Anda di halaman 1dari 80

PEDOMAN PELAKSANAAN

KULIAH KERJA NYATA


(KKN)

Mengembangkan Kemandirian Masyarakat Berbasis Integrasi Ilmu,


Potensi Lokal, dan Moderasi Beragama

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI


2023

2
SAMBUTAN REKTOR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah meridhoi segala aktvitas
kita, teristimewa pada selesainya pembuatan buku Pedoman pelaksanaan
Kuliah Kerja Nyata (KKN). Selaku rektor Universitas Nahdlatul Ulama
Sunan Giri Bojenegoro saya memberi apresiasi yang setinggi-tingginya,
dengan terbitnya buku panduan ini yang memuat pedoman pelaksanaan
KKN. KKN merupakan model pengabdian kepada masyarakat melalui
pengembangan pendidikan yang dilakukan berdasarkan kajian riset yang
diaplikasikan melalui kegiatan nyata di tengah-tengah masyarakat. Melalui
sambutan ini saya juga ingin menekankan bahwa pelaksanaan KKN
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri yang merupakan wujud Tri Darma
Perguruan Tinggi mengacu pada konsep Tri Gatra KKN yakni Personal
Development, Intitusional Development dan Empowernment Community.
Dalam personal development diharapkan mahasiswa KKN untuk
meningkatkan kesadaran diri terhadap realitas kehidupan bermasyarakat,
meningkatkan tanggung jawab pribadi dan sosial pada permasalahan yang
dihadapi dan aset yang dimiliki oleh masyarakat, dan meningkatkan
kesadaran akan perannya selaku akademisi yang akan hidup berdampingan
di tengah-tengah lingkungan kemasyarakatan. Sedangkan dalam Institusional
Development melalui KKN, Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri dapat
membangun kemitraan dengan pemerintah daerah dan Universitas yang ada
di Provinsi Jawa Timur yang bermuara pada terciptanya pengembangan
kelembagaan masing-masing pihak. Sementara dalam empowerment
community, diharapakan terjadinya pemberdayaan masyarakat melalui
pelaksanaan KKN.
Tema KKN UNUGIRI 2023 adalah mengembangkan kemandirian
kasyarakat berbasis integrasi ilmu, potensi lokal, dan moderasi beragama.
Sifat dari kegiatan KKN ini adalah menerapkan ilmu pengetahuan (applying
of knowledge and science) yang telah diterima mahasiswa selama menempuh
studi di bangku perkuliahan dan memberikan kepada masyarakat sebagai
wahana pengetahuan praktis (transfering of knowledge). Perlu saya ingatkan
bahwa pelaksanaan KKN ini merupakan kesatuan sistem dari dinamika
akademik di Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri.
3
Akhirnya dengan kehadiran buku panduan ini semoga akan terlahir
pula semangat pengabdian dan pemberdayaan bagi masyarakat terutama dari
kalangan akademika Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri. Khusus bagi
peserta, model KKN seperti ini mahasiswa diharapkan melakukan advokasi
secara sungguh-sungguh terhadap persoalan yang dimiliki masyarakat,
melakukan permberdayaan dan inisiasi dalam wujud nyata di tengah-tengah
masyarakat, sehingga apa yang diharapkan dalam Pelaksanaan KKN bisa
tercapai, dan pemerintah serta masyarakat dapat merasakan dampak
kehadiran KKN. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Rektor,

M. JAUHARUL MA’ARIF, M. Pd. I

4
KATA PENGANTAR

Problem yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita


berkembang secara dinamis. Sebagai salah satu Perguruan Tinggi yang
bernafaskan Islam maka Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri harus
mengambil bagian untuk pembangunan dan pengembangan masyarakat di
berbagai sendi kehidupan. Melalui unit Lembaga Penelitian, dan Pengabdian
kepada Masyarakat (LPPM) turut serta menyusun konsep strategis bentuk
pengabdian kepada masyarakat.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh Universitas Nahdlatul
Ulama Sunan Giri secara terencana dan berkesinambungan dilakukan dalam
bentuk kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan KKN inilah menjadi
wadah atau sarana civitas akademika (Mahasiswa dan Dosen) untuk
bersinergi dengan masyarakat sekitar, dalam rangka memajukan dan
mensejahterakan masyarakat. Target capaian kegiatan KKN yang
diselenggarakan oleh LPPM Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri adalah
terwujudnya masyarakat yang mandiri dan berdaya dengan segala potensi
yang dimilikinya.
Urgensi kegiatan akademis memprioritaskan pengabdian
masyarakat sebagai upaya menjembatani hasil-hasil pengembangan keilmuan
yang teruji secara ilmiah untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah di
masyarakat dan menjawab tantangan kebutuhan masyarakat masa depan yang
semakin kompleks. Masyarakat dan civitas akademika (Dosen dan
Mahasiswa) harus mampu bersinergi untuk saling memberikan manfaat.
Tidak ada satir antara masyarakat dengan kegiatan akademik Perguruan
Tinggi. Civitas akademik membutuhkan masyarakat untuk mengembangkan
teori keilmuannya. Dan masyarakat membutuhkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Jadi hubungan keduanya
bersifat resiprokal determinism.
Selanjutnya syukur Alhamdulillah kami haturkan atas terbitnya
buku pedoman KKN ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri yang telah memberikan
dukungan kebijakan dan pengarahan untuk pelaksanaan pengabdian
kepada masyarakat dengan baik, khususnya kegatan Kuliah Kerja Nyata
ini.

5
2. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro baik tinggkat daerah, kecamatan dan
tingkat pemerintah desa yang bersedia bersinergi untuk kelancaran
kegiatan KKN.
3. Para pimpinan wakil rektor, pimpinan lembaga, pimpinan fakultas,
pimpinan program studi, dosen, dan mahasiswa serta seluruh pihak yang
turut mendukung suksesnya kegiatan ini.
Semoga Allah swt senantiasa membalas budi baik bapak, ibu, dan
saudara. Jazakumullah khaira jaza’. Amin ya mujiba sailin.

Bojonegoro, 1 Juli 2023

Tim Penyusun

6
TIM PENYUSUN

Pengarah : Rektor UNUGIRI


K.M. Jauharul Ma’arif, M.Pd.I

Ketua : Kepala LPPM


Dr. M. Ivan Ariful Fathoni, M.Si.

Anggota : 1. Dr. Saeful Anwar, M.Fil.I


2. Moh. Yusuf Efendi, S.Pd.I., MA.
3. Nurul Mahruzah Yulia, M.Pd.
4. Fahmi Khumaini, M.Pd.I

7
DAFTAR ISI

SAMBUTAN REKTOR --------------------------------------------------- 3


KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------- 5
TIM PENYUSUN ---------------------------------------------------------- 7
DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------- 8
BAB I ------------------------------------------------------------------------ 1
PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang ------------------------------------------------- 1
B. Maksud dan Tujuan------------------------------------------- 2
C. Dasar Hukum--------------------------------------------------- 4
D. Alokasi/Curahan Waktu ------------------------------------- 4
BAB II ----------------------------------------------------------------------- 6
PANDUAN UMUM PELAKSANAAN --------------------------------- 6
A. Ketentuan Umum KKN -------------------------------------- 6
B. Bentuk Pelaksanaan KKN ----------------------------------- 7
C. Metode Pelaksanaan KKN ----------------------------------- 7
D. Pengelolaan KKN -------------------------------------------- 38
E. Proposal KKN ------------------------------------------------ 39
F. Laporan KKN ------------------------------------------------ 39
G. Penilaian Kegiatan KKN ----------------------------------- 43
H. Diseminasi Hasil KKN -------------------------------------- 44
BAB III -------------------------------------------------------------------- 45
PROSEDUR KKN ------------------------------------------------------- 45
A. Persiapan ------------------------------------------------------ 45
B. Pembekalan --------------------------------------------------- 46

8
C. Observasi dan Perencanaan Kegiatan KKN ----------- 47
D. Kegiatan Lapangan ----------------------------------------- 49
E. Pembinaan dan Bimbingan Lapangan ------------------ 50
F. Penyusunan Laporan --------------------------------------- 51
G. Evaluasi -------------------------------------------------------- 52
H. Penilaian dan Diseminasi ----------------------------------- 53
I. Rencana Tindak Lanjut ------------------------------------ 54
BAB IV -------------------------------------------------------------------- 56
TATA TERTIB ----------------------------------------------------------- 56
A. Aturan Umum ------------------------------------------------ 56
B. Aturan Khusus ----------------------------------------------- 56
C. Kewajiban Mahasiswa KKN ------------------------------ 56
D. Larangan Mahasiswa KKN -------------------------------- 58
E. Sanksi ---------------------------------------------------------- 59
LAMPIRAN --------------------------------------------------------------- 60
LAMPIRAN I : Format Proposal Kegiatan KKN -------------------- 60
LAMPIRAN II : Format Logbook Individu --------------------------- 65
LAMPIRAN III : Format Halaman Sampul Proposal / Lap. Akhir 66
LAMPIRAN IV : Format Lembar Pengesahan Proposal ------------ 67
LAMPIRAN V : Format Lembar Pengesahan Laporan PkM (DPL) 69
LAMPIRAN VI : Format Lembar Pengesahan Laporan Akhir ----- 70
LAMPIRAN VII : Form Evaluasi Pelaksanaan KKN (DPL) ------- 71

9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu wujud Tri Dharma
Perguruan Tinggi dengan pemberian pengalaman belajar dan bekerja
kepada para mahasiswa tentang penerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di luar kampus. Dalam KKN mahasiswa
belajar mengaitkan antara dunia akademik-teoritik dengan dunia
empirik-praktis bagi pemecahan permasalahan masyarakat agar
masyarakat mampu memberdayakan dirinya untuk menolong diri mereka
sendiri (to help people to help themselves).
Dinamika kampus dan dinamika masyarakat senantiasa
memunculkan tuntutan penyempurnaan penyelenggaraan KKN agar
dirasakan efektifitasnya secara terukur. Bagi mahasiswa, merupakan
proses, KKN memberikan kesempatan pengalaman hidup di tengah
masyarakat untuk memahami dan menghayati kompleksitas
permasalahan hidup, belajar merumuskan pilihan pemecahannya dan
belajar mendampingi upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Bagi masyarakat sebagai wilayah dan sasaran pengabdian Perguruan
Tinggi, KKN diharapkan memberikan pencerahan dan pemberdayaan
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri untuk peningkatan kualitas
kehidupannya.
KKN merupakan kuliah kerja nyata yang berisi kegiatan pengabdian
kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa dalam kegiatan
intrakurikuler yang memadukan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Bentuk kegiatan KKN berupa aplikasi keilmuannya berupa pengetahuan
dan teknologi untuk melatih dan membekali mahasiswa menerapkan
ilmu, belajar memecahkan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat,
mengembangkan potensi masyarakat, dan mempunyai sikap
keberpihakan kepada masyarakat kecil, lemah, atau terpinggirkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
754/P/2020 tentang Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi, kegiatan
kampus harus berorientasi pada 3 indikator utama. Indikator pertama
adalah kualitas lulusan yang diukur dengan Lulusan mendapat pekerjaan

1
yang layak. Kedua, kualitas dosen dan pengajar yang diukur dengan
Dosen berkegiatan di luar kampus. Ketiga, kualitas kurikulum yang
memiliki subindikator antara lain program studi bekerjasama dengan
mitra. Adapun lebih lengkapnya dapat dilakukan seperti gambar berikut.

Gambar 1.1 Indikator Kinerja Utama (IKU)


Perguruan Tinggi

Mahasiswa Mendapat
Lulusan Mendapat Dosen Berkegiatan di
Pengalaman di Luar
Pekerjaan yang Layak Luar Kampus
Kampus

Hasil Kerja Dosen


Program Studi
Praktisi Mengajar di digunakan Masyarakat
Bekerjasama dengan
dalam Kampus dan dapat Rekognisi
Mitra Kelas Dunia
Internasional

Program Studi
Kelas yang Kolaboratif
Berstandar
dan Partisipatif
Internasional

Penyelenggaraan kegiatan KKN diharapkan dapat maenjadi


akselerasi peningkatan sinergitas dan harmonisasi hubungan institusional
antara Pemerintah, Perguruan Tinggi dan masyarakat untuk peningkatan
performa pembangunan, sedangkan bagi lembaga-lembaga swasta yang
terlibat dengan kegiatan KKN, diharapkan menjadi media dan partner
perwujudan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
a. Pengembangan dan peningkatan pengetahuan, sikap dan
keterampilan mahasiswa sehingga memiliki kepedulian dan
kemampuan untuk mengkaji, merumuskan dan memecahkan
masalah-masalah kemasyarakatan yang berbasis kompetensi,
profesional, pragmatis dan interdisipliner sebagai upaya untuk
lulusan UNUGIRI yang cendikiawan dan peduli terhadap masalah
2
lingkungan.
b. Dicapainya akselerasi dan efektivitas program pembangunan yang
ditandai oleh semakin baiknya kualitas kehidupan masyarakat dan
semakin meningkatnya partisipasi dan keberdayaan masyarakat
dalam program pembangunan.
c. Wujud nyata peran Perguruan Tinggi, Pemerintah dan masyarakat
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Tujuan
a. Memberikan pengalaman dan keterampilan kepada mahasiswa
tentang penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
interdisipliner dalam memecahkan masalah-masalah dalam
pemberdayaan masyarakat serta menumbuhkan dan
mengembangkan kepedulian dan tanggung jawab sosial terhadap
kemajuan masyarakat.
b. Meningkatkan peran mahasiswa sebagai MODIN-AKSI
(motivator, dinamisator, akselerator, dan sumber informasi) dalam
kegiatan pembangunan.
c. Meningkatnya kemampuan berpikir dan bertindak warga
masyarakat dalam memecahkan masalah serta memenuhi
kebutuhan kehidupan dan penghidupannya serta kemampuan untuk
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program- program
pembangunan.
d. Terbentuknya kader-kader dalam masyarakat khususnya di lokasi
KKN sehingga dapat mendorong dinamika kehidupan masyarakat
yang positif dalam pencapaian pembangunan daerah.
e. Memberikan informasi sebagai bahan masukan bagi pemerintah
untuk model perencanaan pembangunan ekonomi.
f. Membantu pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro dalam
mempercepat peningkatan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan (sustainable economic development).
g. Meningkatkan kemampuan dan partisipasi Perguruan Tinggi untuk
bekerjasama dengan pemerintah maupun pihak-pihak lainnya
dalam pembangunan masyarakat. Disamping itu juga KKN
Tematik dapat memberi masukan bagi pengembangan kurikulum
yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan.

