persyaratan
Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011) dan standar teknis
terkait instalasi listrik.

b. Bangunan Gedung Negara yang dipergunakan untuk


kepentingan umum, bangunan khusus, dan gedung
kantor tingkat Kementerian atau Lembaga, harus
memiliki pembangkit listrik darurat sebagai cadangan,
yang catudayanya dapat memenuhi kesinambungan
pelayanan, berupa genset darurat dengan minimum 40 %
(empat puluh per seratus) daya terpasang.

c. Penggunaan pembangkit tenaga listrik darurat harus


memenuhi syarat keamanan terhadap gangguan getaran
dan suara, serta tidak boleh menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.

7. Pencahayaan

a. Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai


pencahayaan alami dan pencahayaan buatan yang cukup
sesuai dengan fungsi ruang dalam bangunan tersebut,
sehingga kesehatan dan kenyamanan pengguna
bangunan dapat terjamin.

b. Ketentuan teknis dan besaran dari pencahayaan alami


dan pencahayaan buatan harus memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan dan standar
pencahayaan pada bangunan gedung.
41
8. Sistem ventilasi dan pengkondisian udara

a. Bangunan Gedung Negara harus mempunyai sistem


ventilasi dan/atau pengkondisian udara yang cukup
untuk menjamin sirkulasi udara yang segar di dalam
ruang dan bangunan.
b. Sistem ventilasi pada Bangunan Gedung Negara harus
memenuhi luasan ventilasi minimum yang
dipersyaratkan.
c. Dalam hal tidak dimungkinkan menggunakan sistem
ventilasi, dapat menggunakan pengkondisian udara
dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi
energi.
d. Pemilihan jenis alat pengkondisian udara harus sesuai
dengan fungsi bangunan, dan perletakan instalasinya
tidak mengganggu wujud bangunan.
e. Ketentuan teknis sistem ventilasi dan pengkondisian
udara yang lebih rinci harus memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan dan SNI Tata cara
perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara
pada bangunan gedung.

9. Fasilitas komunikasi dan informasi

a. Fasilitas komunikasi dan informasi merupakan sarana


untuk memfasilitasi kontak/hubungan dan penyampaian
informasi melalui media audio dan visual.

b. Perancangan dan penyediaan Fasilitas komunikasi dan


informasi harus memperhatikan:

i. fungsi bangunan gedung.

ii. penempatan pada lokasi yang mudah dilihat atau


dikenali oleh pengguna bangunan gedung dan

42
pengunjung bangunan gedung.
iii. aksesibilitas Pengguna bangunan gedung dan
pengunjung bangunan gedung.

c. Ketentuan lebih rinci harus memenuhi ketentuan


peraturan perundang-undangan dan standar.

10. Sistem proteksi petir (sistem proteksi petir pada bangunan


gedung, PUIL 2011)
a. Penentuan jenis dan jumlah sarana sistem penangkal
atau proteksi petir untuk bangunan gedung negara harus
berdasarkan perhitungan yang mengacu pada lokasi
bangunan, fungsi dan kewajaran kebutuhan.

b. Ketentuan lebih rinci mengenai sistem penangkal atau


proteksi petir harus memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan dan standar.

11. Instalasi gas

a. Instalasi gas yang dimaksud meliputi:

▪ instalasi gas pembakaran seperti gas kota dan gas


elpiji.

▪ instalasi gas medis, seperti gas oksigen (O2), gas


dinitro oksida (N2O), gas carbon dioksida (CO2) dan
udara tekan medis.

b. Ketentuan teknis instalasi gas yang lebih rinci harus


memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
dan standar.
12. Kebisingan dan getaran

a. Bangunan gedung negara harus memperhitungkan batas


tingkat kebisingan dan atau getaran sesuai dengan
fungsinya, dengan mempertimbangkan kenyamanan dan
kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-
43
undangan dan standar.

b. Untuk bangunan gedung negara yang karena fungsinya


mensyaratkan baku tingkat kebisingan dan/atau getaran
tertentu, agar mengacu pada hasil analisis mengenai
dampak lingkungan yang telah dilakukan atau
ditetapkan oleh ahli.

13. Aksesibilitas dan fasilitas bagi penyandang disabilitas.

a. Bangunan gedung negara yang berfungsi untuk


pelayanan umum harus dilengkapi dengan fasilitas yang
memberikan kemudahan bagi penyandang cacat dan
yang berkebutuhan khusus antara lain lansia, ibu hamil
dan menyusui, seperti rambu dan marka, parkir, ram,
tangga, lift, kamar mandi dan peturasan, wastafel, jalur
pemandu, telepon, dan ruang ibu dan anak.

b. Ketentuan lebih lanjut mengenai aksesibilitas bagi


penyandang cacat dan yang berkebutuhan khusus
mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2017
tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung.
Penerapan persyaratan teknis bangunan gedung negara sesuai
klasifikasinya tertuang dalam Tabel 1 Lampiran I, sedangkan
persyaratan teknis khusus untuk rumah negara tertuang dalam
Tabel 2 Lampiran I pada Permen PU/PR Nomor 22/PRT/M/2018
Tentang Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

e) Pemahaman Tentang Item Pekerjaan Pembangunan


Dalam pembangunan konstruksi gedung termasuk pekerjaan
pembangunan dikenal istilah item pekerjaan pembangunan, item
pekerjaan pembangunan ini adalah pengelompokan kegiatan yang
diklasifikasikan sesuai komponen-komponen yang ada didalam
konstruksi bangunan. Pemahaman terhadap item pekerjaan akan
44
mempermudah P2S/M dalam menyusun RAB dan menyusun
rencana kerja. Item-item pekerjaan tersebut antara lain adalah:
1. Pekerjaan Persiapan
Pada tahap persiapan ini kegiatan yang dilaksanakan antara
lain adalah:
a) Mempersiapkan gambar dan Jadwal Kerja
b) Pembersihan lokasi (site clearing).
c) Pembuatan bedeng kerja (direksi keet) untuk gudang bahan
dan los kerja untuk melakukan pembuatan dan perakitan
komponen-komponen bangunan.
d) Membuat papan informasi untuk penempelan informasi
proses pelaksanaan rehabilitasi yang dipasang di depan direksi
keet dan terlindung dari hujan.
e) Pengukuran bagian-bagian rencana bangunan (setting out).

2. Pekerjaan Galian dan Urugan Tanah (jika ada)


Pekerjaan galian dan urugan (untuk pemasangan pondasi)
dilaksanakan setelah pengukuran dan pemasangan bouwplank
atau patok (tanda) selesai. Kedalaman galian tanah untuk pondasi
tergantung struktur kekerasan tanah. Pekerjaan galian dan
urugan tanah ini biasanya dilakukan dengan tenaga manusia dan
dilaksanakan mengikuti tanda/bouwplank yang sudah dipasang.
Pelaksanaan pekerjaan ini harus hati-hati, terutama apabila ada
dinding atau lantai yang tetap dipertahankan, untuk itu perlu
disiapkan perancah atau penopang untuk pengamanan
konstruksi. Detail pekerjaan galian dan urugan tanah dapat
dilihat pada bagian Rencana Kerja dan Syarat (RKS).

3. Pekerjaan Pondasi
Setelah pekerjaan galian selesai pekerjaan selanjutnya
adalah pemasangan pondasi. Pekerjaan pondasi memakan biaya
yang cukup besar, bila bangunan baru maka volume pekerjaan
45
pondasi ini berkisar antara 8-12% dari total biaya
pembangunan, namun setelah selesai tidak terlihat karena
tertimbun didalam tanah. Jenis pondasi bermacam-macam
tergantung dari kondisi tanah dimana pondasi tersebut akan
dibuat. Jenis pondasi yang paling umum dipakai adalah pondasi
batu kali atau tiang pancang kayu atau tongkat untuk daerah-
daerah tertentu yang kondisi tanahnya berlumpur atau berair.
Detail pekerjaan pondasi dapat dilihat dalam RKS.

4. Pekerjaan Beton
Bagian-bagian bangunan/ruang yang akan dibangun yang
merupakan pekerjaan beton terutama adalah sloof, kolom, balok
dan balok ring harus dilaksanakan secara hati-hati sesuai dengan
ketentuan teknis yang berlaku. Campuran yang dipakai untuk
pembuatan beton yaitu Semen, Pasir dan kerikil dengan
perbandingan 1:2:3. Ukuran besi tulangan sesuai dengan
gambar pelaksanaan. Detail pekerjaan beton dapat dilihat pada
RKS.

5. Pekerjaan Pemasangan Dinding


Dinding pada umumnya terbuat dari pasangan batubata/batako,
namun pada daerah-daerah tertentu dinding bangunan dapat
dibuat dari bahan lain yang terdapat disekitar lokasi proyek,
misalnya papan kayu, ferosemen/dinding simpai, dinding
sandwich fibersemen, atau bahan yang lainnya. Pada dasarnya
apapun bahan material yang digunakan untuk pembuatan
dinding, semaksimal mungkin harus dapat memberikan rasa
aman dan nyaman bagi pengguna ruangan tersebut. Apabila
dinding bangunan terbuat dari papan kayu, maka hendaknya
papan-papan kayu tersebut tersusun dengan rapi, rapat dan kuat
sehingga dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pemakai
ruangan tersebut serta dapat mengurangi kebisingan atau

46
gangguan suara sehingga aktivitas pada masing-masing ruangan
tidak saling mengganggu.

6. Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela


Pekerjaan kusen dan daun pintu/jendela merupakan bagian
bangunan yang dipasang bersama-sama atau parallel dengan
pemasangan dinding, namun demikian karena sifatnya yang peka
terhadap gores dan air, maka dalam pemasangannya memerlukan
alat-alat bantu dan alat-alat pelindung. Pada saat pekerjaan
pondasi dimulai, sebaiknya kusen pintu dan jendela sudah mulai
dipesan atau diproduksi. Dengan demikian pada saat dinding
mulai dikerjakan, kusen pintu dan jendela sudah siap untuk
dipasang. Semua pekerjaan kayu yang dicat, harus dimeni dan
diplamir terlebih dahulu. Pengecatan dilakukan dengan
pelapisan lebih dari satu kali sehinga diperoleh hasil yang baik,
rapi, halus dan rata.

7. Pekerjaan Atap
Pada pekerjaan atap terdiri dari rangka atap dan penutup
atap. Rangka atap harus sesuai dengan ketentuan konstruksi
yang memenuhi kekuatan dalam hal menopang penutup atap
yang akan digunakan.
Penutup atap yang biasa dipakai adalah genteng tanah (liat),
dipasang diatas reng, sedangkan atap metal (seng gelombang,
corrugated sheet, atap multiroof dll) dipasang diatas rangka atap
(biasanya diatas gording). Bentuk atap jika masyarakat
menghendaki, dapat disesuaikan dengan budaya daerah masing-
masing lokasi sekolah.

8. Pekerjaan Langit-Langit/Plafond
Plafond atau langit-langit adalah bidang penutup konstruksi atap,
sehingga ruang akan terlihat rapih dan terasa lebih segar karena

47
plafond juga berfungsi sebagai isolator radiasi panas matahari dari
penutup atap. Ketinggian Plafond minimum adalah 3,5 m atau
menyesuaikan dengan fungsi ruangan agar memenuhi kecukupan
penghawaan bagi pengguna ruang yang bersangkutan dan
disarankan untuk dicat dengan warna terang. Pemasangan
Plafond hendaknya dilakukan setelah pekerjaan atap selesai
dipasang.

9. Pekerjaan Lantai
Lantai pada umumnya berupa permukaan tanah yang
diratakan dan diberi perkuatan, kemudian dilapisi dengan
penutup lantai, lantai bisa berupa beton rabat (beton tanpa
tulangan), plester semen PC/acian, tegel abu-abu, keramik,
lantai papan kayu, atau bahan lainnya. Beberapa catatan
penting dalam urutan pelaksanaan pekerjaan lantai antara lain:
pekerjaan lantai dilaksanakan setelah pekerjaan atap, Plafon,
plesteran dan acian dinding selesai.

10. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci


Pekerjaan penggantung berupa engsel-engsel pintu dan jendela,
sedangkan pengunci adalah grendel, pengunci untuk pintu, serta
hak angin untuk jendela.
Semua bahan yang digunakan minimal harus memenuhi syarat
kekuatan dan awet sehingga dapat menahan beban dan berfungsi
dalam waktu cukup lama. Setiap daun pintu/jendela minimal
dipasang 2 (dua) buah engsel dan untuk daun pintu dipasang 3
(tiga) buah engsel. Pada daun pintu dipasang pengunci lengkap
dengan handelnya (lock case, backplate, handle), sedangkan pada
daun jendela dipasang grendel dan hak angin. Semua pekerjaan
harus dilakukan dengan rapi sehingga pintu dan jendela dapat
berfungsi dengan sempurna.

48
11. Pekerjaan Instalasi Listrik
Pekerjaan instalasi listrik adalah seluruh pekerjaan yang
berkaitan dengan pemasangan kabel-kabel, lampu-lampu,
switch/skaklar dan stop kontak serta sistim pemutus arus
termasuk pentanahannya. Pada prinsipnya pemasangan instalasi
listrik harus benar-benar memenuhi persyaratan teknis, dan
semua bahan yang digunakan hendaknya berkualitas cukup
sehingga dapat berfungsi dengan baik dalam waktu cukup lama.

12. Pekerjaan Plumbing dan Drainasi


Pekerjaan plumbing dan drainasi disini dimaksudkan
adalah seluruh pekerjaan pamasangan pipa air bersih dan air
kotor dari kamar mandi/WC,wastafel atau zink/bak cuci yang
ada, termasuk dalam hal ini adalah penyaluran air hujan secara
sistematis dan gravitasi sehingga tidak mengganggu kenyamanan
pemakai atau merusak konstruksi bangunan.

13. Pekerjaan Finishing dan Perapihan


Pekerjaan finishing meliputi pekerjaan antara lain: pengecatan
dinding, pengecatan Plafon, pengecatan pintu dan Jendela,
pengecatan Listplang, sedangkan pekerjaan perapihan pada
dasarnya merupakan penyempurnaan atau perapihan pekerjaan
yang pada hakekatnya telah selesai namun masih diperlukan
penyempurnaan. Sebagai contoh, misalnya terdapat pintu yang
tidak dapat dibuka/tutup dengan sempurna, cat yang masih
kurang rata, plesteran retak-retak, Plafon melendut dan
sebagainya.

f) Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Untuk menghitung perkiraan biaya rehabilitasi atau Rencana
Anggaran Biaya (RAB), Panitia Pelaksana di Madrasah harus
mempunyai perkiraan volume pekerjaan. Berdasarkan perkiraan
49
volume setiap item pekerjaan panitia bisa membuat penyesuaian
perhitungan berdasarkan kondisi maupun bahan-bahan yang
dipakai. Tahap pekerjaan yang ditempuh untuk mendapatkan
volume pekerjaan adalah sebagai berikut:
1) Merinci seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan
berdasarkan, hasil survai lapangan, gambar dan spesifikasi
teknis/RKS;
2) Mengelompokkan jenis pekerjaan berdasarkan kelompok
pekerjaan sejenis, dimulai dari pekerjaan persiapan,
pekerjaan bongkaran, pekerjaan tanah dan galian
pondasi, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur (lantai,
dinding, kusen dan Plafon), pekerjaan atap, pekerjaan M/E,
pekerjaan finishing, dan lain-lain;
3) Memulai perhitungan jenis pekerjaan di atas dengan satuan
m1, m2, m3, kg, buah, unit dan lumpsum yang didasarkan
jenis pekerjaan sesuai dengan gambar kerja.
4) Daftar harga bahan/material yang dipakai dalam setiap item
pekerjaan yang berlaku disekitar wilayah dimana pekerjaan
dilaksanakan.
5) Rumus perhitungan harga satuan item pekerjaan,
disajikan pada Tabel “Analisa Harga Satuan Pekerjaan”.
Analisa harga satuan pekerjaan adalah perhitungan harga satuan
setiap jenis pekerjaan dalam satuan tertentu (m1, m2, m3, kg, buah).
Analisis harga satuan ini terdiri dari analisis harga bahan bangunan,
harga upah dan harga alat bantu yang disesuaikan dengan
banyaknya kebutuhan dalam satu satuan pekerjaan tersebut.
Banyaknya keperluan bahan, upah dan alat dihitung berdasarkan
pada formula SNI yaitu indeks atau faktor pengali pada masing-
masing jenis satuan pekerjaan. Panitia bisa menambahkan item
analisa di sesuaikan dengan kondisi dan bahan-bahan yang
dipakai dimasing-masing lokasi pembangunan. Perhitungan
anggaran biaya adalah hasil perkalian antara volume pekerjaan
50
dengan harga satuan pekerjaan dari masing-masing jenis pekerjaan.
Untuk lebih jelas, pengertian di atas dapat dijabarkan dalam rumus
berikut:

RAB = Volume Pekerjaan x Harga Satuan

Dengan format yang disediakan, Panitia dapat menyusun perkiraan


biaya dalam format Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk
melaksanakan pekerjaan pembangunan.
g) Menyusun Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Penjadwalan merupakan penerjemahan tahapan-tahapan pekerjaan
konstruksi yang digambarkan dalam skala waktu. Dalam
penyusunan jadwal perlu ditentukan kapan masing- masing kegiatan
dimulai dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian
sumber daya dapat diatur waktunya sesuai keperluannya. Selain
itu penjadwalan ini dapat digunakan untuk pengendalian atau
pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

Dari beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengontrol dan


memonitor kemajuan pekerjaan dilapangan, salah satu cara yang
sederhana dan cukup dikenal adalah diagram balok (Bar Chart)
seperti dicontohkan berikut:

51
Tabel 3. Contoh Jadwal Pelaksanaan Pembangunan Gedung
Nama Madrasah : ....................................... Kode Satuan Kerja: ………………….
Kabupaten/Kota : ....................................... Nama Pembangunan: ………………….
Alamat : .......................................

B U L A N ke
No. URAIAN PEKERJAAN I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Pekerjaan Persiapan
II Pekerjaan Galian dan Urugan

III Pekerjaan Pondasi


IV Pekerjaan Dinding
V Pekerjaan Kusen, Pintu dan
Jendela
VI Pekerjaan Atap
VII Pekerjaan Plafond
VIII Pekerjaan Lantai
IX Pekerjaan Penggantung dan
Pengunci
X Pekerjaan Instalasi Listrik
XI Pekerjaan Instalai Plumbing &
Drainasi
XII Pekerjaan Finishing dan
Perapihan

Dalam Tabel 3. diatas bisa dilihat bahwa ada beberapa pekerjaan


yang dilaksanakan dalam waktu bersamaan. Akan tetapi yang
dimaksud adalah misalnya pekerjaan pondasi dapat dilakukan
setelah pekerjaan galian tanah mencapai hasil tertentu dan tidak
harus menunggu sampai pekerjaan galian tanah selesai
semuanya. Pekerjaan dinding misalnya, dapat dilakukan pada
saat pekerjaan pondasi mencapai hasil tertentu (tidak harus
selesai semuanya). Contoh lain; pembuatan/fabrikasi kusen
pintu/jendela dapat dilakukan lebih awal sehingga pada
saat harus dipasang sudah siap. Demikian pula pekerjaan-
pekerjaan yang lain dapat dilakukan dengan cara yang sama

52
sehingga tidak saling ketergantungan satu sama lainnya dan
waktu penyelesaian pekerjaan lebih efisien.

2. Rencana Kerja dan Syarat (RKS)


a) Uraian Umum
1) Pengelolaan Pekerjaan
Pengelolaan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak P2S/M,
meliputi antara lain mendatangkan semua bahan, pengerahan
tenaga kerja, mengadakan alat bantu dan sebagainya.
Mekanisme pengadaannya langsung atau tidak langsung
termasuk dalam usaha penyelesaian dan penyerahan
pekerjaan dalam keadaan sempurna dan lengkap. Termasuk
pekerjaan yang tidak ditentukan dengan jelas dalam persyaratan
teknis dan gambar, tetapi masih dalam lingkup pekerjaan yang
harus dilaksanakan sesuai dengan panduan pelaksanaan
kegiatan perluasan akses, Direktorat Pembinaan SD, Ditjen
Dikdas, Kemdikbud.
2) Lapangan pekerjaan, termasuk segala sesuatu yang berada
didalamnya diserahkan sebagai tanggung jawab P2S/M.
3) P2S/M harus menyerahkan pekerjaan dengan sempurna
dan dalam keadaan selesai, termasuk pembersihan lokasi
pekerjaan.
4) Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh P2S/M secara swakelola
tidak boleh diborongkan kepada pihak ketiga
(pemborong/rekanan) meliputi pekerjaan:
a) Pekerjaan Persiapan, Pembongkaran.
b) Pekerjaan Pelaksanaan.
c) Pekerjaan Administrasi dan Pelaporan.
d) Pekerjaan Perawatan, termasuk pembersihkan lokasi
sebelum penyerahan pekerjaan antara lain pembersihan
bahan-bahan bangunan yang tidak terpakai, sampah,

53
kerusakan-kerusakan atau hal-hal yang merupakan
akibat dari pekerjaan P2S/M.
e) Pekerjaan lain yang tercantum ataupun yang dimaksudkan
dalam Juklak, gambar-gambar dan spesifikasi teknis.
5) Ukuran-ukuran
a) Ukuran-ukuran telah ditetapkan seperti dalam gambar.
b) Jika terdapat perbedaan antara ukuran yang terdapat
didalam gambar utama dengan ukuran yang terdapat
didalam gambar detail, maka yang mengikat adalah
ukuran yang berada didalam gambar detail.
c) Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru
dan tidak sesuai dengan gambar perencanaan baik
sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan ini
adalah menjadi tanggung jawab P2S/M sepenuhnya.
d) Sebagai patokan/ukuran pokok ± 0.00 diambil dilapangan,
yaitu diambil tinggi lantai (± 60 cm dari muka jalan raya).
e) Ukuran tinggi yang tetap terhadap ukuran pokok (±
0.00) ditentukan oleh patok yang sudah ada diatas lahan
sekolah, dan tanda patokan ini harus terlindung dan
jangan sampai berubah.

b) Syarat-syarat Pelaksanaan Teknis Bahan


1) Air.
Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih
dan tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan-bahan
organis atau bahan- bahan lain yang merusak bangunan,
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam
PUBI-1970/NI-3.
2) Pasir Urug.
Pasir untuk pengurugan, peninggian, dan lain-lain tujuan, harus
bersih dan keras atau memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang

54
ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3 pasir laut untuk maksud-
maksud tersebut tidak dapat digunakan.
3) Pasir Pasang.
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton
bitumen, harus memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang
ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3. Butiran-butiran harus tajam
dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar lumpur
tidak boleh melebihi 5%. Butiran butirannya harus dapat melalui
ayakan berlubang 3 mm persegi. Pasir laut tidak boleh digunakan.
4) Portland Cement (PC).
a. Portland Cement (PC) yang digunakan harus PC sejenis (NI-8)
dan masih dalam kantong utuh atau baru serta memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam SNI 2847-2013.
b. Bila mengunakan Portland Cement (PC) yang telah disimpan
lama harus diadakan pengujian terlebih dahulu oleh
laboratorium yang berkompeten.
c. Dalam pengankutan Portland Cement (PC). ketempat
pekerjaan harus dijaga agar tidak menjadi lembab, dan
penempatannya harus ditempat yang kering.
d. Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras)
tidak boleh dipakai.
5) Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari
bahan-bahan organik lumpur dan sebagainya. Kadar lumpur tidak
boleh melebihi 5%.
6) Koral Beton/Split.
a) Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak
berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai
dengan syarat-syarat pelaksanaan Tatacara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 2847-2013.

55
b) Butiran-butiran split harus dapat melelaui ayakan
berlubang persegi 76 mm dan tertinggal diatas ayakan
berlubang 20 mm.
c) Koral/split hitam mengkilap keabu-abuan.
7) Kayu
a) Pada umumnya kayu bersifat baik dan sehat dengan
ketentuan, bahwa segala akibat dari kekurangan-kekurangan
yang berhubungan dengan pemakaian tidak akan merusak
atau mengurangi nilai konstruksi, memenuhi syarat- syarat
pelaksanaan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan
Kayu Struktur SNI-T-02-2003.
b) Mutu kayu ada 2 (dua) macam yaitu mutu A dan mutu B.
c) Yang dimaksud kayu mutu A adalah memenuhi syarat-syarat
pelaksanaan sebagai berikut:
 Harus kering udara (kadar lengas 5%).
 Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan
juga tidak boleh lebih dari 3,5 cm.
 Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang
lebih besar dari 1/10 dari tinggi balok.
 Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu,
dan retak-retak menurut lingkaran tidak melebihi 1/5 tebal
kayu.
 Miring arah serat (tangensial) tidak melebihi 1/10.
d) Yang dimaksud dengan kayu mutu B, kayu yang tidak
termasuk dalam mutu A, tetapi memenuhi syarat-syarat
Pelaksanaan sebagai berikut :
 Kadar lengas kayu 30%.
 Besar mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan juga
tidak boleh lebih dari 5 cm.
 Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu radial
kayu yang lebih besar 1/10 dari tinggi balok.

56
 Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal
kayu, dan retak-retak menurut lingkaran tidak melebihi
¼ tebal kayu.
 Miring arah serat (tangensial) tidak melebihi 1/7.
8) Beton Non Struktural.
a) Pekerjaan ini meliputi beton sloof, kolom praktis,
beton ring balok untuk pekerjaan beton bukan struktur,
seperti yang ditunjukan dalam gambar.
b) Mutu campuran beton yang dicapai dalam pekerjaan non
struktur/ struktur pendukung menggunakan campuran1
Pc : 2 Psr : 3 Split. hingga setara dengan mutu beton K-175
dan harus memenuhi persyaratan dalam Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI
2847-2013.
c) Campuran beton menggunakan perbandingan volume.
d) Untuk mencapai mutu Beton setara K-175 pada
umumnya menggunakan campuran 1 pc: 2 psr: 3 split.
9) Besi Beton
a) Besi beton yang digunakan mutu U-24, dan seterusnya
sesuai yang ditentukan, yang penting harus
dinyatakan oleh test laboratorium resmi dan sah.
b) Besi harus bersih dan tidak mengandung
minyak/lemak, asam, alkali dan bebas dari dari cacat
seperti serpi-serpi. Penampung besi harus bulat serta
memenuhi persyaratan NI-2 (PBI-1971).
10) Batu Bata Merah
Persyaratan bata merah harus melalui persyaratan seperti tertera
dalam NI-10 atau dengan persyaratan-persyaratan sebagai
berikut:
a. Bata merah harus satu pabrik, satu ukuran, satu warna,
satu kualitas.

57
b. Ukuran yang digunakan disesuaikan dengan ketersediaan
di lapangan
c. Penyimpangan terbesar dari ukuran seperti tersebut
diatas adalah panjang maksimal 3%, lebar maksimal 4%
tebal maksimal 5% dengan selisih maksimal ukuran antara
bata terkecil.
d. Warna, satu sama lain harus sama, dan apabila
dipatahkan warna penampang harus sama merata kemerah-
merahan.
e. Bentuk, bidang-bidang harus rata atau rusuk- rusuknya
harus siku atau bersudut 90 derajat. Bidangnya tidak boleh
retak-retak.
f. Suara apabila dipukul oleh benda keras suaranya
nyaring.
g. Pemasangan batu bata setiap maksimal 12 m2 = (3m x 4m)
luas bidang harus diberi kolom praktis.
h. Bata Ringan, Batako atau batu tela, bisa dipakai sepanjang
dipakai sebagai dinding pengisi yang tidak bersifat
struktural.
11) Mutipleks
Kayu lapis tebal 4 mm, ukuran 120x240 cm, potongan tepi
multipleks rapih tidak ada yang retak. Permukaan tidak cacat dan
bekas dempulan.
12) Keramik
Ukuran 30 x 30 cm atau 60 x 60 cm untuk lantai dan 20 x 20 cm
untuk meja laboratorium, Ketebalan minimum 8 mm, Kuat tekan
minimum 900 kg/cm dengan berstandar SNI.
13) Kaca
Kaca bening, jenis float glass, tebal 5 mm dengan berstandar SNI.
c) Pekerjaan Galian dan Urugan

58
Meliputi penggalian tanah untuk pondasi dan pekerjaan lainnya
yang memerlukan penggalian tanah, kemudian mengurug kembali
galian disisi kanan-kiri pondasi atau bagian lain dari bangunan.
Pengurugan yang tebalnya lebih dari 20 cm harus dilaksanakan
selapis demi selapis setiap 20 cm, dan setiap lapisan harus
dipadatkan menggunakan alat pemadat (misal mesin compactor)
ataupun dikerjakan secara manual sehingga tidak terjadi penurunan
tanah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pondasi, seperti
pondasi patah/putus, pondasi menggantung, ataupun kerusakan
pada lantai bangunan.
d) Pekerjaan Pondasi dan Beton
1) Lingkup Pekerjaan.
a) Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti
dinyatakan dalam gambar, dengan hasil yang baik dan rapih.
b) Pengadaan dan pemasangan pondasi batu kali, pelat pondasi
beton beton bertulang, sloof, rollag, stek besi untuk kolom,
dibawah pasangan dinding batu bata dan selasar.
c) Pengadaan besi beton dan merakit tulangan untuk sloof,
pelat pondasi beton, kolom dan lain-lain komponen yang
ditunjukkan pada gambar antara lain wastafel,
meja laboratorium, dan lain-lain
2) Syarat-syarat Bahan (lihat syarat-syarat pelaksanaan teknis
bahan).
3) Syarat-syarat Pelaksanaan.
a) Pondasi Batu Kali
 Sebelum memasang pondasi, Kondisi tanah dibawah
pondasi perlu mendapat perhatian, bila kurang
baik/berlumpur/berair, tanah didasar pondasi diperbaiki
dengan urugan sirtu (pasir batu)

59
 Agar pondasi benar-benar stabil, maka galian tanah untuk
pondasi harus mencapai tanah keras dan sekurang-
kurangnya sesuai dengan gambar teknis.
 Pada bagian bawah galian diberi lapisan pasir setebal ± 10
cm, kemudian dihampar aanstamping (pasangan batu
kosong), baru diatasnya dipasang pondasi batu dengan
menggunakan spesi sebagai perekat.
b) Beton
 Kualitas beton yang digunakan adalah dengan
campuran/perbandingan 1 Pc : 2 Psr : 3 Split hingga
mempunyai kekuatan tekan setara dengan mutu beton
minimal K-250 dan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan lain sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang
1971 (PBI-1971) dan SK. SNI. 2847:2013
 Pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus
atau dibengkokkan, (tiap ujung besi diberi hak/tekukan)
sambungan dan kait-kait dalam pembuatan sengkang-
sengkang harus sesuai dengan persyaratan yang
tercantum pada PBI-1971 dan SK.SNI 2847:2013
 Pemasangan tulangan besi beton harus sesuai dengan
gambar konstruksi. Tulangan besi beton harus diikat
dengan kawat beton untuk menjamin besi tersebut
tidak berubah anyamannya selama pengecoran, dan tebal
selimut beton 5 cm.
 Pengecoran Beton.
 Cara pengadukan harus menggunakan mesin molen.
 Sebelum pengecoran, cetakan harus bersih dari
kotoran baik sampah bekas bekisting maupun kotoran.
 Ukuran-ukuran dan ketinggian, penulangan dan
penempatan penahanan jarak harus selalu diperiksa
sebelum pengecoran dilaksanakan.

60
 Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton
cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat
pada beton seperti kropos yang dapat memperlemah
konstruksi.
 Pekerjaan Bekisting.
 Bekisting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan
ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam gambar.
 Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan
perkuatan-perkuatan cukup kokoh dan dijamin
tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan
selama pengecoran. Bekisting harus rapat dan tidak
bocor permukaanya, bebas dari kotoran seperti serbuk
gergaji, potongan- potongan kayu, tanah dan
sebagainya, agar mudah pada saat dibongkar tanpa
merusak permukaan beton.
 Pembukaan bekisting baru dilakukan setelah
memenuhi syarat-syarat yang dicantumkan dalam PBI-
1971 dan SNI.2847:2013 yaitu kurang lebih 21 hari.
 Untuk Pekerjaan Kolom Bagisting dapat dibuka pada
Umur beton 14 Hari,
 Untuk Balok beton dan Plat Lantai bagisting dapat
dibuka pada umur beton 21 hari,
4) Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan
a) Bahan didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh
dan tidak cacat.
b) Bahan harus disimpan ditempat terlindung, kering, tidak
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan oleh pabrik.
c) Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan
dilindungi sesuai dengan jenisnya.

61
d) P2S/M bertanggung jawab terhadap kerusakan selama
pengiriman dan penyimpanan, bila ada kerusakan P2S/M
wajib mengganti.
5) Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan
a) Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda
keras selama 3x24 jam setelah pengecoran dan selalu
dipelihara dengan cara disiram air secara continue.
b) Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang
diakibatkan dari pekerjaan- pekerjaan lain.
c) Bila terjadi kerusakan, P2S/M diwajibkan untuk memperbaiki
dengan tidak mengurangi kualitas pekerjaan.
d) Bagian-bagian beton setelah dicor selama dalam masa
pengerasan harus selalu dibasahi dengan air terus menerus
selama 1 mingu atau lebih sesuai ketentuan dalam peraturan
beton bertulang, PBI-1971 dan SK.T-15.1991-03.
e) Pekerjaan Dinding
1) Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan
alat bantu untuk:
a) Pekerjaan pasangan batu bata dinding bangunan dan
didinding didalam ruangan,
b) Pekerjaan pemasangan kolom dan ring balk beton dan
kolom beton praktis dan balok latai,
c) Plesteran dibagian luar dan dalam ruang serta nat, acian dan
sekonengan di seluruh bagian dinding ruang/bangunan,
d) Peralatan yang diperlukan termasuk alat bantu dan alat
angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekeerjaan
ini sesuai dengan yang ditentukan.
e) Sesuai dengan gambar yang telah disepakati untuk
dilaksanakan.
2) Persyaratan Bahan (lihat syarat-syarat pelaksanaan teknis
bahan).
62
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
a) Pasangan Bata
 Sebagian besar dinding dari batu bata merah, dengan
menggunakan adukan campuran 1 pc : 4 pasir.
 Untuk semua dinding luar maupun dalam, dilantai dasar
maupun lantai tingkat, mulai dari permukaan sloof/balok
sampai ketinggian 30 cm, diatas permukaan lantai dan
daerah basah digunakan adukan kedap air dengan
campuran 1 pc : 3 pasir.
 Sebelum digunakan batu bata merah harus direndam
dalam bak air atau drum hingga basah merata.
 Setelah batu bata merah terpasang dengan adukan,
nat/siar-siar harus dikorek sedalam 1 cm dan dibersihkan
dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
 Pasangan dinding bata sebelum diplester harus dibasahi
dengan air terlebih dahulu dan siar telah dikorek serta
dibersihkan dari aduk yang tersisa.
 Pemasangan dinding dilakukan bertahap, setiap tahap
terdiri maksimum 24 lapis atau maksimum tinggi 1 m,
diikuti dengan cor kolom praktis.
 Bidang dinding ½ bata yang luasnya lebih besar 9 m2
= (3m x 3m) maksimal 12 m2 = (3m x 4m) harus
ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis)
dengan ukuran 15x15 cm dengan tulangan pokok 4 Ø10
mm begel Ø8 – 12 mm, jarak antara kolom praktis 3 s.d
3,5 m.
 Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan
setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi
penguat stek-stek besi beton Ø8 mm, jarak 40 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian

63
pekerjaan beton dan bagian yang terlebih dahulu ditanam
dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm.
 Pasangan batu bata merah untuk dinding ½ batu harus
menghasilkan dinding finis setebal 15 cm dan untuk
dinding 1 (satu) batu finis adalah 25 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat rapi dan benar- benar tegak
lurus.
b) Pekerjaan Plesteran
 Bersihkan permukaan sampai benar-benar siap
menerima adukan plesteran, singkirkan semua hal yang
dapat merusak atau mengganggu pekerjaan.
 Pada permukaan dinding yang akan diplester, siar-siar
sebelumnya harus dikerok sedalam 1 cm untuk
memberikan pegangan pada plesteran.
 Dinding disikat sampai bersih dan disiram air, barulah
plesteran lapis pertama dapat dikerjakan.
 Plesteran kedua berupa acian semen (PC).
 Tebal plesteran dinding tidak boleh kurang dari 1 cm
atau lebih dari 2 cm, kecuali ditetapkan lain.
 Pekerjaan plesteran akhir harus lurus, sama rata, datar,
dan tegak lurus.
 Untuk bidang yang kedap air/pasangan dinding
batu bata yang dekat dengan tanah (diatas slof), semua
pasangan dinding batu bata diberi transram dengan
adukan 1 pc : 3 ps dengan ketinggian 40 cm dari
permukaan lantai.
 Jika hasil plesteran menunjukkan hasil yang tidak
memuaskan, tidak rata, tidak tegak lurus, bengkok adanya
pecahan atau retak, keropos, maka bagian tersebut
harus dibongkar untuk diperbaiki.

64
 P2S/M bertanggung jawab atas penentuan
prosedur/cara perbaikan dan hal-hal lain yang terjadi
selama pelaksanaan, seperti plesteran retak, rusak
selama waktu pelaksanaan.
4) Syarat-syarat Pelaksanaan Pengiriman dan Penyimpanan
Barang. Selain batu bata merah, pasir, batu kali, dan kerikil,
bahan bangunan yang dikirim ke lokasi (site), terutama semen
harus dalam keadaan tertutup atau dalam dalam kantong yang
masih disegel dan berlabel pabrik, bertuliskan tipe dan
tingkatannya, dalam keadaan tidak cacat. Bahan harus diletakan
ditempat yang kering, berventilasi baik, terlindung, bersih.
terlindung, bersih. P2S/M bertanggung jawab atas kerusakan
bahan-bahan yang disimpan baik sebelum dan selama
pelaksanaan.
5) Syarat-syarat Pelaksanaan Pengamanan Pekerjaan. P2S/M
diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut dari kerusakan.
Apabila terjadi kerusakan pada ruang/gedung tersebut, P2S/M
diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak mengurangi
mutu pekerjaan.
f) Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela
1) Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
baik. Pekerjaan ini meliputi:
a. Pintu menggunakan bahan steel door dengan produk
kualitas terbaik dengan Powder Coating kayu.
b. Untuk jendela menggunakan Alumunium Powder
Coating Kayu.
c. Spesifikasi sesuai dengan gambar yang terlampir.

65
2) Persyaratan Bahan.
a. Jenis kayu yang dipakai adalah Kayu Kamper Samarinda
atau Kayu kelas II kering (diawetkan), mutu A digunakan
untuk seluruh pekerjaan kayu yang disebutkan diatas.
b. Dihindarkan adanya cacat kayu antara lain yang berupa
putik kayu, pecah-pecah, mata kayu, melintang, basah dan
lapuk.
c. Syarat-syarat kelembaban kayu yang dipakai harus
memenuhi syarat PPKI. Untuk kayu kelas II kering
setempat kelembaban tidak dibenarkan melebihi 12%.
d. Jenis kayu yang dipakai harus sesuai dengan pekerjaan kayu
yang disebutkan diatas, terkecuali untuk seluruh jenis
kayu lain seperti dinyatakan dalam gambar.
e. Daun pintu dengan konstruksi lapis teakwood, ukuran
disesuaikan dengan gambar-gambar detail, tidak
diperkenankan menggunakan sambungan, harus utuh
untuk dilapis formika, tebal rangka kayu daun pintu
minimum 3,20 cm.
f. Bahan Perekat :
• Untuk perekat digunakan lem kayu yang bermutu baik.
• Semua permukaan rangka kayu harus diserut halus,
rata, lurus dan siku.
g. Bahan Finishing, untuk permukaan teakwood dari cat kayu
yang bermutu baik.
3) Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Semua ukuran kayu yang tertera pada gambar adalah
ukuran jadi (sesudah diserut dan difinishing) dan harus
lurus tanpa cacat, tidak bengkah dan lain-lain, yang dapat
menurunkan kualitas kayu serta kualitas pekerjaan.
b. Untuk semua kayu seperti diuraikan diatas, dipotong dan
diserut dengan kualitas terbaik, halus dan licin.

66
c. Pelaksanaan pekerjaan harus ditempat yg baik, ruang yang
kering dan terjaga agar tidak terkena cuaca langsung dan
rusak yang diakibatkan oleh benturan.
d. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk
rangka kayu dan penguat lain yang diperlukan hingga
terjamin kekuatannya, dengan memperhatikan/menjaga
kerapihan terutama untuk bidang-bidang yang tampak,
tidak boleh ada lubang-lubang atau bekas penyetelan.
e. Setelah dipasang, P2S wajib memberikan perhatian
sepenuhnya dan memberikan perlindungan terhadap
benturan benda-benda lain.
f. Bahan kayu halus tidak diperkenankan dipasang dengan
cara dipaku. sehingga permukaan menjadi rata kembali.
g. Permukaan kayu yang terlihat bekas pemakuan harus
didempul atau sejenisnya
h. Daun pintu teakwood yang dipasang pada rangka kayu
adalah dengan cara di lem, permukaan jika diperlukan harus
menggunakan sekrup galvanized tanpa meninggalkan bekas
cacat pada permukaan yang tampak. Khususnya untuk pintu
yang dilapis formica, tata cara merekatkan digunakan lem
pada permukaan bidang dan di press.
i. Pada bagian daun pintu lapis teakwood harus dipasang rata
tidak bergelombang dan merekat dengan sempurna
j. Semua pekerjaan kayu harus memenuhi syarat, jika ada
yang tidak memenuhi syarat, maka P2S harus mengganti
atas tanggung jawabnya.

67
4) Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Barang.
Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam
keadaan utuh dan tidak cacat/rusak. Bahan harus disimpan
ditempat yang kering, berventilasi baik, terlindung dari cuaca,
benturan-benturan dan bersih. Tempat penyimpanan bahan
harus cukup luas, bahan ditimbun dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya.
P2S bertanggung jawab terhadap kerusakan dalam pengiriman,
penyimpanan dan pelaksanaan. Bila ada kerusakan, P2S wajib
menggantinya.
5) Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan.
Bahan-bahan kayu di hindarkan/dilindungi dari hujan dan terik
matahari juga terhadap penggunaan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
Kayu yang sudah terpasang dilindungi dari kemungkinan cacat
atau rusak yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan lain. Bila
terjadi kerusakan, P2S/M diwajibkan memperbaikinya dengan
tidak mengurangi kualitas pekerjaan.
g) Pekerjaan Atap
Pekerjaan atap meliputi pembuatan dan pemasangan kuda-kuda,
nok, gording, usuk dan reng, balok tembok (murplat) dan plisir
(lisplank), serta pemasangan penutup atap (genteng/seng
gelombang/atap metal lainnya, dsb).
Oleh karena lebar ruangan 7 atau 8 m sedangkan kayu yang ada di
pasaran pada umumnya ukuran panjang 4 m, maka diperlukan
sambungan pada rangka kuda-kuda, balok bubungan/nok, maupun
gording. Untuk penyambungan rangka kuda-kuda kayu, yang harus
diperhatikan adalah arah gaya yang terjadi pada masing- masing
batang pada rangka tersebut. Gaya yang terjadi berupa gaya tekan
dan gaya tarik. Pada batang yang menerima gaya tekan, dapat dibuat
sambungan lubang dan pen. Apabila batang menerima gaya tarik,
sambungan dapat berbentuk sambungan miring berkait atau
68
menggunakan alat penyambung baut. Untuk perkuatan pada
sambungan kayu disarankan dipasang plat besi (beugel) dan dibaut.
Ukuran kayu yang digunakan untuk kuda-kuda umumnya 8/12 cm
atau 8/15 cm dan atau disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk usuk
umumnya digunakan kayu berukuran 5/7 cm, dan untuk reng dapat
digunakan kayu ukuran 2/3 cm atau 3/5 cm. Pemasangan usuk dan
reng hendaknya dipasang pada jarak sesuai dengan kebutuhan.
Masing-masing jenis penutup atap memiliki ukuran yang berbeda
sehingga penggunaan ukuran kayu, baik untuk kunda-kuda, nok
dan gording serta jarak usuk dan reng harus menyesuaikan. Apabila
menggunakan penutup atap standar pabrik/pabrikan, disarankan
untuk memeriksa ketentuan pemasangan usuk dan reng yang
tertera pada brosur.
Beberapa catatan penting dalam urutan pelaksanaan pakerjaan atap
antara lain:
1) Perakitan kuda-kuda harus sudah selesai pada saat balok ring
selesai dicor.
2) Pemasangan rangka atap dilakukan setelah beton balok ring
mengering. Pekerjaan pemasangan atap ini dilakukan secara
berurutan yang dimulai dari pemasangan kuda-kuda, gording,
usuk dan yang terakhir adalah reng. Untuk jenis atap seng atau
metal sheet yang lain tidak menggunakan usuk dan reng.
3) Bahan yang dipergunakan untuk rangka atap adalah material
baja ringan.
4) Pemasangan penutup atap dapat dilakukan secara bertahap
setelah reng terpasang (untuk penutup atap genteng), untuk
penutup atap jenis seng atau metal sheet dengan bahan Bitumen
Selulosa yang berkualitas SNI dengan warna Green Tile,
pemasangan bisa dilakukan setelah gording terpasang.

69
h) Pekerjaan Plafond
1) Lingkup Pekerjaan.
a) Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga
kerja, penyediaan bahan/material, peralatan serta alat
bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaaan
pekerjaan ini, sehingga pekerjan langit-langit Gypsum Board
9 mm dapat dilaksanakan dengan hasil yang baik dan
sempurna.
b) Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah seluruh
ruangan.
c) Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan plafon Gypsum
Board 9 mm dengan seluruh detail seperti yang
disebutkan/disyaratkan dalam dokumen gambar.
d) Cara pengerjaan, bentuk, volume serta detail ukuran lainya
sesuai dengan yang tercantum dalam gambar dan RAB.
e) Kecuali ditentukan lain, dalam spesifikasi ini maka semua
pekerjaan maupun tambahan- tambahan bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan ini adalah menjadi tanggung
jawab P2S/M.
2) Persyaratan Bahan.
a) Bahan yang digunakan adalah Gypsum Board 9 mm. Bahan-
bahan yang digunakan harus benar-benar halus, bebas
dari cacat yang ada seperti sobek serat, lubang bekas paku,
dll.
b) Ukuran Gypsum Board 9 mm yang digunakan adalah
modul 120 x 240 cm.
c) Spesifikasi bahan lain yang digunakan seperti tercantum
dalam syarat-syarat teknis bahan.
d) Bahan rangka penggantung panel Gypsum Board 9 mm,
dari hollow 2x4 dan 4x4 cm.
e) Rangka langit-langit yang digunakan adalah hollow 2x4
dan 4x4 cm untuk balok pembagi dan balok induk sebagai
70
balok utama adalah 6/12. Dan rangka hollow 2x4 dan 4x4
cm.
3) Syarat-syarat Pelaksanaan.
a) Sebelum dilaksanakannya pemasangan langit- langit ini,
semua pekerjaan lain yang terletak diatas langit-langit
harus sudah terpasang secara sempurna.
b) Sebelum pekerjaan pemasangan langit-langit dimulai,
diwajibkan mengadakan pengecekan/pemeriksaan kembali
terhadap pekerjaan yang erat hubungannya dengan
pekerjaan langit-langit ini antara lain instalasi kabel listrik
penerangan dan daya, pemasangan atap dll, diwajibkan
adanya kerja sama (koordinasi) yang baik antara semua
unsur Pelaksana Lapangan.
c) Tepi, sudut tiap potongan Gypsum Board 9 mm setelah
pemotongan adalah harus rapi dan halus.
i) Pekerjaan Lantai
1) Pekerjaan Dibawah Lantai
a) Lingkup Pekerjaan.
 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan dan
alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk pekerjaan
ini untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik.
 Pekerjaan bawah lantai ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukan dalam gambar sebagai dasar dari
lantai finishing keramik.
b) Persyaratan Bahan.
 Sub-base lantai menggunakan lantai kerja rabat beton
dengan campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr.
 Bahan-bahan yang dipakai, harus sesuai dengan
persyaratan bahan.
 Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar diatas akan
tetapi dibutuhkan untuk menyelesaikan/penggantian

71
dalam pekerjaan ini harus baru, kualitas terbaik dari
jenisnya.
c) Syarat-syarat Pelaksanaan.
 Tanah yang akan dijadikan dasar lantai harus
dipadatkan sehingga terdapat permukaan yang rata
dan untuk memperoleh daya dukung tanah yang
maksimal, dengan menggunakan alat timbris.
 Pasir urug dibawah lantai disyaratkan harus keras, bersih
dan bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya.
 Tebal yang diisyaratkan 10 cm atau setebal sesuai dengan
gambar dan disiram dengan air kemudian ditimbris untuk
memperoleh kepadatan yang maksimal.
 Diatas pasir urug diberi adukan rabat beton setebal 5 cm
dengan campuran 1pc : 3psr : 5krl.
 Untuk pasangan diatas plat beton (lantai tingkat) diberi
lapisan plester (screed) campuran 1 pc: 3 psr setebal 5
cm dengan memperhatikan kemiringan lantai.
d) Syarat-syarat Penerimaan dan Penyimpanan Bahan.
 Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan harus
berkualitas baik dan tidak cacat.
 Beberapa bahan tertentu masih dalam
kantong/kemasan aslinya yang masih disegel dan
berlabel pabrik.
 Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung
dan tertutup kering tidak lembab dan bersih,
sesuai persyaratan yang telah ditentukan.
e) Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan.
 Selama 7 hari setelah pekerjaan dilaksanakan, tempat
pelaksanaan pekerjaan harus dilindungi dari lalu lintas
orang dan barang.

72
 P2S/M diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut dari
kerusakan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang lain.
 Bila terjadi kerusakan, P2S/M diwajibkan untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi kualitas
pekerjaan.
2) Lantai Keramik dan Plint Lantai
a) Lingkup Pekerjaan.
 Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga, bahan-bahan
dan peralatan yang dibutuhkan untuk terlaksananya
pekerjaan ini, serta mencapai hasil yang baik.
 Pekerjaan keramik pada lantai dilaksanakan pada seluruh
ruangan termasuk selasar dan meja meja laboratorium.
 Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada gambar dan
detill yang disebutkan/ ditunjukkan dalam daftar
finishing bahan.
b) Persyaratan Bahan.
 Lantai Keramik yang digunakan, sesuai dengan
persyaratan bahan
 Semen Portland, Pasir dan Air, sesuai dengan persyaratan
bahan
 Bahan lain yang tidak terdapat dalam daftar diatas akan
tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian
pekerjaan dalam bagian ini, harus diadakan baru dan
berkualitas terbaik dari jenisnya.
c) Syarat-syarat Pelaksanaan.
 Keputusan bahan, jenis warna, tekstur dan produk akan
diambil dalam musyawarah P2S/M. Spesifikasi teknis
bahan harus tetap sesuai dengan persyaratan diatas.
 Alas dari lantai keramik adalah lantai beton tumbuk
dengan ketebalan 5 cm sesuai dengan gambar.

73
 Adukan pengikat dengan campuran 1 pc : 3 pasir ditambah
bahan perekat, atau dapat digunakan acian PC
ditambah bahan perekat.
 Bidang lantai keramik yang terpasang harus benar-benar
rata, jika dianggap perlu dengan memperhatikan
kemiringan lantai untuk memudahkan pengaliran air.
 Lebar siar-siar harus sama dan kedalaman maksimum 3
mm membentuk garis lurus atau sesuai dengan gambar,
siar-siar diisi dengan bahan pengisi berwarna/grout
semen.
 Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong
khusus sehingga hasil potongan presisi dan tidak retak-
retak.
 Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan
dari segala macam noda yang melekat, sehingga benar-
benar bersih.
d) Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.
 Selain pasir, semen, yang dikirim ke lokasi pelaksanaan
harus dalam keadaan tertutup, atau kantong yang masih
disegel dan berlabel dari pabrik, bertuliskan tipe dan
tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
 Bahan-bahan diletakkan ditempat yang kering
berventilasi baik, terlindung dan bersih.
 P2S/M bertangggung jawab atas kerusakan bahan-
bahan yang disimpan baik sebelum maupun selama
pelaksanaan.
 Bila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya, bahan rusak
dan hilang, P2S/M harus menggantinya.
e) Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan.
 Bahan keramik yang telah terpasang dihindarkan
dari injakan selama 3 x 24 jam setelah pemasangan.

74
 Bila terjadi kerusakan P2S/M diwajibkan untuk
memperbaiki dengan tidak mengurangi kualitas
pekerjaan.

j) Pekerjaan Penggantung, Pengunci dan Kaca


1) Lingkup Pekerjaan.
a) Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga kerja,
penyediaan bahan/material, peralatan serta alat bantu
lainnya yang diperlukan, sehingga pekerjaan Alat
Penggantung dan Pengunci ini dapat dilaksanakan dengan
hasil yang baik dan sempurna.
b) Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan penggantung
dan pengunci untuk pintu-pintu, jendela dan tempat
lain yang disyaratkan dalam gambar.
c) Cara pengerjaan, bentuk, volume serta detail- detail ukuran
lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam gambar dan
RAB.
d) Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi ini, maka semua
pekerjaan maupun tambahan- tambahan bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan ini adalah menjadi tanggung
jawab P2S/M.
2) Persyaratan Bahan.
a) Semua accessories pintu sudah termasuk dalam pengadaan
pintu.
b) Produksi pabrik kualitas baik setara Logo atau Solid.
c) Kunci 2 (dua) slaag dan berkotak baja, baut- baut dan
ungkitnya terbuat dari stainless steel.
d) Tipe kunci harus sesuai dengan fungsi ruangannya.
e) Pegangan (handle) dari bahan stainless steel dan solid nylon,
engsel-engsel stainless steel dengan memakai ring nylon
ukuran 3x4 inch.

75
f) 2 buah engsel untuk daun jendela dengan menggunakan
sekrup kembang dengan warna yang sama, jumlah engsel yang
dipasang harus diperhitungkan menurut beban.
3) Syarat-syarat Pelaksanaan.
a) Pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga ahli yang
berpengalaman dalam bidang tersebut.
b) Pelaksana Lapangan harus memberikan contoh terlebih
dahulu untuk disetujui bersama oleh P2S/M.
c) Semua kunci, engsel harus dilindungi dan dibungkus
plastik atau tempat aslinya setelah di coba, pemasangannya
dilakukan setelah bangunan selesai di cat.
d) Sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang,
jangan memukul sekrup, cara menyocokkan hanya
diputar sampai ujung, sekrup yang rusak waktu dipasang
harus dicabut kembali dan diganti.
e) Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada
rangka daun pintu, dipasang setinggi 90 cm dari lantai
atau sesuai gambar.

k) Pekerjaan Aluminium Composite Panel


1) Persyaratan Bahan

a. Semua pekerjaan yang disebutkan dalam pasal ini


harus dikerjakan sesuai dengan standar dan
spesifikasi dari pabrik.
b. Bahan-bahan yang harus memenuhi standar-standar
antara lain.
- AA The Aluminium Association
- AAMA Architectural Aluminium Manufactures
Association
- ASTM E.84 American Standard for Testing Materials
- DIN 4109 Isolasi udara
- DIN 52212 Penyerapan Suara
- DIN 53440 Pengurangan getaran
- DIN 17611/BS 1615 Proses anoda
76
- AS. 1530 Hasil Indikatif
- DIN 476 Panel Kerangka
c. Bahan-bahan

1) Bahan Panel
- Bahan : Aluminium Corrugated
- Tebal : 5 mm terdiri dari 0,7 mm
Alumunium 3 mm, Polyetylene dan 0,5 mm
- Berat : 5 – 6 Kg/m²
- Density : 2.72 kg/cm³
- Bending Strengh : 45 - 50 kg/5 mm
- Heat Deformation : 200o C
- Sound Insulation : 24 – 39 dB
- Finished : Flourocarbond factory
finished/PVdF Coating
2) Bahan composite harus dalam keadaan rata, warna akan
ditentukan kemudian.
3) Bracket/angkur dari material besi finish galvanis atau
material aluminium ekstrussion.
4) Rangka Vertical dan Horizontal dari material aluminium
ekstrussion.
5) Rangka tepi panel aluminium composite dan
reinforce dari material aluminium ekstrussion.
6) Infill dari aluminium ekstrussion finish powder coating
warna ditentukan kemudian.
7) Sealant.
 Warna akan ditentukan kemudian berdasarkan color
chart dari pabrik
 Lokasi Sealant antara panel aluminium dengan
komponen lain.
8) Kontraktor diharuskan menyerahkan contoh-contoh
bahan untuk mendapatkan persetujuan Pemberi
Tugas.
9) Torelansi dimensi mill finish :
 Stove dipernish + 0.2 mm
 Dianode 0.4 / + 0.2 mm
 Lebar –0/ + 4mm

77
 Panjang s/d 4 meter –0 / +6 mm
2) Persyaratan Pelaksanaan

a. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus


dalam pekerjaan ini dengan menunjukkan surat
keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan yang
pernah dikerjakan kepada Pemberi Tugas untuk
mendapatkan persetujuan.
b. Aluminium Composite panel yang digunakan untuk
seluruh proyek harus dari satu macam produk saja.
c. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan
peralatan bantu untuk mempermudah serta
mempercepat pemasangan dengan hasil pemasangan
yang akurat , teliti dan tepat pada posisinya.
d. Setelah pemasangan dilakukan penutupan celah-
celah antara panel dengan bahan caulking dan
sealant hingga rapat dan tidak bocor.
e. Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah
selesai dari hal-hal yang dapat menimbulkan
kerusakan. Bila hal terjadi, Kontraktor harus
memperbaiki tanpa biaya tambahan.
f. Hasil pemasangan pekerjaan Aluminium Composite
Panel harus merupakan hasil pekerjaan yang rapih
dan tidak bergelombang.
g. Kontraktor diharuskan membuat mock up skala 1 : 1
untuk disetujui Pemberi Tugas dalam bidang yang
cukup lebar dengan konstruksi sendiri di luar
bangunan.
h. Kontraktor harus dapat menyertakan jaminan mutu
selama 10 (sepuluh) tahun dari pabrik pembuatnya
berupa sertifikat jaminan.

l) Pekerjaan Installasi Listrik


1) Lingkup Pekerjaan Listrik.
a. Pekerjaan yang termasuk pekerjaan instalasi ini
merupakan pekerjaan seluruh sistem listrik secara lengkap,
sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempurna dan
aman.

78
b. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada
saat penyerahan pertama (serah terima pekerjaan pertama),
instalasi pekerjaan tersebut sudah dapat dipergunakan.
c. P2S/M dengan di bantu oleh Kepala Pelaksanan harus
mengurus penyambungan daya listrik ke PLN termasuk
pengurusan administrasinya, semua biaya resmi akan
dibayar oleh P2S/M.
2) Kabel Daya.
a. Instalasi dan pemasangan kabel.
 Bahan.
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi
listrik harus memenuhi peraturan SII dan SPLN. Semua
kabel harus baru dan harus jelas ukuran, jenis kabel,
nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 6 mm2 keatas harus jenis
pilin (stranded) dan instalasi tidak boleh memakai
kabel dengan penampang lebih lecil dari 2,5 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai
adalah dari tipe:
 Untuk instalasi penerangan adalah NYA/NYM
dengan conduit pipa PVC.
 Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan
penerangan taman dengan mengunakan kabel
NYFGBY.
Semua kabel NYA yang ditanam di dalam perkerasan
(tembok, jalan, beton dll) harus berada didalam conduit
PVC kelas AW yang disesuaikan dengan ukurannya, dan
harus diklem.
 Splice/pencabangan.
 Tidak diperkenankan adanya “splice” pencabangan
ataupun sambungan- sambungan baik dalam
feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet
79
atau pada kotak-kotak penghubung yang bisa
dipakai.
 Semua sambungan kabel baik di dalam junction box,
panel ataupun tempat lainnya harus
mempergunakan connector yang terbuat dari
lembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelit
ataupun PVC, yang diameternya di sesuaikan
dengan diameter kabel.
 Bahan isolasi.
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, conection dan
lain-lain seperti karet, PVC, tape sintetis, resin, splice case,
komposit dan lain-lain harus dari tipe yang disetujui,
untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain nya harus
dipasang memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau
menurut anjuran yang ada.
b. Penyabungan kabel.
 Semua penyambungan dilakukan dalam kabel harus
kotak-kotak
penyambungan yang sudah ditentukan (misalnya
junction box).
 Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama
masing-masing, serta sebelum dan sesudah
penyambungan harus dilakukan pengetesan tahanan
isolasi
 Penyambungan kabel tembaga harus
mempergunakan dan dilapisi dengan timah putih dan
kuat.
 Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi
dengan pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
3) Penerangan dan Stop Kontak
a. Lampu dan Armatur.

80
 Spesifikasi yang dipakai untuk Lampu diwajibkan
menggunakan LED bersertifikat SNI.
 Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus
mempunyai terminal pentanahan (grounding).
 Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal
box harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa
sehingga panas yang ditimbulkan tidak mengganggu
kelangsungan kerja dan unsur teknis komponen lampu itu
sendiri.
 Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna.
Kabel dalam box harus diberikan saluran klem-
klem tersendiri, sehingga tidak menempel pada balast atau
kapasitor.
 Box terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat
dasar tahan karat, kemudian di cat oven warna putih.
 Ballast harus dari jenis “low loss ballast” dan harus dapat
dipergunakan single lampu balast (satu lampu
flourentscent).
b. Stop Kontak Biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di
dinding adalah stop kontak satu phasa, ranting 250 volt, 13
ampere.
c. Stop Kontak Khusus (SKK).
Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu
phasa, untuk pemasangan rata dinding dengan ketinggian
120 cm diatas lantai, SKK harus mempunyai terminal
phasa, netral dan pentanahan.
d. Saklar Dinding.
Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe
in bouw dengan rating 250 volt, 10 ampere, single gang,
double gang.

81
e. Junction Box Untuk Saklar dan Stop Kontak.
 Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman
tidak kurang dari 35 mm.
 Kontak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.
 Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada juction
box dengan menggunakan baut atau ditanamkan dalam
dinding.
f. Kabel Instalasi.
 Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan
dari instalasi stop kontak harus dari kabel inti
tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (kabel
jenis NYM).
 Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2.
 Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL
sebagai berikut:
- Fasa 1 : Merah
- Fasa 2 : Kuning
- Fasa 3 : Hitam
- Netral : Biru
- Tanah (ground) : hijau-kuning
- Pipa Instalasi Pelindung Kabel.
 Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai
adalah pipa PVC klas AW atau GIP.
 Pipa, elbow, socket, junction box, klem dan aksesoris
lainnya harus sesuai antara satu dengan yang lainnya,
yaitu dengan diameter minimal ¾”.
 Pipa fleksibel harus dipasang untuk melindungi
kabel antara kontak sambung (junction box) dan armatur
lampu.

82
g. Pengujian (Testing).
Pengujian (testing) dilakukan dan disyahkan oleh lembaga
yang berwenang, pengujian tersebut meliputi :
 Test ketahanan isolasi.
 Test kekuatan tegangan impuls.
 Test kenaikan temperature.
 Test kontinuitas.

m) Pekerjaan Plumbing
1) Lingkup Pekerjaan
a) Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Bersih.
Pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna
unit-unit peralatan utama yang diperlukan dalam sistem
penyediaan air bersih yaitu instalasi pipa beserta alat
bantunya.
 Pengadaan dan pemasangan kran-kran air terdapat di
wastafel dan meja laboratorium.
 Pemasangan dan pengujian pipa-pipa distribusi
kesetiap peralatan sanitasi dan lain-lain seperti tercantum
dalam gambar.
 Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan
baik oleh bobokan-bobokan, galian-galian maupun oleh
kecerobohan para pekerja.
 Pengujian terhadap kebocoran dan tekanan dari sistem
plambing air bersih secara keseluruhan dan
mengadakan pengamatan sampai sistem berjalan baik
sesuai dikehendaki yaitu suatu sistem instalasi yang
sempurna dan terpadu.
 Sebelum sistem penyediaan air bersih atau bagian dari
sistem ini dipakai harus dilakukan cara pengurasan
yaitu air yang ada dalam sistem dibuang lebih dahulu.

83
b) Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Kotor.
 Pengadaan dan pemasangan pipa beserta
perlengkapannya yang diperlukan dalam system
pembuangan, dan semua alat sanitasi yang ada
sampai penyaluran akhir.
 Pengadaan dan pemasangan pipa dari alat sanitasi
sampai keseluruh jaringan air buangan (riol).
 Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan baik
oleh adanya bobokan- bobokan, galian-galian maupun
oleh kecerobohan para pekerja.
 Pengujian sistem perpipaan terhadap kebocoran sistem
plambing air kotor secara keseluruhan dan mengadakan
pengamatan sampai sistem bekerja baik.
 Pengadaan dan pemasangan instalasi drainasi dari
talang atap sampai kepada saluran pembuangan diluar
lokasi.
2) Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan.
Tata cara pelaksanaan dan petunjuk lain yang berhubungan
dengan peraturan pembangunan yang berlaku di Republik
Indonesia selama pelaksanaan, kontrak harus betul-betul ditaati.
Persyaratan umum pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan
pernyataan dalam pasal pekerjaan plumbing.
P2S/M dianggap telah cukup mengerti dan mengetahui maksud
dari peraturan-peraturan dan syarat-syarat tersebut diatas.
a) Persyaratan Instalasi Air Bersih.
 Pipa air bersih harus menggunakan pipa dari bahan PVC
tipe D;
 Fitting harus dari bahan yang sama dengan pipa diatas
dengan kualitas baik;
 Gantungan-gantungan, klem-klem dan lain- lain, harus
terbuat dari bahan yang sama;

84
 Valve/stop kran untuk instalasi air bersih harus dipakai
mutu yang terbaik/kualitas no 1;
 Kran-kran harus dipakai yang terbaik, setara dengan
produk;
 Bak kontrol untuk valve/stop kran dibuat dari pasangan
bata dengan adukan kuat dan ditutup beton.
b) Untuk Pekerjaan Instalasi Air Kotor.
 Semua pipa air kotor baik pipa utama maupun pipa
cabang terbuat dari bahan PVC dengan tekanan kerja 10
Kg/Cm2 standar JIS k 674;
 Fitting untuk pemipaan ini juga terbuat dari bahan dan
merk yang sama;
 Avur dan leher angsa dari bahan stinless steel kualitas
terbaik.
c) Sistem Pemipaan Air Bersih dan Air Kotor.
 Sistem penyambungan pipa.
 Sambungan pipa PVC untuk air bersih dengan
sambungan lem PVC (Solvent) untuk pipa diameter 3“
kebawah.
 Untuk katup/valve/ stop kran yang mempunyai 2”
ke bawah mengunakan katup penutup dengan
sistem penyambungan pakai ulir/screwed.
 Selanjutnya untuk katup 3/4” kebawah dipakai katup
tipe terbaik bersertifikat SNI.
 Yang lebih besar dari 3/4” dipakai katup pintu (gate
valve/stop kran) yang berkualitas baik bersertifikat SNI
atau yg setara.
 Pemasangan penyambungan pipa-pipa.
 Untuk fitting sambungan harus dari jenis standar yang
dikeluarkan oleh pabrik.

85
 Sistem sambungan bisa memakai Ring Gaskets/
Rubbert Ring Join, untuk dimensi 2” digunakan
lem/solvent semen.
 Pemasangan fixtures, fitting dan sebagainya.
 Semua Fixtures harus dipasang dengan baik dan
didalamnya bebas dari kotorang yang akan menggangu
aliran atau kebersihan air dan harus terpasang dengan
kokoh (rigid) ditempatnya dengan tumpuan yang mantap.
 Semua fixtures fitting, pipa-pipa air
pemasangannya harus rapih, kuat dalam kedudukannya
dan tidak mengganggu pada waktu pemasangan dinding
keramik dan sebagainya. P2S/M bertanggung jawab untuk
melengkapi jaringan instalasi.
 Penggantungan/penumpu pipa/klem-klem.
 Semua pipa harus diikat kuat dengan penggantung
atau angker yang kokoh (rigit), agar inklinasinya
tetap. Untuk mencegah timbulnya getaran,
penggantung, penumpu /klem-klem harus bahan
produksi pabrik (bukan buatan sendiri).
 Penggantung atau penumpu pipa diskrup terikat pada
bagian bangunan dengan insert/angker yang dipasang
pada waktu pengecoran beton atau ramset dari
fisher. Semua alat-alat penggantung harus dikerjakan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak pipa dan tidak
merusak/menyebabkan turunnya pipa yang terpasang.
Pipa tegak dalam tembok dan diluar tembok. Pipa tegak yang
menuju ke fixtures harus dimasukan dalam tembok. P2S/M
harus membuat alur-alur atau lubang yang diperlukan pada
tembok sesuai dengan kebutuhan pasangan pipa dan
diklem, harus ditutup kembali sehinga pipa tidak
kelihatan dari luar. Cara-cara penutupan kembali harus

86
seperti semula dengan penyelesaian yang rapi sehingga tidak
terlihat bekas pasangan.
Pemasangan pipa-pipa harus dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
 Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum
finishing dinding/plesteran dan langit-langit dilaksanakan.
 Pemasangan sparing untuk pipa-pipa yang mungkin
akan menembus struktur bangunan harus dilaksanakan
bersama-sama pada waktu pelaksanaan struktur yang
bersangkutan.
 Persilangan antara air bersih dan air limbah harus
dihindarkan.
 Pengecatan.
 Semua pipa dari besi yang tidak tertanam didalam
tanah/tembok dilapisi dengan cat anti karat dan tanda
arah aliran dipakai warna biru.
 Semua valve/stop kran harus diberi tanda yang
menyebutkan nomor identifikasi sesuai dengan
fungsinya.
 Pengujian.
 Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang
harus diuji dengan tekanan hidrostatik selama 24 jam
terus menurus tanpa terjadi penurunan tekanan.
 Peralatan pengujian ini harus dilakukan dengan
disaksikan oleh pihak yang dianggap perlu/dikuasakan
untuk itu, dan selanjutnya dibuat Berita Acara.
 Dalam pengetesan semua kran-kran harus dalam
keadaan tertutup untuk melihat kebocoran.
 Testing pemipaan harus dilaksanakan sebelum pipa
tertutup dengan tanah (untuk pipa diluar gedung) atau
tertutup dengan plesteran dinding dan sebelum langit-

