SATUAN KERJA :
BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SOLO
PAKET PEKERJAAN :
Pengawasan dan Penilaian Pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL
1
Rancangan Teknis RHL, selanjutnya dilakukan kegiatan penanaman RHL pada
tahun 2021. Sebagai kelanjutan dari kegiatan penanaman yang telah dilakukan,
guna meningkatkan keberhasilan tanaman maka perlu dilakukan pemeliharaan
tanaman. Pemeliharaan tanaman RHL dilakukan sampai 2 tahun setelah
penanaman. Tahun 2022 dilakukan pemeliharaan tahun ke-1 (P1) yang meliputi
penyiapan bibit sulaman, penyediaan bahan-bahan seperti pupuk dan obat-
obatan, penyiangan, pendangiran, pemupukan, pengendalian hama penyakit,
penyulaman serta pemeliharaan bangunan konservasi tanah. Pada tahun 2023
ini juga perlu dilaksanakan pemeliharaan tahun ke-2 (P2), setelah dilakukan
pemeliharaan tahun ke-1 (P1). Pemeliharaan tahun ke-2 (P2) yang meliputi
penyiapan bibit sulaman, penyediaan bahan-bahan seperti pupuk dan obat-
obatan, penyiangan, pendangiran, pemupukan, pengendalian hama penyakit,
penyulaman serta pemeliharaan bangunan konservasi tanah.
Agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan dalam rancangan sehingga target dan tujuan rehabilitasi hutan dan
lahan dapat tercapai maka diperlukan pengawasan secara intensif sesuai dengan
pedoman teknis yang berlaku, serta penilaian untuk menentukan keberhasilan
tanaman. Kegiatan pengawasan dan penilaian RHL dilakukan oleh konsultan
pengawasan dan penilaian yang ditetapkan oleh Kepala BPDAS Solo dan
dilakukan pada setiap tahapan pekerjaan dengan menempatkan tenaga-tenaga
ahli dan kompeten di bidang pengawasan dan penilaian pemeliharaan tanaman
RHL sesuai kebutuhan dan kompleksitas pekerjaan di lokasi RHL.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengadaan jasa Pengawasan dan Penilaian RHL Kawasan Hutan di
Wilayah BPDAS Solo adalah tersedianya layanan jasa konsultansi pengawasan
dan penilaian untuk membantu pengguna jasa dalam Pengawasan dan Penilaian
Pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL tahun 2023 yang berlokasi di Divisi Regional
Jawa Timur (KPH Lawu ds dan KPH Bojonegoro) seluas 1.000 Ha.
Sedangkan tujuan kegiatan pengawasan dan penilaian pemeliharaan tahun ke-2
(P2) RHL adalah :
a. Terselenggaranya pengawasan setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL.
b. Terselenggaranya penilaian tiap tahapan pekerjaan dan keberhasilan
tanaman RHL.
c. Dukungan terhadap KPA/PPK dalam pengendalian kegiatan yang
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pelaksanaan RHL.
3. Sasaran
Sasaran pekerjaan pengawasan dan penilaian pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL
adalah mendukung penyelesaian pekerjaan pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL
2
tahun 2023 di KPH Lawu Ds seluas 950 Ha dan KPH Bojonegoro seluas 50 Ha
sesuai dengan dokumen kontrak yang telah disepakati antara KPA/PPK dan
Penyedia Jasa Pelaksanaan RHL. Pelaksanaan pengawasan dan penilaian harus
tertib administrasi, tepat waktu, tepat mutu dan tepat sasaran.
4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi kegiatan Pengawasan dan Penilaian Pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL
Tahun 2023 seluas 1000 Ha adalah di Wilayah KPH Lawu Ds dan KPH
Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur secara terperinci
sebagai berikut :
Tabel 1. Lokasi Kegiatan Pemeliharaan Tahun ke-2 (P2) RHL Tahun 2023
No Lokasi Divre/KPH Pola Luas (Ha)
1 2 3 4
I Jawa Timur
1 KPH Lawu ds RHL Agroforestry 950
2 KPH Bojonegoro RHL Agroforestry 50
Jumlah 1.000
5. Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan DIPA BPDASHL Solo Nomor : SP
DIPA-029.04.2.427200/2023 Revisi 6 tanggal 18 April 2023, dengan Harga
Perkiraan Sendiri (HPS) sebesar Rp. 335.702.850 ,- (Tiga Ratus Tiga Puluh Lima
Juta Tujuh Ratus Dua Ribu Delapan ratus lima puluh Rupiah) termasuk PPn
11%.
