Anda di halaman 1dari 11

Kisi kisi seleksi paskibraka

Pengetahuan umum

Sejarah Paskibraka
Paskibraka pertama muncul kala Proklamasi 17 Agustus 1945. Berbeda dengan sekarang,
Paskibraka saat itu lahir dalam suasana serba spontan dan tergesa-gesa. Tokoh-tokoh yang
mendapat kehormatan untuk pertama kalinya mengibarkan bendera pusaka hasil jahitan ibu
negara Fatmawati adalah Shodanco Latief Hendraningrat dari PETA (Pembela Tanah Air)
dan Suhud Sastro Kusumo dari Barisan Pelopor. 

Dalam peristiwa bersejarah itu, seorang perempuan turut membantu membawa baki tempat
meletakkan bendera pusaka. Hingga kini, identitas perempuan itu belum bisa dipastikan.
Beberapa pihak mengklaim perempuan tersebut adalah S.K Trimurti, salah satu wartawan
senior Indonesia. 

Formasi Paskibraka pertama dirancang setahun kemudian pada 17 Agustus 1946 di


Yogyakarta. Saat itu, Presiden Soekarno memanggil salah satu ajudannya, Mayor Husein
Mutahar, untuk mempersiapkan peringatan satu tahun proklamasi. 

Husein mendapatkan ide untuk menggelorakan semangat kebangsaan lewat peran pemuda
dengan memilih 3 pemudi dan 2 pemuda untuk menjalankan upacara 17 Agustus di Istana
Gedung Agung, Yogyakarta. Upacara tersebut berlangsung dalam suasana prihatin dan
siaga mengingat ibu kota Indonesia baru saja pindah ke Yogyakarta akibat serbuan
Belanda. 

Dua puluh satu tahun kemudian, Husein Mutahar kembali dipanggil oleh presiden yang kala
itu sudah dijabat oleh Soeharto. Ia diminta kembali untuk merumuskan konsep baru untuk
perayaan 17 Agustus 1967. Mutahar memilih untuk mengembangkan formasi 17 – 8- 45
yang digunakan hingga saat ini.

Ide Mutahar sebenarnya sangat sederhana. Ia mengambil inspirasi dari tanggal, bulan, dan
tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia. Mutahar membagi ketiga formasi itu menjadi :
pasukan 17 untuk pengiring/pemandu; pasukan 8 untuk inti/pembawa bendera; pasukan 45
sebagai pengawal. 

Debut formasi 17-8-45 pada 1967 ditandai dengan pelibatan putra-putra daerah dan
anggota Pramuka yang ada di Jakarta. Setahun berikutnya, pemerintah ingin membentuk
tim pengibar bendera yang berasal dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Sayangnya,
tidak semua provinsi sanggup mengirimkan wakilnya ke Jakarta. Pemerintah akhirnya
menyiasati kondisi ini dengan menggabungkan perwakilan provinsi yang sudah datang
dengan anggota pasukan pengibar bendera 1967. 

Tahun 1968 juga menjadi tahun perpisahan bagi bendera pusaka yang dijahit oleh Ibu
Negara Fatmawati. Karena kondisinya yang sudah dimakan usia, pengibaran bendera
pusaka asli dapat berujung pada kerusakan. Akhirnya, presiden memutuskan untuk
mengibarkan bendera pusaka untuk terakhir kalinya pada 1968 dan digantikan oleh
pengibaran bendera duplikat. 

Istilah Paskibraka sebenarnya baru dipakai pada 1973. Akronim “Paskibraka” yang berarti
“Pasukan Pengibar Bendera Pusaka” lahir dari usulan Idik Sulaeman –anak didik H. Mutahar
dan salah satu tokoh Pramuka Indonesia. Sebelumnya, pasukan pengibar bendera disebut
sebagai “Pasukan Pengerek Bendera Pusaka” tanpa akronim tertentu. 

Sejarawan Asvi Warman Adam mencatat, dua putri presiden Soekarno pernah menjadi
anggota Paskibraka.

"Dua anak presiden juga pernah menjadi anggota paskibraka, tahun 1964 Megawati, dan
pada tahun 1965 Rachmawati," paparnya kepada Antara. 

Selain Presiden Soekarno, keturunan Presiden Soeharto pun sempat mencicipi kebanggaan
sebagai anggota Paskibraka. Kesempatan itu jatuh kepada tiga orang cucunya: Danti
Rukmana (anak dari putri pertamanya, Siti Hardijanti Rukmana), Eno Sigit (anak Sigit
Harjojudanto) dan Wiratama Hadi Ramanto (anak dari putri bungsunya, Siti Hutami Endang
Adiningsih). 

Lambang Paskibraka
Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman menciptakan lambang anggota, yang dimilikisampai
sekarang. Berikut penjelasan dari lambang Paskibraka.1. Bunga teratai yang tumbuh dari
lumpur (tanah) dan berkembang di atas air. Hal ini bermakna bahwa anggota PASKIBRAKA
adalah pemuda yang tumbuh daribawah (orang biasa) dari tanah air yang sedang
berkembang (mekar) danmembangun.
2. Bunga teratai berdaun bunga 3 helai tumbuh ke atas dan 3 helai tumbuh mendatar. 3
helai pertama bermakna: belajar, bekerja dan berbakti, 3 helai lain bermakna: aktif,disiplin
dan gembira.3. Mata rantai berkaitan. Melambangkan persaudaraan yang akrab antar
sesama generasi muda Indonesiayang ada diberbagai pelosok penjuru (16 penjuru mata
angin) tanah air. Rantaipersaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan
golongan akanmembentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat.
Sehinggamampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat pertahanan
nasional,melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam
dadasetiap anggota PASKIBRAKA.

KORPS Paskibraka
Lambang Korps Paskibraka sejak tahun 1973 di tetapkan seperti pada gambar yangdisetiap
gambar memiliki makna yang berbeda-beda.
1. Bentuk perisai bermakna “Siap bela negara” termasuk bangsa dan tanah airIndonesia,
warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2.Sepasang anggota Paskibraka bermakna bahwa Paskibraka terdiri dari anggotaputra dan
anggota putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi danberkarya bagi
pembangunan Indonesia.
3Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan
utamaIndonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk
generasimudanya, termasuk Paskibraka.
4.Garis berwarna kuning atau 3 (tiga) garis menunjukan ada Paskibraka di 3 (tiga)tingkat,
yaitu Nasional, provinsi, dan Kabupaten / Kotamadya.5.Warna kuning berarti
kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiapanggota Paskibraka.Salam
Paskibraka !!!

Ukuran bendera
1) Selalu dengan berbanding 2 : 3, maksimal tidak lebih besar dari bendera pusaka 2 x 3 m,
dan minimal tidak lebih kecil dari 120 x 180 cm.
2) Besar atau kecil ukuran bendera yang akan digunakan disesuaikan dengan keadaan
gedung / halaman / tempat bendera itu dikibarkan.
3) Khusus untuk dalam ruangan ditentukan ditentukan ukuran 70 x 105 cm.
4) Khusus untuk KRI, bentuk, ukuran dan penggunaannya diatur tersendiri sesuai dengan
ukuran (besar/kecilnya) kapal.

d) Ukuran tiang bendera


1) Ukuran tinggi tiang bendera dilapangan / markas / ksatrian ditentukan maksimal 17 m,
minimal 10 m (5,6 kali panjang bendera).
2) Ukuran tiang bendera di ruangan ditentukan sebagai berikut :
a. Tinggi tiang 2 m.
b. Tinggi standar 45 cm dengan lingkaran atas bergaris tengah 30 cm dan lingkaran
bawah bergaris tengah 50 cm.
c. Lingkaran atas dan bawah standar dihubungkan dengan 4 buah kaki.
d. Pada ujung tiang bendera ditambahkan prisma terpotong berisi lima setinggi 5 cm dan
prisma berisi lima setinggi 10 cm, membentuk ujung tombak.
e. Perangkat tiang bendera dalam ruangan tersebut dari bahan kayu dipelitur warna
coklat muda.

Sejarah kapuas hulu

Kawasan Kapuas Hulu yang pada zaman Hindia Belanda dikenal sebagai Boven Kapuas kini
menjadi salah satu kabupaten dalam Provinsi Kalimantan Barat. Di kawasan ini pernah berdiri
berbagai kerajaan seperti Selimbau, Silat, Jongkong, Suhaid, Bunut, dan Piasa. Pada abad ke-
19, Belanda sedang berniat memperluas kekuasaannya dan menciptakan apa yang disebut Pax
Nederlandica. Oleh karena itulah, pada masa ini kerap meletus peperangan melawan kerajaan-
kerajaan yang tak bersedia takluk pada keinginan penjajah. Ambisi Belanda tersebut juga terasa
hingga Kapuas Hulu. 
Belanda pertama kali datang ke Kerajaan Selimbau di Kapuas Hulu semasa pemerintahan
Panembahan Abbas Surya Negara. Ketika itu pemerintah kolonial Hindia Belanda diwakili oleh
Cattersia, asisten residen Sintang. Tujuan kedatangan Belanda pertama itu adalah meminta izin
raja mengusahakan kayu guna mendirikan benteng di Kenerak.

Selanjutnya beberapa kali raja-raja Selimbau mengadakan kontrak politik dengan Belanda;
yakni:
• 15 November 1823 semasa pemerintahan Pangeran Soema.
• 5 September dan 25 Desember 1847 semasa pemerintahan Pangeran Mohammad Abas Suria.
• 27 Maret 1855
• 28 Februari 1880 semasa pemerintahan Pangeran Haji Muda Agong.
Pengaruh Belanda ketika itu sangat terasa dalam hal penetapan batas masing-masing kerajaan,
seperti batas antara Selimbau dan Silat. Di sini kita menempatkan kebijaksanaan pemerintah
kolonial dalam membangun Pax Nederlandica di atas kerangka sejarah daerah. Kontrak-kontrak
tersebut juga mencakup pembayaran pajak dan penyediaan tenaga kerja rodi bagi kepentingan
kolonial. 

Pada awal abad ke-20, demi memperkecil kemungkinan perlawanan dan pemberontakan,
pemerintah kolonial menghapuskan beberapa kerajaan. Kerajaan-kerajaan di Kapuas Hulu juga
turut terkena imbas kebijaksanaan tersebut, sehingga praktis pada awal abad ke-20, Kapuas
Hulu diperintah langsung oleh Belanda. Zaman berganti zaman dan tibalah zaman penjajahan
Jepang, Kapuas Hulu tak terkecuali turut menderita di bawah kelaliman penjajah Jepang.

Setelah Jepang bertekuk lutut karena Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom, Belanda
berupaya menanamkan kembali kekuasaannya. Pada tanggal 2 Maret 1948 dibentuklah apa
yang dinamakan Dewan Kalimantan Barat, yang terdiri dari 12 Swapraja dan 3 Neo Swapraja:
1.Swapraja Sambas
2.Swapraja Pontianak
3.Swapraja Mempawah
4.Swapraja Landak
5.Swapraja Kubu
6.Swapraja Matan
7.Swapraja Sukadana
8.Swapraja Simpang
9.Swapraja Sanggau
10.Swapraja Sekadau
11.Swapraja Tayan
12.Swapraja Sintang
Sedangkan ketiga Neo Swapraja adalah:
1.Neo Swapraja Meliau
2.Neo Swapraja Nanga Pinoh
3.Neo Swapraja Kapuas Hulu

Bersamaan dengan itu, dalam rangka memecah belah dan memperkecil wilayah RI Belanda
membentuk berbagai daerah bagian serta negara bagian. Karena dipandang sebagai
peninggalan pemerintah kolonial Belanda, Daerah Istimewa Kalimantan Barat dibubarkan pada
tahun 1950. Kapuas Hulu yang sebelumnya berstatus sebagai neo swapraja kemudian berubah
menjadi kabupaten/ DATI II Kapuas Hulu.

Adapun kepala daerah yang pernah memerintah Kapuas Hulu semenjak itu adalah:
1.J.C. Oevang Oeray (wk wedana) 1951
2.J.C. Oevang Oeray (pejabat bupati) 1951
3.Anang Adrak (bupati) 1951-1955
4.J.C. Rangkap (patih/ pejabat bupati) 1956
5.R.M. Soetomo K. Kusumo (bupati) 1956-1957
6.Ade M. Djohan (bupati) 1957-1959
7.G.M. Saleh (patih/ pd. Bupati) 1957-1959
8.J.R. Giling (PD. Bupati KDH) 1959-1960
9.Anastasius Syahdan (Bupati KDH) 1965-1967
10.Abanag Syahdansyah (Bupati KDH) 1967-1975
11.H.M. Ali AS, SH (Bupati KDH) 1975-1980
12.A. Satif (Bupati KDH) 1980-1985
13.Drs. H.A.M. Djapari (Bupati KDH) 1985-1990
14.Drs. H.A.M. Djapari (Bupati KDH) 1990-1995
15.Jacobus F. Layang BA., SH. (Bupati KDH) 1995-2000
16.Drs. H. Tambul Husin (Bupati KDH) 2000-2005
17.Drs. H. Tambul Husin (Bupati KDH) 2005-2010
18. A. M. Natsir, SH (Bupati KDH) 2010-2015
► Badau, Kapuas Hulu (1 H)

 ► Batang Lupar, Kapuas Hulu (1 H)


 ► Bika, Kapuas Hulu (1 H)
 ► Boyan Tanjung, Kapuas Hulu (1 H)
 ► Bunut Hilir, Kapuas Hulu (2 H)
 ► Bunut Hulu, Kapuas Hulu (1 H)

 ► Embaloh Hilir, Kapuas Hulu (1 H)


 ► Embaloh Hulu, Kapuas Hulu (1 H)
 ► Embau, Kapuas Hulu (kosong)
 ► Empanang, Kapuas Hulu (1 H)

 ► Hulu Gurung, Kapuas Hulu (1 H)

 ► Kalis, Kapuas Hulu (1 H)


 ► Kedamin, Kapuas Hulu (kosong)

 ► Mentebah, Kapuas Hulu (6 H)

 ► Pengkadan, Kapuas Hulu (1 H)


 ► Puring Kencana, Kapuas Hulu (1 H)
 ► Putussibau, Kapuas Hulu (kosong)

 ► Seberuang, Kapuas Hulu (1 H)


 ► Selimbau, Kapuas Hulu (1 H)
 ► Semitau, Kapuas Hulu (1 H)
 ► Silat Hilir, Kapuas Hulu (1 H)
 ► Silat Hulu, Kapuas Hulu (1 H)
 ► Suhaid, Kapuas Hulu (1 H)

1 Kabupaten Bengkayang
2 Kabupaten Kapuas Hulu
3 Kabupaten Kayong Utara
4 Kabupaten Ketapang
5 Kabupaten Kubu Raya
6 Kabupaten Landak
7 Kabupaten Melawi
8 Kabupaten Mempawah
9 Kabupaten Sambas
10 Kabupaten Sanggau
11 Kabupaten Sekadau
12 Kabupaten Sintang
13 Kota Pontianak
14 Kota Singkawang
ADAPUN DAFTAR NAMA 34 PROVINSI DI INDONESIA SERTA IBUKOTANYA ADALAH SEBAGAI
BERIKUT:
Pulau Sumatera:
Provinsi Aceh Ibukotanya di Banda Aceh
Provinsi Sumatera Utara Beribukota di Medan
Provinsi Sumatera Barat Beribukota di Padang
Provinsi Riau Beribukota di Pekan Baru
Provinsi Kepulauan Riau Beribukota di Tanjung Pinang
Provinsi Jambi Beribukota di Jambi
Provinsi Sumatera Selatan Beribukota di Palembang
Provinsi Bangka Belitung Beribukota di Pangkal Pinang
Provinsi Bengkulu Beribukota di Bengkulu
Provinsi Lampung Beribukota di Bandar Lampung

Pulau Jawa dan Bali:


Provinsi DKI Jakarta Beribukota di Jakarta
Provinsi Jawa Barat Beribukota di Bandung
Provinsi Banten Beribukota di Serang
Provinsi Jawa Tengah Beribukota di Semarang
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Beribukota di Yogyakarta
Provinsi Jawa Timur Beribukota di Surabaya
Provinsi Bali Beribukota di Denpasar

Pulau Nusa Tenggara:


Provinsi Nusa Tenggara Barat Beribukota di Mataram
Provinsi Nusa Tenggara Timur Beribukota di Kupang

Pulau Kalimantan:
Provinsi Kalimantan Utara Beribukota di Tanjung Selor
Provinsi Kalimantan Barat Beribukota di Pontianak
Provinsi Kalimantan Tengah Beribukota di Palangkaraya
Provinsi Kalimantan Selatan Beribukota di Banjarmasin
Provinsi Kalimantan Timur Beribukota di Samarinda

Pulau Sulawesi:
Provinsi Sulawesi Utara Beribukota di Manado
Provinsi Sulawesi Barat Beribukota di Kota Mamuju
Provinsi Sulawesi Tengah Beribukota di Palu
Provinsi Sulawesi Tenggara Beribukota di Kendari
Provinsi Sulawesi Selatan Beribukota di Makassar
Provinsi Gorontalo Beribukota di Gorontalo

Pulau Papua dan Kepulauan Maluku:


Provinsi Maluku Beribukota di Ambon
Provinsi Maluku Utara Beribukota di Ternate
Provinsi Papua Barat Beribukota di Kota Manokwari
Provinsi Papua Beribukota di Jayapura
1 Soekarno Surabaya, 6 Juni 1901 1945-1967 PNI
2 Soeharto Bantul, 8 Juni 1921 1967-1998 Golkar
3 BJ Habibie Parepare, 25 Juni 1936 1998-1999 Golkar
4 Abdurrahman Wahid Jombang, 7 September 1940 1999-2001 PKB
5 Megawati Soekarnoputri Yogyakarta, 23 Januari 1947 2001-2004 PDI-P
6 Susilo Bambang Yudhoyono Pacitan, 9 September 1949 2004-2014 Demokrat
7 Joko Widodo Surakarta, 21 Juni 1961 2014-2019 PDI-P

Pembukaan UUD 1945

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan."

"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur."

"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya."

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :

Ketuhanan Yang Maha Esa, 

kemanusiaan yang adil dan beradab, 

persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, 

serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." 

Makna pancasila

Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan
Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun
dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut umat beragama
dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan.

Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat untuk mengakui dan
memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta
hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat
dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.

untuk sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap masyarakat untuk mencintai
tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan kepentingan-
kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga negara.

Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawarahan/perwakilan; mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta
dalam kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung
bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan
masing-masing.

untuk sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak masyarakat aktif
dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan kemampuan dan kedudukan
masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan
lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.
Daftar Aba-Aba Baris Berbaris

Secara garis besar ada hanya ada 2 jenis aba-aba...

 Aba-aba ditempat,
 Aba-aba berjalan.

Atau lebih jelasnya sebagai berikut...

Aba-aba pbb (sipil):

 Istirahat ditempat gerak,


 Parade istirahat ditempat gerak,
 Hormat gerak,
 Hitung mulai,
 Hadap kanan gerak,
 Hadap kanan maju jalan,
 Hadap kanan jalan,
 Hadap kanan henti gerak,
 Hadap kanan jalan ditempat gerak,
 Hadap kanan langkah tegap maju jalan,
 Hadap kiri gerak,
 Hadap kiri maju jalan,
 Hadap kiri jalan,
 Hadap kiri henti gerak,
 Hadap kiri jalan ditempat gerak,
 Hadap kiri langkah tegap maju jalan,
 Hadap serong kanan gerak,
 Hadap serong kanan maju jalan,
 Hadap serong kanan jalan,
 Hadap serong kanan henti gerak,
 Hadap serong kanan jalan ditempat gerak,
 Hadap serong kanan langkah tegap maju jalan,
 Hadap serong kiri gerak,
 Hadap serong kiri maju jalan,
 Hadap serong kiri jalan,
 Hadap serong kiri henti gerak,
 Hadap serong kiri jalan ditempat gerak,
 Hadap serong kiri langkah tegap maju jalan,
 Balik kanan gerak,
 Balik kanan maju jalan,
 Balik kanan jalan,
 Balik kanan henti gerak,
 Balik kanan jalan ditempat gerak,
 Balik kanan langkah tegap maju jalan,
 Jalan ditempat gerak,
 Lencang kanan gerak,
 Setengah lengan lencang kanan gerak,
 Lencang kiri gerak,
 Setengah lengan lencang kiri gerak,
 Lencang depan gerak,
 1/2/3/4 langkah ke depan jalan,
 1/2/3/4 langkah ke belakang jalan,
 1/2/3/4 langkah ke kanan jalan,
 1/2/3/4 langkah ke kiri jalan,
 Buka barisan jalan,
 Tutup barisan jalan,
 Maju jalan,
 Langkah tegap jalan,
 Langkah perlahan jalan,
 Lari jalan,
 Lari maju jalan,
 Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan jalan,
 Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan maju jalan,
 Tiap-tiap banjar dua kali belok kiri jalan,
 Tiap-tiap banjar dua kali belok kiri maju jalan,
 Belok kanan jalan,
 Belok kanan maju jalan,
 Belok kiri jalan,
 Belok kiri maju jalan,
 Dua kali belok kanan jalan,
 Dua kali belok kanan maju jalan,
 Dua kali belok kiri jalan,
 Dua kali belok kiri maju jalan,
 Hormat kanan gerak,
 Hormat kiri gerak,
 Haluan kanan jalan,
 Haluan kanan maju jalan,
 Haluan kiri jalan,
 Haluan kiri maju jalan,
 Melintang kanan jalan,
 Melintang kanan maju jalan,
 Melintang kiri jalan,
 Melintang kiri maju jalan,
 Bubar jalan,
 Berhimpun mulai,
 Berhimpun selesai,
 Siswa (nama penjuru) sebagai penjuru,
 (Nominal) bersaf kumpul mulai,
 (Nominal) banjar kumpul mulai,
 Periksa kerapian mulai,
 Periksa kerapian selesai.
 Segala hal tentang balik kiri tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai