Anda di halaman 1dari 2

DIARE BERDARAH PADA ANJING

Canine parvovirus
Canine parvovirus merupakan penyakit infeksius pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh canine parvovirus tipe 2 (CPV-2). Virus parvo memiliki karakteristik
yang stabil pada pH 3 hingga 9 dan suhu 60C selama 60 menit sehingga memungkinkan
virus tetap hidup dalam lingkungan. (Jedaut, dkk., 2021). Canine parvovirus merupakan
genus Parvovirus dari family Parvoviridae yang tersusun dari materi genenetik berupa
DNA berantai tunggal single stranded deoxyribonucleic Acid (ss-DNA) dengan berat
molekul 1,7 x 106 dalton. Virus ini berbentuk ikosahedral simetri, memiliki 32 kapsomer
dan berukuran 18 sampai 26 nm.

Gambar 1. Struktur virus parvo pada anjing


(Sykes and Greene, 2013)
Penyakit yang diakibatkan infeksi canine parvovirus ini dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung. Penularan secara langsung terjadi melalui mulut,
hidung, feses, yang mengandung virus, tanah, dan benda-benda lain yang tercemar virus
tersebut. Sedangkan, penularan tidak langsung jarang terjadi namun kemungkinan dapat
terjadi melalui serangga yang tercemar virus (Jedaut, dkk., 2021).
Virus ini bereplikasi pada jaringan limfoid, kemudian disekresikan melalui
pembuluh darah sehingga terjadi viremia. Viremia terjadi selama 1-3 hari setelah infeksi,
selanjutnya virus akan menuju ke limfonodus mesenterika, kripte liberkuhn pada usus dan
sumsum tulang. Virus melakukan perlekatan dengan reseptor di sel-sel kripte usus halus
dan sel-sel limfoid, untuk selanjutnya terjadi endositosis dan virus menuju inti sel serta
bereplikasi (Smith & Helenius, 2004).
Predileksi virus pada daerah limfoid menyebabkan deplesi limfosit dan predileksi
pada usus menyebabkan nekrosis kripte dan vili-vili usus halus. Pada kondisi ini, anjing
menunjukkan gejala klinis demam, muntah, tidak mau makan dan diare akibat peradangan
dan tidak berfungsinya vili-vili usus halus. Infeksi CPV pada anjing adalah penyakit
sistemik karena virus menyebar melalui darah dan menyerang jaringan limfoid di seluruh
tubuh. Anjing akan mengalami imunosupresif akibat kerusakan jaringan limfoid. Secara
klinis, anjing mengalami limfopenia dan netropenia akibat deplesi limfoid dan
berkumpulnya netrofil ke jaringan yang mengalami nekrosis (Goddard & Leisewitz,
2010).
Infeksi virus parvo ini merupakan penyakit menular bersifat akut dan mematikan
pada anjing berumur muda yang ditandai dengan dehindrasi, muntah, dan berak bercampur
darah, gastroenteritis dan miokarditis. Menurut Jedaut, dkk., (2021), gejala klinis yang
dapat dilihat dari infeksi parvovirus diantaranya yaitu: muntah, diare berdarah, tidak nafsu
makan dan makan, malas bergerak dari biasanya dan cenderung lemas. Gejala klinis
tersebut termasuk dalam gejala klinis tipe enteritis dengan gejala lain berupa aroma yang
khas.
1.

Anda mungkin juga menyukai