3
DATA – DATA PENUNJANG
7. Data Dasar
Kegiatan Pemeliharaan Tahun ke-2 (P2) Rehabilitasi Hutan dan Lahan dalam
kawasan hutan lindung BPDAS Solo tahun 2023 di wilayah KPH Lawu Ds dan
KPH Bojonegoro secara rinci adalah sebagai berikut :
Tabel 2 Kegiatan Pemeliharaan tahun ke -2 (P2) RHL Tahun 2023
4
No KPH/BKPH Kebutuhan Bibit
Jenis Jumlah (btg)
Duwet 159
Jumlah 634
II. KPH Lawu ds
1 BKPH Ponorogo Barat Eucalyptus alba 3.420
Duwet 3.420
Jambu Mete 6.840
Jumlah 13.680
2 BKPH Ponorogo Timur Eucalyptus alba 2.305
Johar 2.305
Trembesi 4.485
Jambu Mete 4.485
Sengon Buto 2.180
Duwet 2.180
Jumlah 17.940
3 BKPH Ponorogo Selatan Eucalyptus alba 1.813
Jambu Mete 983
Sengon Buto 1.183
Asem 473
Durian 280
Jumlah 4.732
4 BKPH Wilis Barat Eucalyptus deglupta 69
Kluwek 69
Alpukat 69
Durian 69
Jumlah 276
5 BKPH Wilis Selatan Eucalyptus deglupta 343
Alpukat 343
Duwet 343
Durian 343
Jumlah 2.744
Jumlah Total 40.000
8. Standar Teknis
a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.105/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan,
Kegiatan Pendukung, Pemberian Insentif Serta Pembinaan dan Pengendalian
Kegiatan RHL beserta perubahannnya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.105/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan,
Kegiatan Pendukung, Pemberian Insentif Serta Pembinaan dan Pengendalian
Kegiatan RHL
b. Keputusan Direktur Perbenihan Tanaman Hutan Nomor SK. 36/PTH-3/2015
tentang Standar Mutu Fisik- Fisiologis Benih dan Mutu Bibit Tanaman Hutan.
5
c. Standar Bibit Tanaman Hutan SNI Nomor 8420 tahun 2018
d. Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor
P.05/V-SET/2009 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mutu Bibit Tanaman
Hutan
e. Rancangan Teknis Penanaman RHL Masing-Masing Petak/Blok Penanaman/
BKPH.
9. Studi-Studi Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan dan
penilaian pelaksanaan RHL diperlukan studi-studi terdahulu sebagai bahan
pertimbangan/perbandingan serta pembelajaran untuk mendapatkan hasil
pekerjaan yang maksimal dan sesuai dengan keinginan dari Pengguna Jasa.
10. Referensi Hukum
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999
tentang Kehutanan;
3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan
Reklamsi Hutan;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai;
8) Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
9) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/
MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
6
10) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P. 105/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/12/2018 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kegiatan Pendukung, Pemberian Insentif Serta Pembinaan dan
Pengendalian Kegiatan RHL, beserta perubahannya Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.105/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan,
Kegiatan Pendukung, Pemberian Insentif Serta Pembinaan dan Pengendalian
Kegiatan RHL;
11) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 23 tahun 2021
tentang Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
12) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 60/PMK.02/2021
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Angaran 2021;
13) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah Nomor: 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang / Jasa melalui Penyedia;
14) Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan
Lindung Nomor P.4/PDASHL/ SET/KUM.1/7/2018 tanggal 20 Juli 2018
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Kegiatan Penanaman
Rehabilitasi Hutan dan Lahan;
15) Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.1/SETJEN/ROKEU/KEU.1/10/2021 Tentang
Pedoman Standar Biaya Kegiatan Tahun Anggaran 2022 Lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
16) Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian DAS dan Rehabilitasi Hutan
Nomor : SK 19/PDASHL/SET.4/KEU.0/10/2021 tanggal 18 Oktober 2021
tentang Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Bidang Pengendalian Daerah
Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan Tahun 2022.
7
RUANG LINGKUP
8
8. Menyiapkan rekomendasi untuk konsep perubahan kontrak apabila
diperlukan.
9. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan
mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil
rapat-rapat lapangan, laporan mingguan pekerjaan fisik yang dibuat oleh
pelaksana lapangan;
10. Melaksanakan tugas pengawasan secara terus menerus terkait dengan
pengendalian mutu dan volume setiap tahapan pekerjaan, yaitu:
1) Penyediaan Bibit Sulaman
Penyediaan bibit sulaman dalam rangka pemeliharaan tahun ke-2 (P2)
RHL adalah sebesar 10% dari jumlah tanaman awal (P0). Penyediaan
bibit dilakukan melalui pembuatan bibit atau pengadaan bibit.
