Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

SALURAN TRANSMISI
PERCOBAAN 2
“PULSE AMPLITUDE MODULATION”

AILSA NAFA DEVINA


3.33.20.1.03
TK-2B

PROGRAM STUDI D III TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2021
PERCOBAAN - 2
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan mahasiswa dapat :
1. Mengerti prinsip modulasi amplitudo pulsa
2. Menjelaskan fungsi dari modulator amplitudo pulsa
3. Menjelaskan penggunaan PAM
4. Memahami bentuk gelombang pada PAM

II. LANDASAN TEORI


Konsep dasar PAM adalah mengubah amplitude pembawa yang berupa
deretan pulsa (diskrit) mengikuti bentuk amplitude dari signal informasi yang
akan dikirimkan
Sinya linformasi yang dikirim tidak seluruhnya tapi hanya sampelnya saja
(sampling signal). Pembentukan sinyal PAM pada proses digitalisasi
menggunakan pulsa merupakan langkah pertama dengan cara membangkitkan
sinyal pulse dari pulse generator dengan mengatur lebar pulse (To) secara diskret.
Namun selanjutnya perlu dipahami bahwa ternyata bentuk sinyal PAM yang
dihasilkan adalah:
1. Sinyal PAM adalah berbentuk diskrete pada kawasan waktu dan kontinue
Levelnya.
2.Sinyal PAM bentuknya tidak murni sinyal analog dan juga tidak murni
berbentuk sinyal digital. Dalam praktiknya pada komunikasi digital, sinyal
PAM kurang disukai karena bentuk karakteristik sinyalnya menyebabkan
sinyal ini tidak tahan terhadap error karena faktor kekontinuitasnya.

Konversi sinyal analog menjadi sinyal digital dibagi menjadi 3 bagian penting yaitu:
1. Sampling
Merupakan proses pencuplikan dari sinyal informasi yang akan diproses.
Frekuensi sinyal sampling menurut aturan Nyquist adalah sebesar 2 fm, dengan
fm adalah sinyal informasi yang akan disampling.
2.Quantizing
Merupakan proses penghargaan suatu sinyal yang sudah disampling dengan
membawa sinyal tersebut pada penghargaan bit-bit biner yang dibutuhkan.
3. Encoding
Merupakan proses pengubahan kode-kode biner menjadi kode-kode tertentu
sesuai dengan aplikasi dari sinyal digital yang dimaksud
Pada sebuah proses sampling bisa dilakukan dengan menggunakan dua jenis
sinyal yaitu pulsa maupun impulse. Modulasi dengan sinyal PAM ini merupakan
proses pendigitalisasian sinyal dengan input sinyal berupa pulsa.
Untuk memaksimalkan penggunaan kanal transmisi, percobaan dilakukan untuk
mengetahui berapa sumber sinyal yang dapat dilewatkan pada suatu kanal. Selain
menggunakan frequency multiplexing, digunakan pula time multiplexing. PAM
merupakan prasyarat untuk sistem time multiplexing. Dari teori sampling
Shannon disebutkan bahwa tidak perlu semua sinyal
dikirimkan. Cukup hanya dengan mengambil beberapa sample dari sinyal, dengan
frekuensi sampling (fp) minimal harus dua kali dari frekuensi tertinggi dari sinyal yang

akan dikirim.

Pulsa yang beurutan secara periodik merupakan modulasi amplitude oleh


frekuensi suatu sinyal. Modulasi dilakukan oleh bagian penyampling ( switch
elektronik ) yang mengijinkan sinyal melewati keluaran untuk selang waktu setiap
pulsa. Selain dari sinyal ini, sampling menghasilkan spectrum frekuensi yang
lebar. Jika frekuensi sampling minimal dua kali dari frekuensi tertinggi dari
sinyal, maka sinyal asli dapat diperoleh kembali dengan menggunakan filter lolos
rendah ( LPF/low pass filter ) .
Pada kanal suara memiliki lebar pita 3,1 kHz, dengan pembatas frekuensi 3,4
kHz cukup baik untuk didengar. Filter sebenarnya memiliki tingkatan tertentu,
biasanya digunakan frekuensi sampling 8 kHz. Hal ini memungkinkan untuk
menekan frekuensi selain dari sinyal yang diinginkan. Pada pecobaan ini
digunakan filter butterworth orde 4. Selama pengiriman, sistem PAM memiliki
sensitivitas terhadap interferensi seperti pengiriman menggunakan sinyal analog.
Pada pemakaian time multiplexing, cross-talk dapat terjadi ketika pulsa sampling
berada pada kanal yang berdekatan. Oleh karena itu PAM biasanya hanya
digunakan pada tingkat awal suatu sistem pengiriman digital. Bagian sampling
harus diubah termasuk bagian penahan untuk menjaga supaya sinyal tetap selama
proses konversi analog menjadi digital.

III. ALAT DAN BAHAN

1. Modulator PAM 1 buah

2.Demodulator PAM 1 buah

3.Power Supply ± 15 V / 2A 1 buah

4.Generator Fungsi 1 buah

5. Osiloskop dual trace 1 buah

6.Kabel hubung

7. Jembatan universal

IV. RANGKAIAN
V. LANGKAH PERCOBAAN

1. Rangkai rangkaian seperti pada gambar sebelumnya


2.Generator fungsi diatur pada keluaran sinusoida, 200 Hz 2 Vpp. Trigger
osiloskop dari sinyal masukan. Atur clock generator dari PAM pada 2 kHz.
3.Gambar hasil dari osiloskop.
4.Beri komentar gambar yang dihasilkan
5. Rangakai rangkaian seperti pada gambar 5.
6.Aturlah osiloskop pada kondisi berikut : time base osiloskop pada 0,5msec /
cm, display clock 0,5 V/ cm, display sinyal keluaran 2 V/ cm. Modulator
PAM dengan frekuensi clock : 8 KHz, dan lebar pulsa 50 μs.
7. Gambar hasil dari osiloskop.
8.Beri komentar gambar yang dihasilkan.

VI. DATA HASIL PERCOBAAN

OUTPUT RANGKAIAN HASIL GELOMBANG

Sinyal
Input

Vpp = 2.00 v
F = 121.235 Hz

Sinyal
Carrier

Vpp = 1.92 v
Vin = 2.00 v
Vout = 1.00 v
F = 49.561 Hz
Sinyal
Sampling

Vpp = 1.46 v
Vin = 50.0 v
Vout = 50.0 v
F = 290.754 Hz

Sinyal
Termodulasi

Vpp = 1.92 v
Vin = 50.0 v
Vout = 50.0 v
F = 49.975 Hz

I. ANALISA
Pada percobaan ini menggunakan gelombang sinusoida dari function
generator sebagai gelombang informasi. Gelombang informasi yang digunakan
frekuensinya sebesar 121 Hz dengan amplitudo 2Vpp. Gelombang carrier yang
digunakan berasal dari generator clock. Agar dapat dikirim ke tempat lain, sinyal
informasi harus ditumpangkan pada sinyal lain. Dalam konteks radio siaran, sinyal
yang menumpang adalah sinyal suara, sedangkan yang ditumpangi adalah sinyal radio
yang disebut sinyal pembawa (carrier) Gelombang carier ini haruslah lebih tinggi
frekuensinya dari pada gelombang informasi yang di hasilkan. Gelombang carrier ini
berbentuk gelombang kotak (digital).
Pada percobaan gelombang carier ini pada percobaan gelombang carier
memiliki frekuensi sebesar 49.7 Hz. Secara teori, gelombang carrier akan menjadi
clock yang melakukan sampling pada gelombang informasi.
Sinyal sampling mempunyai frekuensi 290 Hz. Sinyal output berupa
gelombang kotak yang level tegangannya membentuk sinyal sinus. Atau seakan-akan
outputnya berupa gelombang sinus yang terbentuk dari step-step gelombang kotak.
Gelombang ini merupakan hasil sampling dari gelombang sinus. Proses sampling
mengubah representasi sinyal yang tadinya berupa sinyal kontinyu menjadi sinyal
diskrit. Sinyal sampling yang berhasil diubah dari sinyal kontinyu menjadi sinyal
diskrit harus dikalikan dengan impulse respon dari zero-order hold hal ini agar sinyal
tersebut menjadi sinyal kontinyu terkuantisasi.
Pada blok diagram PAM Modulator tersebut ,terdiri dari bagian Low Pass
Filter yang melewatkan frekuensi di bawah 3,4 Khz dan bagian Sampler yang akan
menjumlahkan sinyal informasi hasil pemfilteran dengan sinyal pulsa yang
dibangkitkan dari generator pembangkit pulsa (G) yang ada di bagian bawah. Bagian
lain yang ada pada sebuah PAM Modulator adalah bagian Hold yang akan
memproses sinyal hasil sampling menjadi sinyal tercuplik yang dimemory serta
bagian sinkronisasi clock yang terhubung ke masing-masing bagian trainer.

II. KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin besar amplitudo sinyal pemodulasi maka semakin besar pula amplitudo pulsa
pembawa.
2. Proses pembentukan sinyal termodulasi PAM dari sinyal informasi DC terbentuk
karena adanya proses sinkronisasi dari sinyal sinkronisasi yang berguna sebagai penanda
dalam proses modulasi sinyal.
3. Semakin tinggi frekuensi sampling maka hasil sinyal output akan semakin baik.
4. Holading berfungsi untuk mempertahankan hasil sinyalyang diratakan oleh shaper.
5. Pembentukan sinyal termodulasi PAM dapat dilakukan dengan melakukan pencuplikan
(sampling), yaitu mengalikan sinyal pencuplik dengan sinyal informasi. Proses ini akan
menghasilkan pulsa pada saat pencuplikan yang besarnya sesuai dengan sinyal informasi
(pemodulasi)

Anda mungkin juga menyukai