3
C. Dasar Hukum
Dasar hukum yang dapat memperkuat KKN sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Tinggi.
3. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi.
4. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010
Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi.
5. Permendikbud No. 3 Tahun 2020 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi.
6. UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
7. Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Di Era Industri
4.0 Untuk Mendukung Merdeka Belajar-Kampus Merdeka
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2020 Tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2022
9. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 754/P/2020
tentang Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi
10. Keputusan Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Nomor:
733/SK/071088/VII/2022 Tentang Kalender Akademik Pada
Semester Genap Tahun 2022/2023

D. Alokasi/Curahan Waktu
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di UNUGIRI merupakan program
wajib bagi seluruh mahasiswa UNUGIRI (S1). Program KKN ini
termuat dalam kurikulum dengan bobot 4 SKS. Adapun jadwal
pelaksanaan KKN tahun 2023 ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

4
Tabel 2.1 Jadwal Pelaksanaan KKN

N Kegiatan Waktu Keterangan


o
01 Pendaftaran KKN 7-24 Juni Luring melalui Tendik
2023
02 Pembekalan
b. DPL 5 Juli 2023 Luring
c. Mahasiswa 6 Juli 2023 Luring
03 Observasi 7-18 Juli 2023 Masing-Masing Desa
Mahasiswa dan dengan Output
DPL Proposal kegiatan
selama satu bulan yang
dittd oleh Kepala desa
dan DPL
04 Pengambilan 18 Juli 2023 Luring dengan
Atribut Penjadwalan
05 Pemberangkatan 20 Juli 2023 Luring (Pendopo)
KKN
06 Pembukaan KKN 24 Juli 2023 Desa/Kecamatan
(kondisional)
07 Pelaksanaan KKN 24 Juli – 24 Masing-masing desa
Agustus 2023
08 Penutupan KKN 24 Agustus Desa/Kecamatan
2023 (kondisional)
09 Penutupan KKN 25 Agustus Luring (Pendopo)
Serentak 2023
10 Diseminasi Hasil 5 September Kampus UNUGIRI
KKN 2023
11 Pengumpulan 12 September Kampus UNUGIRI
Laporan KKN 2023
**Teknis Pelaksanaan akan diinfokan lebih lanjut

5
BAB II
PANDUAN UMUM PELAKSANAAN

A. Ketentuan Umum KKN


1. Program kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) merupakan kegiatan intra
kurikuler, yang merupakan bagian terintegrasi dari kurikulum
pembelajaran program strata satu (S1), dan memiliki keseteraan nilai
dan bobot akademik di Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri.
2. Kegiatan KKN harus diprogramkan dalam Kartu Rencana Studi
(KRS) sesuai dengan bobot sks nya tetapi tidak digunakan dalam
perhitungan IP semester yang bersangkutan.
3. Kegiatan KKN dilaksanakan oleh panitia KKN yang telah dibentuk
dan disahkan melalui SK rektor tentang kepanitian KKN berdasarkan
pertimbangan LPPM dan pimpinan UNUGIRI.
4. Pelaksanaan KKN harus sesuai dengan tema khusus yang diajukan
oleh panitia pelaksana, dan atas persetujuan lembaga penelitian dan
pengabdian masyarakat (LPPM) UNUGIRI.
5. Pelaksanaan KKN diselenggarakan setahun sekali di wilayah yang
sudah diajukan oleh panitia pelaksana, dan atas persetujuan lembaga
penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM) UNUGIRI.
6. Penetapan wilayah kegiatan KKN ditentukan 3 bulan sebelum
pelaksanaan;
7. Peserta KKN adalah mahasiswa yang aktif kuliah, tidak sedang cuti
dan telah menempuh studi minimal sampai semester 6 program strata
satu (S-1) atau telah menyelesaikan minimal 115 SKS;
8. Peserta KKN memiliki kewajiban untuk untuk entri data KRS pada
portal akademik.
9. Bobot SKS untuk KKN adalah 4 SKS, setara dengan 20 kali kehadiran
di lapang dengan alokasi waktu tiap kehadiran minimal 8 jam.
10. Peserta KKN diwajibkan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan mulai
dari pembekalan, pembukaan dan penutupan KKN yang dijadwalkan
oleh panitia KKN.
11. Penetapan kelompok KKN ditentukan berdasarkan jumlah peserta
KKN yang mendaftar dari masing – masing prodi dengan
mengedepankan prinsip sama rata;
6
12. Penetapan dosen pembimbing lapangan (DPL) ditentukan
berdasarkan jumlah dosen yang layak menjadi DPL, diajukan oleh
panitia pelaksana, dan atas persetujuan lembaga penelitian dan
pengabdian masyarakat (LPPM) UNUGIRI dan ditetapkan melalui
Surat Keputusan rektor UNUGIRI.
13. Laporan dan Diseminasi KKN harus dapat diselesaikan dalam
semester yang bersangkutan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Keterlambatan pengumpulan laporan dan pelaksanaan ujian hingga
semester berikutnya akan dikenakan sanksi.
14. Nilai akhir KKN dapat diumumkan kepada mahasiswa oleh Direktorat
bidang Akademik dan Kerjasama, yang selanjutnya dilaporkan kepada
dekan fakultas setelah laporan akhir KKN diserahkan kepada Dosen
Pembimbing.
15. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Pedoman ini akan ditetapkan
oleh panitia KKN.

B. Bentuk Pelaksanaan KKN


1. Merencanakan dan melakukan kegiatan yang bersifat pengabdian
dalam suatu komunitas masyarakat di desa yang telah ditentukan
panitia.
2. Mahasiswa KKN dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pengabdian harus memperhatikan potensi dan permasalahan yang
dimiliki oleh masyarakat di desa.
3. Mengingat kegiatan KKN bersifat pengabdian, maka untuk
menyelesaikan masalah yang ada di mitra harus dilakukan dengan
pendampingan dan pelatihan.

C. Metode Pelaksanaan KKN


1. Participatory Action Resech (PAR)
a. Pengertian
Terminologi ‘activist participatory action research’ digunakan
oleh Robert Chambers untuk menggambarkan suatu kelompok
pendekatan yang berfokus pada metoda yang mengutamakan
dialog untuk meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri
masyarakat dan memberdayakan aksi mereka. Pendekatan ini

7
didasarkan pada buku Paulo Freire yang berjudul Pedagogy of the
Oppresed .Pendekatan ini mula-mula dipakai di Amerika Latin.
Greenwood dan Levin menjelaskan riset aksi sebagai berikut:
Riset aksi adalah suatu aktifitas yang kompleks dan dinamis yang
melibatkan usaha terbaik dari komunitas atau organisasi dan
peneliti profesional. Riset aksi secara terus-menerus melibatkan
informasi terbaru dan menganalisisnya bersama-sama untuk
melaksanakan aksi sebagai upaya untuk mentransformasikan
situasi dalam jalan demokrasi. Riset aksi adalah holistic namun
terikat pada konteks dimana selalu menghasilkan jalan keluar yang
praktis dan pengetahuan baru sebagai bagian dari kegiatan
bersama. Riset aksi adalah suatu alat untuk menghasilkan
pengetahuan baru baik bagi peneliti maupun partisipan lainnya.
Greenwood dan Levin menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaannya, riset aksi tidak mempunyai teknik khusus. Semua
teknik yang dikenal dalam riset sosial, seperti survai, analisis
statistik, interview, focus group, etnografi, dan sejarah hidup bisa
dipakai, selama teknik tersebut disetujui oleh kolaborator dan tidak
menyebabkan suatu kelompok tertindas gara-gara penerapan
teknik tersebut.
b. Prinsip pemberdayaan masyarakat berbasis Participatory Action
Research
1) Memungkinkan kelompok-kelompok dan kelas-kelas yang
tertindas memperoleh cukup pengaruh (leverages) yang kreatif
dan transformis seperti terungkap dalam proyek-proyek,
kegiatan-kegiatan dan perjuangan-perjuangan yang khusus.
2) Menghasilkan dan membangun proses-proses pemikiran sosio-
politik yang dapat dijadikan sarana untuk mengidentifikasi
basis-basis kemasyarakatan. Yang dimaksud basis-basis
kemasyarakatan di sini adalah kelompok–kelompok potensial
yang dapat didorong dalam proses perubahan sosial.
3) Mengembangkan riset secara bersama-sama. Seperti PRA
(Participatory Rural Appraisal) ataupun PAR (Participatory
Action Research) haruslah dikerjakan secara bersama antara
fasilitator perubahan sosial dengan komunitas. Yang dimaksud
bersama-sama di sini adalah kerjasama (kolaborasi).
8
Kolaborasi adalah semua yang memiliki tanggung jawab atas
tindakan perubahan dilibatkan dalam upaya-upaya
meningkatkan kemampuan mereka. Kelompok kerjasama itu
secara terus-menerus diperluas dengan melibatkan secara
langsung sebanyak mungkin mereka yang terkait dengan
persoalan yang dihadapi.
4) Berpihak kepada komunitas yang paling tidak berdaya. Sering
kali program program pengembangan komunitas tidak
melibatkan masyarakat yang terabaikan. Meskipun secara
retorika politik, program tersebut disusun di atas derita
masyarakat terabaikan (baca: mereka ditulis sebagai sasaran
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, tetapi tidak
pernah disentuh).
5) Menjamin terjadinya Penemuan kembali Sejarah secara Kritis.
Hal ini merupakan upaya untuk menemukan kembali secara
selektif, melalui ingatan bersama, elemen-elemen masa lalu
yang telah terbukti berguna dalam mempertahankan
kepentingan-kepentingan kelas-kelas yang diekspoitasi dan
yang bisa dipergunakan dalam perjuangan masa kini untuk
meningkatkan penyadaran. Pola ini umumnya dikenal dengan
belajar dari pengalaman.
6) Menilai dan Menerapkan Kebudayaan Masyarakat. Hal ini
didasarkan pada pengakuan dan pemahaman terhadap nilai-
nilai yang esensial dan utama di kalangan masyarakat di setiap
daerah.
7) Partisipasi selalu dimulai dari suatu yang kecil dengan
perubahan skala kecil. Setelah kelompok sosial dan individu
dapat mengelola dan mengontrol perubahan tersebut,
kemudian bekerja menuju pada pola perubahan yang lebih
luas.
8) Memulai dengan proses siklus perencanaan, tindakan, evaluasi
dan refleksi dalam skala kecil sehingga dapat membantu orang
yang terlibat dalam merumuskan isu-isu, gagasan-gagasan,
pandangan-pandangan, asumsi-asumsi secara lebih jelas.
Sehingga mereka dapat merumuskan pertanyaan yang lebih

9
powerful untuk situasi diri mereka sendiri demikian pula
perkembangan kerjakerja mereka.
9) Membangun mekanisme “kritik diri komunitas” (self-critical
communities) dari orang-orang yang berpartisipasi dan
bekerjasama dalam proses riset yakni perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Hal ini dimaksudkan untuk
membangun orang-orang yang peduli terhadap proses
pencerahan (enlightening) diri mereka sendiri atas pola
hubungan antara keadaan, tindakan, dan konsekuensi, begitu
pula untuk membebaskan (emancipating) diri mereka dari
belenggubelenggu kelembagaan dan personal yang membatasi
kekuatan mereka untuk hidup lebih manusiawi di atas nilai-
nilai sosial yang mereka pilih dan yakini.
10) Proses pencerahan dalam melahirkan kesadaran kritis.
Kesadaran kritis ini harus terjadi terhadap kedua belah pihak,
baik orang yang melakukan pencerahan dan
komunitas yang tercerahkan.
c. Metode-Metode (Tools) dalam Participatory Action Resech
1) Transektoral Desa
Transek (penelusuran desa) merupakan teknik untuk
memfasilitasi masyarakat dalam pengamatan langsung
lingkungan dan keadaan sumber-sumber daya dengan cara
berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan
tertentu yang disepakati. Tujuan dari transek ini adalah
memperoleh gambaran keadaan sumber daya alam masyarakat
beserta masalah-masalah, perubahan-perubahan keadaan dan
potensi-potensi yang ada. Adapun pengertian dari pada field
note yakni pelaporan temuan-temuan masalah atau kejadian-
kejadian yang ditemukan di lapangan. Dalam hal ini kami
membentuk field note dalam bentuk narasi.
2) Pembuatan Mapping (Pemetaan)
Pemetaan desa adalah menggambar kondisi (fisik dan sosial)
wilayah, yang meliputi (desa, dusun, RT, RW, atau wilayah
yang lebih luas). Hal ini kami lakukan dengan
masyarakat. Tujuan teknik ini adalah digunakan untuk
memfasilitasi masyarakat dalam mengungkapkan keadaan
10
wilayah desa tersebut beserta lingkungan. Hasilnya adalah peta
atau sketsa keadaan sumber daya umum desa sesuai
kesepakatan dan tujuannya, misalnya peta keteraturan wilayah,
peta kesejahteraan sosial masyarakat dan sebagainya.
3) Profil Desa
Profil budaya adalah penjelasan tentang hasil cipta, karsa
masyarakat atau budaya-budaya yang ada di desa dan yang
menjadi kebiasaan dan kegiatan sehari-hari selama ini di desa.
4) Time Line (Penelusuran Sejarah)
Time line adalah teknik penelusuran alur sejarah suatu dengan
menggali penting yang pernah dialami pada alur waktu
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menggali perubahan-
perubahan yang terjadi, masalah-masalah, dan cara
menyelesaikannya dalam masyarakat secara kronologis. Selain
itu juga memberikan informasi awal yang bisa digunakan
untuk memperdalam teknik-teknik lain. Time lime juga dapat
menimbulkan kebanggaan masyarakat di masa lalu, dan
menghargai masyarakat sehingga hubungan lebih akrab. Hal
ini dapat digunakan juga untuk menganalisa hubungan sebab
akibat antara berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan
masyarakat.
5) Trend and Change (Bagan Perubahan dan Kecenderungan)
Bagan perubahan dan kecenderungan merupakan teknik
Partisipatory Rural Appraisal (PRA) yang memfasilitasi
masyarakat dalam mengenali perubahan dan kecenderungan
berbagai keadaan, kejadian serta kegiatan masyarakat dari
waktu ke waktu. Tujuan melakukan analisa trend and change
adalah untuk mengetahui kejadian masa lalu dalam rangka
memprediksi kejadian pada masa yang akan datang, serta
mengetahui hubungan sebab akibat dan mengetahui faktor
yang paling mempengaruhi suatu fenomena. Selain itu kita
juga dapat memperkirakan arah kecenderungan umum dalam
jangka panjang serta mampu mengantisipasi kecenderungan
tersebut.
6) Season Calender (Kalender Musim)

11
Kalender musim dipergunakan untuk mengetahui kegiatan
utama, topik dan kesempatan dalam siklus tahunan di desa
Penguatan dituangkan dalam bentuk diagram atau bagan,
selain itu kita dapat mengetahui pola kehidupan masyarakat
pada siklus musim tertentu, serta mengidentifikasi siklus waktu
sibuk dan wakrtu luang masyarakat, mengetahui masalah yang
dihadapi masyarakat pada musim-musim tertentu dan
mengetahui siklus peluang dan potensi yang ada pada musim-
musim tertentu.
7) Pembuatan Diagram Venn
Diagram ven merupakan teknik yang bermanfaat untuk melihat
hubungan masyarakat dengan berbagai lembaga yang terdapat
di desa. Diagram venn memfasilitasi diskusi masyarakat untuk
mengidentifikasi pihak-pihak yang berada di desa, serta
menganalisa dan mengkaji perannya, kepentingannya untuk
masyarakat, dan manfaatnya untuk masyarakat. Lembaga yang
dikaji meliputi lembaga-lembaga lokal, lembaga-lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga swasta.
8) Pembuatan Diagram Alur
Diagram alur menggambarkan arus dan hubungan di antara
semua pihak dan komoditas yang terlibat dalam suatu sistem.
Diagram ini dapat digunakan untuk menganalisa alur
penyebaran keyakinan dan tata nilai keagamaan dalam
masyarakat.
9) Penentuan Masalah Utama (Identifikasi Masalah)
Penentuan masalah utama dilakukan bersama masyarakat
sebelum pelaksanaan semua teknik PAR yang berasal Dari
hasil musyawarah dengan masyarakat.
10) Pembuatan Pohon Masalah
Pembuatan pohon masalah difokuskan permasalahan yang
indentifikasi bersama masyarakat. Setelah kebenaran akan
identifikasi masalah telah didapat, maka bersama masyarakat
membuat pohon masalah dan pohon harapan. Masyarakat yang
menyebutkan masalah-masalah dan solusi-solusinya dan
fasilitator yang menuliskan hasilnya pada kertas.
11) Pembuatan Matrik Ranking
12
Matrik ranking dibuat untuk memudahkan proses penentuan
skala prioritas serta untuk mengetahui mana yang lebih penting
dan mana yang tidak. Adapun pembuataannya dilaksanakan
pada hari yang sama. Penenetuan masalah utama dan
pembuatan pohon masalah dilaksanakan, sebelum akhirnya
menentukan 3 ranking utama yang kemudian akan dijalankan
dalam sebuah program kerja oleh masarakat desa. Hasil dari
matrik ranking ini diketahui pada table ranking untuk
mengetahui masalah-masalah apa yang perlu didahulukan
untuk diselesaikan.
12) Pembuatan Skala Prioritas/Matrik Skoring.
Pembuatan skala prioritas atau pembuatan matrik skoring di
laksanakan sebelum pembuatan matrik ranking, sebab hasil
dari pembuatan skala prioritas ini dapat mengetahui masalah
mana yang memperoleh skor tertinggi yang akan mendapat
ranking pertama dan menjadi prioritas utama untuk segera
dilaksanakan. Pembuatan skala prioritas di tentukan bersama
masyarakat dengan melihat hasil dari pembuatan matrik
ranking. Dimana masalah yang menjadi prioritas utama untuk
diselesaikan adalah masalah yang mendapat ranking pertama
dengan pertimbangan yang juga diambil dari hasil pembuatan
matrik scoring. Dengan demikian masalah yang memiliki scor
paling banyak mendapatkan ranking 1 dan menjadi prioritas
utama untuk diselesaikan. Dan ranking ke 5 adalah masalah
yang tidak penting untuk diselesaikan. Untuk diketahui bahwa
dalam penentuan masalah utama ini kita membatasi angka
sekor dari 1 sampai 5 dengan rincian terendah adalah angka 1
dan tertinggi angka 5, dalam menentukan masalah utama ini
mempertimbangkan banyak hal, antaranya: sulit tidaknya
untuk diselesaikan, membutuhkan biaya banyak atau tidak,
waktu yang lama atau tidak, dan SDM yang banyak atau tidak,
jika masalah itu butuh waktu lama, biaya banyak, sulit untuk
diselesaikan dan seterusnya berarti mendapatkan poin terendah
dan tidak menajadi skala prioritas, demikian seterusnya.

