Anda di halaman 1dari 125

TESIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE STAND


TERHADAP HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK PADA SISWA
KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH CINNONG,
KECAMATAN LAPPARIAJA
KABUPATEN BONE

Application of Cooperative Learning Model Type Stand Against Morals


Aqeedah Learning Outcomes in Class V Cinnong Government
Elementary School, Sub District Lappariaja Bone

Oleh :

AMUNANSAR
0113 355 2012

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Penerapan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Stand


Terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Siswa
Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Cinnong,
Kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone.

Nama Mahasiswa : Amunansar


NIM : 0113 355 2012
Program Studi : Magister Pendidikan Islam.

Menyetujui,

Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Rahman Getteng. Prof. Dr. H. Mappanganro. M.A

Mengetahui,
Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana
Manajemen Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Prof. Dr. H. Rahman Getteng. Prof. Dr. H. M. Ide Said DM, M. Pd


NBM. 988463

ii
ABSTRAK

Amunansar, 2014. Penerapan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Stand


Terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Siswa Kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Cinnong, Kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone. (Dibimbing
oleh Rahman Getteng sebagai ketua komisi dan Mappanganro sebagai
anggota)

Pokok permasalahn dalam tesis ini adalah apakah hasil belajar


terhadap akidah akhlak pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah al-abrar
cinnong, kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone, dapat meningkat melalui
penerapan pembelajaran koperatif tipe STAD. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar akidah akhlak melalui penerapan pembelajaran
koperatif tipe STAD pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah al-abrar
cinnong, Kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan


objek penelitian siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah al-abrar cinnong, yang
berjumlah 12 siswa, dengan rincian 6 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki.
Pengumpulan data di mulai dengan tahap, tes, observasi pengamatan yang
pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa, pengembangan materi dan hasil
belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan Pada tindakan siklus II dilakukan dengan


1 x pertemuan, keberhasilan sudah mencapai target yang diinginkan karena
pada kegiatan pembelajaran akidah akhlak Berdasarkan data hasil belajar
siklus II, maka penelitian meningkatkan hasil belajar siswa penerapan model
pembelajaran koperatif tipe stand terhadap hasil belajar akidah akhlak pada
siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Cinnong, Kecamatan Lappariaja
Kabupaten Bone telah berhasil.

Kata Kunci : Evektivitas, Komperatif Tipe Stad, Hasil Belajar

iii
ABSTRACT

Amunansar, 2014. Application of Cooperative Learning Model Type Stand


Against Morals Aqeedah Learning Outcomes in Class V Cinnong
Government Elementary School, District Lappariaja Bone County.
(Supervised by Rahman Getteng Mappanganro as chairman of the
commission and as a member)

Principal permasalahn in this thesis is whether the learning outcomes of the


moral creed of the fifth grade students of madrasah al-abrar cinnong, sub
Lappariaja Bone district, can be increased through the implementation of
STAD cooperative learning. This study aims to improve learning outcomes
through the application of moral creed STAD cooperative learning at
Government Elementary School fifth grade students of al-abrar cinnong, sub
district Lappariaja Bone.

This type of research is Classroom Action Research (CAR), the research


object Elementary School fifth grade students of al-abrar cinnong, which
amounts to 12 students, with details of 6 girls and 6 boys. Data collection
began with a stage, tests, observations observations of learning that includes
student activities, materials development and student learning outcomes.

The results show On the second cycle performed with 1 x meetings, success
has reached its intended target because the moral creed of learning activities
Based on data from the second cycle of learning outcomes, the research
improve student learning outcomes implementation of cooperative learning
model type stand against the moral creed of learning outcomes fifth grade
students of madrasah cinnong, sub district Lappariaja bone has been
successful.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur hanya kepada Allah Swt, shalawat

beserta salam senantiasa tercurah kepada sosok panutan kita Nabi

Muhammad saw, para sahabat dan orang tuanya. Hasil penelitian yang

disusun dalam bentuk tesis ini, merupakan upaya maksimal, namun masih

dalam bentuk yang sederhana. Oleh karena, itu diharapkan koreksi dan

saran yang konstruktif dari pembaca dalam usaha perbaikan dan terutama

dalam kegiatan penulisan di kemudian hari.

