Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 3 Hukum Internasional

Nama : Deva Tria Agustina

NIM : 043185665

Prodi : Ilmu Hukum

1). Analisis apakah kebijakan open sky policy melanggar prinsip-prinsip kedaulatan negara?

Kebijakan Open Sky Policy (OSP) ASEAN sebenarnya dak melanggar prinsip-prinsip kedaulatan
negara secara langsung. Meskipun kebijakan ini mengharuskan negara anggota untuk membuka
wilayah udara mereka kepada maskapai penerbangan asing, keputusan tersebut tetap berada di
tangan negara anggota. Negara masih memiliki kontrol penuh atas regulasi dan persyaratan yang
berlaku di wilayah udara mereka.

Pada dasarnya, OSP ASEAN bertujuan untuk meningkatkan konek vitas dan kerjasama di antara
negara-negara anggota melalui liberalisasi wilayah udara. Dalam hal ini, kebijakan ini lebih bersifat
kolabora f daripada menghilangkan kedaulatan negara. Negara tetap memiliki wewenang untuk
mengatur dan mengawasi operasi penerbangan di wilayah udara mereka, dengan
memper mbangkan kepen ngan nasional dan keamanan.

Namun demikian, dalam implementasinya, kebijakan Open Sky Policy mungkin menimbulkan
tantangan terkait dengan pemeliharaan kedaulatan negara. Negara anggota harus memas kan
bahwa kebijakan ini dak mengorbankan kepen ngan nasional, keamanan, atau industri
penerbangan domes k mereka. Oleh karena itu, pen ng bagi negara anggota untuk menjaga
keseimbangan antara kebijakan liberalisasi dan pemenuhan tugas menjaga kedaulatan mereka.

2). Analisis apakah ASEAN memiliki personalitas hukum untuk menyusun perjanjian internasional dan
memberlakukan perjanjian internasional tersebut kepada semua negara anggotanya!

ASEAN memiliki personalitas hukum untuk menyusun perjanjian internasional dan memberlakukan
perjanjian tersebut kepada semua negara anggotanya. Walaupun ASEAN dak menjadi en tas
hukum yang sama seper negara-negara anggotanya, organisasi ini memiliki mekanisme dan
wewenang untuk menyusun dan mengadopsi perjanjian internasional.

Dalam ASEAN, perjanjian internasional biasanya disusun dan diadopsi melalui konsensus antara
negara-negara anggota. Proses ini melibatkan negosiasi dan kesepakatan bersama antara negara-
negara anggota untuk mencapai tujuan bersama. Ke ka perjanjian internasional telah disepaka ,
negara-negara anggota secara sukarela setuju untuk menerapkannya dan mengiku ketentuan yang
telah disepaka .

Meskipun perjanjian internasional yang disusun oleh ASEAN mengikat negara-negara anggotanya,
implementasinya dapat bervariasi di masing-masing negara sesuai dengan hukum nasional dan
mekanisme internal mereka. Dalam hal ini, negara anggota perlu mengadopsi perjanjian tersebut ke
dalam hukum nasional mereka untuk memas kan pelaksanaan dan kepatuhan yang efek f.
Dalam kesimpulannya, meskipun ASEAN bukan en tas hukum yang sama seper negara-negara
anggotanya, organisasi ini memiliki wewenang untuk menyuskan dan mengadopsi perjanjian
internasional. Proses pengambilan keputusan dalam ASEAN didasarkan pada konsensus antara
negara-negara anggota, dan ke ka perjanjian telah disepaka , negara-negara anggota setuju untuk
mengiku ketentuan yang telah disepaka .

Pada ngkat hukum internasional, ASEAN telah mengadopsi berbagai perjanjian dan instrumen
hukum, termasuk Piagam ASEAN, yang merupakan dokumen pendiri yang menyusun tujuan, prinsip,
dan kerangka kerja organisasi. Selain itu, ASEAN juga telah menyusun perjanjian-perjanjian seper
Deklarasi ASEAN, Protokol ASEAN, dan Konvensi ASEAN dalam berbagai bidang kerjasama.

Meskipun ASEAN memiliki personalitas hukum dalam konteks penyusunan dan penerapan perjanjian
internasional di antara negara-negara anggotanya, pen ng untuk dicatat bahwa se ap negara
anggota masih harus mengimplementasikan perjanjian tersebut melalui proses hukum nasional
mereka. Hal ini berar bahwa negara-negara anggota perlu mengadopsi perjanjian ASEAN ke dalam
hukum nasional mereka untuk menjadikannya mengikat secara domes k.

Dalam prakteknya, implementasi perjanjian ASEAN dapat bervariasi di negara-negara anggota.


Faktor-faktor seper perbedaan sistem hukum, kapasitas administrasi, dan prioritas nasional dapat
memengaruhi implementasi dan kepatuhan terhadap perjanjian tersebut. Oleh karena itu,
sementara ASEAN memiliki wewenang untuk menyusun perjanjian internasional dan mengikat
negara-negara anggotanya, implementasi dan kepatuhan terhadap perjanjian tersebut bergantung
pada kemampuan dan komitmen masing-masing negara anggota.

Dalam kesimpulannya, ASEAN memiliki personalitas hukum untuk menyusun perjanjian internasional
dan menerapkannya kepada semua negara anggotanya. Namun, implementasi dan kepatuhan
terhadap perjanjian tersebut tergantung pada upaya masing-masing negara anggota untuk
mengadopsi dan mengimplementasikan perjanjian tersebut ke dalam hukum nasional mereka.

Anda mungkin juga menyukai