P u j i s yu k u r k e h a d i r a t A l l a h S W T ya n g t e l a h m e m b e r i k a n k i t a
b e r b a g a i m a c a m n i k m a t , r a h m a t s e r t a h i d a ya h N ya . T e r i m a k a s i h k e p a d a
K e p a l a M a n 1 S o p p e n g ya n g t e l a h m e m b e r i k a n k e s e m p a t a n k e p a d a s a ya
u n t u k m e m p e r t a n g g u n g j a w a b k a n k e g i a t a n I n t r a k u r i k u l e r “Barazanji” i ni,
baik bantuan berupa moril maupun materiil, sehingga laporan pertanggungjawaban ini
Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan pertanggungjawaban ini masih jauh dari
Man 1 Soppeng, untuk itu besar harapan penulis jika ada kritik dan saran yang membangun
“ Barazanji” ini.
H a r a p a n ya n g p a l i n g b e s a r d a r i p e n y u s u n a n laporan pertanggungjawaban
susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman -teman, serta siswa-siswi Man 1
Soppeng yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah
dari judul ini “Barzanji” sebagai tambahan untuk melengkapi referensi yang telah ada.
Penulis
A. Latar Belakang
Kebudayaan pada hakekatnya meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik material
maupun spritual. Aspek kegiatan manusia tersebut meliputi banyak hal, antara lain, organisasi
sosial dan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta proses simbolis dalam upacara adat.
Pada aspek proses simbolis meliputi bidang-bidang agama, filsafat, seni,imu,sejarah,mitos dan
sepanjang zaman, namun perbedaan tingkat intelektual dan kondisi sosial sehingga proses
kegiatan tersebut berbeda setiap zaman dinamika berfikir manusia. Segala hal yang berkaitan
dengan kebudayaan tidak pernah terlepas dari kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah.
kebudayaan nasional, tataran tinggi perwujudan hasil cipta, rasa, dan karsa masyarakat.
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ada
manusia, ada kebudayaan tidak ada kebudayaan jika tidak ada pendukungnya yaitu manusia.
Akan tetapi, manusia hidup tak berapa lama lalu iya mati, maka untuk melangsungkan
kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang. Dengan kata lain harus diteruskan
kepada orang-orang disekitarnya dan kepada keturunan selanjutnya. Kebudayaan Indonesia yang
serta mewarisi kepada genarasi selanjutnya. Budaya lokal indonesia membanggakan karena
memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Untuk itu
kebudayaan tersebur perlu juga dijaga dan dilestarikan akan keberadaannya, sebagaimana
sekarang ini terdapat beberapa budaya kita yang mulai terkikissedikit demi sedikit. Hal ini
disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan Budaya Lokal.
Budaya Lokal merupakan Identitas Bangsa sehingga harus dijaga kelestariannya maupun
Sebagian orang memandang atau menganggap tradisi Islam terutama yang terbangun
melalui seni dan budaya islam mengadopsi budaya arab, bahkan yang paling kental adalah
budaya melayu, mungkin tidak dapat dipungkiri, namun yang mengejutkan sebab transformasi
modernitas hingga era globalisasi, tidak mampu menenggelamkan tradisi yang sudah berakar itu.
Selain tersebut di atas, yang lebih menarik lagi, pada sorotan yang bernada kritik dari
para ahli dan masyarakat terhadap kemampuan pelajar atau siswa, khususnya siswa madrasah
terhadap bahasa arab. Dari fenomena yang ada, banyak diantara lembaga pendidikan Islam yang
ada di Indonesia, lebih banyak meninggalkan kesan akan pentingnya pengajaran penguasaan tata
bahasa saja, seperti yang tampak pada menghafalkan kaidah-kaidah bahasa.
Akibatnya kita akan heran kalau sementara ini ada seseorang yang pandai menguasai
segi tata bahasa Arab, tetapi lemah dalam hal mengfungsikan bahasa Arab itu sendiri, sebagai
bahasa komunikasi. Berdasarkan uraian di atas maka dari ini penulis memberikan Pembelajaran
Bahasa Arab untuk mempermantap kemampuan siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri 1
Soppeng.
Al-Barzanji asalnya adalah nama orang yang mengarang kitab prosa dan puisi tentang Nabi
Muhammad SAW. Kitab itu sesungguhnya lebih merupakan karya sastra ketimbang karya
sejarah, karena lebih menonjolkan aspek keindahan bahasa (sastra). Kitab ini ada dua macam,
yang satu disusun dalam bentuk prosa dan lainnya dalam bentuk puisi. Isinya sama-sama
menceritakan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW terutama peristiwa kelahirannya.
Prosa dan puisi tentang riwayat Rasulullah SAW ini sering dibacakan dalam banyak munasabah
(momentum) seperti maulid nabi bahkan dalam perayaan kelahiran bayi umumnya. Tentu saja
kegiatan seperti ini tidak ada perintahnya dari Rasulullah SAW, bahkan juga tidak dari para
sahabat dan generasi sesudahnya. Karena ketika beliau masih hidup, prosa dan puisi ini belum
lagi disusun oleh Al-barzanji.
Sebagian dari umat Islam mengaku bahwa bila dibacakan prosa/puisi ini dalam sebuah
munasabah, akan hadir ke tengah mereka ‘Nur’ Muhammad. Tentu saja ini tidak ada dasar
keterangannya. Bila kita melakukan kritik sastra secara mendalam, memang ada beberapa
ungkapan yang terkesan berlebihan dan keluar dari batas syariah bahkan aqidah. Namun
demikianlah gaya bahasa dalam sastra, sering terlalu hiperbola dan melebih-lebihkan. Sehingga
terkadang keluar dari kontrol yang bisa diterima secara syar‘i. Namun demikian, karena ini
kritik sastra, tentu ada yang mendukung dan ada pula yang tidak. Termasuk hukum membacanya
dalam peringatan maulid nabi dan seterusnya.
Barangkali dari segi prinsip dan tujuan sudah cukup baik, yaitu ingin memberi penghargaan
kepada Rasulullah SAW dengan cara membacakan riwayat hidupnya. Namun ritualitas yang
terlanjur menjadi rutinitas ini perlu lebih diperdalam maknanya. Agar tidak terkesan sekedar
pembacaan yang kosong dari makna, tetapi harus dikaji dan dianalisa secara mendalam tentang
sirah nabawiyah itu sendiri. Agar kita bisa mengambil pelajaran lebih dalam dari peri kehidupan
beliau SAW. Karena kebanyakan anggota masyarakat melakukannya sebagai sesuatu yang
mereka warisi dari orang-orang tua mereka tanpa pernah tahu mengapa mereka harus melakukan
itu. Bahkan bukan tidak mustahil bahwa mereka pun kurang memahami lafaz-lafaz yang
dibacanya karena lafaz itu berbahasa arab. Padahal kajian sirah nabawi itu sendiri kurang
mendapat tempat. Hal seperti ini perlu diberi pencerahan lebih banyak. Wallahu a‘lam
bishshowab.