Penulis menyadari hal ini bukanlah suatu yang mudah,

sehingga tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari

berbagai pihak, karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H. Rahman Getteng, Pembimbing I

dan Prof. Dr. H. Mappanganro, M.A, pembimbing II atas bimbingan, arahan

dan motivasi serta koreksi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini,

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Direktur Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar, dan Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan

Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Secara khusus Kedua orang tua tercinta yang telah melahirkan,

mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh pengorbanan,

dorongan dan iringan doanya. Istri dan Anak-anak’ku yang selalu memberi

dukungan motivasi untuk meraih hidup yang lebih baik.

v
Seluruh teman serta semua pihak yang tidak memungkinkan

disebutkan namanya satu persatu yang senantiasa memberikan dukungan

dalam penyelesaian tesis ini.

Akhirnya, atas jasa dan partisipasi semua pihak semoga mendapat

balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt, Semoga tesis ini dapat

memberikan manfaat serta bernilai ibadah disisi Allah Swt. Aamiin.

Makassar, Desember 2014

Penulis,

Amunansar
Nim : 0113 355 2012

vi
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS…………………………………………. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… v
ABSTRAK ………………………………………………………………………. vi
ABSTRACT……………………………………………………………………… vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………. 7
C. Tujuan Penelitian………………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian ………………………… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Pembelajaran Komperatif Tipe STAD................................ 8
2. Hasil Belajar..................................................... 22
3. Akidah Akhlak di MI........................................……...…. 34
4. Penerapan Pembejaran Tipe STAD................................ 42
5. Karangka Fikir……………………………………………… 44

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian……………………………………. 48
B. Fokus Penelitian………………………………………….. 50
C. Setting Penelitian ……………………………………… 51
D. Rancangan Tindakan ………………..……………… 50
E. Tekhnik dan Prosedur Pengumpulan Data……………… 54
F. Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan……… 56

BAB IV HASIL PENELITIAN


1. Sejarah Berdirinya Madrasah …..…………… …………. 59

2. Keadaaan Guru................................................................. 60

3. Penyajian data sebelum Tindakan..................................... 62

vii
4. Hasil Tindakan Siklus I........................................................63

5. Hasil Tindakan Siklus II.......................................................70

6. Pembahasan Hasil Penelitian........................................... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ..................................................................... 79
B. Saran………………........................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 80
LAMPIRAN – LAMPIRAN....................................................................... 83-144
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang inhern dalam kehidupan manusia.

Dan, manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Karena

hal itulah, maka pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat vital

dalam kelangsungan hidup manusia. Tak terkecuali pendidikan Islam, yang

dalam sejarah perjalanannya memiliki berbagai dinamika. Eksistensi

pendidikan Islam senyatanya telah membuat kita terperangah dengan

berbagai dinamika dan perubahan yang ada.

Berbagai perubahan dan perkembangan dalam pendidikan Islam itu

sepatutnya membuat kita senantiasa terpacu untuk mengkaji dan

meningkatkan lagi kualitas diri, demi peningkatan kualitas dan kuantitas

pendidikan Islam di Indonesia. Telah lazim diketahui, keberadaan pendidikan

Islam di Indonesia banyak diwarnai perubahan, sejalan dengan

perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Sejak

dari awal pendidikan Islam, yang masih berupa pesantren tradisional hingga

modern, sejak madrasah hingga sekolah Islam bonafide, mulai Sekolah

Tinggi Islam sampai Universitas Islam, semua tak luput dari dinamika dan

perubahan demi mencapai perkembangan dan kemajuan yang maksimal.

Pertanyaannya kemudian adalah sudahkah kita mencermati dan memahami

1
2

bagaimana kemunculan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia,

untuk kemudian dapat bersama-sama meningkatkan kualitasnya, demi

tercipta pendidikan Islam yang humanis, dinamis, berkarakter sekaligus juga

tetap dalam koridor Alqur’an dan Assunah.

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada

terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju

kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada

pembentukan manusia yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang

sempurna akhlaqnya. yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi

Muhammad saw, yaitu menyempurnakan akhlaq yang mulia.

