134-Article Text-364-537-10-20221231
134-Article Text-364-537-10-20221231
Denanti
Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Husnul Khotimah (STISHK) Kuningan
denantidede@gmail.com
Abstrak
Jual beli rongsokan banyak di praktekan oleh masyarakat Desa Lemahtamba.
Kebanyakan para pelaku jual beli rongsokan menggunakan sistem taksiran
dalam penentuan harganya. Namun belum di ketahui secara pasti bagaimana
pelaksanaan sistem taksiran tersebut dan kesesuainnya dengan hukum Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktek jual beli barang
rongsokan dengan sistem taksir di Desa Lemahtamba Kecamatan Panguragan
Kabupaten Cirebon serta untuk menganalisa bagaimana pandangan hukum
Islam terhadap praktek jual beli rongsokan dengan sistem taksir di Desa
Lemahtamba Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon. Penelitian ini
menggunakan penelitian metode kualitatif. Adapun jenis penelitian ini adalah
filed research dan teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan
wawancara kepada pembeli barang bekas (pengepul) dan penjual barang bekas
untuk memperkuat dan menjawab permasalahan dalam penelitian. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jual beli barang rongsokan dengan sistem
taksiran ini telah memenuhi rukun akan tetapi belum terpenuhinya syarat jual
beli yaitu dimana syarat barangnya harus jelas zat dan ukuran beratnya. Begitu
pula dengan kaidah fikih Al ‘adah muhakamah ternyata tradisi ini melanggar
hukum sehingga tidak bisa menjadi pegangan. Dengan begitu jual beli barang
rongsokan dengan sistem taksiran ini terindikasi adanya unsur ketidakjelasan
(gharar).
Abstract
The people of Lemahtamba Village are used to practice buying and selling of junk. Them use
an estimation system in determining the price. However, it has not yet known exactly how the
appraisal system is implemented and its compatibility with Islamic law. This study aims to
find out how the practice of buying and selling junk with an appraisal system in Lemahtamba
Village, Panguragan District, Cirebon Regency and to analyze how Islamic law views on the
practice of buying and selling junk with an appraisal system in Lemahtamba Village,
Panguragan District, Cirebon Regency. This study uses qualitative research methods. The type
of this research is filed research and data collection techniques using documentation and
interviews to buyers of used goods (collectors) and sellers of used goods to strengthen and answer
the problems in research. The results of this study indicate that the sale and purchase of junk
with this estimation system has fulfilled the pillars but the requirement buying and selling have
not been fulfilled which is the requirement for the goods must be clear both the substance and
size of the weight. Likewise with the fiqh rules of Al 'adah muhakamah , it turns out that
this tradition violates the law so that it cannot be used as a guideline. In this way, the buying
and selling of junk using this appraisal system indicates an element of ambiguity (gharar).
PENDAHULUAN
Barang rongsokan menurut Kamus bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan barang yang sudah rusak sama sekali (KBBI, 2022a). Barang
rongsokan banyak dijumpai di lingkungan masyarakat, barang rongsokan
juga identik dengan barang yang kotor dan kumuh. Barang rongsokan
yang memang terlihat remeh itu membuat barang tersebut seolah patut
untuk dimusnahkan. Padahal, jika dilihat dari sisi positifnya, barang
rongsokan tersebut bisa menjadi bisnis yang menguntungkan dan
menjanjikan, banyak juga industri yang membutuhkannya untuk didaur
ulang (Nurkhafidzoh, 2021). Dalam madzhab Hanafi berpendapat bahwa
dibolehkan memperjualbelikan barang yang sudah rusak/ barang
rongsokan hanya saja ketika memperjualbelikan barang rongsokan,
meskipun secara nilai tidak dikenai harga tapi karena dijadikan
komunitass jual beli dan selagi ada manfaatnya maka perlu dimunculkan
harganya (Syaifullah, 2014).
