L = I ω
Keterangan:
Pada gerak rotasi momen inersia I merupakan analogi dari massa m dan ω merupakan analogi
dari kecepatan linier v, maka rumus momentum sudut untuk gerak rotasi dapat dituliskan:
p = m.v dan v = ω.r maka dihasilkan
Dengan L = momentum sudut dalam kg. m2/s ; I = momen inersia dalam kg.m2 dan ω = kecepatan
sudut dalam rad/s.
Momentum sudut merupakan besaran vektor, maka arah dari momentum sudut dari sebuah benda
berotasi adalah seperti berikut:
Hubungan momentum sudut dengan momen gaya
Analogi dengan hubungan impuls dan momentum maka hubungan momentum sudut dengan
momen gaya dapat diperoleh :
Bila tidak ada gaya dari luar yang bekerja pada benda ( = 0) maka berlaku hukum kekekalan
momentum sudut yaitu :
a. untuk satu benda
I1 = momen inersia keadaan 1, ω1 = kecepatan sudut keadaan 1, L1 = momentum sudut keadaan 1
I2 = momen inersia keadaan 2, ω2 = kecepatan sudut keadaan 2, L2 = momentum sudut keadaan 2
b. untuk dua benda
I1. ω1 + I2. ω2 = ( I1 + I2 )ω Bila arah gerak searah
I1. ω1 - I2. ω2 = ( I1 + I2 )ω Bila arah gerak berlawanan arah
I1 = momen inersia benda 1 dalam kg.m2 ; ω1 = kecepatan sudut benda 1 dalam rad/s
I2 = momen inersia benda 2 dalam kg.m2 ; ω2 = kecepatan sudut benda 2 dalam rad/s
ω = kecepatan sudut benda gabungan benda 1 dan benda 2 dalam rad/s
Gerak Menggelinding
Penerapan dari hukum kekekalan momentum sudut adalah :
- peloncat indah
- penari ballet
- kursi putar
Penari ballet berputar perlahan saat membentangkan tangannya. Ketika sang penari melipat
tangannya di dada kecepatan putarannya bertambah, dan membentangkan kembali tangannya
saat akan berhenti dari putaran. Pada kejadian ini berlaku hukum kekekalan momentum yaitu
momentum sudut saat membentangkan sama dengan momentum sudut saat melipat tangannya.
Gerak menggelinding terjadi bila sebuah benda melakukan dua macam gerakan secara
bersamaan yaitu gerak translasi dan gerak rotasi.
=I fges . R = I
Keterangan:
a = percepatan dalam m/s2
fges = gaya gesekan dalam Newton (N)
R = jari-jari roda dalam m
I = momen kelembaman dalam kg.m2
- Gerak translasi berlaku:
ΣF = m.a
F – fges = m.a
Keterangan:
F = Gaya luar dalam newton (N)
m = massa benda dalam kg
Contoh kasus berikut ini.
Sebuah roda ditarik oleh sebuah gaya sebesar 60 N pada tepi roda (gambar). Roda bergerak
mengelinding pada lantai kasar dengan koeffisien gesekan kinetis 0,4. Jika massa roda 5 kg dan
jari-jari roda 1 m tentukan besarnya percepatan roda !
Penyelesaian :
Diket : F = 60 N
R = 1 m
m = 5 kg
µ = 0,4
Ditanya : a = …… ?
Jawab :
= I ( F + fges ). R = I
Pada gerak menggelinding berlaku hukum kekekalan energi mekanik
Energi kinetik ada dua bagian yaitu energi kinetik translasi dan rotasi.
Gerak Translasi
Gerak translasi adalah suatu gerak yang arahnya lurus atau melengkung. Gerak ini sering
kita pelajari sebelumnya. Contohnya pada gerak translasi adalah balok dengan massa M ditarik
ke kanan dengan kecepatan V. Maka, rumus energi kinetik gerak translasi adalah sbb:
Ek = ½ m.v2
Keterangan:
Ek : energi kinetik (joule)
m : massa benda (kg)
v : kecepatan (m/s)
Gerak Rotasi
Gerak rotasi adalah suatu gerak yang arahnya mengalami perputaran terhadap poros
tertentu. Gerak ini dipengaruhi oleh torsi. Sebelumnya kita belajar juga tentang torsi.
Contohnya gerak rotasi itu apa? Contohnya adalah bola yang berputar pada porosnya. Maka,
rumus energi kinetik gerak rotasi adalah sbb:
Ek = ½ I.ω2
Keterangan:
Jika massa A lebih besar dari pada mssa B maka untuk menghitung percepatan pada
sistim digunakan persamaan
Contoh :
Penyelesaian
Agar lebih mudah dalam pengerjaan, maka kita gambar dahulu gaya-gaya pada sistem dan
arah gerak benda seperti berikut ini
Karena mA > mB maka benda A akan bergerak turun dan benda B akan bergerak naik,
dengan menggunakan hukum II Newton kita tinjau gerak masing-masing benda
Tinjau mA
ΣF = mA a (karna benda A bergerak turun, maka (w A > TA)
wA – TA = mA a
mA g – TA = mA a
mA g – mA a = TA... (1)
Tinjau mB
ΣF = mB a (karna benda B bergerak ke naik, maka (T B > wB)
TB – wB = mB a
TB – mB g = mB a
TB = mB g + mB a... (2)
Tinjau katrol
Στ = Iα
τA – τB = IK α (τ = T R)
(TA – TB )R = (½ mK R2) (a/R)
(TA – TB) = (½ mK) (a) ... (3)
massa A = 6 kg, massa B = 3 kg dan massa katrol 2 kg. Katrol terbuat dari silinder pejal
dan katrol ikut berputar dengan tali. Jika g = 10 m/s 2, Hitung percepatan pada sistim .