Ilmu Pendidikan Islam merupakan Ilmu Pengetahuan yang memiliki

Perbedaan dengan Ilmu pengetahuan yang lain penggongan-penggolongan

suatu masalah dan pembahasan masalah demi masalah di dalam

pendidikan. pendidikan Islam memerlukan beberapa metodologi

pengembangan, antara lain: test, pendidik memberikan test kepada anak

didiknya untuk mengetahui perkembangan anak didik

Berbicara masalah pendidikan berarti menyangkut kehidupan masa

depan suatu bangsa karena kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh

factor pendidikan, peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan

kehidupan yang cerdas, damai, dan demokratis. Oleh karena itu pembaruan

pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

selain aspek-aspek penting lainnya. Perwujudan masyarakat berkualitas


3

merupakan tanggung jawab pendidikan. Terutama dalam mengantar para

peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual,

moral maupun social agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk

social.

Di samping itu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah

ibtidayyah diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang

agama islam. Memperhatikan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa bila

seorang guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan model

pembelajaran koperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

maka diyakini dapat meningkatkan hasil belajar dengan baik. Namun pada

kenyataanya belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini diungkapkan

oleh Mususc (Sapriati, 2008) bahwa dalam kenyataannya sebagian besar

siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan

bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata.

Fakta rendahnya hasil belajar yang dicapai pada mata pelajaran

pendidikan agama islam adalah akibat proses belajar dengan penyampaian

fakta-fakta dan konsep-konsep pendidikan agama islam melalui pendekatan

yang kurang tepat yakni ceramah. Pendekatan tersebut tidak memberi

kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan sendiri dan kerja sama

dengan teman dalam mengamati dan memanipulasi obyek yang

dipelajarinya. Kegiatan mengamati dan memanipulasi adalah kegiatan proses


4

yang merupakan ranah pendukung mempermudah memahami konsep

pendidikan agama islam.

Ada tiga kelemahan pembelajaran pendidikan agama islam

sehubungan dengan pemahaman konsep yang ingin dicapai dan perlu

dihindari yaitu: 1) Masih banyak guru yang memberikan penekanan terlalu

besar hanya pada faktor ingatan siswa, 2) Masih sangat kurang kegiatan

praktikum, 3) Faktor penyajian dengan ceramah yang mengakibatkan

kegiatan proses terbatas. Keadaan serupa berdasarkan hasil observasi yang

telah dilakukan pada pra penelitian bulan Oktober yang dilakukan di

madrasah ibtidayyah al-abrar cinnong kecamatan lappariaja kabupaten bone

khususnya di kelas V terungkap bahwa hasil belajar siswa terhadap

pembelajaran agama islam khususnya pokok bahasan akhlak. Dari 20 siswa

kelas V hanya 9 atau 45 % siswa yang mampu mencapai hasil belajar sesuai

KKM. Berarti masih ada 11 siswa atau 55 % siswa yang hasil belajarnya

berada di bawah KKM. Masalah tersebut disebabkan karena dalam proses

pembelajaran yang dilakukan guru terkesan kurang menarik dan kurang

optimal, karena: 1) Guru dalam mengajarkan konsep akhlak melakukan

kegiatan berdongeng saja. 2) Guru dalam menyajikan materi pelajaran

Pendidikan Agama Islam khususnya pokok bahasan akhlak hanya

menggunakan metode ceramah sehingga siswa tidak mampu memahami

materi yang diajarkan. 3) Guru kurang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah


5

akhlak. 4) Perilaku guru tersebut, menyebabkan siswa: 1) Siswa tidak

mendapatkan kesempatan mengamati dengan baik materi tentang akhlak. 2)

Siswa merasa bosan mengikuti pelajaran. 3) Siswa tidak diberikan

kesempatan berdiskusi. 4) Siswa tidak digiring pada situasi nyata.