Dalam transaksi barang rongsokan pihak pembeli disebut pengepul
atau tukang rongsok, sementara pihak penjual ialah masyarakat yang
berprofesi sebagai perongsok atau memang sengaja mengumpulkan
barang-barang rongsokan dan kemudian dijual kembali setelah jumlahnya
memadai untuk ditransaksikan. Jual beli barang rongsokan dianggap
lumrah di kalangan masyarakat bahkan ada yang menjadikannya sebagai
158 Hendra Karunia Agustine, et.al. Sistem Taksir pada Jual Beli Rongsokan menurut
Hukum Islam (Analisis Kasus Di Desa…
Al Mashalih: Journal of Islamic Law Vol. 3 No .2, Desember 2022 p-ISSN: 2621-055X
https://journal.stishusnulkhotimah.ac.id/index.php/mashalih/index e-ISSN: 2620-9187
jumlah yang akan diperjualbelikan. Selain itu tidak ada standar yang jelas
sehingga mungkin terjadi dzolim. Oleh karena itu, penting untuk diteliti
bagaimana tinjauan Islam terhadap sistem taksiran dalam penjualan
barang rongsokan yang dilakukan oleh masyarakat desa Lemahtamba
tersebut. Berdasarkan penjabaran yang sudah dijelaskan, peneliti tertarik
untuk meneliti dan menganalisis lebih dalam permasalahan praktik jual
beli rongsokan dengan sistem taksiran, dalam bentuk skripsi yang
berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Taksir Pada Jual Beli
Rongsokan Studi Kasus di Desa Lemahtamba Kecamatan Panguragan
Kabupaten Cirebon.”
TINJAUAN LITERATUR
Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penelitian
skripsi ini antara lain sebagai berikut: Skripsi yang ditulis oleh Hanan
Umi Faijah yakni "Praktik Jual Beli Barang Rongsokan Dalam Perspektif
Hukum Islam (Studi Kasus Di UD. Wijaya Mandiri Desa Kaliori
Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas)" Fakultas syariah IAIN
Purwokerto (2016). Jual beli barang rongsokan yang dilakukan oleh UD
Wijaya Mandiri Desa Kaliori terdapat dua jenis yakni dengan sistem
borongan dan sistem jual beli barang rongsokan secara umum (kiloan).
Hasil penelitian ini menunjukan sistem jual beli secara umum dalam
praktik jual beli barang rongsokan adalah sah karena telah memenuhi
rukun dan syarat sah jual beli, sedangkan sistem jual beli borongan dapat
mengandung unsur Gharar dan menimbulkan kerugian diantara kedua
belah pihak, namun selama ini tidak pernah ada pertentangan antara
penjual dan pembeli barang rongsokan (Faijah, 2016).
Jurnal Tanti Gusmawati yang berjudul Tinjauan Fikih Muamalah
terhadap Jual Beli Jagung dengan Sistem Taksiran di Desa Lamajang
Metode yang digunakan adalah kualitatif deskritif. Sumber data berupa
primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara, dokumentsi, observasi,. Metode anilisi data yang digunakan
ialah deksritif anilisis kualitatif. hasil penelitian ini menunjukan bahwa
jual beli jagung dengan taksiran di Desa Lamajang Pangalengan tidak sah
karena adanya syarat yang tidak terpenuhi sesuai ketetntuan Islam, serta
adanya unsur keterpaksaan dalam penetapan harga yang kurang adil serta
tidak diberikannya hak khiyar, apabila terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan dalam transaksi jual beli taksiran (Gusmawati et al., 2022).
160 Hendra Karunia Agustine, et.al. Sistem Taksir pada Jual Beli Rongsokan menurut
Hukum Islam (Analisis Kasus Di Desa…
Al Mashalih: Journal of Islamic Law Vol. 3 No .2, Desember 2022 p-ISSN: 2621-055X
https://journal.stishusnulkhotimah.ac.id/index.php/mashalih/index e-ISSN: 2620-9187
METODOLOGI PENELITIAN
JENIS PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang akan penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. penelitian ini akan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang akan diamati. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan analisa
data secermat mungkin tentang obyek yang diteliti.
diperoleh dari buku-buku ilmiah, skripsi, jurnal dan pustaka lainnya yang
mendukung penelitian ini.
162 Hendra Karunia Agustine, et.al. Sistem Taksir pada Jual Beli Rongsokan menurut
Hukum Islam (Analisis Kasus Di Desa…
Al Mashalih: Journal of Islamic Law Vol. 3 No .2, Desember 2022 p-ISSN: 2621-055X
https://journal.stishusnulkhotimah.ac.id/index.php/mashalih/index e-ISSN: 2620-9187
merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. Hal ini dikarenakan agar jual
beli itu dipandang sah. Namun sebelum memaparkan tentang syarat jual
beli, dalam hal ini akan dipaparkan rukun jual beli dalam Islam, yakni
menurut jumhur ulama adalah sebagai berikut (Syaifullah, 2014).