87
langit didaerah tersebut terpasang. Untuk sistem air kotor,
air kotoran, vent dan air hujan harus diuji terhadap
kebocoran.
 Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, P2S/M harus
memperbaiki bagian–bagian yang rusak dan kekurangan-
kekurangan yang ada kemudian melakukan pengujian
kembali sampai berhasil dengan baik.
n) Pekerjaan Perabot
Pekerjaan Perabot adalah termasuk perbaikan perabot lama atau
pembelian perabot baru. Jenis perabot dan tata letaknya mengacu
pada Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Dasar yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
tahun 2004.
Bahan-bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan perabot
sekolah antara lain meliputi :
1) Kayu solid
Kayu solid adalah bahan baku pembuatan perabot yang
terkuat dibandingkan dengan bahan kayu olahan lainnya,
tapi dikarenakan volume tanam dan waktu yang relatif lama
dan penebangan pohon yang tidak seimbang menyebabkan
persedian kayu solid terbatas dan harganya lebih mahal
dibanding kayu olahan.

2) Plywood
Plywood merupakan bahan dari kayu olahan dan relatif
lebih kuat dibandingkan dengan jenis kayu olahan lainnya.
Plywood berbahan dasar dari lapisan- lapisan kayu yang
ditumpuk berlapis-lapis dan dipress baik itu dari kayu jati,
sungkai, nyatoh atau kayu lainnya.
3) Blockboard
Barang ini terbuat dari kumpulan kayu berbentuk kotak kecil
yang disatukan dan dipadatkan oleh mesin diberi lapisan

88
di kedua sisinya, dimana lapisannya bisa kayu jati ataupun
kayu yang lainnya.
4) HDF (High Density Fibreboard)
HDF terbuat dari serbuk kayu halus dan bahan kimia resin
yang direkatkan dan dipadatkan. Kayu yang dipakai biasanya
diambil dari kayu sisa perkebunan ataupun bambu,
sehingga membuat HDF lebih ramah lingkungan.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan keterbatasan
persedian kayu, maka aplikasi penerapan jenis bahan tidak
terbatas pada bahan yang berasal dari unsur kayu saja, tetapi
juga dimungkinkan berasal dari beraneka ragam seperti besi,
stainless steel, aluminium dan lain sebagainya. Penggunaan
bahan baik yang berasal dari kayu ataupun bahan lain baik
secara sendiri ataupun bersama-sama dalam pembuatan
perabot sekolah dapat bersifat sebagai bahan baku ataupun
bahan pembantu. Persyaratan utama dalam hal pengadaan
perabot sekolah harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Kualitas
b. Keamanan penggunaan
c. Kenyamanan dalam penggunaan d. Kemudahan dalam
pemakaian
d. Kemudahan dalam pemeliharaan
e. Kemudahan dalam perbaikan

89
BAB IV
PENUTUP

Petunjuk Teknis (Juknis) Program Peningkatan Sarana Prasarana


Madrasah Melalui SBSN diharapkan dapat diimplementasikan oleh seluruh
Satuan Kerja Pelaksana Proyek SBSN pada tahun anggaran 2019 dengan baik.
Kepada semua pihak yang terlibat dalam program ini agar terlebih
dahulu memahami isi Petunjuk Teknis Program Peningkatan Sarana
Prasarana Madrasah Melalui SBSN. Dengan demikian kekeliruan dan
kesalahan prosedur selama pelaksanaan dapat dihindarkan.
Semoga Allah SWT meridhoi segala ikhtiar untuk mengembangkan
dan memajukan Madrasah, salah satunya dengan terpenuhinya
Standar Pelayanan Minimal dibidang sarana dan prasarana. Hal-hal yang
belum diatur dalam Juknis ini akan disempurnakan kemudian.

DIREKTUR JENDERAL,

ttd

KAMARUDDIN AMIN

90
FORMAT DOKUMEN DAN GAMBAR-GAMBAR

1. Desain Prototype Gedung

2. Spesifikasi Teknis Meubelair

91
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa
adanya ataupun mengembangkan prototype yang ada,
tetapi tetap mengutamakan unsur kualitas, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan sesuai dengan standar
pembakuan bangunan dan perabot Madrasah yang telah
ditetapkan.
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa
adanya ataupun mengembangkan prototype yang ada,
tetapi tetap mengutamakan unsur kualitas, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan sesuai dengan standar
pembakuan bangunan dan perabot Madrasah yang telah
ditetapkan.
TAMPAK DEPAN

TAMPAK BELAKANG

TAMPAK SAMPING
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.
TAMPAK DEPAN

TAMPAK BELAKANG

TAMPAK SAMPING
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.
TAMPAK DEPAN

TAMPAK BELAKANG

TAMPAK SAMPING
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa
adanya ataupun mengembangkan prototype yang ada,
tetapi tetap mengutamakan unsur kualitas, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan sesuai dengan standar
pembakuan bangunan dan perabot Madrasah yang telah
ditetapkan.
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.
Gambar pada lampiran berikut adalah prototype.
Madrasah dapat mengadopsi prototype tersebut apa adanya
ataupun mengembangkan prototype yang ada, tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan sesuai dengan standar pembakuan bangunan
dan perabot Madrasah yang telah ditetapkan.

-- -
_. ,........ ,., ...,
A .-,,., . ..,,-,,.,,,..,,
A-•••••"-"',_"',_..,,_ _
A
� A
.........,
·- -- <v- � =,,..,.,,.....,,�-"
A
(l}
- <j>
- -
<j>
-
<1>
-
<j)
- ·- - -
<j> � ..
,.,,.,

- - - ....- ..- -..


[=:),._,_,._
� - """ =
I
� � ' .....,.,

-·---·-__·-..
,---, =_________FT"'9.
� � �
_,..
___FT"=\_
vv � v_v vv � vv vv � vv
.., ·-
,!.

'
! ! ti<J D� ["\ t r !

I ...,, ......
r-----a �
,.,., .. D.

:
- -- -�
0- I

- �=. .. - ·-
,-
) .Cl
m ---- �
w
'
,, ,._
... -- j il {\)
>
�,
7
' n
;,..._

' 10
-!, -�

: ci<J D� :

0- ' -
IT
� -
NICT M
-
NICT M
-
M CT M IT
-
j l<l)
- - � -
·-
- - - -
0

DENAH LANT Al 1�
\'r..11�

� ..... ""'""
..,,.,...,,.. ..,
..,._,...-:,.
..,,,....,,,,...,,.,,,, ....._
,....,,, ....,
··-
.�. .. -
h

i>
h _

--
h -

·-
..@
. -
<v
,.,
<j> <j)
<j>
-
<j>
- - - - - -
<1>
- ·-· ,.,.,.,,_
D'.l[J ,,,.,.,,....,,..,.,.,.._

=
- -- - .... "'---·�·---
- -

- � � -- �
-
V
'

"'�
!

I'\ / � !

I
-
V
/
-0
<,;
I/

'
' ' � �

/1�I"'- -
L.,
iP
.�..:. 41,

-!,
' -$
I./
"'�//
\__

-- -- '�
-!, - --+-- - - "'"::I::""" -
-
·- --+--'
- - - .. - -$

;;, � � b ◊ {•) .f}

DENAH LANTAI !,
, �
Lampiran II Spesifikasi Teknis Meubelair

Meja Kursi Siswa

Deskripsi
Spesifikasi Meja Dektop: Medium-density fiberboard (MDF),600mm×400mm,18mm
Compression resistance, wear resistance, impact resistance. All around the
edge of injection molding, Smooth and safe.
Laci: 0.8 mm (tebal), 150 mm Tinggi
Meja Kaki: 20 x 49 x 0.8 mm oval tube
Tinggi Meja: Bisa disesuaikan (640 mm – 760 mm)
Kursi: Medium-density fibreboard (MDF), 400mm×360mm,18mm
Penyanggah Badan di Kursi : Medium-density fibreboard (MDF), 395 mm ×
170mm, 18mm, Φ 19×1.0mm tube
Finish: Powder coating, carbon dioxide shielded welding
Warna: Abu Abu (besi rangka) , Hijau (MDF)
HALL

NO JENIS BARANG GAMBAR Qty


1 Kursi 100

RUANG ASRAMA 1

NO JENIS BARANG GAMBAR Qty

1 Ranjang Susun 54

2 Triplek 108

3 Kasur 108

4 Bantal 108

5 Seprai 108

6 Meja Nakas 56

7 Sofa 3 Dudukan 2
Warna : Coklat
8 Sofa 2 Dudukan 7
Warna : Coklat

9 Sofa 1 Dudukan 2
Warna : Coklat

10 Loker 6 Pintu 9

RUANG ASRAMA 2

NO JENIS BARANG GAMBAR Qty

1 Ranjang Susun 48

2 Triplek 96

3 Kasur 96

4 Bantal 96

5 Seprai 96

6 Meja Nakas 49

7 Sofa 3 Dudukan 1
Warna : Coklat
8 Sofa 2 Dudukan 6
Warna : Coklat

9 Sofa 1 Dudukan 1
Warna : Coklat

10 Loker 6 Pintu 8
RUANG KELAS

NO JENIS BARANG GAMBAR Qty

MEJA DAN KURSI GURU


1 16 Set
TYPE : SEMERU

LEMARI
2 16 Set
TYPE : SEMERU

PAPAN TULIS
3 16 Set
TYPE : SEMERU

MOBILE FILE CABINET


4 1 Set
DIREKTORAT KURIKULUM SARANA KELEMBAGAAN DAN
KESISWAAN MADRASAH
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT KURIKULUM, SARANA, KELEMBAGAAN DAN KESISWAAN
MADRRASAH
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai