Anda di halaman 1dari 7

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN

E-ISSN: 2614-6053 P-ISSN: 2615-2878


Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/JFP

Valuasi Ekonomi DAS Krueng Aceh Berdasarkan


Metode Willingness to Accept (WTA)

(Economic Valuation of Krueng Aceh Watershed Based on


Willingness to Accept Method)

Siti Dinah Tsabitah1, Purwana Satriyo1, Syahrul1*


1
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
*Corresponding author: syahrul.fp@gmail.com

Abstrak. Valuasi DAS menggambarkan berapa besar nilai pemanfaatan DAS untuk kesejahteraan masyarakat
dikarenakan air memiliki nilai keberadaan yang tinggi untuk segala aktivitas masyarakat. Valuasi DAS juga dapat
menggambarkan baik atau buruknya kondisi sungai yang menyediakan barang dan jasa lingkungan di sekitar DAS.
Tinggi atau rendahnya nilai DAS dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan pengelolaan DAS sehingga
manfaat yang diterima masyarakat lebih optimal dan nilai DAS semakin tinggi. Willingness to Accept (WTA)
merupakan metode yang digunakan untuk melihat kesediaan masyarakat untuk menerima dan mencegah kerusakan
lingkungan yang terjadi dengan adanya penurunan kualitas lingkungan. DAS Krueng Aceh termasuk dalam
klasifikasi DAS yang harus dipulihkan serta harus dikelola secara tepat agar permasalahan yang terjadi pada DAS
Krueng Aceh dapat teratasi sehingga nilai ekonomi maupun lingkungan yang didapat lebih optimal guna
kesejahteraan masyarakat sekitar. Dengan adanya informasi mengenai besar valuasi ekonomi DAS Krueng Aceh
diharapkan akan mendorong pihak-pihak terkait untuk mengelola DAS Krueng Aceh secara optimal agar nilai
ekonomi sumber daya air tidak drastis menurun.

Kata kunci: Valuasi Ekonomi, Sumber Daya Air, Willlingness to Accept, DAS

Abstract. Watershed valuation describes how much the value of the watershed utilization is for the community
welfare, because water resources has a high existence value for all community activities. Again, watershed value
can describe the good or bad condition of the river to provide environmental goods and services in the watershed.
Either high or low value of the watershed can be used as a reference for improving watershed management so that
the benefits received by the community are more optimal and the watershed value will be higher. Willingness to
Accept (WTA) is a method used to observe the community's willingness to accept and prevent environmental
damage that occurs with a decrease in environmental quality. Krueng Aceh watershed included in restored
watershed classification that must be restored and must be managed appropriately so that the problems in Krueng
Aceh watershed can be resolved in order to be an optimal environment for community welfare. With information
regarding to economic valuation of the Krueng Aceh watershed, it hoped that it will encourage related parties to
manage the Krueng Aceh watershed optimally so that the economic value of the water resource does not drastically
decrease.

Keywords: Economic Valuation, Water Resources, Willlingness to Accept, Watershed

PENDAHULUAN
Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di muka bumi. Air yang
digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari mandi, air minum, sampai pada pengairan
tanaman berasal dari daerah aliran sungai yang berada di suatu wilayah. Dikarenakan
banyaknya pemanfaatan dan kebutuhan air, maka air perlu dikelola, tujuannya adalah agar
manfaat yang diterima masyarakat lebih optimal, baik dari segi lingkungan, sosial, maupun
ekonomi bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Valuasi DAS menggambarkan berapa
besar nilai pemanfaatan DAS untuk kesejahteraan masyarakat dikarenakan air sungai memiliki
nilai keberadaan yang tinggi untuk pemanfaatan segala aktivitas masyarakat. Nilai DAS juga
dapat menggambarkan baik atau buruknya kondisi sungai yang menyediakan barang dan jasa
lingkungan di sekitar DAS. Tinggi atau rendahnya nilai DAS di suatu wilayah akan dapat
dijadikan acuan untuk meningkatkan pengelolaan DAS sehingga manfaat yang diterima
masyarakat lebih optimal dan nilai DAS semakin tinggi.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022 315


JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN
E-ISSN: 2614-6053 P-ISSN: 2615-2878
Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/JFP

Saat ini, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka tingkat kerusakan DAS
(Daerah Aliran Sungai) akan semakin tinggi. DAS Krueng Aceh merupakan DAS yang terdapat
di Provinsi Aceh dengan luas sebesar 174. 785 Ha dan terletak pada dua wilayah administratif,
yaitu Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. DAS Krueng Aceh saat ini mengalami
ancaman serius yang berasal dari kerusakan di daerah hilir dan daerah hulu. Apalagi mengingat
DAS Krueng Aceh menjadi sumber baku air bersih warga Banda Aceh dan Aceh Besar, jika
tidak segera dilindungi maka akan berdampak pada ribuan orang. Dengan tingginya nilai
ekonomi pada Daerah Aliran Sungai Krueng, maka DAS tersebut harus dikelola secara tepat
agar permasalahan yang terjadi pada DAS Krueng Aceh dapat teratasi sehingga nilai ekonomi
maupun lingkungan yang didapat lebih optimal. Saat ini belum adanya informasi mengenai
nilai ekonomi pemanfaatan air pada aliran sungai di DAS Krueng Aceh, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai valuasi ekonomi pada DAS Krueng Aceh.

METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu peta DAS, Microsoft Office
Word dan Microsoft Office Excel serta alat tulis.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu
pengumpulan data primer dan data sekunder. Untuk pengambilan sampel akan menggunakan
metode pengambilan Simple Random Sampling (sederhana). Penentuan jumlah sampel
menggunakan teknik Taro Yamane atau Slovin. Rumus Slovin untuk menentukan sampel
adalah sebagai berikut (Riduan dan Akdon. 2009):
𝑁
𝑛=
𝑁. 𝑑 2 + 1
Dimana:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
2
d = presisi (ditetapkan 10% = 0,1)
Dari rumus slovin tersebut, maka dapat diketahui jumlah sampel sebagai berikut:
270.321 + 425.216
𝑛=
(270.321 + 425.216)𝑥 (0,1)2 + 1
695.537
𝑛=
695.537 𝑥 (0,1)2 + 1
𝑛 = 100 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛)
Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
analisa kuantitatif. Perhitungan nilai ekonomi total (Total Economic Value) didahului dengan
mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Krueng Aceh
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat pada DAS Krueng Aceh dengan menghitung nilai
WTA (Willingness to Accept) yaitu kesediaan produsen menerima kompensasi atau berapa
besar orang mau dibayar untuk mencegah kerusakan lingkungan dengan adanya
kemunduran kualitas lingkungan.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022 316


JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN
E-ISSN: 2614-6053 P-ISSN: 2615-2878
Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/JFP

2. Menentukan variable yang akan di ukur pada penelitian.


3. Mencari nilai WTA pada DAS Krueng Aceh sejalan dengan penggunaan air menggunakan
rumus :
a. Perhitungan untuk mendapatkan nilai ekonomi dari kebutuhan domestik rumah tangga:
NART = RTPA x JA x KP HAS……………………………….(1)
Dimana:
NART = Nilai ekonomi pemanfaatan air rumah tangga (Rp/KK/bulan)
RTPA = Jumlah rumah tangga pemanfaatan air (KK)
JA = Rata-rata jumlah anggota keluarga (Orang)
KP = Konsumsi rata-rata air (L/Orang/Tahun)
HAS = Harga setara Aquwar (PDAM) (Rp /L)
b. Perhitungan untuk mendapatkan nilai ekonomi dari pertanian padi sawah
NAUT = LUT × BPA × MAT……………………………….….(2)
Dimana:
NAUT = Nilai air untuk padi sawah (Rp/tahun)
LUT = Luas usaha tani (Ha)
BPA = Biaya pengadaan air sawah (Rp/ Ha/musim)
MAT = Musim tanam padi (musim tanam/tahun)
c. Perhitungan untuk mendapatkan nilai ekonomi dari industri air (PDAM)
NAAM = JA x HB………….…………………………………...(3)
Dimana:
NAAM = Nilai ekonomi PDAM
JA = Jumlah air yang diambil /tahun
HB = Harga berlaku (Rp/L)
d. Nilai Ekonomi Total
NET = NART + NAUT + NAAM……………………………(4)
Dimana:
NET = Nilai ekonomi total
NART = Nilai ekonomi pemanfaat air rumah tangga (Rp/KK/bulan)
NAUT = Nilai air untuk usaha tani sawah (Rp/tahun)
NAAM = Nilai ekonomi industri air
4. Mengisi lembar pertanyaan terkait dengan pemanfaatan air pada DAS Krueng Aceh dan
hasil wawancara terkait persepsi masyarakat terhadap air pada daerah aliran sungai Krueng
Aceh.
5. Menyusun hasil jawaban wawancara dan hasil survei di dalam Tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keadaan Umum Daerah Penelitian
Daerah aliran sungai (DAS) Krueng Aceh terletak di ujung Utara Pulau Sumatera,
tepatnya di 2 (dua) wilayah administratif yaitu Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh dengan luas sebesar 174.785 Ha (Satriyo, 2018). DAS Krueng Aceh merupakan
sumber pemasok utama kebutuhan air bagi masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar yang
digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari kebutuhan air rumah tangga sampai pada
kebutuhan pengairan irigasi sawah. DAS Krueng Aceh memiliki sungai utama yaitu Krueng
Aceh dan tujuh (7) sub-DAS yaitu Sub DAS Krueng Inong, Krueng Khea, Krueng Keumireu,
Krueng Seulimum, Krueng Jreu, Krueng Aneuk, dan Krueng Aceh Hilir. DAS Krueng Aceh
merupakan salah satu DAS kritis yang harus dipulihkan.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022 317


JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN
E-ISSN: 2614-6053 P-ISSN: 2615-2878
Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/JFP

Willingness To Accept (WTA)


WTA (Willingness to Accept) merupakan metode yang digunakan untuk melihat
kesediaan masyarakat untuk menerima kerusakan yang terjadi, dengan kata lain seberapa besar
masyarakat mau di bayar untuk mencegah kerusakan lingkungan dengan adanya penurunan
kualitas lingkungan. Nilai WTA ini dihitung berdasarkan nilai air untuk pemanfaatan domestik
rumah tangga, pertanian padi sawah dan PDAM. Untuk mendukung analisis nilai WTA maka
di butuhkan pula persepsi dari sudut pandang masyarakat yang di dapatkan melalui kuesioner.
Dengan mengetahui pandangan masyarakat terhadap DAS Krueng Aceh, maka hal ini dapat
membantu pemerintah dalam mengelola DAS Krueng Aceh agar semakin maksimal.

Persepsi Masyarakat Terhadap DAS Krueng Aceh


Responden menyatakan ketidaksetujuan bahwa air pada DAS Krueng Aceh sangat
jernih dan tidak keruh. Banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah tengah hingga ke hilir
DAS menyatakan bahwa air DAS Krueng Aceh lebih sering terlihat keruh dan berwarna
kekuningan daripada jernih. Hal ini membuktikan bahwa kualitas air tersebut menurun. Ini bisa
disebabkan oleh adanya endapan pada air di DAS Krueng Aceh akibat aktivitas di daerah hulu,
tengah, maupun hilir DAS seperti penambangan galian C, pembuangan sampah di sekitar DAS,
dan penebangan hutan.
Dengan banyaknya manfaat air yang diberikan oleh DAS Krueng Aceh, maka
persentase masyarakat lebih tinggi menyatakan setuju bahwa harga air yang tinggi dapat
memotivasi untuk menjaga lingkungan sekitar DAS agar kualitas air tetap terjaga. Ketika nilai
air menjadi rendah maka masyarakat akan cenderung semena-mena menggunakan air, hal ini
akan menyebabkan susahnya mendapatkan air di masa yang akan datang dan nantinya akan
berdampak pada lingkungan sekitar.
Sebesar 51,5% masyarakat setuju dan 47,5% sangat setuju bahwa apabila terjadi
kerusakan pada DAS Krueng Aceh, maka hal tersebut merupakan tanggung jawab Bersama
bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Persepsi masyarakat Kota Banda Aceh dan Aceh
Besar terhadap sumber daya air di DAS Krueng Aceh cukup baik. Dari 100%, sebanyak 52,6%
responden bersedia menerima kondisi kerusakan lingkungan yang terjadi pada DAS Krueng
Aceh dan 99% responden bersedia turut menjaga lingkungan DAS Krueng Aceh.

Nilai Ekonomi Air Kebutuhan Domestik Rumah Tangga


Terdapat perbedaan antara kebutuhan air untuk penduduk perkotaan dan pedesaan.
Kebutuhan air penduduk (KP) perkotaan ialah sebesar 120 liter/hari/kapita atau 43,8 m 3
/kapita/tahun, dan kebutuhan air penduduk pedesaan sebesar 60 liter/hari/kapita atau 21,9 m3
/kapita/tahun (Badan Standar Nasional Indonesia BSNI, 2002). Berdasarkan data primer dari
PDAM Tirta Mountala dan Tirta Daroy, harga air rata-rata (HAS) sebesar Rp 4.395 per liter.
Jumlah rumah tangga pemanfaatan air (RTPA) sebesar 70144 KK dari Kota Banda Aceh dan
108497 KK dari Kabupaten Aceh Besar. Akan tetapi jumlah sampel yang dipakai untuk jumlah
rumah tangga pemanfaat (RTPA) air ini sebesar 100 KK sesuai dengan penentuan responden
menggunakan metode Yamane. Rata-rata jumlah anggota keluarga pemanfaatan air (JA) adalah
4 orang. Hasil dari perhitungan nilai ekonomi air kebutuhan domestik rumah tangga dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Ekonomi Air Kebutuhan Domestik Rumah Tangga
RTPA JA KP HAS NART NART
Penduduk
(KK) (org) (m3/Org/Thn) (Rp/m3) (Rp/KK/Bln) (Rp/KK/Thn)
Perkotaan 100 4 43,8 4395 77.000.400 924.004.800
Perdesaan 100 4 21,9 4395 38.500.200 462.002.400
Total 115.500.600 1.386.007.200

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022 318


JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN
E-ISSN: 2614-6053 P-ISSN: 2615-2878
Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/JFP

Keterangan :
RTPA : Jumlah rumah tangga pemanfaat air
JA : Rata-rata jumlah anggota keluarga
KP : Konsumsi rata-rata air
HAS : Harga setara aquwar
NART : Nilai ekonomi pemanfaat air rumah tangga

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwasanya nilai ekonomi air untuk kebutuhan


domestik rumah tangga berbeda-beda antara penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan
seperti Banda Aceh dan wilayah perdesaan yang cenderung kepada sebagian besar wilayah
Aceh Besar. Nilai ekonomi air rumah tangga paling tinggi berada pada penduduk yang tinggal
di wilayah perkotaan yakni sebesar Rp. 77.000.400/bulan atau setara 924.004.800/tahun.
Semakin banyak jumlah rumah tangga pemanfaat air maka konsumsi air yang digunakan akan
semakin banyak.
Berdasarkan standar nasional, kebutuhan air penduduk perkotaan lebih besar daripada
kebutuhan air penduduk di wilayah perdesaan, hal ini dikarenakan kota lebih padat penduduk
dan banyaknya pendatang yang masuk sehingga jumlah air yang dipakai akan jauh lebih besar.
Selain itu kehidupan masyarakat di perkotaan memiliki pendapatan yang lebih besar jika
dibandingkan dengan pendapatan masyarakat di pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin banyak anggota rumah tangga maka akan membutuhkan biaya yang lebih besar
sehingga pengeluaran dan konsumsi juga semakin besar (Arida et al. 2015).

Nilai Ekonomi Air Pertanian Padi Sawah


Luas usaha tani (LUT) di dapatkan dari data sekunder, untuk kota Banda Aceh sebesar
58,4 Ha dan Kabupaten Aceh Besar sebesar 25.691,9 Ha. Diketahui musim tanam padi (MAT)
sebanyak 2 kali per tahun, akan tetapi jika jumlah air tidak memadai maka hanya dilakukan 1
kali per tahun.
Berdasarkan hasil wawancara petani di lapangan, diketahui bahwa untuk pengairan air
irigasi kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar tidak ada lagi biaya pengadaan air sawah sejak
tahun 2015. Rata-rata setiap petani yang ada di Aceh Besar melakukan gotong royong untuk
lahan persawahan nya. Saluran irigasi di bersihkan dan di rawat secara bersama-sama, jika
mengeluarkan dana untuk gotong royong tersebut pun tidak seberapa karena hanya untuk
membeli gorengan dan minuman seperti teh atau kopi. Sebelumnya, biaya pengadaan air sawah
masih diberlakukan oleh pemerintah untuk para petani dengan cara memberikan sejumlah uang
kepada perkumpulan petani pemakai air (P3A) atau biasa di sebut sebagai keujruen blang.
Namun sekarang untuk daerah Aceh besar maupun Banda Aceh rata-rata tidak lagi
menggunakan keujruen blang dan tidak adanya lagi biaya pengadaan air sawah yang di
keluarkan oleh petani saat hendak memakai air.
Nilai ekonomi pertanian padi sawah didapatkan dari hasil perkalian antara luas sawah,
biaya pengadaan air sawah dan musim tanam padi. Dikarenakan biaya pengadaan air sawah
(BPA) sudah tidak diberlakukan lagi untuk petani khususnya wilayah Banda Aceh dan Aceh
Besar, maka digunakanlah pajak air permukaan (PAP) sebagai pengganti untuk biaya
pengadaan air sawah. Rumus untuk mencari nilai PAP ialah tarif dikalikan dengan nilai NPA
(Nilai Penggunaan Air) dan volume air yang diambil. Tarif untuk menghitung PAP secara
nasional sebesar 10%.
Untuk nilai NPA sesuai dengan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 18 Tahun 2015,
dimana untuk biaya air irigasi ditiadakan sehingga NPA diambil dari NPA perkebunan yaitu
sebesar Rp. 600/ m3. Untuk Volume air diambil dari bendungan Seulimeum sebesar 7.505,315
m3/det. Sehingga nilai PAP sebesar Rp. 450.319. Sehingga nilai ekonomi pertanian padi sawah
sebesar Rp. 23.191.693.541/ tahun. Nilai ekonomi pertanian padi sawah dapat dilihat pada
Tabel 2.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022 319


JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN
E-ISSN: 2614-6053 P-ISSN: 2615-2878
Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/JFP

Tabel 2. Nilai Ekonomi Air Pertanian Padi Sawah


Biaya Pengadaan Air
Musim Tanam Padi Nilai Ekonomi Padi Sawah
Luas Sawah (Ha) Sawah (Musim
(Per tahun) (Rp/Tahun)
Tanam/Tahun)
30386 Rp. 450.319 2 Rp. 23.191.693.541

Nilai Ekonomi Air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)