13
2. Assets Based Community Development (ABCD)
a. Pengertian
Pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan Asset Based
Community Developmnet (ABCD) merupakan sebuah pendekatan
yang menjadikan potensi sebagai kekuatan dalam pengembangan
masyarakat. Melalui pendekatan pengembangan masyarakat
berbasis asset ini secara berkelanjutan dapat membentuk
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan pendapatan
sehingga mingkatkan pula kesejahteraannya. Kepemilikan aset
yang diuji adalah SDM , Institusi, assosiasi dan organisasi, Fisik,
Sumber Daya Alam, Finansial/Economic Opportunity, Sosial.
b. Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat Berbasis ABC
Metode ABCD dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa prinsip utama, anatara lain:
1) Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)
Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty) adalah
salah satu modal utama dalam program pengabdian masyarakat
berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas terhadap
dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah
yang dimiliki. Tetapi memberikan perhatian kepada apa yang
dipunyai dan apa yang dapat dilakukan. Prinsip ini akan
mengajarkan bagaimana pentingnya aset dalam pengembangan
komunitas.
Setiap detail dari alam ini akan memberikan manfaat
kepada kita jika kita mau menggali dan benar-benar meyakini
manfaat aset tersebut. Sayangnya, seringkali kita lupa besaran
aset yang kita miliki, dan terjebak dalam pandangan masalah
yang ada di sekitar kita.
Gambaran ini adalah ilustrasi bagaimana seharusnya
melihat sebuah aset. Jika pandangan kita pada gelas ini hanya
tertuju pada bagian yang kosong, maka kita belum bisa benar-
benar bersyukur dan menyadari aset yang kita miliki.
Akhirnya, energi kita hanya habis untuk kecewa atas
kekosongan gelas daripada bersyukur atas air yang mengisi
ruang kosong di setengahnya.

14
Sebaliknya, jika kita fokus pada setengah air yang mengisi
separuh gelas ini, maka sesugguhnya kita orang yang
beruntung karena berhasil melihat kekuatan yang ada sebagai
modal dalam sebuah perubahan. Tentu energi kita akan lebih
banyak kita gunakan untuk berpikir mengisi setengah gelas
kosong sisanya dan memanfaatkan setengah air yang sudah
terisi. Jika hanya berfokus pada kekurangan yang ada maka
mengetahui kekurangan yang ada pada diri kita adalah sesuatu
yang lumrah, tetapi menjadi tidak baik jika kita hanya fokus
dan larut pada kekurangan tersebut sampai tidak berusaha
untuk berubah menjadi lebih baik.
Saat komunitas hanya berpikir kekurangan mereka, maka
seringkali yang muncul adalah keluhan, merasa kurang,
perasaan tidak kontributif, dan bergantung kepada orang lain
sehingga ungkapan-ungkapan yang sering terdengar seperti:
“kami ini miskin, butuh pertolongan”, “kami terbelakang, tidak
ada yang bisa kami lakukan”. Akan sangat berbeda jika
komunitas lebih banyak melihat kelebihan yang dimiliki dan
berpikir bagaimana mengoptimalkan asset yang dipunyai.
Sehingga pemberdayaan masyarakat lebih mudah dilakukan.
Cara pandang terhadap aset dan kelebihan yang dipunyai
pasti akan berpengaruh pada cara bagaimana mereka
berinteraksi dengan sesama anggota komunitas dan
stakeholder. Ekspresi yang tampak pada wajah komunitas
adalah keceriaan, kebanggaan, dan optimisme untuk perubahan
yang lebih baik saat masing-masing anggota komunitas
menyadari kelebihan dan aset yang dimiliki, maka saat itulah
mereka akan menyadari kontribusi apa yang bisa diberikan.
Selanjutnya yang akan diperoleh komunitas adalah
kemandirian dan tidak bergantung pada orang lain dan momen
inilah yang menjadi tujuan akhir sebuah program pengabdian
kepada masyarakat.
Modal terbesar dalam sebuah program pengembangan
masyarakat adalah adanya keinginan untuk berkehidupan lebih
baik, tetapi yang tidak kalah penting juga adalah optimalisasi
aset yang melekat pada komunitas tersebut. Sekecil apapun
15
aset yang dimiliki akan sangat berguna jika disadari dan
dimanfaatkan dan dalam perspektif ABCD, aset adalah
segalanya. Fungsi aset tidak sebatas sebagai modal sosial saja,
tetapi juga sebagai embrio perubahan sosial yang dapat
berfungsi sebagai jembatan untuk membangun relasi dengan
pihak luar. Di sinilah komunitas dituntut untuk sensistif dan
peka terhadap keberadaan aset yang ada di sekitar mereka.
Aset tidak selalu identik dengan uang atau materi, banyak
hal yang dimiliki oleh komunitas tapi tidak disadari merupakan
bagian dari aset. Diantara aset yang sering dijumpai dalam
komunitas diantaranya adalah: cerita hidup, pengetahuan,
pengalaman, inovasi, kemampuan individu, aset fisik, sumber
daya alam, sumber finansial, budaya (termasuk tradisi lokal),
perkumpulan dan kelompok kerja (PKK, kelompok tani),
institusi lokal (RT, RW, lurah, camat). Demikian banyak aset
yang dapat dijumpai dalam sebuah komunitas. Sehingga
mustahil sebuah komunitas tidak memiliki asset sama sekali.
2) Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)
Manusia yang cerdas adalah manusia yang menyadari
kelebihan yang dimiliki, dan tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-
sia di muka bumi ini. “Every singie person has capacities,
abilities, gifts and ideas, and livinga good life depends on
whether those capacities can be used, abilities expressed, gifts
given and ideas shared” (Jody Kretzmann). Dalam konteks
ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “Nobody has
nothing”, setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-
masing karena tidak ada yang tidak memiliki potensi, walau
hanya sekedar kemampuan untuk tersenyum dan memasak air.
Semua berpotensi dan semua bisa berkontribusi, karena
Tuhan menginginkan otot kita lebih bermanfaat dibalik fisik
kita yang sehat. Pasti Tuhan menginginkan kaki dan tangan
kita lebih bermanfaat dibalik tangan dan kaki kita yang
sempurna. Jika kita hidup dengan puluhan atau ratusan anggota
komunitas, maka sesungguhnya kita juga hidup dengan
sejumlah asset yang berbeda-beda. Tidak ada alasan bagi setiap
anggota komunitas untuk tidak berkontribusi nyata terhadap
16
perubahan lebih baik. Bahkan, keterbatasan fisikpun tidak
menjadi alasan untuk tidak berkontribusi, karena banyak kisah
dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil
membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah,
sebuah kekuatan.
3) Partisipasi (Participation)
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
“participation”adalah pengambilan bagian atau
pengikutsertaan. Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental
dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut
bertanggung jawab di dalamnya karena peran serta seseorang
atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik
dalam bentuk pernyataan maupun alam bentuk kegiatan
dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian,
modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan
menikmati hasil -hasil pembangunan. Pengertian tentang
partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan
menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam
bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang,
keterampilan, bahan dan jasa.
Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal
masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat
keputusan, dan memecahkan masalahnya. Berdasarkan posisi
pelaku dalam partisipasi, partisipasi dibedakan menjadi dua
yaitu:
a) Partisipasi vertikal; adalah suatu bentuk kondisi tertentu
dalam masyarakat yang terlibat di dalamnya atau
mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam
hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi
bawahan;
b) Partisipasi horizontal; adalah dimana masyarakatnya tidak
mustahil untuk mempunyai prakarsa dimana setiap
anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi secara
horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam
melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka
melakukan kegiatan dengan pihak lain.
17
Berdasarkan bentuk keterlibatan dalam aktifitas, partisipasi
dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
a) Partisipasi Langsung. Partisipasi yang terjadi apabila
individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses
partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat
mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan,
mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau
terhadap ucapannya; dan
b) Partisipasi tidak langsung. Partisipasi yang terjadi apabila
individu mendelegasikan hak partisipasinya.
Berdasarkan macam pelaksanaan dalam partisipasi,
patisipasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu;
a) Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini
terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan
masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang
menyangkut kepentingan bersama.Wujud partisipasi dalam
pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut
menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam
rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap
program yang ditawarkan;
b) Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan
sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan
penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan
merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas
sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan maupun tujuan;
c) Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam
pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan
yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas
maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari
output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari
presentase keberhasilan program; dan
d) Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini
berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah
direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini
bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang
18
sudah direncanakan sebelumnya. Sedangkan level
partisipasi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
tingkatan mulai dari level yang terendah sampai level yang
tertinggi dalam partisipasi sebagaimana berikut ini:
(1) Partisipasi Pasif. Masyarakat diajak berpartisipasi dengan
diberitahu apa yang sudah dan sedang terjadi. Mereka
mendapatkan manfaat.Mereka berpartisipasi sepanjang ada
manfaat yang tersedia;
(2) Partisipasi Sebagai Kontributor. Masyarakat berpartisipasi
dengan memberikan informasi, sumber daya atau
membantu pekerjaan dalam proyek. Dalam merencanakan
proyek, peran masyarakat , kalaupun ada sangat sedikit;
(3) Partisipasi sebagai Konsultan. Masyarakat dikonsultasii
mengenai masalah dan peluang dalam suatu daerah, dan
desain sebuah proyek. Professional pembangunanlah yang
membuat keputusan mengenai desain;
(4) Partisipasi sebagai implementasi. Masyarakat
berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk
melaksanakan suatu kegiatan dalam proyek atau program.
Mereka tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan;
(5) Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Masyarakat
berpartisipasi secara aktif dalam analisis dan perencanaan
bersama dengan professional pembangunan. Mereka terlibat
dalam pengambilan keputusan; dan
(6) Mobilisasi-diri. Masyarakat berpartisipasi dengan
mengambil inisiatif secara mandiri dari institusi dari luar.
Mereka bisa melibatkan dampingan dari professional
pembangunan, tetapi mereka tetap memegang control dalam
proses. Partisipasi dalam level keenam ini menunjukkan
keberdayaan dari komunitas, dimana komunitas/masyarakat
yang mengontrol semua proses pembangunan. Sehingga
slogan pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat dapat
diimplementasikan secara riil dan maksimal dalam level
partisipasi mobilisasi diri. Seharusnya partisipasi yang ada,
muncul dan terbangun dalam masyarakat adalah level
partisipasi mobilisasi diri ini. Hal ini akan menjadi penanda
19
tingginya tingkat keberdayaan yang dimiliki oleh
masyarakat sebagaimana tujuan dari pembangunan itu
sendiri, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keberdayaan
masyarakat secara hakiki.
4) Kemitraan (Partnership)
Partnership secara harfiyah berarti kemitraan. Secara
istilah, partnership adalah “a relationship between individuals
or groups that is characterized by mutual cooperation and as
for the achievement of a specified goal.” (Hubungan yang
dibangun antara beberapa individu atau grup yang didasari oleh
kerjasama dan tanggung jawab yang sama dalam menggapai
tujuan tertentu).
Partnership mengandung pengertian adanya interaksi dan
interelasi minimal antara dua pihak atau lebih dimana masing-
masing pihak merupakan "mitra” atau "partner”. Kemitraan
adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk
kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik
secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen
baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau
non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama
berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-
masing. Partnership juga mengandung pemahaman adanya
suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau
organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil
dan melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama
baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang
hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki
kembali kesepakatan bila diperlukan.
Partnership merupakan modal utama yang sangat
dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran
masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan. Hal itu
dimaksudkan sebagai bentuk pembangunan dimana yang
menjadi motor dan penggerak utamanya adalah masyarakat itu
sendiri (community driven development) karena pembangunan
yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya
20
masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku
utamanya. Sehingga diharapkan akan terjadi proses
pembangunan yang maksimal, berdampak empowerment
secara masif dan terstruktur. Hal itu terjadi karena dalam diri
masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense of belonging)
terhadap pembangunan yang terjadi di sekitarnya.
5) Penyimpangan Positif (Positive Deviance)
Positive Deviance (PD) secara harfiah berarti
penyimpangan positif. Secara terminologi positive deviance
(PD) adalah sebuah pendekatan terhadap perubahan perilaku
individu dan sosial yang didasarkan pada realitas bahwa dalam
setiap masyarakat (meskipun bisa jadi tidak banyak) terdapat
orang-orang yang mempraktekkan strategi atau perilaku sukses
yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk mencari
solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi daripada
rekan-rekan mereka.
Praktek PD bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali
keluar dari praktek yang pada umum dilakukan oleh
masyarakat. Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa
seringkali terjadi pengecualian-pengecualian dalam kehidupan
masyarakat dimana seseorang atau beberapa orang
mempraktekkan perilaku dan strategi berbeda dari kebanyakan
masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku tersebut yang
membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari
yang lainnya.
Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya
masyarakat (anggota masyarakat) memiliki aset atau sumber
daya mereka sendiri untuk melakukan perubahan-perubahan
yang diharapkan. Konsep ini pertama kali muncul dalam
penelitian gizi pada 1970-an. Para peneliti mengamati bahwa
meskipun kemiskinan melanda masyarakat, beberapa keluarga
miskin memiliki anak bergizi baik. Penelitian tersebut
kemudian merekomendasikan untuk menggunakan informasi
yang dikumpulkan dari keluarga miskin yang memiliki anak
bergizi baik tersebut sebagai rujukan untuk merencanakan
program peningkatan gizi masyarakat.
21
Pendekatan positive deviance digunakan untuk membawa
pada perilaku dan perubahan sosial berkelanjutan dengan
mengidentifikasi solusi yang sudah ada dalam sistem di
masyarakat. Positive deviance menunjukkan bahwa terdapat
perilaku dan strategi khusus atau biasa yang memungkinkan
orang atau kelompok untuk mengatasi masalahnya tanpa
menggunakan atau memerlukan sumber daya khusus. Positive
deviance merupakan modal utama dalam pengembangan
masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berbasis aset-kekuatan.
Positive deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi
proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan. Energi itu senantiasa dibutuhkan dalam konteks
lokalitas masing-masing komunitas. Positive deviance sangat
dibutuhkan dalam proses pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat berbasis aset dan kekuatan. Terlebih ketika proses
pembangunan yang diharapkan berdampak secara maksimal
membutuhkan terobosanterobosan strategi, teknik dan metode
yang tepat, cepat dan sesuai dengan lingkup dan konteks
lokalitas yang ada.
6) Berawal dari Masyarakat (Endogenous)
Istilah endogenous secara bahasa berarti dari dalam,
dikembangkan dari dalam “masyarakat”. Pemaknaan kata
endegenous akan mengikuti sub kata yang disifatinya.
Sehingga ketika kata yang disifati dan muncul sebelumnya
adalah pembangunan, maka pembangunan endogen berarti
pembangunan yang dikembangkan dari dalam masyarakat
sendiri. Dalam penggunaannya, kata-kata endogenous
seringkali digunakan untuk mensifati pembangunan sehingga
yang sering muncul kemudian adalah istilah local endogenous
dan istilah pembangunan endogen.
Pembangunan endogen sendiri mengandung arti
pembangunan yang berdasar dari dalam konteks atau
komunitas tertentu atau pembangunan yang dikembangkan
dari dalam masyarakat. Pembangunan endogen kemudian
berkembang dengan menemukan apa yang bisa ditemukan
22
dalam satu konteks tertentu “dalam masyarakat” berdasarkan
stimulus dari pengetahuan dan pemahaman di luar konteks
tersebut. Istilah pembangunan endogen kemudian menjadi
istilah tersendiri dalam konteks pendekatan dalam
pengembangan masyarakat berbasis aset.
Pembangunan endogen pada prinsipnya mengacu pada
tujuan pokok yaitu memperkuat komunitas lokal untuk
mengambil alih kendali dalam proses pembangunan mereka
sendiri. Tujuan Pembangunan Endogen adalah:
a) Merevitalisasi pengetahuan turun temurun yang ada di
komunitas dan pengetahuan lokal yang dimiliki;
b) Memilih sumber daya eksternal yang paling sesuai dengan
kondisi lokal; dan
c) Mencapai peningkatkan keanekaragaman hayati dan
keragaman budaya, mengurangi kerusakan lingkungan, dan
interaksi di tingkat lokal dan regional yang
berkesinambungan.
Selain itu, Pembangunan Endogen memiliki prinsip-
prinsip yaitu:
a) Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan;
b) Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguhsungguh;
c) Mengapresiasi cara pandang dunia; dan
d) Menemukan keseimbangan antara sumber daya lokal dan
eksternal.
Aplikasi Prinsip Pembangunan Endogen adalah semua aset
yang dimiliki oleh komunitas sebagai kekuatan utama yang
bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal utama dalam
pengembangan masyarakat. Aset dan kekuatan tersebut bisa
jadi sebelumnya terabaikan atau bahkan seringkali dianggap
sebagai penghalang dalam pembangunan. Asetaset tersebut
terintrodusir dalam kelompok aset spiritual, sistem
kepercayaan, cerita, dan tradisi yang datang dari adat istiadat
masyarakat dan sangat memengaruhi kehidupan seharihari
komunitas.
Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut
menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk
23
pembangunan sosial dan ekonomi kerakyatan. Metode ini
menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut sebagai salah
satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka
pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi
bagian dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak
boleh dinegasikan sedikitpun.
7) Menuju Sumber Energi (Heliotropic)
Energi dalam pengembangan komunitas bisa beragam.
Diantaranya adalah mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas,
proses pengembangan yang apresiatif, atau bisa juga
keberpihakan anggota komunitas yang penuh totalitas dalam
pelaksanaan program, sumber energi ini layaknya keberadaan
matahari bagi tumbuhan. Terkadang bersinar dengan terang,
mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga
energi dalam komunitas ini harus tetap terjaga dan
dikembangkan. Komunitas juga seharusnya mengenali
peluang-peluang sumber energi lain yang mampu memberikan
penyegaran kekuatan baru dalam proses pengembangan.
Sehingga tugas komunitas tidak hanya menjalankan program
saja, melainkan secara bersamaan memastikan sumber energi
dalam kelompok mereka tetap terjaga dan berkembang.
c. Metode-Metode (Tools) dalam ABCD
1) Appreciative Inquiry
Appreciative Inquiry dikembangkan pada tahun 1980-an
oleh David Cooperrider, seorang profesor di Weatherhead
School of Management di Case Western Reserve University.
Appreciative Inquiry dikembangkan sebagai sebuah model
baru untuk pengembangan organisasi dan perubahan.
Appreciative disini dimaknai sebagai pengakuan dan
peningkatan nilai. Makna ini adalah masalah penegasan
terhadap kekuatan masa lalu dan saat ini, pengakuan terhadap
aset-aset dan potensi-potensi yang dimiliki. Sedangkan istilah
Inquiry merujuk kepada eksplorasi dan penemuan. Makna ini
adalah tentang menyampaikan pertanyaan, studi dan
pembelajaran.

24
Appreciative Inquiry adalah cara yang positif untuk
melakukan perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang
sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu yang
dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi
hidup, efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi
tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya dengan cara
yang sehat. Dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif
dan menghubungkannya dengan cara yang dapat memperkuat
energi dan visi untuk melakukan perubahan untuk
mewujudkan masa depan organisasi yang lebih baik.
Appreciative Inquiry mendorong anggota organisasi untuk
fokus pada hal-hal positif yang terdapat dan bekerja dengan
baik dalam organisasi. ppreciative Inquiry tidak menganalisis
akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen pada bagaimana
memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi. Proses
Appreciative Inquiry terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) Discovery; 2)
Dream; 3) Design; dan 4) Destiny.
Tahap Discoverya dalah proses pencarian yang mendalam
tentang hal-hal positif, halhal terbaik yang pernah dicapai, dan
pengalaman-pengalaman keberhasilan di masa lalu. Proses ini
dilakukan dengan wawancara appresiatif. Beberapa contoh
pertanyaan apresiatif yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
a) Ceritakan pengalaman terbaik yang pernah ada?;
b) Hal apa yang sangat bernilai dari diri Anda?;
c) Hal-hal apa yang menjadi sumber kehidupan Anda, yang
tanpa hal tersebut Anda akan mati?; dan
d) Sebutkan 3 harapan yang Anda miliki untuk meningkatkan
kekuatan dan efektifitas Anda?.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tahap
sebelumnya, orang kemudian mulai membayangkan masa
depan yang diharapkan. Pada tahap ini, setiap orang
mengeksplorasi harapan dan impian mereka baik untuk diri
mereka sendiri maupun untuk organisasi. Inilah saatnya orang-
orang memikirkan hal-hal besar dan berpikir out of the box
serta membayangkan hasil-hasil yang ingin dicapai.

25
Pada tahap Design ini, orang mulai merumuskan strategi,
proses dan sistem, membuat keputusan dan mengembangkan
kolaborasi yang mendukung terwujudnya perubahan yang
diharapkan. Pada tahap ini semua hal positif di masa lalu
ditransformasi menjadi kekuatan untuk mewujudkan
perubahan yang diharapkan (dream).
Tahap Destiny adalah tahap dimana setiap orang dalam
organisasi mengimplementasikan berbagai hal yang sudah
dirumuskan pada tahap Design. Tahap ini berlangsung ketika
organisasi secara kontinyu menjalankan perubahan, memantau
perkembangannya, dan mengembangkan dialog, pembelajaran
dan inovasi-inovasi baru.
Langkah- Langkah Teknis dalam Wawancara Appreciative
Inquiry adalah:
a) Amatilah dan kenali hal-hal positif yang ada disekitar
masyarakat seperti lingkungan bersih, tanaman yang subur,
kehidupan warga yang rukun dan saling gotong royong,
kegiatan masjid yang rutin, banyaknya pemuda desa yang
aktif berorganisasi, infrastrutur desa yang tertata rapi,
sukses bercocok tanam dan mengelola sumber daya alam
dan seterusnya.
b) Buatlah pertanyaan yang mampu menyorori hal-hal positif
yang telah kamu amati di masyarakat seperti: Apa yang
membuat warga desa disini selalu rukun dan guyub? Apa
peran anda agar masyarakat di desa ini menjadi rukun dan
suka gotong royong? Upayakan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh warga sekitar.
c) Datangi warga masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama
atau kunjungi pertemuan dan perkumpulan warga dan/atau
tempat berkumpul warga, dan ajukan pertanyaan apresiatif
yang telah kamu buat. Dengarkan dengan seksama dan
tunjukkan respon positif dan ekspresi yang apresiatif
kepada mereka. Melalui Al ini, diharapkan masyarakat
menjadi tersadar akan kekuatan-kekuatan yang mereka
miliki yang berkontribusi pada kesuksesan masa lalu. Dan

26
temukan kontribusi individu warga masyarakat yang
berpengaruh pada kesuksesan tersebut.
d) Ajaklah masyarakat untuk memimpikan masa depan
mereka. Fokuskan pada kekuatan-kekuatan yang sudah
dikenali dan diungkapkan, lalu gunakanlah temuan
kekuatan tersebut untuk menggerakkan mereka melakukan
perubahan.
Kata Kunci yang perlu diperhatikan dalam tahapan
Appreciative Inquiry:
a) Komunitas sudah pernah mencapai sukses atau bahwa
mereka sudah melakukan hal seperti ini sebelumnya;
b) Memiliki rasa bangga dan percaya terhadap upayamereka
sendiri;
c) Memiliki contoh bagaimana merekabisa melakukan
sesuatu yang lebih baik atau bagaimana mereka mampu
mengatasi kesulitan-kesulitan;
d) Memiliki cerita sukses yang memberikan mereka contoh
baik serta menjadi inspirasi di masa depan;
e) Mulai mengidentifikasi beberapa kekuatan dan asetnya;
serta,
f) Melalui proses ini komunitas menemukan energi dan
kepercayaan diri untuk bisa bergerak ke masa depan yang
tidak diketahuinya dan bisa jadi melampaui apa yang
mereka bayangkan.
2) Pemetaan Komunitas (Community Mapping)
Community map adalah Pendekatan atau cara untuk
memperluas akses ke pengetahuan lokal. Community map
merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis
masyarakat mendorong pertukaran informasi dan
menyetarakan kesempatan bagi semua anggota masyarakat
untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi
lingkungan dan kehidupan mereka.
Fungsi Community Map adalah memperbaiki dan
meningkatkan keterlibatan publik dalam pemetaan;
Memberikan masyarakat dan anggotanya kesempatan untuk
mengevaluasi proposal desain dan perencanaan dan
27
memvisualisasikan dampak sebuah keputusan tersebut
terhadap masa depan komunitas; Mengumpulkan dan
meningkatkan data geospasial; dan Meningkatkan
pengetahuan komunitas tentang wilayah komunitas.
Proses pemetaan ini melibatkan beberapa pihak antara lain
organisasi masyarakat, asosiasi warga, organisasi nirlaba,
institusi sipil lokal, dan minoritas atau kelompok khusus.
Tujuan dari pemetaan ini sesungguhnya adalah komunitas
belajar memahami dan mengidentifikasi kekuatan yang sudah
mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa
dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka
yang memiliki keterampilan atau sumber daya. Mereka ini
kemudian dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi
kebaikan seluruh kelompok atau komunitas.
Dalam penelitian ABCD, Aset yang Dipetakan adalah:
a) Aset personal atau manusia, keterampilan, bakat,
kemampuan, apa yang bisa anda lakukan dengan baik, apa
yang bisa anda ajarkan pada orang lain. (Kemampuan
Tangan, Kepala dan Hati).
b) Asosiasi atau aset sosial, tiap organisasi yang diikuti oleh
anggota kelompok, kelompok - kelompok remaja masjid
seperti Kelompok Kaum Muda, Kelompok Ibu; kelompok
- kelompok budaya seperti Kelompok Tari atau Nyanyi;
Kelompok Kerja PBB atau Ornop lain dalam komunitas
atau yang memberikan pelatihan bagi komunitas. Asosiasi
mewakili modal sosial komunitas dan penting bagi
komunitas untuk memahami kekayaan ini.
c) Institusi, lembaga pemerintah atau pewakilannya yang
memiliki hubungan dengan komunitas. Seperti komite
sekolah, komite untuk pelayanan kesehatan, mengurus
listrik, pelayanan air, atau untuk keperluan pertanian dan
peternakan. Terkadang institusi - institusi ini terhubung
dengan Aset Sosial tetapi keduanya mewakili jenis aset
komunitas yang berbeda. Komite Sekolah, Komite
Posyandu dan koperasi yang dibentuk oleh pemerintah
termasuk dalam kategori ini.
28
d) Aset Alam. Tanah untuk kebun, ikan dan kerang, air, sinar
matahari, pohon dan semua hasilnya seperti kayu, buah dan
kulit kayu, bambu, material bangunan yang bisa digunakan
kembali, material untuk menenun, material dari semak,
sayuran, dan sebagainya.
Langkah-langkah Community Mapping:
a) Ketua tim memperkenalkan diri kepada seluruh peserta
yang hadir;
b) Menjelaskan pengertian pemetaan, tujuan serta manfaat
kegiatan ini;
c) Menjelaskan unsur-unsur yang harus ada dalam pembuatan
peta wilayah melalui sumbang saran;
d) Setelah nara sumber lokal (NSL) paham, lalu peserta & tim
memulai pembuatan gambar peta wilayah. Untuk memulai
dialog bisa dibuka dengan: “kita sekarang ada disini
(sambil menunjuk dalam kertas yang akan digambar), kalau
kita mau ke (suatu tempat di lingkungan RW setempat)
dimana letak tempat tersebut berada, kalau digambarkan
disini? Dan dapat meminta NSL untuk menggambar
lokasinya”;
e) Pemandu memfasilitasi jalannya dialog & diskusi selama
proses, misalnya informasi/data apa saja yang harus
dimasukkan peta, bagaimana cara menggunakan simbol-
simbol & cross check data;
f) Usahakan untuk mempresentasikan hasil mapping, kepada
peserta untuk menyempurnakan data apabila waktunya
mencukupi;
g) Review Data dilakukan setelah pemetaan selesai, pemandu
meminta kepada seluruh peserta untuk melakukan
triangulasi data (check & recheck) data yang sudah
dikumpulkan.
3) Penelusuran Wilayah (Transectoral)
Untuk menemukenali aset fisik dan alam secara terperinci,
transectoral atau penelusuran wilayah adalah salah satu tehnik
yang efektif. Transectoral adalah garis imajiner sepanjang
suatu area tertentu untuk menangkap keragaman sebanyak
29
mungkin. Dengan berjalan sepanjang garis itu dan
mendokumentasikan hasil pengamatan, penilaian terhadap
berbagai aset dan peluang dapat dilakukan. Misalnya, dengan
berjalan dari atas bukit ke lembah sungai dan di sisi lain, maka
akan mungkin untuk melihat berbagai macam vegetasi alami,
penggunaan lahan, jenis tanah, tanaman, kepemilikan lahan,
dan lain sebagainya.
Penelusuran wilayah dilakukan berbarengan dengan
pemetaan komunitas (community mapping). Teknik
Pelaksanaan Transectoral:
a) Buatlah pembagian zona wilayah untuk ditelurusi seperti
daerah perbukitan, sekitar sungai, persawahan, ladang,
daerah hunian warga, dst.
b) Ajaklah warga masyarakat untuk menggambarkan zona
wilayah masing-masing (mulai dataran tinggi sampai
dataran rendah) dari aspek kepemilikan lahan, penggunaan
lahan, jenis vegetasi tanaman dan hewan, jenis tanah, dan
peluang yang bisa dikembangkan dari masing-masing zona
wilayah.
c) Buatlah tabel transect untuk menggambarkan hasil
penelusuran wilayah yang anda lakukan bersama warga.
Ingat bahwa tugas anda sebagai fasilitator adalah
menggerakkan warga untuk mengenali wilayahnya sendiri,
karenanya semua alat tulis seperti kertas dan pena
sebaiknya dipegang oleh warga sendiri agar proses
penggambaran wilayah ini membantu mereka untuk
menyadari, mengenali dan menemukan aset fisik dan alam
yang ada disekitar mereka. Proses penggambaran hasil
penelusuran wilayah bisa menggunakan media tulis lainnya
seperti papan tulis atau laptop.
4) Pemetaan Asosiasi dan Institusi
Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari
terbentuknya lembaga-lembaga sosial yang terbentuk karena
memenuhi faktor-faktor sebagai berikut :
a) Kesadaran akan kondisi yang sama;
b) Adanya relasi sosial; dan
30
c) Orientasi pada tujuan yang telah ditentukan.
Contoh: Asosasi Dokter, Perkumpulan wasit, Asosiasi
Guru. Manfaat Asosiasi antara lain mengidentifikasi kapasitas
organisasi, melihat dimana “energy” dalam komunitas ini,
memahami apa yang memotivasi orang untuk berani mengatur,
dan mengakui kepemimpinan yang sudah ada di masyarakat.
Pemetaan Institusi adalah norma atau aturan mengenai
suatu aktivitas masyarakat yang khusus yang sifatnya mengikat
dan relatif lama serta memiliki ciri-ciri tertentu yaitu simbol,
nilai, aturan main, dan tujuan. Institusi dapat dibedakan
menjadi institusi formal dan institusi non formal. Institusi
formal dapat berupa institusi pemerintah (pemerintahan desa
beserta perangkat kelembagaan di bawahnya) dan institusi
swasta (organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga pendidikan
swasta dan lain sebagainya). Sedangkan institusi non formal
dapat berupa sekumpulan orang di warung yang hadir secara
konsisten, jamaah pengajian, dan kelompok lainnya. Di
beberapa desa, contoh asosiasi asosiasi yang dibentuk di desa
yaitu Komunitas Tahlilan, PKK, Karang Taruna, Klub Sepak
Bola, HIPPA (Himpunan Petani Pengambil Air), dan
GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani).
Setelah diidentifikasi asosiasi dan institusi yang ada, maka
komunitas dapat merumuskan peran asosiasi dan institusi
tersebut di dalam pengembangan komunitas. Dengan melihat
peranan asosiasi/institusi di dalam komunitas, maka program
pengembangan masyarakat dapat dimulai dengan
mengidentifikasi kekuatan kolektif yang sudah ada untuk
menginisiasi perubahan di komunitasnya. Semakin besarnya
peranan asosiasi, maka percepatan pengembangan masyarakat.

31
5) Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)
Metode/alat yang dapat digunakan untuk melakukan
pemetaan individual asset antara lain kuisioner, interview dan
focus group discussion (FGD). Manfaat dari Pemetaan
Individual Aset antara lain:
a) Membantu membangun landasan untuk memberdayakan
masyarakat dan untuk saling ketergantungan dalam
masyarakat;
b) Membantu membangunhubungan dengan masyarakat; dan
c) Membantu warga mengidentifikasi keterampilan dan bakat
mereka sendiri.
Dengan berbagai macam pemetaan skill, dapat disimpulkan
bahwa dalam suatu komunitas setiap warga memiliki potensi
untuk berkontribusi kepada kemajuan komunitasnya dalam
proses pengembangan masyarakat, perpaduan kemampuan
individual akan membawa perubahan yang yang signifikan.
Sesungguhnya, potensi itu ada pada diri setiap manusia, namun
mungkin komunitas belum menyadari potrensi tersebut
sebagai sebuah asset yang bisa dikembangkan.
6) Sirkulasi Keuangan (Leaky Bucket)
Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari warga atau
komunitas dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seberapa jauh
tingkat dinaminitas dalam pengembangan ekonomi lokal
mereka dapat dilihat, seberapa banyak kekuatan ekonomi yang
masuk dan keluar. Untuk mengenali, mengembangkan dan
memobilisir aset-aset tersebut dalam ekonomi komunitas atau
warga lokal diperlukan sebuah anlisa dan pemahaman yang
cermat.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan
ABCD (Asset-Based Community Development) adalah melalui
Leacky Bucket. Leaky bucket atau biasa dikenal dengan wadah
bocor atau ember bocor merupakan salah satu cara untuk
mempermudah masyarakat, komunitas atas warga dalam
mengenali, mengidentifikasi dan menganalisa berbagai bentuk
32
aktivitas atau perputaran keluar dan masuknya ekonomi lokal
komunitas/warga. Lebih singkatnya, leaky bucket adalah alat
yang berguna untuk mempermudah warga atau komunitas
untuk mengenal berbagai perputaran asset ekonomi lokal yang
mereka miliki. Hasilnya bisa dijadikan untuk meningkakan
kekuatan secara kolektif dan membangunnya secara bersama.
Pada sisi yang lain, leaky bucket juga merupakan kerangka
kerja yang berguna dalam mengenali berbagai asset komunias
atau warga, tetapi juga dalam mengenali asset peluang
ekonomi yang memungkinkan dalam mengerakkan komunitas
atau warga. Adapun cara yang bisa kembangkan adalah dengan
cara warga atau komunitas menvisiualisasikan apa saja aset
ekonomi yang mereka miliki dengan menggunakan alur kas,
barang maupun jasa yang masuk dari sisi atas dan keluar dari
sisi bawah wadah ekonomi sebagai potensi yang dimiliki
dalam masyarakat.
Leaky bucket merupakan salah cara yang digunakan untuk
membantu warga komunitas dalam memahami berbagai
dinamika ekonomi lokal mereka miliki, dengan melihat
aktivitas dasar-dasar ekonomi. Proses dari aktivitas ini dapat
dilakukan dengan mengajak warga atau komunitas untuk
memfisualisasikan dinamika ekonomi mereka ke dalam wadah
yang bocor yang diisi dengan air. Wadah ini terdiri dari alur air
yang masuk yang merupakan barang dan kas, kemudian alur
air tersebut beraktifitas di dalamnya dalam hal ini dalam wadah
yang biasa disebut dengan perputaran barang, jasa dan kas
warga tersebut, kemudian air yang bocor dari wadah
merupakan alur keluarnya barang, jasa dan kas dari warga atau
komunitas tersebut.
Untuk melihat seberapa tingginya atau maksimalnya
ekonomi tingkat aktivitas warga komunitas dapat ditentukan
melalui banyaknya arus yang masuk di dalam wadah disertai
perputaran didalamnya yang sangat dinamis sehingga aliran
yang keluar atau bocor dari wadah menjadi sedikit dibanding
aliran yang masuk sebelumnya. Sebaliknya jika air yang masuk
dalam wadah dan tingkat perputarannya statis/tetap di dukung
33
oleh tingkat kebocorannya yang banyak maka aktivitas
ekonomi warga komunitas rendah atau lemah.
Untuk mengatasi kelemahannya maka aliran yang masuk
dalam hal ini kas dan barang dan jasa dapat dikembangkan
melalui perputasan kas dalam wadah sehingga aliran kas dan
barang yang keluar sangat minimum. Dengan demikian level
posisi air tergantung pada; 1) Seberapa banyak yang masuk; 2)
Seberapa banyak yang keluar; dan 3) Tingkat kedinamisan
ekonomi komunitas.
Langkah-langkah memahami Aset dengan Leaky Bucket:
a) Warga atau komunitas diajak untuk bekerjasama di tiap
kelompok untuk menjaga kestabilan level air dalam ember
dalam waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Bagaimana wadah bocor tadi tetap berisi air/
mempertahankan isinya, bagian-bagian mana saja yang
yang bisa ditutupi untuk meminimalisir kebocoran tersebut.
Dan ini butuh kerjasama dan pikiran bersama untuk
mempertahankannya.
b) Warga atau komunitas diberi kesempatan untuk
mengemukakan berbagai pendapat dari mereka mengenai
apa yang telah mereka pelajari dari apa yang telah mereka
lakukan dengan wadah/ember bocor mereka tersebut untuk
tetap berisi air. Pengalaman dan pelajaran apa yang bisa
mereka dapatkan, dll.
c) Warga atau komunitas secara bersama bisa melakukan
visualisasi melalui wadah bocor tersebut dengan apa yang
masuk dan keluar tersebut sebagai perputaran ekonomi
mereka dan memahami tentang pentingnya alur kas
ekonomi dalam komunitas.
d) Dari hasil pemahaman bersama tersebut kemudian warga
atau komunitas diajak untuk melakukan roleplay dengan
memerankan berbagai peran yang ada dalam ekonomi lokal
komunitas dengan menggunakan alat bantu berupa mainan
uang, miniatur dan papan kartun. Hal ini dilakukan untuk
menjelaskan peran efek perputaran pengganda ekonomi
mereka.
34
e) Setelah itu, secara bersama-sama mereka diajak untuk
memetakan satu persatu barang, jasa dan kas yang mereka
miliki melalui 3 alur kas yaitu alur kas masuk, arus kas
keluar dan arus kas perputaran dari komunitasnya masing-
masing secara cermat.
f) Dari hasil amatan dan analisa mereka warga diarahkan dan
di membimbing untuk memvisualisasikan 3 alur kas
tersebut dalam suatu bagan yang dikenal dengan leaky
bucket.
g) Langkah selanjutnya adalah, warga/komunias diminta
untuk menempel gambarnya di dinding dan peserta
menjelaskan gambar leaky bucket-nya ke peserta yang lain.
Apa saja yang masuk, apa saja yang berkembang dan apa
saja yang keluar.
h) Hasil dari warga atau komunitas dari materi tersebut
kemudian didiskusikan lebih lanjut tentang manfaat efek
pengganda bagi ekonomi komunitas, serta pentingnya
penanganan perputaran alur ekonomi secara kreatif dan
inovatif untuk meningkatkan kemandirian komunitas dan
lain sebagainya.
Output Penggunaan Leaky Bucket:
a) Mengenalkan konsep umum leaky bucket dan efek
pengembangan dan kreativitas pada warga atau komunitas;
b) Komunitas dapat memahami dampak efek pengembangan
dan kreativitas bagi ekonomi lokal komunitas yang mereka
miliki.
c) Komunitas dapat mengidentifikasi secara sesama mengenai
arus masuk ke mereka, kemudian alur dinamitas perputaran
ekonomidalam komunitas serta alur keluar pergerakan
ekonomi mereka.
d) Komunitas dapat menggali kekuatan-kekuatan dalam
komunitas untuk meningkatkan efek pengembangan,
pemberdayaan atau peningkatan terhadap alur perputaran
ekonomi yang berkembang secara kreatif dan inovatif.

35
7) Skala Prioritas (Low Hanging Fruit)
Setelah komunitas mengetahui potensi, kekuatan dan
peluang yang mereka miliki dengan melaui menemukan
informasi dengan santun, pemetaan aset, penelusuran wilayah,
pemetaan kelompok/institusi dan mereka sudah membangun
mimpi yang indah maka langkah berikutnya, adalah bagaimana
mereka bisa melakukan semua mimpi-mimpi mereka, karena
keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua
mimpi mereka diwujudkan.
Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang
cukup mudah untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan
manakah salah satu mimpi mereka bisa direalisasikan dengan
menggunakan potensi masyarakat itu sendiri tanpa ada bantuan
dari pihak luar. Hal yang harus diperhatikan dalam low
hanging skala prioritas adalah apa ukuran untuk sampai
keputusan bahwa mimpi itulah yang menjadi prioritas?;
Siapakah yang paling berhak menentukan skala prioritas?.
Berikan kepercayaan dan kesempatan kepada masyarakat
untuk menentukan skala prioritas sendiri. Setelah Pilihan
ditentukan oleh masyarakat, maka langkah selanjutnya adalah
design atau merencanakan kegiatan.
Langkah-langkah yang perlu di perhatikan dalam
perencanaan kegiatan adalah:
a) Melihat aset dan peluang yaitu dengan Menampilkan hasil
dari inventarisasi aset dan pemetaan, sehingga setiap orang
dapat menilai aset dan peluang yang di miliki masyarakat,
beberapa aset seperti:
(1) Aset Sosial, masyarakat mendaftar/mendata
organisasi/asosiasi, atau kelompok untuk mengetahui
secara riil aset yang di miliki oleh mereka;
(2) Keahlian Individual dan bakat, dengan mendata
keahlian dan bakat individu di masyarakat yang akan
bermanfaat untuk mengembangkan potensi di
daerahnya;

36
(3) Aset institusi, masyarakat mendaftar /mendata
pelayanan pemerintahan dan swasta yang berada di
sekitar merekan untuk peluang mengembangkan asset;
(4) Aset fisik, dengan melihat peta masyarakat;
(5) Aset alam, peta masyarakat dan keadaannya yang
sebenarnya yang di miliki; dan
(6) Analisa ekonomi masyarakat, dianalisis dengan
menggunakan diagram pemasukan dan pengeluaran
dengan menggunakan timba bocor (leaky bucket).
b) Identifikasi tujuan masyarakat/ skala prioritas masyarakat,
Berdasarkan aset dan peluang, tujuan apa yang akan kita
realisasikan di masyarakat, kelompok masyarakat mampu
mengidentifikasi skala prioritas/ sesuatu yang akan di
kerjakan atau di capai dengan ke kekuatan masyarakat
tanpa ada bantuan dari luar.
c) Identifikasi aset masyarakat untuk mencapai tujuan, Pada
poin ini, kelompok masyarakat dapat mengidentifikasi aset
yang di focuskan atau di prioritaskan untuk mencapai
tujuan.
d) Menyakinkan kelompok-kelompok inti masyarakat untuk
melakukan kegiatan, Kelompok inti masyarakat membuat
komitmen yang jelas dan keterlibatanya dalam kegiatan, di
pilih salah satu leader yang akan memberi contoh dan
bertanggung jawab memotivasi dalam merealisasikan
mimpi banyak masyarakat. Jika aset dan kesempatan yang
mudah yang di fokuskan tercapai dan sukses maka
masyarakat akan mencoba kegiatan yang lebih besar.
Setelah kegiatan perencanaan selesai, maka kegiatan
selanjutnya dilakukan dengan melakukan Skala Prioritas.
Penentuan skala perioritas ini dapat dilakukan dengan
a) Mengajak masyarakat untuk menentukan skala prioritas
setelah mengetahui aset, peta geografi, peta masyarakat,
peta institusi swasta dan pemerintah, daftar kemampuan
masyarakat dan keinginan-keingian masyarakat akan
perubahan di lingkungan sosialnya.

37
b) Menentukan skala prioritas dari sekian banyak skala
keinginan masyarakat yang ada yaitu 3 sampai 5 keinginan
masyarakat untuk dapat di kembangkan.
c) Mempertimbangkan aset dan peluang serta kondisi yang
ada di masyarakat maka di adakan diskusi ke 2 untuk
menentukan skala prioritas utama yang akan di kerjakan
masyarakat dengan melihat kondisi, fasilitas, aset dan
peluang yang ada.
d) Melakukan aksi dengan melihat aset yang ada untuk
melakukan yang paling mudah, aset yang ada saat ini di
manfaatkan untuk melakukan aksi.
Hasil dari aksi akan dapat di lihat dan di evaluasi apakah
hasil yang ada dengan memanfaatkan aset dan peluang yang
ada sudah dapat di harapkan seperti harap masyarakat.
Sehingga hal yang paling penting adalah melihat dampak dan
keberlanjutanya dari hasil kerja keras masyarakat
bermanfaatan untuk masyarakat sekitar

D. Pengelolaan KKN
1. Pengelolaan KKN dikordinasi oleh panitia KKN yang telah dibentuk
dan disahkan melalui SK Rektor tentang kepanitian KKN berdasarkan
pertimbangan LPPM dan pimpinan UNUGIRI.
2. Panitia KKN bertugas mengkoordinir pelaksanaan KKN mahasiswa
yang antara lain menyangkut:
a. Menentukan jadwal pelaksanaan KKN;
b. Pelayanan administrasi kegiatan KKN;
c. Inventarisasi lokasi KKN dan menentukan jumlah mahasiswa tiap
lokasi;
d. Penentuan dan pembagian dosen pembimbing lapangan (DPL)
KKN;
e. Pembekalan KKN;
f. Pengaturan supervisi/monitoring;
g. Penentuan sanksi terhadap pelanggaran ketentuan pelaksanaan
KKN ;
h. Penilaian KKN.
3. Kegiatan KKN dikelola oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian
38
Masyarakat, yang pelaksanaannya dikordinasikan dengan Panitian
KKN;
4. Peserta KKN mendapatkan atribut KKN (jaket, kaos dan topi)
5. Setiap Kelompok KKN mendapatkan bantuan biaya pelaksanaan dari
perguruan tinggi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

E. Proposal KKN
Proposal kegiatan KKN disusun oleh kelompok KKN sebelum
pelaksanaan KKN. Proposal merupakan output dari kegiatan observasi
selama kurang lebih 10 hari sebelum pelaksanaan KKN. Proposal berisi
analisis situasi desa, permasalahan dan solusi, metode pelaksanaan
(PAR/ABCD), jadwal kegiatan, luaran dan target capaian, gambaran Ipteks,
dan peta lokasi desa KKN. Proposal harus mendapatkan tandatangan dari
kepala desa dan DPL. Format proposal KKN ditampilkan pada Lampiran I.

F. Laporan KKN
1. Laporan DPL
Dosen Pendamping Lapangan (DPL) membuat laporan hasil
bimbingan setiap selesai kunjungan dan laporan pengabdian
masyarakat dengan memilih salah satu kegiatan di dalam KKN
kelompok yang dibimbingnya.
a. Laporan Hasil Bimbingan dilakukan sesuai dengan kunjungan
yang dilakukan DPL pada kelompok KKN yang dibimbingnya,
minimal 4X kunjungan ke Desa. Laporan hasil bimbingan
dikirimkan melalui link Google Form : https://bit.ly/lapbim-
DPLKKNUNUGIRI
b. Laporan Pengabdian Masyarakat dikumpulkan pada akhir
kegiatan KKN. DPL membuat minimal 1 laporan PkM dari salah
satu kegiatan unggulan yang dilakukan oleh mahasiswa dengan
melibatkan DPL. Laporan ini juga digunakan untuk memenuhi
kebutuhan BKD (Beban Kinerja Dosen) Semester Ganjil
2023/2024. Format Laporan Pengabdian kepada Masyarakat
adalah menggunakan kertas A4, batas margin atas 2 cm, bawah 2
cm, kiri 3 cm, dan kanan 4 cm, dengan sistematika :
a) Halaman Sampul
b) Halaman Pengesahan
c) Kata Pengantar
39
d) Daftar Isi
e) BAB I. Pendahuluan
f) BAB II. Target dan Luaran
g) BAB III. Metode Pelaksanaan
h) BAB IV. Hasil dan Luaran yang Dicapai
i) BAB V. Kesimpulan dan Saran
j) Daftar Pustaka
k) Lampiran (bukti luaran yang didapatkan)
Format halaman pengesahan laporan PkM ditampilkan pada
Lampiran V.
2. Laporan Mahasiswa
Mahasiswa wajib melaporkan hasil KKN yang dilakukannya baik
secara individu maupun kelompok.
I. Laporan Individu
Pelaporan individu dilakukan dengan mengisi Log book (rekap
kegiatan harian) yang sudah dilakukan. Log book diisi
berdasarkan kegiatan yang dilakukan masing-masing individu
mahasiswa setiap hari berdasarkan runtun waktu. Format Log book
ditampilkan pada Lampiran II. Log Book tidak disertakan pada
laporan akhir, melainkan dikumpulkan oleh masing-masing
mahasiswa di akhir kegiatan KKN melalui Google Form :
https://bit.ly/logbook-MHSKKNUNUGIRI. Log Book yang sudah
dikumpulkan akan menjadi pertimbangan DPL dalam melakukan
penilaian individu.
II. Laporan Kelompok
Adapun laporan kelompok terdiri dari 3 jenis laporan yakni:
a. Laporan Kegiatan Rutin
Laporan Kegiatan Rutin dilakukan setiap hari melalui media
sosial sebagai gambaran kinerja dan kegiatan kelompok KKN
setiap harinya. Laporan ini dilakukan dengan memposting Foto
Kegiatan harian melalui media sosial Instagram (IG) masing-
masing kelompok KKN. Format penamaan akun IG Kelompok
adalah kknunugiri23_Nama Desa. Foto yang diupload harus
terlihat jelas kegiatan yang sedang dilakukan, dengan disertai
caption keterangan kegiatan, dan wajib minimal menggunakan

40
hashtag #kknunugiri2023 #unugiribersinergi #bojonegoromandiri
serta mention akun IG @unugiribojonegoro.
b. Laporan Kegiatan Unggulan
Laporan Kegiatan Unggulan dilakukan melalui peliputan
berita, video youtube, dan poster. Setiap kelompok menentukan
minimal 1 (satu) kegiatan unggulan yang akan dilaporkan.
● Pertama, kegiatan unggulan tersebut disajikan dalam bentuk
liputan berita pada media masa online (bebas), dengan status
published.
● Kedua, kelompok KKN membuat video kegiatan unggulan
yang diunggah di channel Youtube salah satu mahasiswa
KKN (diutamakan mahasiswa yang memiliki banyak
subscriber).
● Ketiga, kegiatan unggulan disajikan dalam bentuk Poster.
Poster tidak perlu di posting di Instagram kelompok KKN.
Poster dicetak dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Ukuran kertas A1
2) Jenis kertas Art Paper
3) Poster tidak perlu dibingkai
4) Menarik, informatif, dan full colour
5) Konten Poster mencantumkan : identitas UNUGIRI,
identitas Kelompok KKN dan DPL, profil desa,
informasi kegiatan unggulan, hasil kegiatan, beserta
foto kegiatan.
6) Gambar/foto dan tulisan harus terlihat jelas dan
proporsional (60% gambar, 40% tulisan)
Pelaporan link berita, youtube, dan poster dikumpulkan pada
form yang telah disediakan panitia.
c. Laporan Akhir
Laporan Akhir dilakukan dengan melaporkan seluruh kegiatan
KKN di desa. Format Laporan Akhir menggunakan kertas A4,
batas margin atas 2 cm, bawah 2 cm, kiri 3 cm, dan kanan 4 cm.
Laporan Akhir dikumpulkan dalam bentuk hardfile dan softfile.
Adapun sistematika laporan akhir antara lain:
1) Halaman Sampul (Lampiran III)
2) Halaman Pengesahan (Lampiran VI)
41
3) Kata Pengantar
4) Daftar Isi
5) BAB I. Gambaran Umum Lokasi
a) Geografi dan Demografi Desa
b) Sarana dan Prasarana Desa
c) Kehidupan Keagamaan Masyarakat
d) Kehidupan Ekonomi Masyarakat
e) Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
f) NU dan Perkembangannya di Desa
6) BAB II. Pemetaan Wilayah
Bab ini berisi inventarisi masalah desa, perumusan program
berupa skema-skema yang dipilih dalam program KKN beserta
tujuan dan time line tiap kegiatan.
7) BAB III. Ralisasi Program/Kegiatan
Bagian ini mendeskripsikan semua program dan kegiatan
yang dilaksanakan selama KKN. Realisasi dari masing-masing
program harus memuat informasi :
● Nama Program
● Tujuan
● Tempat Pelaksanaan
● Waktu Pelaksanaan
● Sasaran
● Deskripsi Kegiatan
● Partisipasi Masyarakat
● Hasil Kegiatan
● Hambatan / Kendala
● Daftar Hadir (jika berupa acara yang mengundang
kelompok warga)
● Foto-foto kegiatan
8) BAB IV. Evaluasi
Bagian ini mengevaluasi proses selama berlangsungnya
kegiatan KKN, baik program dan kegiatan yang direncanakan
maupun yang direalisasikan terutama terhadap program yang
tidak dapat direalisasikan, hal-hal yang menjadi hambatan, dll.
Bab ini menyertakan form hasil evaluasi yang telah di
tandatangan DPL (Lampiran VII).
42
9) BAB V. Rekomendasi
Berisi Kesimpulan dan Rekomendasi tindak lanjut dari
kegiatan KKN di desa tersebut.
10) Daftar Pustaka
Berisi referensi-referensi yang dicantumkan pada laporan
akhir. Referensi dapat diambil dari Buku, Website, maupun
Artikel di Jurnal Pengabdian Masyarakat.
11) Lampiran
Lampiran minimal berisi peta Desa, jarak desa dengan
UNUGIRI (berdasarkan Google Map), absensi KKN, buku
Tamu, dan poster program unggulan (A4). Lampiran dapat
ditambah sesuai dengan kebutuhan.

Adapun Teknik pelaporan Laporan Akhir antara lain:


1) Sebelum dikumpulkan, Laporan akhir KKN harus disetujui dan
ditanda tangani dosen pembimbing. Pengesahan oleh Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dilakukan setelah
laporan terkumpul.
2) Laporan Akhir KKN yang sudah memenuhi syarat, selanjutnya
digandakan menjadi 2 exemplar dan dijilid hard cover;
3) Laporan akhir KKN yang asli, selanjutnya diserahkan kepada LPPM
sebagai dokumentasi. Kelompok KKN juga wajib mengunggah
laporan KKN berupa softfile dan mengisi form pada link berikut :
https://bit.ly/laporankelompok-KKNUNUGIRI .

G. Penilaian Kegiatan KKN


Penilaian terhadap kegiatan KKN mencakup 3 (tiga) komponen,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan. Rincian masing-
masing komponen tertuang pada Prosedur KKN adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan meliputi kegiatan pembekalan mahasiswa,
observasi pra KKN ke desa masing-masing, dan penyusunan proposal
kegiatan tiap kelompok. Penilaian ini dilakukan oleh DPL setiap
kelompok. Kegiatan perencanan memiliki bobot penilaian sebesar
25% dari seluruh komponen penilaian KKN.
2. Pelaksanaan
43
Pelaksanaan kegiatan meliputi keaktifan dan partisipasi
mahasiswa selama mengikuti setiap kegiatan KKN. Kegiatan ini
dibuktikan dengan log book yang diisi setiap mahasiswa dan
dilaporkan setiap minggunya melalui form (online) yang akan
dibagikan panitia KKN. Penilaian pelaksanaan dilakukan oleh DPL
dan DPU dengan bobot penilaian 30% dari DPL dan 20% dari DPU
pada seluruh komponen penilaian KKN.
3. Pelaporan
Penilaian laporan dilakukan oleh DPL dengan mencakup nilai-
nilai dari Laporan Individu, Laporan Kegiatan Rutin, Laporan
Kegiatan Unggulan, dan Laporan Akhir. Pelaporan memiliki bobot
penilaian 25% dari seluruh Komponen penilaian KKN.

H. Diseminasi Hasil KKN


Diseminasi dilakukan untuk menentukan kelompok KKN Terbaik.
Adapun kriteria dalam penilaian meliputi ketepatan dan kreatifitas
program KKN, tingkat keberhasilan dan partisipasi masyarakat, dampak
pada masyarakat, dan penyajian serta penyampaian saat diseminasi.
Perwakilan kelompok (Koordinator Desa) melakukan Diseminasi Hasil
KKN (mempresentasikan hasil kegiatan KKN) kepada Tim Penilai KKN.
Jadwal dan teknis pelaksanaan akan diumumkan melalui Surat Edaran
(menyusul).

44
BAB III
PROSEDUR KKN

Prosedur pelaksanaan KKN Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri


meliputi tahapan kegiatan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Prosedur KKN

Observasi dan
Persiapan Pembekalan Perencanaan
Kegiatan

Pembinaan
penyusunan Kegiatan
dan bimbingan
Laporan Lapangan
Lapangan

Penilaian dan Rencana


Evaluasi
Diseminasi Tindak Lanjut

A. Persiapan
1. Menetapkan lokasi oleh panitia KKN.
2. Menetapkan mahasiswa KKN, mahasiswa yang diperbolehkan
mengikuti KKN adalah yang telah memenuhi persyaratan :
a. Telah menempuh perkuliahan s.d. semester VI (enam) atau setara
115 SKS dan dinyatakan lulus dibuktikan dengan KHS yang
tervalidasi oleh Direktorat 1 bidang Akademik dan Kerjasama.
b. Telah melunasi seluruh administrasi keuangan s.d. semester VI
(enam), dibuktikan dengan Surat Keterangan yang tervalidasi oleh
Direktorat 4 bidang Administrasi, Keuangan, dan Sumber Daya.
c. Menyatakan sanggup mentaati tata tertib KKN serta sanggup

45
ditempatkan di seluruh lokasi KKN yang ditetapkan oleh panitia.
d. Khusus mahasiswa yang berstatus sebagai karyawan, harus
mendapat izin tertulis dari atasan langsung dan suratnya
diserahkan kepada Panitia KKN.
3. Menetapkan dosen pembimbing lapangan KKN, dosen pembimbing
lapangan harus bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan KKN
di lokasi KKN yang menjadi bimbingannya.

B. Pembekalan
Pembekalan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
ketrampilan praktis yang sangat diperlukan selama kegiatan KKN.
Pembekalan dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi sesuai
kebutuhan masyarakat sasaran. Pengetahuan tentang kondisi, kebiasaan,
budaya dan nilai-nilai masyarakat merupakan materi yang penting
diberikan sebagai upaya mengurangi kesalahan tindakan mahasiswa di
lapangan ketika memasuki wilayah dan masyarakat / komunitas baru.
Disamping berkaitan dengan pengetahuan tentang desa/wilayah atau
masyarakat sasaran, mahasiswa juga dibekali dengan berbagai
pemahaman tentang :
1. Maksud, tujuan dan apa yang akan dicapai dengan kegiatan KKN.
2. Potensi dan permasalahan yang dihadapi masyarakat sasaran.
3. Pentingnya kemampuan berkomunikasi dan adaptasi dengan
masyarakat dan aparat.
4. Pentingnya implementasi disiplin ilmu, etika bergaul dan
bermasyarakat.
5. Membangun jaringan bersama masyarakat dan pemerintah secara
terintegral untuk meningkatkan akses dan kapasitas masyarakat.
Adapun materi pembekalan KKN Universitas Nahdlatul Ulama Sunan
Giri secara umum meliputi:
1. Penjelasan tentang maksud, tujuan, target, peran mahasiswa serta tata
tertib yang harus diikuti mahasiswa.
2. Penjelasan tentang maksud Pemberdayaan masyarakat.
3. Metode observasi, meta problem dan analisis situasi, dan penyusunan
rencana kegiatan
4. Teknologi tepat guna dalam upaya membangun dan membina desa.
5. Pemanfaatan media baik online maupun offline.
46
6. Pengembangan potensi masyarakat.

C. Observasi dan Perencanaan Kegiatan KKN


Kegiatan observasi dan perencanaan KKN KKN merupakan
kegiatan pendahuluan sebelum mahasiswa bertugas di lapangan.
Mahasiswa KKN melakukan Observasi awal ke lokasi KKN bersama
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Kegiatan ini dimulai dari Observasi
awal. Selanjutnya koordinasi dan perijinan ke lokasi KKN yang
dilaksanakan oleh mahasiswa peserta KKN yang dibimbing oleh DPL
masing-masing. Perijinan ke lokasi KKN dilakukan secara tatap muka
oleh mahasiswa didampingi dengan DPL.
Secara umum kegiatan ini terdiri dari orientasi lapangan baik secara
langsung maupun melalui media lain. Orientasi lapangan bertujuan untuk
beradaptasi serta menemukan potensi dan permasalahan yang dihadapi
masyarakat yang mendesak untuk dicari alternatif solusinya. Selanjutnya,
Orientasi lapangan tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan rencana
kegiatan.
1. Orientasi Lapangan
Di bawah bimbingan DPL kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa
secara cepat dapat memperoleh gambaran yang lebih matang tentang
lokasi KKN. Pada Tahap ini peserta dapat melakukan inventarisasi
permasalahan dan potensi desa. Selanjutnya mahasiswa dapat
membuat rencana kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
disepakati masyarakat, dan mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi lebih aktif. Pelaksanaan orientasi lapangan
dilaksanakan secara tatap muka oleh kelompok mahasiswa pada
minggu awal pelaksanaan KKN setelah memperoleh izin lokasi KKN
sesuai dengan tempat yang telah ditetapkan.
2. Menyusun Rencana Kegiatan
Menentukan skala prioritas, yang disesuaikan dengan kemampuan
dan kapasitas mahasiswa dari segi waktu dan target KKN. Kegiatan
diarahkan pada pembangunan dan pembinaan desa dengan tetap
mengingat pentingnya melestarikan lingkungan untuk keberlanjutan
kehidupan masyarakat secara luas. Topik dan subtopik program KKN
dapat dilihat pada Tabel 3.1.

47
Tabel 3.1 Topik dan Subtopik Program KKN
No Topik Subtopik
Alat Teknologi Pertanian dan Peternakan
1 Teknologi Tepat guna Desa Tangguh Bencana
Desa Digital
Pengembangan UMKM
Peningkatan Ekonomi
Digital Marketing
2 dan Ketahanan
Desa Wisata
Pangan
Produk Unggulan Desa
Literasi Digital (Taman Baca Masyarakat,
Perpustakaan Desa, Bahasa Daerah)
Penguatan Pendidikan Karakter
3 Pendidikan Seminar dan Workshop Pendidikan
(Managemen Pendidikan, Beasiswa
Pendidikan Tinggi)
Teknologi dan Inovasi Pendidikan
Moderasi Beragama
Peningkatan Kompetensi Wawasan
4 Sosial Keagamaan Keagamaan
Penguatan Kegiatan Keislaman
Penguatan Organisasi NU
Edukasi Kesehatan (Anti Stunting,
Gerakan ASI Eksklusif, Gerakan Sadar
Gizi)
5 Kesehatan
Kesehatan Masyarakat (Pelayanan
Kesehatan, Bulan Timbang Bayi)
Penyuluhan Obat-Obatan

Pertimbangan dalam membuat rencana kegiatan, antara lain:


a. Sesuai dengan maksud, tujuan, dan target KKN.
b. Sesuai dengan kontribusi yang diharapkan dari mahasiswa.
c. Penyelesaian program KKN sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
48
d. Mendorong dan melibatkan partisipasi masyarakat, serta
mempergunakan kelembagaan masyarakat yang telah ada/berjalan
seperti kegiatan pendidikan baik formal/non-formal/informal,
pengajian, rembug desa, PKK, Posyandu, BKB, dan sebagainya.
e. Bertujuan akhir pada pemberdayaan masyarakat serta
pengembangan potensi desa, sehingga selanjutnya masyarakat
dapat mengembangkan potensi dan mampu mengatasi
permasalahannya secara mandiri ketika program KKN berakhir.
f. Kegiatan dapat bersifat pengembangan potensi desa dan
penyelesaian masalah praktis maupun startegis, terukur
pencapaiannya dan memanfaatkan kondisi daerah tersebut.
g. Merupakan program revitalisasi, sinergis dan melanjutkan yang
sudah ada tetapi sementara tidak dapat berjalan. Dengan tetap
berpusat pada masyarakat.
Luaran dalam kegiatan observasi dan perencanaan kegiatan berupa
proposal program kegiatan KKN yang dilaporkan ke panitia KKN.
dengan mengunggah Proposal Kegiatan KKN pada form yang disediakan
panitia.

D. Kegiatan Lapangan
Pelaksanaan kegiatan mengacu pada program yang telah
direncanakan. Pada dasarnya kegiatan yang dilaksanakan mengacu pada
hal-hal sebagai berikut:
1. Setiap kegiatan berorientasi pada potensi dan kebutuhan masyarakat,
sehingga partisipasinya optimal.
2. Kegiatan diarahkan untuk menunjang program pengembangan potensi
desa yang sudah ada.
3. Kegiatan diintegrasikan dengan program desa/dinas/instansi/lembaga
terkait, sehingga berkesinambungan.
4. Melibatkan dan berkoordinasi lembaga masyarakat yang ada di desa,
seperti RT, BPD, PKK, PNPM, Pendidikan, dll.
5. Pelaksanaan KKN dilakukan dengan berkolaborasi dan sesuai anjuran
pemerintah.
6. Pelaksanaan KKN dilakukan secara tatap muka selama satu bulan,
berdasarkan penjadwalan yang sudah ditetapkan oleh panitia KKN.

49
E. Pembinaan dan Bimbingan Lapangan
Pembinaan dan bimbingan lapangan dilakukan sejak Surat
Keputusan (SK) Rektor tentang Penetapan Dosen Pembimbing Lapangan
(DPL) dan Dosen Pembimbing Umum (DPU) disahkan. Pembinaan dan
Bimbingan Lapangan KKN dilakukan oleh dua pihak, yakni Oleh DPL
dan DPU.
1. Pembinaan dan Bimbingan Lapangan oleh DPU
a. Fungsi Bimbingan Lapangan oleh DPU
Bimbingan DPU dilakukan kepada DPL dan mahasiswa di
lapangan untuk membantu mensukseskan kegiatan mahasiswa
dalam mencapaian tujuan KKN Universitas Nahdlatul Ulama
Sunan Giri.
b. Peran Dosen Pembimbing Umum
DPU bertugas memberikan masukan terkait kegiatan KKN
yang telah disusun ataupun dilaksanakan oleh DPL dan
mahasiswa. Selain itu, DPU juga bertugas memonitoring dan
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan KKN yang dilakukan
Mahasiswa KKN serta memonitoring bimbingan DPL. Kerjasama
antara DPU dan DPL sangat penting dilakukan untuk keberhasilan
kelompok KKN bimbingannya.
2. Pembinaan dan Bimbingan Lapangan oleh DPL
a. Fungsi Bimbingan Lapangan oleh DPL
Bimbingan kepada mahasiswa di lapangan oleh DPL bertujuan
untuk membantu mahasiswa dalam menyusun, melaksanakan, dan
membuat laporan kegiatan KKN hingga tercapainya tujuan KKN
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri.
b. Peran Dosen Pembimbing Lapangan
Peran aktif DPL sangat diperlukan, sehingga DPL dipilih
berdasarkan kriteria tertentu yang memiliki kemampuan sebagai
pembimbing, mediator, fasilitator, motivator, panutan dan
sekaligus dapat mendorong terciptanya situasi dan kondisi
kondusif selama masa KKN. Oleh karena itu Dosen Pembimbing
lapangan diharuskan intensif dalam proses pembimbingan, dan
diharapkan lebih memahami kondisi lapangan dan kondisi
mahasiswa. Kerjasama antara DPL dan mahasiswa sebagai suatu
50
tim sangat penting untuk mencapai tujuan dan keberhasilan
mahasiswa dalam pelaksanaan KKN di lapangan. Secara eksplisit
tugas Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) sebagai berikut :
1) Berkunjung ke desa minimal 1x saat observasi dan 4x saat
pelaksanan KKN.
2) Membimbing mahasiswa dalam melakukan orientasi dan
observasi lapangan sebagai kegiatan pendahuluan.
3) Membantu mahasiswa dalam proses komunikasi program.
4) Menjaga dan mengarahkan mahasiswa agar senantiasa
mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan.
5) Mendorong kreativitas dan inovasi mahasiswa.
6) Membantu mengembangkan potensi mahasiswa dan
menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.
7) Menjadi penghubung antara mahasiswa, panitia/pengelola
KKN, pemerintah desa dan masyarakat.
8) Memantau dan menjaga etika mahasiswa selama kegiatan
KKN.
9) Memberikan penilaian dan evaluasi KKN di kelompok
bimbingannya kepada panitia/pengelola KKN.

F. Penyusunan Laporan
Laporan KKN dilakukan dengan melaporkan kegiatan rutin,
kegiatan unggulan, dan laporan akhir dengan format dan ketentuan yang
dijelaskan pada Bab II point E. Adapun untuk melengkapi laporan akhir,
mahasiswa KKN perlu juga melengkapi administasi kegiatan KKN.
Administrasi kegiatan KKN selama di lapangan yang harus dibuat oleh
tiap kelompok adalah :
1. Rekap program Kegiatan KKN, antara lain :
a. Program selama KKN, dan time schedule.
b. Program bulanan, mingguan, serta jadwal kegiatan harian.
2. Laporan Individu (Log Book), yang harus dibuat oleh setiap anggota
kelompok. Laporan ini berisi segala kegiatan individu yang
terintegrasi dalam kegiatan kelompok. Laporan kegiatan harian
dilaporkan oleh masing-masing individu menurut kegiatan yang
dilakukan setiap hari menurut runtun waktu. Laporan ini dilakukan
51
dengan mengunggah logbook Individu pada Form yang disediakan
panitia.
3. Buku Absensi, untuk mendata kehadiran peserta KKN setiap hari.
Absensi dilakukan oleh perwakilan anggota KKN dengan pengawasan
DPL.
4. Buku Tamu, untuk mencatat kehadiran tamu kelompok KKN, baik
tamu pribadi maupun tamu dari pemerintah, masyarakat, kehadiran
DPL/DPU, dan lain-lain.
5. Setiap kelompok wajib melengkapi laporan akhir serta mengirimkan
laporan melalui mekanisme yang sudah ditentukan panitian KKN.
6. Seluruh administrasi kegiatan kelompok tersebut, akan diperiksa
setiap saat oleh dosen pembimbing lapangan, panitia KKN, dosen
pembimbing umum.
7. Menjelang akhir tugas lapangan, peserta KKN harus meneliti
keseluruhan pelaksanaan program. Apabila ada bagian program yang
belum terselesaikan, agar dikomunikasikan dengan pihak terkait, serta
dimuat dalam laporan hasil KKN.
8. Pada minggu terakhir kegiatan lapangan, mahasiswa peserta KKN
harus sudah mempersiapkan laporan kegiatan rutin, laporan kegiatan
unggulan, dan draft laporan akhir.

G. Evaluasi
Ketentuan umum evaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilan
program kegiatan KKN dapat diukur dari beberapa aspek, yakni sebagai
berikut:
1. Pemahaman potensi yang ada dalam masyarakat dan
pengembangannya, serta permasalahan yang ada dalam masyarakat
berserta alternatif solusinya.
2. Kemampuan sosialisasi, komunikasi, dan koordinasi dengan berbagai
pihak, untuk merealisasikan program yang telah direncanakan.
3. Kuantitas, kualitas, dan kelayakan program.
4. Besarnya partisipasi masyarakat baik dalam bentuk pemikiran, tenaga,
dan dana.
5. Manfaat program yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
Adapun komponen yang dievaluasi sebagai dasar penilaian terhadap
mahasiswa adalah:
52
1. Kegiatan Pra KKN (pembekalan, orientasi dan observasi lapangan)
2. Perencanaan kegiatan
3. Pelaksanaan kegiatan
4. Laporan akhir mahasiswa
5. Kehadiran dan aktifitas dalam kegiatan (inisiatif, partisipasi,
kontribusi)
6. Kegiatan/program mahasiswa secara individu
7. Perilaku selama kegiatan KKN
Adapun pihak internal yang melakukan evaluasi mahasiswa adalah:
1. LPPM sebagai institusi
2. Tim Monev UNUGIRI dan Pelaksana Kegiatan yaitu DPU yang
terdiri dari jajaran Rektorat.
3. Dosen Pembimbing Lapangan
H. Penilaian dan Diseminasi
Penilaian dapat dilakukan oleh salah satu DPL. DPL memberikan
penilaian melalui Sistem Informasi Manajemen (SIM) Universitas
Nahdlatul Ulama Sunan Giri (https://sim.unugiri.ac.id/). Penilaian dari
DPU akan diserahkan ke DPL untuk diinput oleh DPL ke dalam SIM.
Adapun penilaian akhir dikonversi ke dalam huruf: A, A-, B+, B, B-, C+,
C, D dan E menurut ketentuan akademik yang berlaku. Mahasiswa yang
memperoleh nilai B-, C+, C, D, dan E dinyatakan tidak lulus dan harus
mengulang. Komponen penilaian Kegiatan KKN ditampilkan pada Tabel
3.5.1.

Tabel 3.5.1 Komponen penilaian Kegiatan KKN

Komponen (Penilai) Bobot


Perencanaan (DPL) 25%
Pelaksanaan (DPL) 30%
Pelaksanaan (DPU) 20%
Pelaporan (DPL) 25%

Setelah dilakukan penilaian, maka kegiatan berikutnya yaitu


Diseminasi hasil KKN. Kegiatan diseminasi merupakan salah satu
komponen dalam penentuan kelompok terbaik. Diseminasi dilakukan

53
guna memperoleh gambaran kegaiatan dan hasil dari KKN yang
dilakukan tiap kelompok. Tim penilai dalam Diseminasi terdiri dari unsur
rektorat / dekan dan panitia KKN.

I. Rencana Tindak Lanjut


Rencana tindak lanjut terhadap hasil serta dampak yang ditimbulkan
berguna untuk beberapa hal, diantaranya:
1. Tingkat keberhasilan dan pencapaian program.
2. Faktor penghambat dan pendukung program.
3. Efisiensi dan efektifitas program.
4. Pengaruh atau dampak positif yang ditimbulkan oleh program.
Hasil evaluasi dan tindak lanjut ini dapat digunakan untuk mengukur
sejauh mana tujuan yang telah dicapai dan dampak positif yang telah
ditimbulkan, yang meliputi aspek:
1. Pemberdayaan mahasiswa (personality empowerment)
2. Pemberdayaan masyarakat (community empowerment)
3. Pengembangan kelembagaan (institutional development)
Dengan mengikuti kegiatan KKN, mahasiswa diharapkan akan
memperoleh pengalaman sosial dan dapat menerapkan pengetahuan
akademik di tengah masyarakat. Keberhasilan program kegiatan diukur
dari sejauh mana mahasiswa mempunyai:
1. Pemahaman permasalahan yang ada dalam masyarakat.
2. Mencari alternatif solusinya.
3. Melakukan sosialisasi, komunikasi, dan koordinasi dengan berbagai
pihak, untuk merealisasikan solusi yang dipilihnya.
Rencana Tindak lanjut dilakukan sebagai upaya agar pelaksanaan
KKN selalu dalam jalur dan rambu-rambu yang telah ditetapkan dan dapat
ditindak lanjuti programnya. Sehingga program dan kerjasama dapat terus
berjalan. Dalam kerangka pencapaian tujuan bagi mahasiswa dan
kepentingan masyarakat, maka kegiatan perlu dilakukan dengan optimal.

54
55
BAB IV
TATA TERTIB

A. Aturan Umum
1. Mahasiswa peserta KKN harus menandatangani daftar hadir harian
yang dibuat dan disiapkan di lokasi Posko KKN.
2. Ketika meninggalkan lokasi KKN, mahasiswa peserta KKN harus
mengisi berita acara kegiatan yang akan dilakukan di kolom daftar
hadir harian (kegiatan tersebut harus terkait dengan program KKN
atau kegiatan lain yang diizinkan oleh penanggung jawab lokasi KKN,
dan sepengetahuan koordinator desa/ketua kelompok).

B. Aturan Khusus
Secara khusus setiap mahasiswa peserta KKN wajib untuk:
1. Mengikuti pembekalan dan kegiatan lapangan.
2. Membawa/memakai identitas dan pengenal selama KKN dan
bertugas dilapangan (topi, kaos, almamater, atau jaket KKN)
3. Memperhatikan etika, nilai-nilai dan norma dalam masyarakat
dilokasi KKN.
4. Laporan dan buku harian harus selalu siap setiap hari untuk
kepentingan pemantauan oleh DPL, DPU, Pemerintah desa dan
panitia, serta Tim Monev.
5. Melaporkan permasalahan yang terjadi yang tidak dapat diselesaikan
oleh tim mahasiswa kepada DPL atau panitia pengelola KKN.
6. Menginformasikan dan mendapatkan pengesahan DPL, LPPM
UNUGIRI, dan pemerintah setempat jika akan mencari donatur atau
sponsorship kegiatan.
7. Mempertimbangkan untuk tidak memberikan informasi, statement
dan penilaian kondisi daerah/ wilayah KKN kepada pihak luar atau
wartawan yang akan berakibat merugikan nama baik pihak yang
terkait.

C. Kewajiban Mahasiswa KKN


1. Kewajiban Mahasiswa Kelompok
a. Kelompok KKN wajib melakukan observasi untuk mengetahui
permasalahan dan potensi desa sebelum pelaksanaan KKN.
56
b. Kelompok KKN wajib membuat proposal kegiatan KKN
berdasarkan hasil observasi beserta rencana program/kegiatan.
c. Kelompok KKN wajib selalu berkoordinasi dengan pemerintah
Desa sebelum pelaksanaan, saat pelaksanaan, dan setelah
pelaksanaan KKN.
d. Kelompok KKN wajib tinggal dan menetap di Desa selama
kegiatan KKN.
e. Kelompok KKN wajib melakukan kegiatan pemberdayaan dan
pengabdian masyarakat dengan metode PAR atau ABCD.
f. Kelompok KKN wajib berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
sosial yang ada di desa.
g. Kelompok KKN wajib melaporkan kegiatan rutin KKN setiap
harinya melalui sosial media dengan mengunggah report kegiatan
harian ke Sosial Media (Instagram)
h. Kelompok KKN wajib membuat minimal satu video kegiatan
unggulan.
i. Kelompok KKN wajib membuat minimal satu report berita
kegiatan unggulan yang dipublish di media masa digital, dengan
status Publised.
j. Kelompok KKN wajib membuat poster program unggulan.
k. Kelompok KKN wajib membuat laporan akhir KKN.

2. Kewajiban Setiap Individu dalam Kelompok KKN


a. Setiap peserta KKN wajib mengikuti pembekalan secara seksama,
dan jika tidak mengikutinya, maka mahasiswa yang bersangkutan
dinyatakan mengundurkan diri. Kecuali ada kepentingan
mendesak yang dibuktikan dengan melampirkan surat ijin dan atau
surat keterangan.
b. Setiap peserta KKN wajib mengikuti kegiatan upacara
pemberangkatan dan penutupan KKN.
c. Setiap peserta KKN wajib membawa jas almamater dan identitas
diri lainnya sebagai mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama
Sunan Giri dan memakainya pada acara-acara formal di lokasi
KKN.
d. Setiap peserta KKN wajib menjaga Tatakrama Hidup
Bermasyarakat yang Islami, dan menjaga nama baik almamater
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri.
e. Setiap peserta KKN wajib selalu berpakaian rapi dan Islami
dengan tetap menjaga kesopanan dan selalu menyesuaikan dengan
57
kondisi dan situasi di tempat KKN.
f. Setiap peserta KKN wajib menjalankan dan memenuhi program
yang telah direncanakan dan disepakati bersama secara sungguh-
sungguh dan bertanggung jawab.
g. Setiap peserta KKN harus menjaga hubungan baik sesama peserta
KKN, dan tetap menjaga kekompakan kelompok.
h. Setiap peserta KKN harus menjaga hubungan baik dengan pihak-
pihak terkait dan anggota masyarakat di tempat KKN.
i. Setiap peserta KKN harus tetap berlaku santun sebagai sosok yang
sedang belajar di masyarakat sehingga tercipta hubungan baik
yang terhindar dari hal yang tidak diinginkan.
j. Setiap peserta KKN harus selalu aktif dan kreatif dalam
menjalankan programnya sehingga dapat memberikan contoh dan
memotivasi masyarakat sekitar untuk mendukung program yang
telah dirancang.
k. Setiap mahasiswa KKN wajib menjunjung tinggi nilai-nilai
kesopanan, adat-istiadat, dan kebiasaan baik yang berlaku di
masyarakat dan menahan diri untuk tidak menimbulkan masalah
apabila ada hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan dirinya.
l. Setiap mahasiswa KKN dilarang keras melakukan aktifitas yang
mengarah pada isu SARA dan politik.
m. Setiap mahasiswa KKN wajib tertib (tidak ramai/urakan) ketika
berada di lokasi KKN.
n. Setiap mahasiswa KKN wajib menjaga kebersihan dan kerapian
tempat tinggal dan di lingkungan sekitar lokasi KKN.
o. Setiap mahasiswa KKN wajib mengisi log book setiap hari.

D. Larangan Mahasiswa KKN


1. Setiap peserta KKN dilarang melakukan hal-hal negatif yang
melanggar norma sosial dan norma agama.
2. Setiap peserta KKN tidak diperkenankan mengenakan pakaian yang
tidak santun dan tidak Islami, yang dapat menimbulkan pergunjingan
di masyarakat.
3. Setiap peserta KKN dilarang membawa dan menggunakan senjata
tajam, senjata api, dan membawa dan mengkonsumsi minuman keras
dan obatobat terlarang.
58
4. Setiap peserta KKN dilarang melakukan perbuatan-perbuatan negatif
dalam hal hubungan pria dan wanita yang bukan mahrom.
5. Setiap peserta KKN dilarang melakukan ataupun ikut-ikutan dalam
perihal perjudian.
6. Setiap peserta KKN dilarang keras meninggalkan lokasi KKN selama
melaksanakan KKN, kecuali melaksanakan tugas-tugas yang
berkaitan dengan realisasi program-program KKN dan kegiatan
lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan ijin ke penanggung
jawab tempat KKN/Kepala Desa, dan DPL.

E. Sanksi
Bagi mahasiswa peserta KKN yang tidak mematuhi tata tertib dan
melanggar peraturan yang telah ditetapkan akan dikenakan sanksi berupa:
1. Teguran lisan, sebagai peringatan I.
2. Tertulis dengan tembusan kepada pimpinan Universitas, sebagai
peringatan II.
3. Sanksi Peringatan Tingkat III ini berupa :
a. Mahasiswa tersebut diperbolehkan meneruskan kegiatan di lokasi
kerja KKN, tetapi mendapatkan penurunan nilai (dapat sampai
batas minimal)
b. Mahasiswa tersebut diminta mengundurkan diri sebagai peserta
KKN.
c. Penarikan dari lokasi kerja KKN sehingga dinyatakan gugur, atau
d. Merekomendasikan kepada Rektor dengan tembusan kepada
Dekan Fakultas agar mahasiswa tersebut diberikan sanksi
akademis lainnya (skorsing dan sebagainya).

59
LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Format Proposal Kegiatan KKN


Isian Substansi Proposal
Kuliah Kerja Nyata
Petunjuk: isi di tempat yang telah disediakan sesuai dengan
petunjuk pengisian dan tidak diperkenankan melakukan
modifikasi template atau penghapusan di setiap bagian.

JUDUL

Tuliskan Judul Kegiatan KKN di Desa

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………dst.

RINGKASAN

Ringkasan tidak lebih dari 300 kata yang berisi urgensi, tujuan, dan luaran
yang ditargetkan.
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………dst.
KATA KUNCI

Kata kunci maksimal 5 kata

Kata_kunci_1; kata_kunci2; ………. dst.

B. Pendahuluan

Pendahuluan tidak lebih dari 1000 kata yang berisi analisis situasi dan
permasalahan desa yang akan diselesaikan. Uraian analisis situasi dibuat
secara komprehensif agar dapat menggambarkan secara lengkap kondisi
desa. Analisis situasi dijelaskan dengan berdasarkan kondisi eksisting dari
desa/masyarakat yang akan diberdayakan, didukung dengan profil desa
dengan data dan gambar yang informatif. Tujuan kegiatan dan kaitannya
dengan fokus KKN perlu diuraikan.

60
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………dst.

C. Permasalahan dan Solusi


C.1. Permasalahan Prioritas (dikaitkan dengan A.4 atau A.5)
Permasalahan prioritas maksimum terdiri atas 500 kata yang berisi uraian
bidang/aspek kegiatan yang akan ditangani. Untuk masyarakat yang
produktif secara ekonomi meliputi bidang produksi, manajemen usaha dan
pemasaran (hulu hilir usaha). Untuk kelompok masyarakat non produktif
(masyarakat umum) maka permasalahannya sesuai dengan kebutuhan
kelompok tersebut, seperti peningkatan pelayanan, peningkatan ketentraman
masyarakat, memperbaiki/membantu fasilitas layanan dalam segala bidang,
seperti bidang sosial, budaya, ekonomi, keamanan, kesehatan, pendidikan,
hukum, dan berbagai permasalahan lainnya secara komprehensif. Perioritas
permasalahan dibuat secara spesifik. Tujuan kegiatan dan kaitannya dengan
fokus kegiatan yang perlu diuraikan.
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………….…………. dst.

C.2. Solusi

Solusi permasalahan maksimum terdiri atas 1500 kata yang berisi uraian
semua solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Deskripsi lengkap bagian solusi permasalahan memuat hal-hal
berikut.
a. Tuliskan semua solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi desa secara sistematis sesuai dengan
prioritas permasalahan. Solusi harus terkait betul dengan permasalahan
prioritas desa.
b. Tuliskan target luaran yang akan dihasilkan dari masing-masing solusi
tersebut baik dalam segi produksi maupun manajemen usaha (untuk
mitra ekonomi produktif/mengarah ke ekonomi produktif) atau sesuai
dengan solusi spesifik atas permasalahan yang dihadapi desa dari
kelompok masyarakat yang tidak produktif secara ekonomi/sosial.
c. Setiap solusi mempunyai target penyelesaian luaran
tersendiri/indikator capaian dan sedapat mungkin terukur atau dapat
dikuantitatifkan dan tuangkan dalam bentuk tabel.
d. Uraian hasil yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan,
akan memiliki nilai tambah.

61
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………. dst.
D. Metode
Metode pelaksanaan maksimal terdiri atas 1500 kata yang menjelaskan
tahapan atau langkah-langkah dalam melaksanakan solusi yang ditawarkan
untuk mengatasi permasalahan desa. Deskripsi lengkap bagian metode
pelaksanaan untuk mengatasi permasalahan sesuai tahapan berikut.
1. Untuk kelompok masyarakat yang bergerak di bidang ekonomi
produktif dan mengarah ke ekonomi produktif, maka metode
pelaksanaan kegiatan terkait dengan tahapan pada minimal 2 (dua)
bidang permasalahan yang berbeda yang ditangani pada desa, seperti:
a. Permasalahan dalam bidang produksi.
b. Permasalahan dalam bidang manajemen.
c. Permasalahan dalam bidang pemasaran, dan lain-lain.
2. Untuk kelompok masyarakat yang tidak produktif secara
ekonomi/sosial minimal 2 (dua) bidang permasalahan, nyatakan
tahapan atau langkah-langkah pelaksanaan KKN yang ditempuh
guna melaksanakan solusi atas permasalahan spesifik yang dihadapi
oleh desa/kelompok masyarakat. Pelaksanaan solusi tersebut dibuat
secara sistematis yang meliputi layanan kesehatan, pendidikan,
keamanan, konflik sosial, kepemilikan lahan, kebutuhan air bersih, buta
aksara dan lain-lain.
3. Uraikan bagaimana partisipasi desa dalam pelaksanaan program.
4. Uraikan bagaimana evaluasi pelaksanaan program dan keberlanjutan
program di lapangan setelah kegiatan selesai dilaksanakan.
5. Uraikan peran dan tugas dari masing-masing anggota tim KKN sesuai
dengan kompetensinya dan penugasan mahasiswa.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………. dst.
E. Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan / Program Minggu


1 2 3 4

G. Luaran & Target Capaian


62
No. Luaran Target Capaian

1
2
3

H. Tim pelaksana KKN
No. Nama Program NIM Uraian Tugas
Studi
1
2
3

I. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor (Vancouver
style) sesuai dengan urutan pengutipan. Hanya pustaka yang disitasi pada
Proposal dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
[1] ……………………………………………………………………………
[2] ……………………………………………………………………………
[3] …………………………………………………………………..…………
J. Gambaran IPTEKS
Gambaran berisi uraian maksimal 500 kata menjelaskan gambaran IPTEKS
yang akan diimplentasikan di desa sasaran. Dibuat dalam bentuk skematis,
dilengkapi dengan Gambar/Foto dan narasi
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………. dst.

K. Peta Lokasi Desa


Peta lokasi desa berisikan gambar peta lokasi desa yang dilengkapi dengan
penjelasan jarak desa sasaran dengan PT. Gambar peta yang dapat disisipkan
dapat berupa JPG/PNG

63
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………. dst.

L. Lampiran
Lampiran berisi identitas dan profil mahasiswa KKN

64
LAMPIRAN II : Format Logbook Individu

NIM :
Nama :
Fakultas/ Prodi :
Lokasi KKN :
Nama DPL : DPL 1 / DPL 2

No Tanggal Waktu Lokasi Kegiatan Hasil Foto


Kegiatan Kegiatan Kegiatan
1 1 Maret 08.00 – Balai Sosialisasi Peserta
2021 12.00 desa Pencegahan mengerti
COVID Pencegahan
kepada ibu COVID 19
PKK di masa
pandemi

--- ….. ……. ….. ….. ….. …..

--- ….. ……. ….. ….. ….. …..

Ket : Logbook menggunakan format layout kertas F4 Landscape

65
LAMPIRAN III : Format Halaman Sampul Proposal / Lap. Akhir

PROPOSAL / LAPORAN KEGIATAN


KULIAH KERJA NYATA

Desa ............................ Kecamatan ……………..


Kabupaten Bojonegoro

Oleh:
1. Nama Mahasiswa (Prodi/NIM)
2. Nama Mahasiswa (Prodi/NIM)
3. Nama Mahasiswa (Prodi/NIM) Dst.

Pembimbing:
1. Nama DPL (NIDN)
2. Nama DPL (NIDN)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
2023
66
LAMPIRAN IV : Format Lembar Pengesahan Proposal

Lembar Pengesahan Tanggal Pengajuan: TT/BB/TTTT


Informasi perguruan tinggi
Nama perguruan tinggi Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri
Nama Kepala LPPM Dr. M. Ivan Ariful Fathoni, M.Si
Alamat Jl. A. Yani No 10 Bojonegoro
Telepon kantor (0353) 887341
Surel lppm@unugiri.ac.id
Informasi DPL 1
Nama DPL 1 ….................................................................
Bidang Ilmu ….................................................................
Alamat ….................................................................
Telepon kantor ….................................................................
Telepon genggam (WhatsApp) ….................................................................
Surel ….................................................................
Informasi DPL 2
Nama DPL 2 ….................................................................
Bidang Ilmu ….................................................................
Alamat ….................................................................
Telepon kantor ….................................................................
Telepon genggam (WhatsApp) ….................................................................
Surel ….................................................................
Informasi Mahasiswa KKN
Nama mahasiswa 1 ….................................................................
Fakultas/prodi/NIM ….................................................................
Telepon genggam (WhatsApp) ….................................................................
Nama mahasiswa 2 ….................................................................
Fakultas/prodi/NIM ….................................................................
Telepon genggam (WhatsApp) ….................................................................
… dst

67
Kepala Desa
Dosen Pembimbing Lapangan 1 Desa ………….

< TTD > < TTD + Stempel>

Nama Dosen Nama Kepala Desa


NIDN.

Mengetahui,
Kepala LPPM Dosen Pembimbing Lapangan 2

< TTD + Stempel> < TTD >

Dr. M. Ivan Ariful Fathoni, M.Si. Nama Dosen


NIDN. 0705019103 NIDN.

68
LAMPIRAN V : Format Lembar Pengesahan Laporan PkM (DPL)

HALAMAN PENGESAHAN
Judul : …………………………………………………
Ketua Pelaksana
Nama Lengkap : …………………………………………………
Jabatan Fungsional : …………………………………………………
Program Studi : …………………………………………………
HP : …………………………………………………
Surel (e-mail) : …………………………………………………
Anggota (1)
Nama Lengkap : …………………………………………………
NIDN : …………………………………………………
Program Studi : …………………………………………………
Anggota (2)
Nama Lengkap : …………………………………………………
NIM : …………………………………………………
Program Studi : …………………………………………………
Anggota (3)
Nama Lengkap : …………………………………………………
NIM : …………………………………………………
Program Studi : …………………………………………………
(dst sesuai jumlah anggota yang dilibatkan)
Mitra
Nama Mitra : …………………………………………………
Alamat : …………………………………………………
Penanggung Jawab : …………………………………………………
Tahun Pelaksanaan : Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
Biaya Keseluruhan : Rp …………..

Mengetahui, Kota, tanggal-bulan-tahun


Kaprodi …. Ketua Pelaksana,

Nama Lengkap Nama Lengkap


NIDN. NIDN.

Menyetujui,
Kepala LPPM UNUGIRI

Dr. M. Ivan Ariful Fathoni, M.Si.


NIDN. 0705019103

69
LAMPIRAN VI : Format Lembar Pengesahan Laporan Akhir

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA TAHUN 2023

Kegiatan KKN di lapangan dilaksanakan pada tanggal :


……………………….. s/d ……………………….
Telah diselesaikan dan disetujui pada tanggal : …………..
Lokasi KKN : Desa …………..
Kecamatan ……
Kabupaten …….

Dosen Pembimbing Lapangan 1 Dosen Pembimbing Lapangan 2

Nama Dosen Nama Dosen


NIDN NIDN

Mengetahui,
Kepala LPPM

Dr. M. Ivan Ariful Fathoni, M. Si.


NIDN. 0705019103

70
LAMPIRAN VII : Form Evaluasi Pelaksanaan KKN (DPL)

FORM EVALUASI PELAKSANAAN KKN MAHASISWA


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI TAHUN 2023

1. Nama Pembimbing :………………………………………..


2. Kelompok KKN :………………………………………...
3. Lokasi KKN : Desa………………………………......
Kecamatan…………………………....
4. Tema KKN di desa :………………………………………..
5. Jumlah peserta KKN :……………………………..................
6. Program KKN yang telah dilaksanakan:
a………………………………………………………………………
b………………………………………………………........................
c……………………………………………………………............... Dst
7. Capaian pelaksanaan program KKN (dinilai secara kuantitatif berdasar
indikator keberhasilan setiap program KKN dan diurutkan berdasar
program KKN yang telah dilaksanakan pada point 6 diatas) :
a………………………………………………………………………
b………………………………………………………………………
c……………………………………………………………………..Dst
8. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program KKN:
a………………………………………………………………………
b………………………………………………………………………
c……………………………………………………………………… Dst
9. Masukan untuk pelaksanaan KKN berikutnya:
a………………………………………………………………………
b………………………………………………………………………
c……………………………………………………………………….Dst
Bojonegoro, ……………….. 2023
DPL,

..............................................................

71

Anda mungkin juga menyukai