Masalah rendahnya hasil belajar siswa yang disebabkan

ketidaktepatan penggunaan metodologis tersebut tentunya membutuhkan

jalan keluar. Jika masalah di atas tidak diatasi dan dibiarkan berlarut-larut,

akan berdampak negative bagi siswa khususnya pada pengembangan

kreativitas siswa, terlebih lagi akan berdampak buruk bagi kemajuan hasil

belajar siswa khususnya terhadap pokok bahasan akhlak. Menurut Freire

(Basrowi, 1997) bahwa rendahnya aktivitas siswa merupakan bentuk

penindasan kepada siswa, sebab guru hanya menganggap siswa sebagai

bejana kosong yang siap diisi oleh guru, guru menguasai siswa, dan

menganggap bodoh muridnya.

Untuk memperbaiki pembelajaran yang dimaksud, peneliti memilih

menerapkan pembelajaran koperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Divisions) dengan pokok bahasan akhlak Pembelajaran koperatif tipe STAD

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat

Dewi (1999) yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran koperatif

tipe STAD dapat meningkatkan proporsi jawaban siswa pada tes hasil

belajar.
6

Kelebihan pembelajaran koperatif tipe STAD sebagaimana yang

dikemukakan Arens (Asma, 2006) yang menyatakan bahwa penggunaan

pembelajaran koperatif tipe STAD lebih unggul dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dibanding dengan model pembelajaran individual yang

digunakan selama ini. Selain itu, Davidson (Asma, 2006: 26) menyimpulkan

bahwa:

Pembelajaran koperatif tipe STAD dapat meningkatkan kecakapan


individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah,
meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk
terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam
pembelajaran koperatif ternyata lebih mementingkan orang lain,
tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam.

Pertanyaan yang akan muncul “Apakah benar pembelajaran koperatif

tipe STAD dapat menjadi salah satu alternative atau solusi yang tepat

diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar terhadap pokok bahasan akhlak

daalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru kelas V

madrasah ibtidayyah Al-abrar cinnong kabupaten bone di kelas? Untuk

menjwab pertanyaan ini, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) Dalam Meningkatkan Hasil pembelajaran

akhlak Pada Siswa Kelas V madrasah ibtidayyah al-abrar cinnong

Kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah adalah

apakah hasil belajar terhadap akidah akhlak pada siswa kelas V madrasah

ibtidaiyah al-abrar cinnong, kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone, dapat

meningkat melalui penerapan pembelajaran koperatif tipe STAD.

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk meningkatkan hasil belajar akidah akhlak melalui penerapan

pembelajaran koperatif tipe STAD pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah

al-abrar cinnong, kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoretis

Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru Madrasah Ibtidaiyah al-abrar

cinnong, kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone. dapat:

a. Memiliki pengetahuan tentang teori penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran

di madrasah ibtidaiyah.

b. Memiliki teori pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk

meningkatkan proses dan hasil belajar siswa akidah akhlak di

madrasah ibtidaiyah khususnya di kelas V.


8

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan:

a. Guru mendapat pengalaman secara langsung setelah menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Siswa mendapat kesempatan dan pengalaman belajar Akidah Akhlak

dalam suasana yang menyenangkan serta meningkatkan hasil belajar

Akidah Akhlak, khususnya konsep pokok bahasan Pendidikan Agama

Islam.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan

dalam melakukan penelitian selanjutnya.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian pustaka

1. Hakikat Pembelajaran Koperatif Tipe STAD

a. Pembelajaran koperatif

1) Pengertian pembelajaran koperatif

Belajar kooperatif menurut Davidson dan Kroll (Asma, 2006: 11) adalah:

Kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam


kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerjasama
secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang
ada pada tugas siswa. Belajar kooperatif merupakan suatu
kumpulan strategi mengajar yang digunakan siswa untuk
membantu satu dengan yang lain dalam mempelajari sesuatu.

Selanjutnya Slavin (Wena, 2009: 107) menyatakan bahwa

“pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama dalam kelompok kecil saling

membantu untuk mempelajari suatu materi”. Hal ini serupa dengan yang

diungkapkan Thomson dan Smith (Wena, 2009: 107), yakni “dalam

pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok

kecil untuk mempelajari materi akademik dan keterampilan antara pribadi”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa belajar

kooperatif adalah metode belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil,

saling berbagi ide-ide dan membantu untuk memahami dalam belajar,

sekaligus masing-masing bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota

9
10

kelompoknya dengan tujuan mencapai hasil belajar tinggi. Dalam belajar

kooperatif belum selesai jika masih ada salah satu anggota kelompoknya

belum menguasai materi.