Terdapat dua (2) PDAM yang digunakan pada penelitian ini, yaitu PDAM Tirta
Mountala yang terletak di Kabupaten Aceh Besar dan PDAM Tirta Daroy di Kota Banda Aceh.
PDAM Tirta Mountala memiliki 3 cabang, yaitu cabang Siron, Darul Imarah, dan Jantho.
Kapasitas air yang diambil oleh Tirta Mountala dari Krueng Aceh sebesar 320 liter/detik atau
setara 8.175.168 m3/tahun pada tahun 2020 dengan tarif atau harga air sebesar Rp. 4.166/ m3.
PDAM Tirta Daroy terletak di wilayah Banda Aceh. Kapasitas air yang diambil oleh
Tirta Daroy dari Krueng Aceh sebesar 5.362.863,35 m3/ tahun pada tahun 2020 dengan tarif
atau harga air sebesar Rp. 4.624/m3 -nya. Untuk menghitung nilai ekonomi PDAM untuk kedua
wilayah administratif maka perhitungan untuk masing-masing PDAM dipisah. Nilai ekonomi
PDAM didapatkan dengan cara mengalikan antara jumlah air yang diambil dari Krueng Aceh
dengan harga air yang berlaku. Nilai ekonomi untuk kedua PDAM dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Ekonomi Air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)
Jumlah Air diambil dari Nilai Ekonomi PDAM
PDAM Harga Air (Rp/m3)
Krueng Aceh (m3/Tahun) (Rp/Tahun)
Tirta Daroy Rp. 4.624 / m3 5.362.863 24.797.880.130
Tirta Mountala Rp. 4.166/ m3 817.568 3.405.988.288
Total 6.180.431 28.203.868.418

Berdasarkan Tabel 3, nilai ekonomi PDAM Tirta Daroy lebih tinggi dibandingkan
dengan Tirta Mountala. Hal ini dikarenakan jumlah kebutuhan air yang harus disediakan oleh
keduanya berbeda. Untuk di daerah perkotaan seperti wilayah Banda Aceh, kebutuhan air per-
orangnya mencapai 120 L/hari atau 43,8 m3 /kapita/tahun sedangkan untuk wilayah perdesaan
seperti wilayah Aceh Besar, kebutuhan air per-orangnya sebanyak 60 L/hari atau 21,9 m3
/kapita/tahun. Harga air per-liternya untuk PDAM Tirta daroy sedikit lebih tinggi dari Tirta
Mountala, hal ini juga dapat menyebabkan nilai akhir ekonomi PDAM Tirta Daroy jauh lebih
besar daripada Tirta Mountala.

Nilai Ekonomi Total (NET)


Nilai ekonomi total (NET) dari sumber daya air di DAS Krueng Aceh diperoleh dari
penjumlahan nilai sumber daya air untuk penggunaan domestik rumah tangga, pertanian padi
sawah, dan perusahaan daerah air minum (PDAM). Nilai ekonomi total ini dapat
menggambarkan berapa besar nilai WTA (Willingness to Accept) pemanfaatan air DAS Krueng
Aceh. Besarnya nilai ekonomi total DAS Krueng Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Ekonomi Total Sumber Daya Air DAS Krueng Aceh
No Jenis Penggunaan Nilai (Rp /Tahun) Persentase (%)
1 Domestik Rumah Tangga: 1.386.007.200 2,625930267
2 Pertanian Padi Sawah 23.191.693.541 43,93899975
3 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM): 28.203.868.418 53,43506998
Jumlah 52.781.569.159 100

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022 320


JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN
E-ISSN: 2614-6053 P-ISSN: 2615-2878
Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/JFP

Tabel 4 memperlihatkan bahwa total valuasi ekonomi air DAS krueng aceh sebesar Rp.
52.781.569.159 / tahun. Kontribusi nilai pemanfaatan air DAS Krueng Aceh yang terbesar
adalah dari sektor perusahaan daerah air minum (PDAM). Dalam hal ini PDAM Tirta Daroy
mengeluarkan lebih banyak biaya daripada PDAM Tirta Mountala dikarenakan jumlah debit
air yang diambil oleh Tirta Daroy 5.362.863 m3 /tahun, angka ini jauh lebih besar daripada Tirta
Mountala yang hanya mengambil air sebanyak 817.568 m3/tahun. PDAM merupakan salah satu
industri air berskala besar sehingga nilai yang dihasilkan pun besar. Nilai ekonomi untuk
pertanian padi sawah berada di pertengahan dengan nilai Rp. 23.191.693.541/ tahun.
Sedangkan nilai ekonomi untuk jenis penggunaan domestik rumah tangga merupakan yang
terendah dimana hanya menyumbangkan sebesar 2,62% dari total keseluruhan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Valuasi ekonomi total DAS Krueng Aceh berdasarkan metode WTA dengan jenis
pemanfaatan air untuk kebutuhan domestik rumah tangga, pertanian padi sawah dan PDAM
ialah sebesar Rp. 52.781.569.159/ tahun.
Saran
Saran untuk penelitian lanjutan diantaranya ialah agar dapat menggunakan metode
pengambilan sampel lain seperti purposive sampling untuk responden. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang jelas tentang kondisi di lapangan untuk setiap jenis nilai
pemanfaatan air yang di kaji.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Fauzi, P. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. PT
Gramedia Pustakan Utama. Jakarta.
Arida, et,al. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Proporsi Pengeluaran
Pangan Dan Konsumsi Energi (Studi Kasus Pada Rumah Tangga Petani Peserta
Program Desa Mandiri Pangan Di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar). Jurnal
Agrisep, Vol (16) No. 1, 2015.
Arini, S., Dinar Dwi Anugerah, dan Sarino. 2017. Evaluasi Ekonomi Sumber Daya Air Pada
Daerah Aliran Sungai. Prosiding Simposium II – UNIID. Universitas Sriwijaya.
G. Perez., J.J. Navar., S.Kim., R. Silva. 2012. Economic Valuation of Watershed Services for
Sustainable Forest Management: Insights from Mexico. Articles on Sustainable Forest
Management, Page: 260-274.
Hidayat, F. 2016. Valuasi Ekonomi Untuk Pengembangan Sumber Daya Air DAS Mahat Hulu.
Jurnal Agrium 13 (2). Hal: 44-52.
Kadir, Zulkifli Aiyub. 2014. Penilaian Ekonomi Lanskap Agroforestri Sebagai Jasa
Lingkungan di Daerah Aliran Sungai Krueng Aceh. IPB.
Muis, Ariadi, Murtilaksono, Kukuh, Jaya, Surati, Haridjaja dan Oteng. 2017. Model
Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Konservasi Sumberdaya Air di DAS Krueng
Aceh. IPB. Bogor.
Pratama, H., Budi Yuwono, Slamet., Hari Kaskoyo, dan Samsul Bakri. 2018. Nilai Ekonomi
Pemanfaatan Jasa Air Daerah Aliran Sungai Way Betung. Jurnal Sylva Lestari Vol. 6
No. 3: 9-17.
Rolla, A.C., Lopis, Esry, Laoh Mex dan Sondakh. 2017. Valuasi Sumberdaya Air (Studi Kasus
Kawasan Mata Air Tataneyan di Kelurahan Kinilow I, Kecamatan Tomohon Utara,
Kota Tomohon). Jurnal Agri-SosioEkonomi Unsrat, Vol. 13 No 1A: 91 – 100.
Satriyo, P. 2018. Analisis Daya Dukung DAS Berdasarkan Jejak Air Untuk Pengelolaan DAS
Krueng Aceh. IPB. Bogor.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Volume 7, Nomor 3, Agustus 2022 321

Anda mungkin juga menyukai