Anda di halaman 1dari 5

Suara.

com - Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka merupakan salah satu bagian paling
penting dalam rangkaian upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang memiliki logo
dan lambang khusus. Namun tak banyak orang yang mengetahui tentang arti logo dan lambang
Paskibraka.

Anggota Paskibraka sendiri memiliki tugas utama untuk mengibarkan duplikat bendera merah putih
dalam upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustsu di tiga tempat. Yaitu
tingkat Kabupaten atau Kota (Kantor Bupati/Wali Kota), Provinsi (Kantor Gubernur), dan juga Nasional
(Istana Merdeka).

Para anggota pengibar bendera ini dari pemuda pemudi tingkat SMA Sederajat kelas 1 atau 2.
Penyeleksian untuk menjadi anggota tersebut biasanya dilakukan disekitar bulan April untuk persiapan
pengibaran pada tanggal 17 Agustus.

Selama waktu seleksi sampai dengan tanggal 16 Agustus, seorang anggota calon Paskibraka akan
dinamakan “CAPASKA” atau Calon Paskibraka. Sementara saat waktu penugasan pada 17 Agustus,
anggota resmi dinamakan “PASKIBRAKA”, dan setelah 17 Agustus, dinamakan “PURNA PASKIBRAKA”.

Arti Lambang Paskibraka

Dilansir sman12mrg.sch.id, Dalam organisasi Paskibraka, terdapat dua lambang, yaitu lambang
Paskibraka atau Paskibra yang menggambarkan dua pemuda atau pemudi paskibraka menengok arah
kanan dengan seragam PDU.

Simbol itulah yang menjadi lambang aktif anggota paskibra atau paskibraka yang sedang bertugas. Juga
ada lambang kedua yaitu lambang Purna Paskibraka Indonesia yang dilambangkan dengan daun dan
bunga teratai.

Berikut penjelasan mengenai lambangnya:

Tiga helai daun teratai yang tumbuh ke atas: artinya seorang paskibraka harus belajar, bekerja, dan
berbakti.

Tiga helai daun teratai yang tumbuh mendatar atau samping: artinya seorang pakibra harus aktif,
disiplin, dan bergembira.

Secara lebih rinci, arti dari lambang tersebut yaitu setiap anggota paskibraka pasti memiliki jiwa yang
sangat mulia.

Sementara, paskibraka dilambangkan dengan bunga teratai karena memiliki makna tersendiri. Bunga
Teratai merupakan tumbuhan yang tumbuh di lumpur dan berkembang diatas air.
Hal ini memiliki makna bahwa setiap anggota Paskibraka adalah pemuda dan pemudi yang tumbuh atau
berasal dari orang biasa. Kemudian ia sedang bermekar atau berkembang dan membangun.

Kemudian, mata rantai melambangkan persaudaraan yang akrab antara sesama generasi muda atau
penerus bangsa Indonesia yang ada di berbagai wilayah (16 penjuru arah mata angin) tanah air. Rantai
persaudaraan ini bermakna sesama anggota harus tetap bersaudara tanpa harus memandang asal suku,
agama, status sosial, dan juga golongan.

Anggota paskibraka akan terus membentuk jalinan mata rantai persaudaraan yang kokoh dan juga kuat.
Sehingga dengan begitu bangsa Indonesia akan mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar serta
memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan kesatuan yang telah tertanam
dalam diri setiap anggota Paskibraka.

Logo Paskibraka

Makna dari logo Paskibraka yaitu:

Bentuk perisai bermakna “Siap bela negara” yang termasuk siap membela bangsa dan tanah air
Indonesia, warna hitam memiliki makna teguh dan percaya diri.

Sepasang anggota Paskibraka menandakan jika Paskibraka terdiri dari anggota putra dan juga anggota
putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk terus mengabdi dan berkarya bagi pembangunan
Indonesia.

Bendera Merah Putih yang sedang berkibar mengartikan jika bendera kebangsaan Indonesia harus
dijunjung tinggi oleh seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka
sendiri.

Garis Horizon atau tiga garis menunjukan terdapat Paskibraka di tiga tingkat, yaitu Nasional, provinsi,
dan juga Kabupaten / Kotamadya.

Warna kuning memiliki arti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan juga sikap setiap anggota
Paskibraka.

Demikian tadi ulasan mengenai arti logo dan lambang Paskibraka Indonesia. Semoga menambah
pengetahuan!

dibaca normal 3 menit Home Humaniora Idik Sulaeman Orang Kuningan Perumus Paskibraka Reporter:
Iswara N Raditya tirto.id - 4 Mei 2017 05:09 WIB Idik Sulaeman adalah orang yang mencetuskan nama
Paskibraka dan merancang semua perlengkapannya. Ia juga berjasa menggagas rancangan seragam
sekolah dari SD, SMP, hingga SMA. tirto.id - Kisah ini berawal dari H. Mutahar, komponis legendaris yang
telah menciptakan banyak lagu nasional macam “Syukur” atau “Hari Merdeka” itu. Ia adalah salah satu
orang pertama yang bekerja di istana kepresidenan setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945
dan diangkat menjadi ajudan Presiden Sukarno. Jelang peringatan proklamasi Republik Indonesia yang
pertama, tanggal 17 Agustus 1946, Mutahar dipanggil presiden. Sang proklamator pun mengungkapkan
uneg-unegnya kepada Mutahar yang kala itu didapuk sebagai penyusun acara upacara bendera untuk
memperingati hari kemerdekaan. Sukarno berkata kepada Mutahar, ada baiknya prosesi pengibaran
bendera pusaka ditugaskan kepada generasi muda yang mewakili daerah-daerah di tanah air, terdiri dari
3 orang pemuda dan 2 orang pemudi (Kukuh Pamuji, Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana
Kepresidenan Jakarta, 2010:114). Namun, karena situasi negara yang sedang dalam kondisi darurat saat
itu, dengan kedatangan pasukan Sekutu beserta tentara Belanda yang ingin menguasai kembali
Indonesia, berlanjut dengan kegaduhan politik selama Sukarno berkuasa, niat tersebut belum terlaksana
dengan sempurna. Konseptor Pasukan Pengerek Bendera Ketika akhirnya tahta Sukarno di kursi
kepresidenan terguling setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965, penyempurnaan tentang gagasan
pasukan pengibar bendera pusaka kembali muncul. Kali ini, perintah datang dari Soeharto yang perlahan
tapi pasti mulai mengambil-alih kendali kekuasaan dari Sukarno.

Baca selengkapnya di artikel "Orang Kuningan Perumus Paskibraka", https://tirto.id/cnZZ.

Pada 1967, Soeharto memanggil Mutahar yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan
Pemuda dan Pramuka yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud).
Nyaris sama seperti titah Sukarno dulu, Soeharto meminta Mutahar untuk menyusun tata cara
pengibaran bendera pusaka (Kukuh Pamuji, 2010:114). Mutahar segera menghubungi salah satu orang
kepercayaannya, yakni Idik Sulaeman yang saat itu mengampu posisi sebagai Kepala Dinas
Pengembangan dan Latihan di Depdikbud. Pria paruh baya ini memang cukup berbakat, lulusan seni
rupa dari Institut Teknologi Bandung. Bersama Idik, Mutahar merumuskan konsep tentang segala hal
terkait rencana penyempurnaan pasukan pengibar bendera seperti yang dikehendaki oleh Soeharto.
Berkat ide cemerlang Idik, maka dihasilkan rumusan untuk susunan pasukan pengibar bendera. Idik pun
memaparkan konsepnya, pasukan pengibar bendera pusaka akan dibagi menjadi 3 kelompok yang
namanya diambil dari penanggalan hari kemerdekaan RI yaitu tanggal 17, bulan 8, dan tahun 45.
Kelompok 17 ditugaskan sebagai pengiring atau pemandu, Kelompok 8 sebagai kelompok inti yang
membawa bendera pusaka, dan Kelompok 45 sebagai pengawal. Akhirnya, terbentuklah pasukan
pengibar bendera pusaka dengan nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Saat itu, para pengerek
bendera pusaka masih diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres). Setahun kemudian,
sebagian petugas pengibar bendera pusaka diambil dari perwakilan pemuda dari utusan provinsi.

Baca selengkapnya di artikel "Orang Kuningan Perumus Paskibraka", https://tirto.id/cnZZ.


Pencetus Nama Paskibraka Sejak peringatan Proklamasi RI tahun 1969, anggota pengibar bendera
pusaka adalah para remaja siswa sekolah menengah atas yang merupakan utusan dari seluruh provinsi
di Indonesia. Masing-masing provinsi diwakili oleh sepasang pelajar putra dan putri. Idik Sulaeman
kemudian punya gagasan baru terkait orang-orang pilihan yang akan bertugas sebagai anggota pasukan
pengibar bendera pusaka. “Hendaknya tahun depan jangan hanya pelajar, tetapi juga pemuda lainnya,”
cetus Idik (Tempo, 13 September 1975). Berkat ide tersebut, maka terbentuklah susunan pasukan
pengibar bendera pusaka yang terdiri dari unsur pelajar pilihan dari berbagai daerah di tanah air,
ditambah anggota TNI atau Polri yang masih berusia muda, juga anggota Pasukan Pengawal Presiden
untuk upacara tingkat nasional. Namun, Idik merasa nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka masih
kurang pas. Ia pun berpikir keras, merumuskan nama apa yang kira-kira paling tepat. Akhirnya, pada
1973, Idik mengemukakan hasil pemikirannya. Ia mengusulkan nama baru, yaitu Paskibraka yang
merupakan kepanjangan dari PASuKan PengIBar, BendeRA PusaKA. Selain mencetuskan nama
Paskibraka, Idik juga merancang semua perlengkapan yang wajib dipakai oleh para petugasnya, dari
seragam, lambang korps, lambang anggota, lencana tanda pengukuhan, dan kendit kecakapan. Ia pun
turun langsung dalam penggemblengan para anggota Paskibraka hingga tahun 1979.

Baca selengkapnya di artikel "Orang Kuningan Perumus Paskibraka", https://tirto.id/cnZZ.

Tokoh Pramuka dan Perancang Seragam Sekolah Nama lengkapnya adalah Idik Sulaeman Nataatmadja,
dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat, pada 20 Juli 1933. Ia sudah merantau ke Purwakarta setelah lulus SD
dan menempuh pendidikan SMP di kota itu. Setamat SMP, Idik melanjutkan SMA ke Jakarta, hingga
akhirnya kuliah di ITB, mengambil jurusan seni rupa yang memang digemarinya sejak lama. Sejak belia,
Idik sudah akrab dengan organisasi dengan ikut Kepanduan Natipy sebagai pandu muda. Kepanduan
adalah organisasi kepemudaan yang merupakan cikal-bakal Pramuka. Saat mengetahui bahwa Pandu
Rakyat didirikan di Tasikmalaya pada 1946, Idik turut bergabung sebagai perintis. Semasa SMP di
Purwakarta pun Idik juga ikut Kepanduan dengan pangkat Pandu Pawang. Masuk SMA di Jakarta, ia
tetap setia di Kepanduan, bergabung dengan Kelompok Jakarta 17 sebagai Pandu Penuntun. Berstatus
sebagai mahasiswa tidak lantas menggerus pengabdiannya untuk Kepanduan. Bahkan, Idik adalah
pendiri gerakan Perindukan Pemula di ITB. Ketika seluruh organisasi Kepanduan dilebur menjadi
Pramuka pada 1961, ia tentunya turut serta masuk di dalamnya.

Baca selengkapnya di artikel "Orang Kuningan Perumus Paskibraka", https://tirto.id/cnZZ.

Karier Idik di organisasi nasional berlambang tunas kelapa itu berjalan mulus hingga diangkat menjadi
Asisten Sekjen Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Sampai akhir hayatnya, Idik tetap bersetia di
Pramuka dengan titel pamungkasnya sebagai Pandu Tua. Seabrek penghargaan telah ia terima, beserta
puluhan buku tentang gerakan Pramuka yang sudah ia tulis. Asal tahu saja, Idik Sulaeman adalah orang
yang menciptakan rancangan seragam sekolah yang dipakai hingga sekarang di seluruh wilayah
Indonesia: warna merah-putih untuk SD, putih-biru tua untuk SMP, dan putih-abu-abu untuk SMA.
Desain seragam sekolah itu ia rancang semasa menjabat sebagai Direktur Pembinaan Kesiswaan di
Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) pada 1979-1983. Sayangnya, seperti yang
dibeberkan oleh Syaiful Azram, anggota Paskibraka tahun 1978 yang pernah merasakan langsung
bimbingan Idik Sulaeman, penciptaan rancangan seragam sekolah nasional itu tidak dipatenkan, begitu
pula dengan semua konsep dan rancangan Idik untuk Paskibraka. “Kalaulah Idik Sulaeman mendaftarkan
seluruh rancangannya ke Direktorat Hak Cipta, bayangkan royalti yang bisa diperolehnya dari setiap
potong seragam Paskibraka. Berapa banyak pula hasil dari royalti pembuatan pakaian seragam sekolah
dan atributnya,” sebut Syaiful Azram (Buletin Paguyuban Paskibraka Nasional 1978, Juli-Agustus 2008).
Tepat 4 tahun lalu, tanggal 4 April 2013, Idik Sulaeman menutup mata untuk selamanya. Tokoh penting
Paskibraka, gerakan Pramuka, dan pendidikan nasional ini wafat pada usia 79 tahun, meninggalkan istri
tercinta Aisah Martalogawa serta 3 orang anak dan 7 orang cucu.

Baca selengkapnya di artikel "Orang Kuningan Perumus Paskibraka", https://tirto.id/cnZZ.

Anda mungkin juga menyukai