164 Hendra Karunia Agustine, et.al. Sistem Taksir pada Jual Beli Rongsokan menurut
Hukum Islam (Analisis Kasus Di Desa…
Al Mashalih: Journal of Islamic Law Vol. 3 No .2, Desember 2022 p-ISSN: 2621-055X
https://journal.stishusnulkhotimah.ac.id/index.php/mashalih/index e-ISSN: 2620-9187
ۚ
ًَح َس ُن َْ ِويْﻼ َ ِاس الْ ُم ْستَ ِقي ِم ٰذل
ْ ك َخ ْﲑٌ َوأ ِ ََوأ َْوفُوا الْ َكْيل إِ َذا كِلْتُ ْم َوِزنُوا بِلْ ِق ْسط
َ
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan
timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.
Dengan demikian jual beli barang rongsokan apabila ditinjau
dengan hukum Islam telah memenuhi rukun namun ada syarat yang
belum terpenuhi yaitu dari syarat barangnya harus jelas zatnya, ukuran
dan sifatnya dalam praktek jual beli rongsokan dengan sistem taksiran
dimana semua barang dijadikan satu dalam satu karung tanpa dipilah-
pilih terlebih dahulu satuan jenisnya dan untuk menentukan ukuran atau
berat dari barang tersebut menggunakan perkiraan pembeli sehingga
166 Hendra Karunia Agustine, et.al. Sistem Taksir pada Jual Beli Rongsokan menurut
Hukum Islam (Analisis Kasus Di Desa…
Al Mashalih: Journal of Islamic Law Vol. 3 No .2, Desember 2022 p-ISSN: 2621-055X
https://journal.stishusnulkhotimah.ac.id/index.php/mashalih/index e-ISSN: 2620-9187
dalam jual beli rongsokan dengan sistem taksiran ini terindikasi unsur
gharar.
Selain ditinjau dari teori rukun dan syarat jual beli, peneliti juga
melihat dari kaidah fiqih yaitu Al-‘adah Muhakamah. Menurut para
ulama, ‘adah bisa dijadikan dasar untuk menetapkan hukum Islam apabila
tradisi tersebut telah berlaku secara umum dimasyarakat tertentu.
Sebaliknya, jika sebuah tradisi tidak berlaku secara umum, maka ia tidak
dapat dijadikan pedoman dalam menentukan boleh atau tidaknya tradisi
tersebut dilakukan (Susanti, 2021). Diantara kaidah cabang dari kaidah al-
‘adah muhakamah dalam buku kaidah-kaidah fikih yaitu apa yang biasa
diperbuat orang banyak adalah hujjah (alasan/ argumen/ dalil) yang
wajib diamalkan (Dzajuli, 2019).
الع َم ُل َِا
َ ب
ِ ُ اِ ْستِ ْع َم
ِ ال الن
ُ ﱠاس ُح ﱠجةٌ َﳚ
Maksud kaidah ini adalah apa yang sudah menjadi adat kebiasaan
dimasyarakat ialah menjadi pegangan. Dalam arti setiap anggota
masyarakat mentaatinya. Hal ini dapat dikaitkan dengan praktik jual beli
rongsokan dengan sistem taksiran. Praktik jual beli rongsokan dengan
sistem taksir ini sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Desa
Lemahtamba dibuktikan dengan praktek jual beli barang rongsokan
dengan sistem taksiran yang berdiri sejak tahun 1974 dan bertahan
sampai saat ini. Masyarakat pun masih melakukan transaksi jual beli
barang rongsokan sistem taksiran ini dalam kesehariannya dengan
melakukan jual beli rongsokan keliling (Arif, 2022). Namun, adat ini bisa
digunakan jika tidak melanggar hukum yang sudah jelas nashnya.
Contohnya dalam jual beli beras, yang menjadi jual beli ialah berasnya
akan tetapi ketika kita membeli beras maka akan dikasih kantong atau
plastik yang juga memiliki nilai ekonomis yang juga meiliki harga. Akan
tetapi dalam praktik jual beli beras itu tidak lagi dihitung sebagai harga
jual. Seolah-olah gratis dan tanpa adanya akad. Sebagaimana tradisi ini
bisa di terima yang memang sudah sama-sama dipahami. Namun, tradisi
jual beli rongsokan dengan sistem rongsokan ini bukan tradisi yang
diterima karena jual beli rongsokan dengan sistem rongsokan melanggar
hukum yang sesuai dengan nash sehingga menjadikan jual beli rongsokan
dengan sistem taksiran ini terndikasi unsur gharar. Meskipun jual beli
rongsokan sudah menjadi tradisi tidak dapat dibenarkan karena
melanggar hukum jual beli yaitu gharar.
KESIMPULAN
Dari penjelasan yang telah dibahas pada masing-masing bab.
Penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1) Praktek jual beli barang
rongsokan dengan sistem taksiran di Desa Lemahtamba kecamatan
Panguragan Kabupaten Cirebon didalam praktiknya dilakukan dengan
cara masyarakat mengumpulkan barang rongsoknya dijadikan satu dalam
karung tanpa dipilih-pilah terlebih dahulu masing-masing jenis dari
barang rongsokan tersebut. Adapun dalam prakteknya tanpa melalui
proses timbangan terlebih dahulu, maka dapat disimpulkan dari cara
prakteknya tersebut menjadi inti permasalahan dalam praktek jual beli
barang rongsokan dengan sistem taksiran tersebut. 2) Dalam tinjauan
hukum Islam terhadap sistem taksir pada jual beli barang rongsokan
tersebut sudah memenuhi rukun dan syarat sudah hampir semua
terpenuhi tetapi ada salah satu syarat yang tidak terpenuhi dimana syarat
barangnya harus jelas zat, ukuran berat. Begitu pula dengan kaidah fikih
Al ‘adah muhakamah ternyata tradisi ini melanggar hukum sehingga tidak
bisa menjadi pegangan. Adapun sudah dijelaskan di atas, jual beli barang
rongsokan dengan sistem taksiran ini dari awal terindikasi unsur
ketidakjelasan (gharar).
168 Hendra Karunia Agustine, et.al. Sistem Taksir pada Jual Beli Rongsokan menurut
Hukum Islam (Analisis Kasus Di Desa…
Al Mashalih: Journal of Islamic Law Vol. 3 No .2, Desember 2022 p-ISSN: 2621-055X
https://journal.stishusnulkhotimah.ac.id/index.php/mashalih/index e-ISSN: 2620-9187
DAFTAR PUSTAKA
Arif. (2022). Hasil Wawancara Pribadi.
Arifin, S. (2019). Analisis Maslahah Mursalah Terhadap Praktik Jual Beli
Onderdil Truk Bekas Secara Borongan Dipasar Loak Surabaya.
Universitas Negeri Sunan Ampel.
Dzajuli, P. H. A. (2019). Kaidah-Kaidah Fikih - Prof. Prenadamedia
Group.
Fadly, R. (2021). Praktik Jual Beli Barang Rongsokan Sistem Borongan
Dalam Perspektif Kompilasi Hukum ekonomi Syariah ( Studi
Kasus di Desa Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan
Kabupaten Cirebon ). Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Syekh
Nurjati Cirebon 1442 H / 2021 M.
Faijah, H. U. (2016). Praktik Jual Beli Barang Rongsokan Dalam
Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di UD. Wijaya Mandiri Desa
Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas). Institut
agama Islam Negeri Purwokwerto.
Ghofar, S. (2018). Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan
Transaksi Jual Beli Barang (Rosok) di CV Mardi Plastik.
Gusmawati, T., Sandy Rizki Febriadi, & Fahmi Fatwa Rosyadi Satria
Hamdani. (2022). Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Praktik Jual
Beli Jagung dengan Sistem Taksiran di Desa Lamajang. Bandung
Conference Series: Sharia Economic Law, 2(1), 296–299.
https://doi.org/10.29313/bcssel.v2i1.564
Hendi, S. (2011). Fiqh Mualmalah. Raja Grafindo Persada.
KBBI. (2022b). Arti Kata Rongsokan. https://kbbi.web.id/rongsok
Nurkhafidzoh, L. (2021). Analisis Fatwa DSN MUI No. 110/DSN-
MUI/IX/2017 Terhadap Praktik Jual Beli Rongsokan Keliling di
Desa Tinggarbuntut Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto”
(Issue 110). UIN Sunan Ampel.
Rosida, M. (2016). Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Jual Beli
Barang Rongsokan Secara Borongan didesa Rarang Kecamatan
Terara Kabupaten Lombok Timur (Issue 2). Universitas Islam
Negeri Mataram.
Sahimto. (2022). Hasil Wawancara Pribadi.
Susanti, S. (2021). Implementasi Kaidah Al-’Adatu Muhakkamah pada
Tradisi Marosok dalam Akad Jual Beli di PasarTernak Nagari
Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupten Sijunjung Provinsi
Sumatera Barat. In Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952.
Syaifullah, S. (2014). Etika Jual Beli Dalam Islam. Hunafa: Jurnal Studia
Islamika, 11(2), 371. https://doi.org/10.24239/jsi.v11i2.361.371-
387
170 Hendra Karunia Agustine, et.al. Sistem Taksir pada Jual Beli Rongsokan menurut
Hukum Islam (Analisis Kasus Di Desa…