Pembuatan bibit meliputi kegiatan pembuatan persemaian dan
penyediaan benih. Pembuatan persemaian dilakukan di lokasi
penanaman atau dekat lokasi penanaman. Penyediaan benih
diutamakan melalui pengada Benih dan Pengedar Benih dan/atau Bibit
terdaftar. Khusus untuk jenis tanaman sengon, jati, mahoni, gmelina,
jabon, cendana, kayu putih, kemiri, cempaka, pinus dan gaharu wajib
diambil dari sumber benih bersertifikat. Dalam hal benih tanaman
tersebut tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan stok di lapangan,
maka dapat menggunakan jenis lain yang sesuai dengan zona Benih
atau jenis yang sama selain dari Sumber Benih bersertifikat yang
dibuktikan dengan surat keterangan tidak tersedia stok benih
bersertifikat dari Direktur Perbenihan Tanaman Hutan atau Kepala Balai
Perbenihan Tanaman Hutan.
Penyediaan bibit yang dilakukan melalui pengadaan bibit dilaksanakan
melalui pembelian bibit atau perolehan bibit dari pihak lain, dan hanya
dapat dilakukan untuk penanaman pada musim hujan di awal tahun.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan tujuan untuk menyediakan
lingkungan perakaran yang optimal bagi bibit yang akan ditanam,
sehingga tanaman dapat beradaptasi dengan baik pada awal
pertumbuhannya dilapangan. Lubang tanam dibuat dengan ukuran
sebagaimana ditentukan dalam rancangan, dibuat pada setiap tanaman
yang mati untuk dilakukan penyulaman.
3) Ditribusi Bibit ke Lubang Tanam
Distribusi bibit ke lubang tanaman adalah kegiatan pendistribusian bibit
yang sebelumnya bibit berada di tempat pembibitan atau tempat
9
penampungan sementara. Kegiatan ini harus diatur sedemikian rupa
dan dipastikan bahwa para pekerja sudah siap untuk menanam
sehingga bibit tidak terlalu lama di areal penanaman. Hal ini untuk
mengantisipasi tingkat layunya bibit yang akan berakibat matinya bibit.
4) Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati. Kegiatan
penyulaman pada pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL jumlah bibit
sulaman sebanyak 10% dari jumlah yang ditanam pada P0. Pada pola
intensif, jumlah bibit yang ditanam sebanyak 625 batang/ha sampai
dengan 1.100 batang/ha sesuai dengan rancangan teknis. Pada pola
agroforestry, jumlah jumlah tanaman paling sedikit 400 batang/hektar
sesuai dengan rancangan teknis. Sebelum dilakukan penanaman harus
dipastikan bahwa lahan yang akan ditanami betul-betul bersih dari
tanaman pengganggu lainnya dan pada lubang tanaman. Agar bibit
tanaman nantinya terbebas dari gulma dan tanaman pengganggu
lainnya serta agar tanaman tidak tergenang air ketika hujan maka
dibuatkan piringan tanaman, yaitu dengan menggemburkan tanah
disekitar bibit yang ditanam.
Hal-hal yang diperhatikan dalam penyulaman adalah:
- Media bibit kompak dan mudah dilepas dari polybag
- Kondisi lubang tanaman telah dipersiapkan dengan baik dan tidak
tergenang air
- Kondisi bibit dalam keadaan sehat dan memenuhi standar/kriteria
yang telah ditetapkan untuk ditanam
- Waktu penyulaman harus disesuaikan dengan musim tanam yang
tepat
- Polybag dilepas dari media tanaman dengan tidak merusak sistem
perakaran tanaman.
- Bibit dan media diletakkan pada lobang tanaman dengan posisi
tegak
- Lubang tanaman ditimbun dengan tanah sampai lebih tinggi dari
permukaan tanah.
5) Penyiangan dan Pendangiran
Penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman dari tanaman
pengganggu agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara
dapat berjalan secara optimal, dilakukan dengan cara membersihkan
gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman. Selain itu penyiangan
juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit
tanaman yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai
tempat persembunyiannya.
10
Pendangiran dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar
tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang
berguna bagi pertumbuhan tanaman.
6) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan memberikan tambahan unsur-unsur hara
pada tanah, dengan tujuan adalah untuk memperbaiki kondisi tanah,
meningkatkan kesuburan tanah, memberikan nutrisi untuk tanaman.
Jenis dan dosis pemupukan sebagaimana telah ditentukan dalam
rancangan teknis.
7) Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama penyakit dilakukan untuk mengendalikan hama
penyakit yang dapat menyebabkan kematian tanaman dan
menghambat pertumbuhan tanaman. Sedangkan pengamanan adalah
kegiatan pengamanan tanaman dari kebakaran, gangguan ternak dan
faktor-faktor lainnya yang dapat merusak tanaman RHL.
Berikut adalah standar prosedur dan standar hasil pada tiap tahapan
kegiatan RHL
Tabel 3. Standar Prosedur dan Standar Hasil Pada Tiap Tahapan Kegiatan
No Tahapan Kegiatan Standar Prosedur Standar Hasil
1 2 3 4
1 Penyediaan bibit - Melalui Pembuatan Persemaian - Tersedianya bibit
Sulaman di lokasi penaman atau dekat sulaman dengan jenis
lokasi tanam sesuai ketentuan dan jumlah sesuai yang
teknis yang ditetapkan.
ditentukan dalam
- Standar mutu bibit siap tanam
sesuai ketentuan teknis yang rancangan dan
ditetapkan. memenuhi standar
- Jumlah bibit sulaman P2 adalah kualitas bibit sesuai SK
10% dari jumlah tanaman P0 Direktur PTH Nomor SK.
- Dapat dilakukan melalui 36/PTH-3/2015 tentang
pengadaan bibit melalui Standar Mutu Fisik-
pembelian jika hanya untuk
Fisiologis Benih dan
penanaman di musim hujan
awal tahun Mutu Bibit Tanaman
Hutan dan Standar
Nasional Indonesia
(SNI) Nomor SNI
8420:2018 tentang Bibit
Tanam Hutan
11
1 2 3 4
3 Penyulaman - Distribusi bibit ke lubang tanam - Tanaman mati
yang telah dibuat pada tanaman tergantikan tanaman
yang perlu diganti yang baru
- Bibit tertanam (ukuran, jenis
& jumlah)
- Pembuatan piringan tanaman
4 Pemupukan - Pemberian pupuk sesuai - Tanaman mendapat
yang ditentukan dalam tambahan nutrisi untuk
rancangan teknis mempercepat
pertumbuhan
5 Penyiangan - Penyiangan rumput dan gulma - Tanaman terbebas dari
pendangiran - Penyiangan dilakukan tanaman pengganggu
bersamaan dengan pendangiran - Aerasi dan penyerapan
- Dilakukan intensif pada tanaman air meningkat
11.2. Penilaian
Penilaian pekerjaan penanaman meliputi:
a. Penilaian progress kemajuan pekerjaan pada setiap tahap pekerjaan sesuai
Kontrak. Hasil penilaian dituangkan dalam berita acara sebagai dasar
pembayaran
b. Penilaian jumlah dan jenis tanaman
c. Penilaian persen tumbuh tanaman
Penilaian yang dilakukan pada tahap akhir tahun pemeliharaan tahun ke -2 (P2),
dilakukan dalam rangka menentukan keberhasilan tumbuh tanaman dan
pengukuran luas realisasi penanaman. Penilaian keberhasilan tumbuh tanaman
12
sela/pagar/sekat bakar dilakukan terpisah dengan penilaian tanaman pokok dan
hanya dilakukan pada saat penanaman tahun berjalan (P0). Penilain
keberhasilan tanaman pada akhir tahun pemeliharaan tahun ke-2 (P2) hanya
dilakukan terhadap tanaman pokok saja.
Penilaian keberhasilan dapat dilakukan setelah seluruh tahapan pekerjaan
pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL telah selesai dilaksanakan 100% berdasarkan
laporan dari Pelaksana pekerjaan pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL dan laporan
pengawasan. Penyedia jasa pengawasan dan penilaian dapat melaksanakan
penilaian keberhasilan tanaman setelah mendapat persetujuan dari KPA/PPK.
Hasil penilaian keberhasilan tumbuh tanaman RHL pada akhir tahun
pemeliharaan tahun ke-2 (P2) dapat diterima paling sedikit mencapai 75% dari
tanaman baru.
12. Keluaran
Tugas pengawasan dan penilaian secara umum adalah mengawasi kelancaran
pekerjaan pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL yang dikerjakan oleh pelaksana
RHL, yang menyangkut kuantitas, kualitas, biaya dan ketepatan waktu
penyelesaian pekerjaan, sehingga pekerjaan pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL
tahun 2023 sesuai dengan rancangan teknis dan Dokumen Kontrak Pelaksanaan
Pekerjaan yang telah disepakati.
Konsultan Pengawas dan Penilai diminta menghasilkan keluaran (output) yang
lengkap sesuai dengan kebutuhan kegiatan. Kelancaran pelaksanaan kegiatan
yang berhubungan dengan kegiatan pengawasan dan penilaian menjadi
tanggung jawab konsultan pengawas dan penilai.
Keluaran (output) yang diminta dari konsultan pengawas dan penilai diantaranya
adalah:
a. Program Mutu, disusun oleh Penyedia sebelum rapat persiapan pelaksanaan
kontrak, yang paling sedikit berisi: (1) Informasi mengenai pekerjaan yang
akan dilaksanakan; (2) Organisasi kerja Penyedia; (3) Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan; (4) Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan; (5) prosedur instruksi kerja;
dan/atau (6) Pelaksana Kerja.
b. Buku harian, yang memuat semua kejadian, perintah/petunjuk yang penting
dari konsultan pengawas, pemberi pekerjaan, dan pelaksana yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, menimbulkan konsekuensi keuangan,
keterlambatan penyelesaian pekerjaan dan tidak terpenuhinya/perubahan
spesifikasi/syarat teknis.
c. Blangko isian pengawasan pelaksanaan setiap item pekerjaan
d. Laporan mingguan (rangkap 5), berisi keterangan tentang :
- Tenaga kerja,
13
- Bahan/material yang datang, diterima/ditolak,
- Alat-alat/perlengkapan,
- Pekerjaan yang diselenggarakan,
- Waktu pelaksanaan pekerjaan,
- Kendala/permasalahan yang dihadapi, dan
- Keterangan lain yang dianggap perlu.
d. Laporan bulanan (rangkap 5), berisi realisasi kemajuan pekerjaan yang
dilaksanakan oleh konsultan pengawas.
e. Laporan akhir (dijilid dalam bentuk buku dan rangkap 5) yang memuat
laporan detail pengawasan dan penilaian pekerjaan penanaman RHL yang
disertai foto/dokumentasi dan peta.
f. Berita acara kemajuan pekerjaan, untuk pembayaran termin/angsuran;
14
14. Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi
Untuk mencapai target/hasil sesuai yang dituntut, penyedia jasa konsultansi
harus menyediakan tenaga dan peralatan yang kualifikasi serta klasifikasinya
sesuai dengan tuntutan persyaratan, baik untuk bidang teknis maupun
administrasi dan keuangan. Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara
semua fasilitas dan peralatan yang digunakan untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.
Fasilitas dan sarana yang dibutuhkan oleh penyedia jasa antara lain:
a. Ruang kerja/kantor
- Penyediaan ruang kerja/kantor untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan
dibutuhkan oleh penyedia jasa yang berfungsi sebagai sarana koordinasi
dan konfirmasi yang bersifat intern dan intra personil yang berkompeten
dalam pekerjaan
- Ruang kerja/kantor tersebut berkedudukan dimana lokasi kegiatan
dilaksanakan dan berada dalam jarak terdekat, guna memudahkan
dalam mengadakan koordinasi dan konfirmasi selama masa pelaksanaan
pekerjaan.
b. Peralatan kerja
Fasilitas dan sarana yang dibutuhkan dalam menunjang pelaksanaan
kegiatan adalah peralatan kerja. Peralatan kerja yang dibutuhkan harus
disediakan sendiri oleh penyedia jasa, antara lain berupa :
- Komputer dan printer
- Mobil
- Sepeda motor
- Alat pemetaan
- Alat ukur: meteran
- Alat dokumentasi: kamera (bergeotagging), drone
- dll
15. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa
Lingkup kewenangan Penyedia Jasa dalam hal ini yaitu sebagai pengawas dan
penilai pelaksanaan pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL agar sesuai dengan
keinginan Pengguna Jasa, Kontrak beserta lampiran-lampirannya.
15
tanggungjawab Konsultan Pengawas dan Penilai sampai akhir Pemeliharaan
tahun ke-2 (P2) RHL.
17. Personel
Konsultan adalah pelaksana kegiatan pengawasan dan penilaian di
lapangan dengan beberapa tugas dan tanggung jawab sesuai ruang
lingkup kegiatan. Adapun konsultan pengawas dan penilai yang ditunjuk
harus memenuhi kriteria / syarat-syarat teknis sebagai berikut:
a. Memahami ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 12 tahun 2021 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
b. Memahami substansi pokok kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(RHL), sesuai prosedur dan manajemen pengelolaan sesuai dengan
kekentuan-ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.
105/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tanggal 27 Desember 2018 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung, Pemberian Insentif, serta
Pembinaan dan Pengendalian Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dan
perubahannya yaitu P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020 tanggal 13 Januari
2020, serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 23
tahun 2021 tentang Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
c. Memahami kebijakan dan standar teknis Rehabilitasi Hutan dan
Lahan, pedoman-pedoman atau petunjuk-petunjuk teknis lainnya
yang berkaitan dengan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).
Konsultan pengawas dan penilai terdiri dari:
Konsultan pengawas dan penilai terdiri dari:
1. Tenaga Ahli
a. Ketua Tim (Team Leader)
1 (Satu) orang Ketua Tim berpendidikan S2 Kehutanan,
pengalaman minimal 5 tahun.
b. Pengawas Lapangan
Pengawas lapangan sebanyak 4 orang (disesuaikan dengan
luasan kegiatan penilaian lapangan dengan ketentuan 1 orang
pengawas lapangan untuk ± 300 Ha), pendidikan minimal S1
Kehutanan/Pertanian dengan pengalaman minimal 3 tahun.
Adapun tugasnya adalah mengawasi, membuat buku catatan
harian, serta membuat laporan hasil pengawasan setiap
minggu kepada koordinator lapangan.
16
c. Penilai Keberhasilan Tanaman
Penilai Keberhasilan Tanaman sebanyak 5 orang, pendidikan minimal SMK
Kehutanan/SKMA/D3 Pertanian atau Kehutanan/S1 Kehutanan atau
Pertanian, pengalaman minimal 3 tahun.
2. Tenaga Pendukung
a. Tenaga Administrasi sebanyak 1 (satu) orang, berpendidikan minimal D1
Sekretaris/administrasi/Manajemen/Akutansi dan pengalaman minimal 2
tahun.
b. Operator GIS sebanyak 2 (dua) orang, tenaga operator GIS berpendidikan
minimal S1 Kehutanan/S1 Geografi yang memiliki keahlian dalam
mengoperasikan GIS, dan pengalaman minimal 3 tahun.
c. Buruh Pembantu Penilai Keberhasilan Tanaman
Buruh Pembantu Penilai Keberhasilan Tanaman sebanyak 10 orang, setiap
1 (satu) Penilai Keberhasilan Tanaman dibantu 2 (dua) orang buruh.
3. Tenaga Ahli diwajibkan:
- Mengisi secara lengkap dan terinci Formulir Curriculum Vitae dan dilampiri
dengan fotocopy ijazah akademik dan sertifikat-sertifikat yang diperlukan.
- Mengisi dan menandatangani Surat Pernyataan Pribadi.
- Mengisi dan menandatangani Surat Pernyataan Kesediaan Bekerja.
- Memiliki NPWP
- Menyerahkan daftar gaji yang telah diaudit dan / atau Bukti Setor Pajak
Penghasilan Tenaga Ahli.
17
18. Jadwal Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
1) Tahap Persiapan
a. Menyusun program kerja, alokasi tenaga dan konsepsi/metodologi
pekerjaan pengawasan;
b. Memeriksa Time Schedule/Bar Chart, S-Curve, dan Net Work Planning
yang diajukan oleh Pelaksana RHL untuk selanjutnya diteruskan kepada
Pengelola Kegiatan untuk mendapat persetujuan.
2) Tahap Pelaksanaan Pengawasan dan Penilaian
a. Melaksanakan pekerjaan pengawasan secara umum, pengawasan
lapangan, koordinasi dan inspeksi kegiatan pemeliharaan tahun ke-1
(P1) RHL agar pelaksanaan teknis yang dilakukan dapat secara terus
menerus sampai dengan selesainya pekerjaan sesuai dengan kontrak
yang disepakati;
b. Mengawasi kemajuan pelaksanaan dan mengambil tindakan yang tepat
dan cepat, agar batas waktu pelaksanaan minimal sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan;
c. Memberikan masukan pendapat teknis tentang penambahan atau
pengurangan pekerjaan yang dapat mempengaruhi biaya dan waktu
pekerjaan serta berpengaruh pada ketentuan kontrak, untuk
mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas;
d. Memberi petunjuk, perintah sejauh tidak mengenai pengurangan dan
penambahan biaya dan waktu pekerjaan serta tidak menyimpang dari
kontrak, dapat langsung disampaikan kepada Pelaksana RHL, dengan
pemberitahuan tertulis kepada Pemberi Tugas;
e. Melakukan penilaian keberhasilan tanaman terhadap pembuatan tanaman
RHL yang digunakan sebagai dasar pembayaran kepada pihak
pelaksana/pemborong pembuatan tanaman RHL.
3) Tahap Pelaporan
a. Memberi laporan dan pendapat aspek administrasi dan aspek teknis
kepada Pemberi Tugas, mengenai volume, prosentase dan nilai bobot
bagian-bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh pemborong;
b. Melaporkan kemajuan pekerjaan yang nyata dilaksanakan, dan
dibandingkan dengan jadwal yang telah disetujui;
c. Melaporkan bahan-bahan yang dipakai, jumlah tenaga kerja dan alat yang
digunakan;
18
4) Tahap Penyusunan Dokumen
a. Menerima dan menyiapkan Berita Acara sehubungan dengan penyelesaian
pekerjaan di lapangan, serta untuk keperluan pembayaran;
b. Memeriksa dan menyiapkan daftar volume dan nilai pekerjaan dilapangan
serta penambahan atau pengurangan pekerjaan guna keperluan
pembayaran;
c. Mempersiapkan formulir, laporan harian, mingguan dan bulanan, Berita
Acara kemajuan pekerjaan, penyerahan pertama dan kedua serta
formulir - formulir lainnya yang diperlukan untuk kebutuhan dokumen
pembuatan tanaman RHL.
19
LAPORAN
20
yang representatif dari 0% - 100% kemajuan pekerjaan, berupa foto dan
video. Laporan akhir harus disetujui oleh PPK sebelum batas akhir pekerjaan.
- Laporan harus diserahkan sebanyak 5 (lima) buku laporan dan cakram padat
(compact disc).
- Peta
Peta yang harus dibuat oleh Konsultan Pengawasan dan Penilaian Pemeliharaan
Tahun ke-2 (P2) RHL tahun 2023 yaitu Peta hasil penilaian tanaman per KPH
dan BKPH dengan skala 1:10.000 s/d 1:250.000
- Dokumentasi
Dokumentasi kegiatan dibuat dalam bentuk foto dan video. Konsultan
pengawas dan penilai wajib mendokumentasikan setiap tahapan kegiatan
pemeliharaan tahun ke-2 (P2), dokumentasi foto geotagging pada semua
tanaman di setiap petak ukur (PU) penilaian, sedangkan dokumentasi dalam
bentuk video liputan dengan media drone dilaksanakan, yaitu sbb :
o Pengambilan obyek berupa foto dan video dilakukan pada setiap KPH
dan BKPH pada saat awal kegiatan dan penilaian keberhasilan
penanaman.
o Pengambilan obyek dilakukan pada beberapa titik yang mewakili
kondisi per Petak.
o Pengambilan obyek dilakukan pada titik yang sama dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi tutupan lahan sebelum dan sesudah
pembuatan tanaman.
Dokumentasi kegiatan dibuat album dan disimpan dalam compact disk.
Dokumentasi menjadi salah satu lampiran laporan pengawasan dan penilaian.
- Berita Acara
Penyerahan laporan hasil pengawasan dan penilaian dilengkapi Berita Acara
Penyerahan Laporan Pengawasan dan Penilaian yang ditanda-tangani oleh
Ketua Tim dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Konsultan wajib menyajikan hasil-hasil pelaksanaan pekerjaan Pengawasan dan
Penilaian Pemeliharaan tahun ke-2 (P2) RHL.
Laporan pelaksanaan pekerjaan Konsultan Pengawasan dan Penilaian
disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengawasan
dan Penilaian, PPK Pemeliharaan Tahun ke-2 (P2) RHL, dan Kepala
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo selaku Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA).
Penyerahan hasil pekerjaan dilakukan setelah semua pekerjaan selesai
dilaksanakan dan diperiksa oleh PPK dan dinyatakan layak untuk diserah
terimakan, dan dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima.
21
Penyerahan dilakukan pada akhir kontrak, apabila terjadi sesuatu di luar
kemampuan Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Solo dan diluar
kemampuan Konsultan Pelaksana, harus dilakukan addendum sebelumnya.
22
HAL-HAL LAIN
23
2) Penilaian tanaman
Penilaian tanaman dilakukan melalui teknik sampling dengan metode
Systematic Sampling with Random Start, yaitu petak ukur pertama dibuat
secara acak dan petak ukur selanjutnya dibuat secara sistematik. Intensitas
Sampling (IS) sebesar 5%. Penempatan petak ukur seluas 0,1 Ha, berbentuk
persegi panjang (40 m x 25 m) atau berbentuk lingkaran dengan diameter
17,8 m. Jarak antar petak ukur adalah 100 m arah Utara - Selatan dan 200
m arah Barat – Timur, sedangkan untuk memperoleh kualitas hasil
pengukuran, jarak antara petak ukur terluar dengan batas tanaman
ditentukan minimum 50 m dan maksimum 100 m. Dengan demikian hasil
sampling yang didapat akan mampu memenuhi azas keterwakilan.
