1. Penentuan Topik
Langkah pertama yaitu memilih topik yang akan diteliti. Perlu kamu ketahui, topik
dan judul adalah dua hal yang berbeda. Sebuah topik dapat menghasilkan beberapa
judul, bersifat abstrak, dan cakupannya luas. Sedangkan satu judul hanya bisa
dipakai dalam 1 penelitian sejarah, bersifat fokus, dan spesifik.
Contoh: Kamu ingin membuat buku dengan topik Perang Dunia II. Maka, alternatif
judul penelitiannya bisa berupa ‘Penyerangan Jerman ke Kota Danzig’, ‘Serangan
Pearl Harbor’, atau ‘Dampak Perang Dunia II terhadap Indonesia’.
Syarat penentuan topik penelitian sejarah ada dua, yaitu kriteria dan kedekatan
peneliti. Tapi, kamu hanya perlu memenuhi satu diantara keduanya, ya!
a. Kriteria Topik
Unik, artinya dapat memancing keingintahuan pembaca lewat topik atau judul yang
tertera.
Kesatuan, artinya bahan atau sumber yang digunakan dalam penelitian harus sesuai
dengan topik dan tidak melebar kemana-mana.
Praktis, artinya peneliti dapat mengakses bukti-bukti dan dokumen sejarah sesuai
dengan kemampuannya.
Orisinil, artinya penelitian tersebut merupakan hasil pemikiran usaha dan dilakukan
atas kehendak sendiri. Topik yang dipilih pun bisa menghasilkan pandangan lain
terhadap suatu teori atau peristiwa sejarah.
b. Kedekatan Peneliti
Sebelum memulai penelitian sejarah, alangkah baiknya jika topik yang kamu pilih
sudah kamu kuasai. Hal ini dikenal sebagai kedekatan intelektual yang berhubungan
dengan kemampuan akademik. Tujuannya, agar hasil penelitian yang kamu lakukan benar-
benar berkualitas dan dipercaya oleh pembaca.
2. Heuristik
Kalau topiknya sudah ketemu, selanjutnya apalagi? Nah, tahap kedua penelitian sejarah
adalah mendapatkan sumber dan bukti-bukti pendukung. Langkah ini disebut
dengan heuristik.
Heuristik berasal dari kata Yunani ‘heuriskein’ yang artinya mencari atau menemukan. Jadi,
dalam sejarah, heuristik merupakan tahap pencarian dan pengumpulan sumber
mengenai masalah yang diteliti. Tujuannya agar peneliti bisa menghasilkan penelitian yang
bermutu dengan informasi sebanyak-banyaknya.
Sumber Tulisan
Sumber ini berbentuk naskah, arsip, buku, atau tulisan di prasasti. Kamu bisa
mencarinya di Gedung Arsip Nasional, Perpustakaan Nasional, Museum, serta
lembaga tertentu tergantung dari topik yang kamu bahas.
Sumber Lisan
Sumber ini diperoleh dari kesaksian pelaku atau saksi peristiwa di masa lalu. Kamu
bisa mewawancarai mereka secara langsung atau via telepon. Akan tetapi, perlu
sedikit usaha untuk mendapatkan sumber lisan karena tidak semua orang mau
diwawancarai. Kamu harus bertanya dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu.
Sumber Benda
Pasti kamu sudah tahu dong sumber benda itu seperti apa? Yup, betul! Sumber
benda dapat berwujud artefak dan fosil. Kamu bisa menemukannya di museum,
cagar budaya, atau objek wisata bersejarah.
Sumber ini berbentuk rekaman suara, rekaman gambar, dan barang-barang yang
digunakan dalam peristiwa bersejarah. Misalnya, rekaman saat Presiden Soekarno
membacakan teks proklamasi, video pernikahan Lady Diana dan Pangeran Charles
di Inggris, serta benda-benda yang mereka gunakan seperti pakaian, aksesoris,
hingga kendaraannya.
3. Verifikasi
Jenis Verifikasi
Ada dua jenis verifikasi dalam penelitian sejarah, yaitu kritik ekstern dan kritik intern.
Kritik Ekstern
Ekstern artinya berhubungan dengan fisik atau hal-hal dari luar. Di tahap ini, peneliti
menguji keaslian sumber sejarah secara fisik dan bahan lewat pancaindera.
Misalnya struktur batuan prasasti, warna kertas, ejaan yang digunakan dalam teks
proklamasi, dan sebagainya.
Kritik Intern
Intern artinya dari dalam, atau berhubungan dengan informasi yang tercantum dalam
isi sumber sejarah. Di tahap ini, peneliti menguji apakah informasi tersebut sesuai
fakta atau justru sebaliknya. Misalnya, ketika mempunyai sumber berupa tulisan,
peneliti bisa memeriksa keasliannya lewat kop surat, stempel, atau tanda tangan
pihak-pihak yang bersangkutan.
4. Interpretasi
Kalau dipikir-pikir, interpretasi ini mirip kayak main puzzle, lho. Kita mencoba
menyusun potongan-potongan puzzle sampai terlihat keseluruhan gambar aslinya.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tahap interpretasi harus dilakukan secara selektif
dan tidak melebar kemana-mana. Hanya fakta yang penting dan sesuai dengan
topik yang bisa kamu interpretasikan.
Jenis Interpretasi
Pada penelitian sejarah, terdapat dua jenis interpretasi, yaitu Interpretasi Analisis
dan Interpretasi Sintesis.
Interpretasi Analisis
Interpretasi Sintesis
5. Historiografi
Oke, kita sudah sampai di tahap terakhir penelitian sejarah yaitu Historiografi.
Historia berasal dari kata ‘historia’ dan ‘grafein’ yang berarti penulisan sejarah. Kalau
di tahap sebelumnya kita sudah menentukan, mencari, memeriksa, dan memaknai
fakta sejarah, di tahap ini kita sudah bisa mulai menulis hasil penelitian.