Anda di halaman 1dari 3

Keyword : Baumkuchen

Judul : Baumkuchen, Kue Jerman yang Terkenal di Jepang


Deskripsi : Meksipun Baumkuchen berasal dari negara luar Jepang, namun kehadirannya justru begitu
diminati orang-orang di Jepang. Apakah alasan dibaliknya?

Baumkuchen merupakan kue kayu Jerman yang menurut banyak orang harus dicicipi saat berkunjung ke
Jepang, menemukan jenis kue ini tidak akan sulit karena sedang banyak diminati di negeri bunga Sakura
ini. Kendatipun begitu, teman-teman tidak bisa sembarang menemukannya di toko-toko kue biasa saja.

Baumkuchen

Kuliner khas Jepang memang tidak bisa dipandang sebelah mata, selain memiliki rasa yang nikmat dan
lezat. Ciri khas dan bentuknya yang unik memberikan daya tarik bagi para konsumen. Kehadiran jenis roti
ini di Jepang sudah ada lebih dari satu abad, hal ini bisa menjadi fakta menarik yang belum diketahui oleh
banyak orang. Karena dibandingkan roti ini, mochi masih yang paling dikenali.

Di Jerman, kue ini dikenal dengan istilah kue ludah. Maksud istilah ludah di sini adalah bentuk yang
menyerupai tusuk sate silinder dengan memiliki banyak lapisan adonan di atasnya, saat proses memasak
diputar di atas api terbuka atau oven khusus. Layaknya danging guling, namun untuk hal ini adalah kue
yang memiliki rasa manis.

Jenis kue ini memiliki nama lain roti serie, kue dibuat dengan cara membungkus adonan dan
menghilangkan panasnya. Dalam hal ini, adonan dibuat sangat tipis dan dicelupkan ke cairan mangkuk
beberapa kali. Adonan roti ini terdiri dari mentega, telur, gula, vanilla, tepung, dan sedikit garam.
Meskipun konsistensinya cair, adonan ini biasanya diendapkan di atas tusukan tanpa melepaskannya dari
api untuk dicelupkan ke dalam mangkuk.

Lapisan yang menjadi penyusun kue ini terdiri dari 15 lapisan hingga 25 lapisan, saat kue dikeluarkan dari
tusukan sate. Kue akan dipotong menjadi irisan tebal, dan teman-teman dapat melihat sebanyak apa lapisan
yang ada dalam potongan ini. Visualnya sama seperti cincon pertumbuhan pohon, dari situlah kue tersebut
mendapatkan namanya (Baumkuchen : kue/batang kayu).

Rasa yang ada di dalamnya begitu klasik dan agak manis karena adanya vanilla, tetapi adonan atau
isiannya dapat ditambahkan dengan kacang tanah, madu, brendi, rum, atau coklat. Beberapa varietas
ditutupi dengan glasir gula atau coklat yang banyak di luarnya. Resep yang lebih rumit membuat kue
benar-benar dingin terlebih dahulu, lalu ditutupi dengan selai jeruk khas.

Saat ini, Baumkuchen merupakan salah satu kue Jepang yang peling sering dikonsumsi dan popularitasnya
mudah bersaing dengan makanan pokok seperti melon pan, roti kari, dan korone yang begitu digemari oleh
banyak orang di Jepang. Terlebih bagi kalangan anak muda, biasanya disantap pada makan siang karena
praktis dan memiliki harga terjangkau.

Baumkuchen dan Jepang

Kisah awal hubungan awal Jepang dan kue ini terbilang cukup mengenaskan, meskipun pada akhirnya
dikenal secara luas. Namun cerita dimulai pada awal perang dunia I dan berakhir pada perang dunia ke II,
dengan adanya tenda-tenda pengasingan, pemindahan, utang, dan deportasi. Semuanya berperan pada satu
waktu serta berkesinambungan.

Namun harus diakui bahwa di tanah yang penuh tragedy ini, sesuatu yang luar biasa telah tumbuh dan
menjadi hal mempesona hingga hari ini. Kue ini pertama kali diperkenalkan ke Jepang pada tahun 1919, di
kota Hiroshima oleh seorang pria bernama Karl Joseph Willhelm Jucheim. Saat itu dirinya merupakan
seorang tawanan perang.
Dirinya lahir di kota Kaub, Jerman. Juchheim telah meninggalkan Negara asalnya dan pindah ke Tiongkok
pada tahun 1908, pada usia 22 tahun. Saat itu, Teluk Jiaozhou di Provinsi Shandong berada di bawah
kepemimpinan Jerman, dan saat masih berada di bawah kekuasaan Tiongkok. Catatan menunjukkan bahwa
kehidupan Juchheim di Cina secara keseluruhan berhasil.

Karena sekitar satu tahun setelah kedatangannya, dirinya berhasil membuka toko kue sendiri dan
mengoperasikannya dengan kesuksesan selama lima tahun selanjutnya. Hal ini tidak mengherankan,
kesuksesan bisnisnya memperkuat tekad Juchheim untuk tinggal di Cina lebih lama, dia hanya kembali ke
Jerman untuk waktu yang singkat pada tahun 1914 dan dengan tujuan mencari istri.

Dia bertemu Elise yang berusia 22 tahun melalui pamannya, kemudian bertunangan dengannya pada
musim semi tahun 1914. Kemudian segera kembali ke Cina dan membawanya bersama, tidak dikatakan
secara pasti berapa lama mereka tinggal di Jerman setelah pertunangan. Namun pernikahan mereka
dilangsungkan pada 28 Juli 1914 di Teluk Jiaozhou.

Tidak lama setelahnya, mereka membuka toko kue lainnya di kota Tsingtao. Sayangnya, kebahagiaan
perkawinan mereka berlangsung kurang dari satu bulan saja. Pada tanggal 27 Agustus, pasukan Inggris dan
Jepang mulai mengepung Tsingtao. Pengepungan berlangsung hamper tiga bulan dan berakhir dengan
jatuhnya Tsingtao, setelah hal tersebut terjadi warga Jerman diambil sebagai tahanan perang oleh tentara
Jepang.

Di antara 4.700 tahanan Jerman terdapat Karl Juchheim dan istrinya yang sedang hamil, keluarga Juchheim
pertama kali ditahan di kamp Okinawa dan pada tahun 1917 dipindahkan ke pulau Ninoshima dekat kota
Hiroshima. Di sinilah orang Jepang pertama kali merasakan kenikmatan roti ini sekitar dua tahun
kemudian.

Para tahanan Jerman diperlakukan sebaik mungkin oleh orang Jepang, hal ini menunjukkan tanda-tanda
ketertarikan pada budaya mereka. Jadi tidak terlalu mengejutkan ketika administrasi Balai Promosi Industri
Prefektur Hiroshima memutuskan untuk menyelenggarakan pameran produk tahanan perang Ninoshima
pada tahun 1919.

Para tahanan akan menyelenggarakan pameran untuk menunjukkan beberapa produk khas Jerman, Karl
memilih untuk memamerkan roti ini berkat desakan temannya. Namun setelah dipikirkan kembali, kue ini
bukan pilihan terbaik menurutnya. Karena dalam proses pembuatannya tidak menggunakan alat-alat yang
memadai.

Pada akhirnya, dia memutar tusuk sate dengan tangan sambil mengoleskan adonan yang jumlahnya
terbatas karena kekurangan mentega. Tapi dedikasinya terbayar, sekitar 16.000 orang Jepang dikatakan
hadir ke pameran tersebut. Dengan kue berbentuk batang pohon. Juchheim menjadi salah satu penampil
yang berkesan, ini merupakan rasa Baumkuchen pertama di Jepang.

Popularitas Baumkuchen

Setahun kemudian, pada tahun 1920 Jepang akhirnya mulai memulangkan tahanan Jerman ke Negara
asalnya. Sebagian besar dari 4.700 tahanan mengambil kesempatan untuk pulang, tetapi sekitar 170 orang
memutuskan untuk tetap tinggal dan mencoba membangung kehidupan bersama keluarganya di Jepang.

Karl Juchheim yang baru bertemu kembali dengan sang istri dan puteranya, ada di antara mereka. Awalnya
takdir sepertinya berpihak pada keluarga Juchheim, karena segera setelah itu dirinya dipekerjakan untuk
menjalankan toko roti di kafe Ginza yang populer. Selama tahun berikutnya, dia berhasil menyisihkan
cukup uang untuk memindahkan keluarganya ke Yokohama dan mendirikan tokonya sendiri.

Karl mengelola toko roti dengan asisten dan muridnya, Elise menjaga etalase toko, dan semuanya
tampaknya telah beres untuk sementara waktu. Ironisnya, kesuksesan yang didapatkan hanya bertahan
beberapa tahun saja. Gempa bumi melanda Yokohama pada tanggal 1 September 1923, setelah itu dikenal
dengan gempa bumi besar Kanto.

Segara diikuti dengan kebakaran besar yang merenggut lebih dari sertaus ribu nyawa dan menghancurkan
banyak kota, keluarga Juchheim selamat. Tetapi toko mereka hancur total, menurut kisah tersebut semua
yang dimiliki Karl Juccheim atas namanya ketika tiba di Kobe setelah gempa bumi hanyalah uang kertas 5
Yen di sakunya.

Tidak mengherankan, dia tidak merasa terinspirasi untuk mendirikan toko baru. Tetapi mantan muridnya
yang mengelola toko roti Yokohama bersikeras untuk mencoba lagi, toko Kobe adalah yang paling
berisiko di antara usaha Karl. Saat mendirikan toko roti sebelumnya, dia selalu memiliki sarana untuk
mendanai sebagian besar pengeluarannya dari kantongnya sendiri.

Di Kobe, dia harus meminjam uang dalam jumlah besar untuk mewujudkannya. Tapi tampaknya takdir
begitu berpihak padanya, Westernisasi perlahan-lahan merayap ke tren Jepang dengan produk-produk
Eropa. Termasuk makanan dan manisan yang menjadi semakin populer, dan toko roti Juchheim’s Kobe
yang memiliki spesialisasi dalam kue kering Eropa mulai berkembang.

Memiliki rasa yang cukup manis yang tidak membebani langit-langit mulut serta memiliki tekstur ringan
namun keras dan sedikit kenyal. Rasa aslinya cukup netral sehingga mudah dipadukan dengan perasa
tambahan seperti susu, matcha, atau coklat. Jika deskripsi tersebut terdengar asing, teman-teman bisa
memikirkan kue mochi sebagai referensi.

Estetika kue juga memainkan peran penting, lapisan Baumkuchen yang mengingatkan pada cincin
pertumbuhan pohon mewakili umur panjang, kebahagiaan, dan keberuntungan dalam mentalitas orang
Jepang. Begitulah pembahasan mengenai jenis kue yang begitu terkenal di Jepang, tertarik untuk
mencobanya? Atau justru tertarik untuk membaca pembahsa lainnya. Silakan kunjungi www.jepang-
indonesia.co.id.

Anda mungkin juga menyukai