Jumlah petak ukur dapat dihitung menggunakan rumus :
Keterangan :
Σ PU = jumlah petak ukur
N = luas petak (Ha)
n = luas petak ukur (Ha)
Sebagai petunjuk dalam pembuatan petak ukur pelaksanaan penilaian
tanaman, perlu dibuat diagram skema penarikan petak ukur tanaman yang
dipetakan dengan skala 1:10.000. Diagram skema tersebut mencantumkan
koordinat geografis titik ikat yang mudah ditemukan di lapangan. Contoh
pembuatan diagram skema penarikan petak ukur tanaman berbentuk persegi
panjang sebagai berikut :
(i) siapkan peta hasil pengukuran luas tanaman skala 1 : 10.000.
(ii) tentukan titik petak ukur pertama secara acak pada peta tersebut.
(iii) buat garis transek melalui titik petak ukur pertama tersebut, yaitu garis
vertikal dan garis horizontal yang berpotongan pada titik petak ukur
pertama tersebut. Garis vertikal memotong tegak lurus larikan tanaman
dan garis horisontal sejajar larikan tanaman.
(iv) buat garis transek berikutnya secara sistematik terhadap garis transek
pertama dengan jarak antar garis vertikal 2 cm dan jarak antar garis
horisontal 1 cm.
(v) buat petak ukur ukuran 4 mm x 2,5 mm pada garis transek tersebut
dengan titik potong garis transek sebagai titik pusatnya, sehingga
penyebaran letak petak ukur tersebut dapat mewakili seluruh areal
tanaman yang dinilai. Untuk jelasnya sebagaimana pada diagram
skema berikut ini :
24
Gambar 1. Diagram penarikan petak ukur tanaman
(vi) untuk tanaman pengayaan dilakukan dengan purposive sampling
(penarikan petak ukur disengaja), dengan memilih petak ukur yang
memiliki ciri tertentu yang mewakili seluruh populasi.
(vii) Penentuan tahapan dalam purposive sampling, pada tahap awal
dilakukan pengukuran luas tanaman sekaligus menetapkan koordinat
letak lokasi penanaman. Selanjutnya tentukan dalam peta letak petak
ukur dengan memilih lokasi-lokasi yang dapat mewakili.
(viii) Bilamana dalam penilaian terdapat lokasi yang terkena bencana alam,
dan mengalami kerusakan dilakukan pengukuran luas, jenis tanaman
dan penyebab kerusakan tanaman.
(ix) Untuk memudahkan pemeriksaan ulang (re-checking) hasil penilaian
tanaman, di lapangan diberi tanda berupa patok pengenal yang
ujungnya dicat warna merah dan diberi identitas nomor petak ukur
dan tanggal pengamatan pada semua titik sumbu petak ukur.
(x) Data dan informasi petak tanaman yang dkumpulkan mencakup :
- Wilayah administratif pemerintahan (provinsi/kabupaten/kota,
kecamatan, desa), DAS/Sub DAS, luas, fungsi kawasan hutan,
nama register blok dan petak tanaman.
- Data yang dicatat dan diukur pada setiap petak ukur meliputi data
tanaman (jenis tanaman, jumlah tanaman yang hidup, tinggi
tanaman dan kondisi pertumbuhan, dan data penunjang (keadaan
tumbuhan bawah, kondisi tanah, gangguan tanaman dan fisiografi
lahan).
Data tanaman yang hidup pada setiap petak ukur dicatat pada tally
sheet sebagai berikut.
25
Tally Sheet Evaluasi Tanaman
Provinsi : Nama Petugas :
Kabupaten : Nama Kel. Tani :
Kecamatan : Jml Anggota :
Desa : Penyuluh :
lapangan
Petak/lokasi : No. Petak Ukur :
DAS/Sub DAS : Intensitas :
Sampling
Koordinat : Lembar Ke :
Luas : ....... Ha
Jumlah bibit : ........ Btg
Kondisi Tanaman
Jenis Tanaman Tinggi Keterangan
No Sehat Kurang Merana
(cm)
sehat
1 2 3 4 5 6 7
1 1. Fisiografi Lahan :
2 a. Datar
3 b. Landai
4 c. Agak Curam
5 d. Curam
6 2. Keadaan Tumbuhan Bawah
7 a. Lebat/rapat
8 b. Sedang
9 c. Jarang
10 d. Tidak ada/bersih
11 3. Kondisi Tanah
12 a. Gembur/subur
13 b.Kurang gembur/subur
14 c. kurus
15 d. berbatu
16 4. Gangguan Tanaman
17 a. Penggembalaan
18 b. Kebakaran
19 c. Hama penyakit
dst
n.
Jumlah
1. Kayu
a. Mahoni
b. …….
2.Tanaman
HHBK
a. Durian
b. …….
Petugas Penilaian,
(…………………….)
26