Anda di halaman 1dari 5

Klasifikasi Sinyal Elektroensephalogram

terhadap Kewaspadaan Menggunakan


Support Vector Machine
Dea Agnia Purnama Dewi*, Esmeralda C. Djamal**
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas MIPA
Universitas Jenderal Achmad Yani
Jl. Terusan Sudirman, Cimahi
*deaagnia@gmail.com, **esmeraldacd@yahoo.com

Abstrak—Electroencephalogram (EEG) perekaman amplitudo dapat berubah dan tidak


adalah instrumen untuk menangkap aktivitas diketahui jenis gelombang tersebut. Terdapat 24
listrik di otak. Karakteristik dari sinyal ini yaitu jenis kanal yang ditempatkan pada kulit kepala
memiliki bentuk yang tidak beraturan dan pola untuk proses perekaman. Gambar 1 menunjukan
yang cukup kompleks dengan kontaminasi noise, kanal yang biasa digunakan yaitu, FP1, FP2, C3,
sehingga analisis visual tidaklah mudah. Beberapa C4, O1, O2, T3 dan T4, dimana pada setiap kanal
penelitian telah dilakukan untuk klasifikasi sinyal menghasilkan sinyal yang berbeda dan berubah
EEG, diantaranya identifikasi kondisi tiap waktunya. Sementara itu, hal yang harus
kewasapadaan, mengantuk dan tidur. Penelitian
diperhatikan saat perekaman yaitu dengan
ini membangun sistem klasifikasi kondisi
kewaspadaan dari sinyal EEG yang digunakan
menempatkan kanal diposisi yang tepat. Saat
untuk mengidentifikasi kondisi waspada atau tidak perekaman juga, naracoba diberikan rangsangan
waspada pada saat mengendarai maupun sedang luar untuk mengamati jenis gelombang tertentu,
bekerja. Pengolahan sinyal ini terdiri dari dua seperti rangsangan cahaya dan suara.
tahap, yaitu tahap praproses dan proses. Praproses
terdiri dari segmentasi dan filtering sinyal EEG
yang diolah menggunakan filtering wavelet untuk
menghilangkan noise data, serta memperoleh skala
frekuensi yang dianalisis. Sedangkan proses
klasifikasi menggunakan metode Support Vector
Machine (SVM) untuk menentukan class dari
kondisi kewaspadaan. Sinyal electroencephalogram

Kata kunci—Sinyal Electroenchepalogram; Beberapa penelitian klasifikasi sinyal EEG


Filtering Wavelet; Support Vector machine. terhadap kewaspadaan mengenai pemantauan
pengguna berdasarkan kinerja pengemudi
I. PENDAHULUAN dimana perekaman dilakukan setelah jam makan
Sinyal Electroencephalogram (EEG) siang, karena rangsangan ini dapat menunjukan
merupakan sinyal aktivitas listrik di lapisan keadaan kantuk [1]. Penelitian lain mengenai
terluar kulit otak (celebral cortex). Sinyal EEG kewasapadaan, mengantuk dan tidur dengan
memiliki lima jenis gelombang berdasarkan tingkat akurasi 96% untuk kewaspadaan, 94%
rentang frekuensi yang merefleksikan kondisi untuk mengatuk dan 95% untuk tidur[2].
otak. Frekuensi yang biasa digunakan untuk Sementara klasifikasi dengan kondisi lain seperti
mengamati kondisi otak yaitu 0 – 100 Hz, mendeteksi kondisi rileks dan tidak rileks dengan
terletak dari jenis gelombang delta (0,5 – 3 Hz), rangsangan suara melalui handpone. Hal ini,
teta (4 – 7 Hz), alfa (8 – 13 Hz), beta (14 – 30 menunjukan tingkat kemunculan gelombang alfa
Hz) dan gamma ( 31 – 100 Hz). Namun sinyal sebanyak 75%, serta menurunnya gelombang
EEG rentan terhadap noise, sehingga diperlukan teta dan beta sebesar 48% dan 56% [3].
proses filtering saat melakukan pengamatan Penelitian lain untuk mendeteksi keadaan sinyal
sinyal tersebut. Proses pengambilan sinyal EEG pada saat santai dengan kondisi mata
dilakukan dengan merekam sinyal EEG yang tertutup dan terbuka serta sinyal pada saat
digunakan oleh dunia kedoketran dengan mengalami epilepsi dengan tingkat akurasi
mengamati hasil perekaman sinyal secara visual. sebesar 99.64%[4].
Hasil perekaman merepresentasikan besaran dari
sinyal yaitu Amplitudo dan waktu, dimana saat

242
Penelitian filtering sinyal EEG menggunakan
wavelet antara lain untuk menangkap daya
imajinasi dengan menggerakan kursor ke kiri dan
ke kanan dengan tingkat akurasi 53,33% [5].
Penelitian lain untuk mendiagnosa pasien yang
memiliki penyakit epilepsi atau tidak
menggunakan wavelet dan AR model dengan
tingkat akurasi 92%[6]. Posisi kanal dan fungsinya

Untuk dapat mendeteksi gelombang pada II. METODE


sinyal EEG maka dilakukan proses klasifikasi.
Klasifikasi EEG ini biasanya dilakukan terhadap A. Filtering Wavelet
satu variabel. Beberapa penelitian tentang Filtering wavelet merupakan proses untuk
klasifikasi sinyal EEG terhadap beberapa membagi sinyal ke dalam komponen frekuensi
variabel yaitu, klasifikasi menggunakan metode sesuai dengan skala yang dibutuhkan. Proses
Support Vector Machine (SVM) dengan tingkat untuk penskalaan ini dengan menggunakan
keakuratan sebesar 81,03% [7]. Selain itu, dekomposisi dan konvolusi. Dekomposisi
dengan menggunakan metode yang sama untuk merupakan proses pembagian sinyal menjadi
klasifikasi tingkat kantuk mendapatkan skala yang sesuai, sementara konvolusi
keakuratan sebesar 82,77% [8]. merupakan operasi matematis yang digunakan
dalam dekomposisi dengan low-pass filter dan
Pada penelitian ini melakukan klasifikasi high-pass filter. Sebelum melewatkan koefisien
sinyal EEG terhadap dua kondisi, yaitu kondisi low-pass filter dan high-pass filter sinyal
waspada dan tidak waspada, dengan penggunaan dibagikan ke dalam jumlah frekuensi sampling
metode untuk praproses yaitu segmentasi dan yang sama menjadi dua bagian. Saat melalui
wavelet sebagai filtering agar sinyal EEG dapat proses low-pass filter data sinyal EEG yang
dipisahkan dari kontaminasi noise serta digunakan adalah sinyal yang berindex ganjil
mengambil skala frekuensi yang digunakan dan sementara saat melalui high-pass filter data
proses klasifikasi menggunakan metode SVM. sinyal EEG yang digunakan berindex genap.
Frekuensi yang dianalisis untuk klasifikasi Pada penelitian ini memperhatikan gelombang
kewaspadaan yaitu 5 Hz – 30 Hz. yang mendominasi saat keadaan waspada yaitu
meningkatnya gelombang beta. Sementara tidak
waspada meningkatnya gelombang alfa dan teta,
oleh karena itu frekuensi yang dianalisis adalah
5 Hz – 30 Hz. Proses dekomposisi dalam analisis
frekuensi 5 Hz – 30 hz dapat dilihat pada Gambar
4.
Proses segmentasi sinyal dengan frekuensi 256
Hz

Sinyal direkam selama 16 menit untuk satu


sesi perekaman, dimana 8 menit pertama
merefleksikan kondisi waspada dengan
rangsangan cahaya biru dan 8 menit kedua tidak
waspada. Frekuensi sampling yang digunakan
yaitu 256 Hz, sehingga jumlah data untuk satu
sesi perekaman adalah 122880. Hasil perekaman
dibagi tiap 10 detik yang menghasilkan 96
segmen data dengan masing-masing segmen
berjumlah 2560 data, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2. Proses dekomposisi untuk frekuensi 5 – 30 Hz
Terdapat 24 jenis kanal yang ditempatkan
Filter yang digunakan pada penelitian ini
pada kulit kepala untuk proses perekaman sinyal.
adalah daubechies4 dengan empat koefisien low-
Fig 1 menunjukan kanal yang biasa digunakan
pass filter dan empat koefisien high-pass filter,
yaitu, FP1, FP2, C3, C4, O1, O2, T3 dan T4,
koefisien ini ditunjukan pada Persamaan (1) dan
dimana pada setiap kanal menghasilkan sinyal
(2).
yang berbeda dan berubah tiap waktunya. Setiap
kanal memiliki fungsinya masing - masing, h₀=(1+√3)/(4√2), h₁=(3+√3)/(4√2) (1)
Gambar 3 menunjukan posisi dari semua kanal
beserta fungsi dari penempatan kanal tersebut. h₂=(3-√3)/(4√2), h₃=(1-√3)/(4√2)

243
g₀=(1-√3)/(4√2), g₁=-(3-√3)/(4√2) (2) terletak pada tengah – tengah kedua buah class.
Usaha untuk mencari lokasi hyperplane ini
g₂=(3+√3)/(4√2), g₃=-(1+√3)/(4√2) merupakan inti dari proses pembelajaran pada
SVM. Terdapat dua jenis data pada SVM, yaitu
SVM linier dan non linier. Pencarian hyperplane
Keterangan : dengan linier dan non liner dapat dilihat pada
h(x) = koefisien low-pass filter Persamaan (5) dan (6).
g(x) = koefisien high-pass filter g ( x)  sgn( f ( x)) (5)
Proses konvolusi dilakukan dengan Dan,
penggabungan koefisien low-pass filter dengan
hasil dekomposisi pada frekuensi rendah yang f ( x)  w T x  b (6)
biasa disebut dengan konvolusi aproksimasi dan Fungsi g(x) digunakan untuk mencari hasil
high-pass filter pada frekuensi tinggi yang biasa pada saat proses pengujian, sedangkan f(x)
disebut dengan konvolusi detil. Persamaan (3) digunakan untuk mencari proses hyperplane.
dan (4) merupakan konvolusi sinyal. Untuk pencarian support vector dapat digunakan
konvolusi aproksimasi= f(n) * h(x) (3) pada Persamaan (7).
konvolusi detil = f(n) * g(x) (4) y(xᵢwᵢ+b)≥1 (7)
Dimana, Dimana,
f(n) = sinyal asli y = class waspada / tidak waspada( 1 atau -1)
h(x) = koefisien low-pass filter
g(x) = koefisien high-pass filter xi = data ke – 1 hingga n data

B. Support Vector Machine wi = koefisien yang akan dicari dengan SVM


Konsep SVM dapat dijelaskan secara b = nilai bias yang akan dicari dengan SVM
sederhana sebagai usaha mencari hyperplane 1 = support vector.
terbaik yang berfungsi sebagai pemisah dua buah
class pada input space. Gambar 5 C. Perancangan Sistem Identifiasi
memperlihatkan beberapa pattern yang Metode penelitian untuk klasifikasi
merupakan anggota dari dua buah class : +1 dan kewaspadaan terdiri dari enam tahapan. Tahapan
-1. Pattern yang tergabung pada class -1 yang pertama yaitu menentukan atribut yang
disimbolkan dengan warna merah (kotak), disajikan sebagai input dan output dari perangkat
sedangkan pattern pada class +1, disimbolkan lunak yang akan dibangun. Input data berupa
dengan warna kuning (lingkaran). Masalah digitasi sinyal EEG yang disimpan pada file
klasifikasi dapat diuraikan dengan usaha (.txt). Digitasi EEG berasal dari perekaman
menemukan garis (hyperplane) yang sinyal 4 orang naracoba yang diujikan melalui
memisahkan antara kedua pemisah dua kanal, yaitu kanal C3 dan C4. Sedangkan
(discrimination boundaries). output terdiri dari dua class yaitu kondisi
waspada dan tidak waspada.
Class -1 Class +1
Tahapan kedua untuk pengumpulan data latih
dan data uji. Data latih yang diperoleh dari 4
naracoba, dimana setiap naracoba akan
dilakukan perekaman sinyal EEG selama 16
menit menggunakan wireless EEG, saat
perekaman untuk memunculkan kondisi
waspada, narcoba akan diberikan rangsangan
cahaya biru selama 8 menit pertama. Kemudian
Pemisah hyperplane terbaik untuk dua buah class
8 menit terakhir, rangsangan cahaya biru
-1 dan +1 dimatikan untuk merefleksikan kondisi tidak
wasapada.
Hyperplane pemisah terbaik antara kedua Data yang dihasilkan sinyal EEG selama satu
buah class dapat ditemukan dengan mengukur detik sebanyak 256 set data, karena panjang
margin hyperplane tersebut dan mencari titik frekuensi sampling yang digunakan yaitu 256Hz.
maksimalnya. Margin adalah jarak antara Data akan disegmentasi tiap 10 detik pada setiap
hyperplane terdekat dari masing – masing class. kanal dan menghasilkan 6 kali segmentasi data
Pattern yang paling dekat ini disebut sebagai dalam satu menit, sehingga dalam durasi 16
support vector. Garis solid pada Gambar 5.
menunjukan hyperplane yang terbaik, yaitu yang

244
menit, segmentasi dilakukan sebanyak 6 x 16 =
96 segmentasi dalam satu kanal.
Tahapan selanjutnya yaitu perancangan
klasifikasi tingkat kewaspadaan. Perancangan ini
akan menghasilkan dua ouput, yaitu class
waspada dan tidak waspada. Terdapat dua tahap
untuk mengklasifikasikan tingkat kewaspadaan,
yaitu praproses dan proses klasifikasi. Praproses
akan mensegmen data sinyal EEG sebanyak 2 x
96 segmentasi pada setiap naracoba yang
dihasilkan dari dua kanal. Kemudian sinyal yang
telah disegmen akan di-filter sesuai dengan
frekuensi yang akan digunakan untuk proses
klasifikasi yaitu, frekuensi 5Hz – 30Hz. Pada
filtering, terdapat tahapan untuk mengambil
frekuensi yang dibutuhkan dengan menggunakan Perancangan sistem klasifikasi kewaspadaan
koefisien low-pass filter dan high-pass filter.
Penggunaan koefisien ini, dilihat dari level Perancangan sistem klasifikasi akan
frekuensi yang akan digunakan. Fig 4 diimplementasikan pada perangkat lunak yang
menguraikan tahapan dalam pengambilan setiap akan dibangun. Sedangkan untuk meningkatkan
frekuensi. Frekuensi 5 Hz – 8 Hz membutuhkan kualitas sistem yang sudah dibangun yaitu
empat kali konvolusi low-pass filter dan yang dengan melakukan pengujian dan evaluasi.
terakhir high-pass filter yang menghasilkan 8
data. Kemudian frekuensi 9 Hz – 16 Hz III. HASIL DAN DISKUSI
membutuhkan tiga kali konvolusi low-pass filter Sistem klasifikasi telah dilakukan pelatihan
dan high-pass filter dengan menghasilkan 16 dari 3 naracoba dan pengujian dari keseluruhan
data. Frekuensi 17 Hz – 24 Hz melakukan dua naracoba. Data latih merepresentasikan kondisi
kali proses low-pass filter, satu kali high-pass waspada pada 8 menit pertama dan kondisi tidak
filter dan yang terakhir low-pass filter yang waspada pada 8 menit kedua. Sebelum diproses,
menghasilkan 16 data. Frekuensi 25 Hz – 28 Hz data latih akan disegmetasi tiap 10 detik yang
membutuhkan dua kali konvolusi low-pass filter, menghasilkan 2560 data setiap set sinyal.
dua kali konvolusi high-pass filter dan yang Segmentasi dilakukan sebanyak 2 x 96 kali
terakhir low-pass filter dengan hasil 8 data. segmentasi. Data latih dapat dilihat pada Tabel I.
Sementara frekuensi terakhir yaitu 29 Hz – 30 Hz
membutuhkan dua kali konvolusi low-pass filter, Filtering data latih dilakukan dengan
tiga kali konvolusi high-pass filter dan satu kali menganalisa frekuensi 5 – 30 Hz menggunakan
proses low-pass filter yang menghasilkan 4 data. wavelet. Hasil filtering mereduksi jumlah data
menjadi 2x520 data tiap datasetnya dalam 10
Data yang dihasilkan pada saat proses detik. Hasil ini merupakan titik yang digunakan
filtering yaitu 8 + 16 + 16 + 8 + 4 = 52 data setiap untuk proses klasifikasi. Tabel II menunjukan
satu detiknya pada satu kanal. Sehingga data titik yang dihasilkan dalam satu detik. Grafik dari
untuk 2 kanal menghasilkan 2 x 520 data dalam data sebelum dilakukan proses filtering dan
tiap 10 detik. setelah dilakukan filtering dapat dilihat pada
Setelah melakukan filtering, proses Gambar 7 dan Gambar 8.
selanjutnya adalah klasifikasi kewaspadaan
dengan Support Vector Machine (SVM). SVM TABEL I. DATA LATIH SINYAL EEG 16 MENIT
akan mencari koefisien dari setiap data yang Amplitudo (µv)
telah di-filter, sehingga ketika data uji dilakukan, Index Waktu(s) Kanal C3 Kanal C4
data tersebut akan dihitung berdasarkan 1 0.00390625000 0.452 -0.281
koefisien yang telah dicari sebelumnya. Hasil 2 0.00781250000 0.6782 0.8723
dari SVM berupa nilai +1 dan -1, nilai +1 3 0.00781250000 0.9823 -0.9923
.... ... ...
menunjukan kondisi waspada, sedangkan -1
2559 999.609.375.000 0.782 3.611
kondisi tidak waspada. Perancangan sistem 2560 1.000.000.000.000 0.3776278 -0.437
klasifikasi ini dapat dilihat pada Gambar 6. .. .. .. ..
226302 88.399.218.750.000 1.874 3.199
226303 88.399.609.375.000 0.892 2.471
226304 88.400.000.000.000 0.246 1.525

TABEL II. HASIL FILTERING DATA SINYAL


EEG

245
Jumlah TABEL IV. PENGUJIAN DATA BARU
Titik Hasil Filtering dari
Frekuensi (titik /
Frekuensi 256 Hz Jumlah
data) No Naracoba Kondisi
Dikenali
5 – 8 Hz 17, 49, 81, 113, 145, 177, 8
1 Naracoba 4 Waspada 25
209, 241
9 - 16 Hz 9, 25, 41, 57, 73, 89, 105, 16 2 Naracoba 4 Tidak 25
121, 137, 153, 169, 185, Waspada
201, 217, 233, 249
17 – 24 Hz 5, 21, 37, 53, 69, 85, 101, 16 Total dapat dikenali 50
117, 133, 149, 165, 181,
197, 213, 229, 245
25 – 28 Hz 13, 45, 77, 109, 141, 173, 8 IV. KESIMPULAN
205, 237 Penelitian ini telah menghasilkan sistem
19 – 30 Hz 29, 93, 157, 221 4 klasifikasi kewaspadaan dengan dua kondisi
Jumlah Data 52
yaitu kondisi waspada dan tidak waspada.
Kondisi waspada dan tidak waspada mengamati
frekuensi 5 Hz – 30 Hz, dimana pada frekuensi
ini terdapat tiga gelombang, yaitu beta, alfa dan
teta.
Pengujian terhadap data latih menghasilkan
akurasi untuk kondisi waspada sebesar 49,13%,
Sinyal EEG sebelum dilakukan filtering
sementara tidak waspada menghasilkan akurasi
61,66%. Pengujian terhadap data uji
menghasilkan akurasi untuk kondisi waspada
sebesar 52,08% dan tidak waspada 73,52%. Hal
ini menunjukan bahwa perlu ditambahkan lagi
data latih untuk proses pembelajaran
menggunakan metode SVM.
DAFTAR PUSTAKA
[1] S. F. Liang et al., "Monitoring Driver’s Alertness Based
Filtering sinyal EEG
on the Driving Performance Estimation and the EEG
Power Spectrum Analysis," Proceedings, pp. 1-4,
Pelatihan menggunakan 2 x 520 data dari September 2005.
hasil filtering dengan menggunakan SVM. [2] M., K. Kiymik, M. Akin, and A. Subasi, "Automatic
Pelatihan ini menghasilkan 2 x 520 koefisien Recognition of Alertness Level by Using Wavelet
yang disimpan untuk proses pengujian. Transform and Artificial Neural Network," Journal of
Neuroscience Methods, pp. 231-240, 2004.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan 3 [3] Djamal, E., C.; Tjokronegoro, H., A., "Identifikasi dan
data latih dan 1 data uji. Hasil pengujian Klasifikasi Sinyal EEG terhadap Rangsangan Suara
ditunjukan pada Tabel III dan Tabel IV. dengan Ekstraksi Wavelet dan Spektral Daya,"
Prosiding ITB Sains & Tek., vol. Vol. 37 A, pp. 69-92,
2005.
TABEL III. PENGUJIAN DATA LATIH
[4] Moch Anang Karyawan, Agus Zainal Arifin, and
Jumlah Ahmad Saikhu, "Klasifikasi Sinyal EEG Menggunakan
No Naracoba Kondisi
Dikenali Koefisien Autoregresif, F-Score dan Least Squares
1 Naracoba 1 Waspada 29 Support Vector Machine," Jurnal TIF, pp. 1-13, Juli
2 Naracoba 1 Tidak 14 2011.
Waspada [5] Hindarto., M. Hariadi, and M., H. Purnomo,
3 Naracoba 2 Waspada 7 "Identifikasi Sinyal Elektrode Enchepalo Graph (EEG)
4 Naracoba 2 Tidak 34 untuk Menggerakkan Kursor dengan Menggunakan
Waspada Metode Wavelet," Seminar Nasional Pascasarjana, pp.
5 Naracoba 3 Waspada 35 5-9, Juli 2011.
6 Naracoba 3 Tidak 26 [6] A. Subasu, A. Alkan, E. Koklukaya, and M., K.
Waspada Keymik, "Wavelet Neural Network Classification of
Total dapat dikenali 145 EEG Signals by Using AR Model with MLE
Preprocessing".
[7] R. Duan., X. Wang., and Lu, B. , "EEG-Based Emotion
Recognition in Listening Music by Using Support
Vector Machine and Linear Dynamic System,"
ICONIP, Part IV, LNCS 7666, pp. 468-475, 2012.
[8] I. Shin., B. Setiawan., and H. Suryotrisongko.,
"Pembuatan Sistem Pendeteksi Kantuk Dengan
Menganalisa Gelombang Attention Dan Meditation
Menggunakan Metode Support Vector Machine,"
Jurnal Teknis POMITS, pp. 1-6, 2011.

246

Anda mungkin juga menyukai