Di kelas pembelajaran kooperatif dibentuk dalam beberapa kelompok

kecil yang terdiri atas 4-5 orang siswa. Dalam pembentukan kelompok kecil

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu adanya perbedaan

kemampuan akademik seperti berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Selain itu pula, perbedaan suku, ras, budaya, dan jenis kelamin. Hal ini

sejalan dengan pendapat Wena (2009: 12) yang menyatakan bahwa “di

dalam pembelajaran kooperatif kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil,

biasanya terdiri atas 4-5 siswa dengan kemampuan akademik yang berbeda,

perbedaan suku dan jenis kelamin”. Selanjutnya Asma (2006: 12)

menyatakan bahwa:

Banyak anggota suatu kelompok dalam belajar kooperatif,


biasanya terdiri dari empat sampai lima orang siswa dimana
anggota kelompok yang terbentuk diusahakan heterogen
berdasarkan perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin dan
etnis.

Dalam belajar kooperatif siswa tetap berada dalam kelompoknya

selama proses pembelajaran berlangsung untuk beberapa pertemuan. Dalam

pembelajarannya diperlukan keterampilan-keterampilan khusus yang disebut

keterampilan kooperatif yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran

dengan baik dan melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan
11

hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antara

anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi

tugas antar anggota kelompok dengan memberikan lembaran kerja yang

berisi tugas dan pertanyaan yang direncanakan untuk diajarkan. Kegiatan

pembelajaran dengan belajar kooperatif dilakukan oleh guru dan siswa.

Menurut Laundren (Wena, 2009: 111) bahwa “keterampilan-

keterampilan kooperatif tersebut terdiri atas 3 tingkatan yaitu keterampilan

kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat tinggi”.

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, yaitu: menggunakan kesepakatan,

menghargai kontribusi, menggunakan suara pelan, mengambil giliran dan

berbagi tugas, berada dalam kelompok dan tugas, mendorong partisipasi,

mengundang orang lain untuk bicara, menyelesaikan tugas tepat

waktunya, menyebut nama dan memandang pembicara, mengatasi

gangguan, menolong tanpa memberikan jawaban, menghormati

perbedaan individu.

b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, yaitu: menunjukkan

penghargaan dan simpati, menggunakan pesan “saya”, mengungkapkan

ketidak setujuannya dengan cara yang sopan, mendengarkan dengan

aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan

mengorganisir, memeriksa ketepatan, menerima tanggungjawab,

menggunakan kesabaran, tetap tenang.


12

c. Keterampilan kooperatif tingkat tinggi, antara lain: mengolaborasi,

memeriksa dengan cermat (probing), menanyakan untuk justifikasi,

menganjurkan suatu posisi, menetapkan tujuan, berkompromi,

menghadapi masalah khusus.

2) Langkah-langkah pembelajaran koperatif

Menurut Ibrahim (Masniladevi, 2004: 18) kegiatan guru dalam

pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah-langkah utama yaitu:

(1) pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan


pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, (2) penyajian
informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan, (3)
siswa dikelompokan ke dalam tim-tim belajar, (4) bimbingan guru
pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas
mereka, (5) evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari, dan
(6) memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok
maupun individu.

Sedangkan kegiatan siswa dalam pembelajaran dengan belajar

kooperatif ada beberapa langkah (Asma, 2006: 12) yaitu:

a) siswa mengikuti penjelasan guru secara aktif, b)


menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, c) memberikan
penjelasan dengan teman kelompoknya, d) mendorong teman
kelompoknya untuk berpartisipasi aktif, dan e) berdiskusi antara
anggota kelompok.

Lebih lanjut Bennet dan Jacobs (Asma, 2006: 17) menjelaskan bahwa:

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah saling


ketergantungan secara positif, tanggungjawab individu,
pengelompokan secara heterogen, keterampilan kolaboratif,
memproses interaksi kelompok, interaksi tatap muka”.
13

Slavin (Asma, 2006: 22) mengemukakan “tiga konsep utama yang

menjadi karakteristik belajar kooperatif yaitu: penghargaan kelompok,

pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil”.

Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:

a. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor sesuai

kriteria yang ditentukan.

b. Pertanggungjawaban individu. Keberhasilan kelompok tergantung pada

pertanggungjawaban secara individu dari semua anggota kelompok.

c. Kesempatan yang sama untuk berhasil. Belajar kooperatif menggunakan

metode pengskoran untuk menentukan skor perkembangan individu. Skor

perkembangan ini berdasarkan pada peningkatan skor tes yang diperoleh

siswa dari tes yang terdahulu.

Menurut Asma (2006: 12) pengembangan pembelajaran kooperatif

bertujuan “untuk mencapai hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman

dan pengembangan keterampilan sosial”. Lebih lanjut dijelaskan sebagai

berikut:

a. Pencapaian hasil belajar.

Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keunggulan pada siswa yang

bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik, baik kelompok

bawah maupun kelompok atas. Siswa kelompok atas menjadi tutor bagi

siswa kelompok bawah. Dalam proses tutor ini siswa kelompok atas

meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberikan pelayanan


14

sebagai tutor kepada teman sebaya yang membutuhkan pemikiran lebih

mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi

tertentu.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu.

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berlatar

belakang dan kondisi untuk saling tergantung satu sama lain atas tugas-

tugas bersama melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,

serta belajar menghargai temannya.

c. Pengembangan keterampilan sosial.

Keterampilan kerjasama dan kolaboratif amat penting untuk dimiliki di

dalam masyarakat, banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam

organisasi yang tergantung satu sama lain dalam masyarakat meskipun

beragam budayanya.

Kelebihan belajar secara kooperatif menurut pendapat Hill, 1993

(Masniladevi, 2003: 7) adalah sebagai berikut:

(1) meningkatkan prestasi siswa, (2) memperdalam pemahaman


siswa, (3) menyenangkan siswa, (4) mengembangkan sikap
kepemimpinan, (5) mengembangkan sikap positif siswa, (6)
mengembangkan sikap menghargai diri sendiri, (7) membuat
belajar secara inklusif, (8) mengembangkan rasa saling memiliki,
dan (9) mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Menurut (Asma, 2006: 14), ada lima prinsip pelaksanaan pembelajaran

kooperatif yaitu: “prinsip siswa belajar aktif (student active learning), belajar
15

kerjasama (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, mengajar

reaktif (reactive teaching), dan pembelajaran yang menyenangkan (joyfuull

learning)”.

Menurut Lungdren, dalam Ibrahim (2000 : 21) unsur-unsur dasar


dalam cooperative earning adalah sebagai berikut :

a. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta


didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
b. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama.
c. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para
anggota kelompok.
d. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
e. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
f. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif yang

dapat digunakan dalam pembelajaran PAI agar pembelajaran dapat berjalan

secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Strategi pembelajaran kooperatif secara psikologis sesuai dengan

perkembangan sosial peserta didik usia MI dan sesuai dengan karakteristik

mereka yang senang bekerja dalam kelompok. Strategi kooperatif juga

merupakan cerminan dari unsur kepribadian bangsa Indonesia yaitu gotong

royong. Oleh karena itu pembelajaran harus sesuai dengan keadaan

masyarakat dan sifat gotong royong hendaknya dijadikan suatu prinsip yang

mewarnai praktik pembelajaran untuk peserta didik.


16

Dengan strategi pembelajaran kooperatif, guru dapat menggunakan

berbagai metode yang menarik yang dapat meningkatkan minat, motivasi,

prestasi peserta didik. Peserta didik tidak hanya mendengarkan melalui

ceramah, tetapi mereka dituntut untuk aktif kooperatif dengan teman

sekelasnya. Dengan strategi ini, interaksi pembelajaran akan lebih “multi-

arah” dan terjadi diversifikasi sumber belajar. Strategi pembelajaran

kooperatif ini diarahkan pada pengembangan kemampuan kognitif siswa

bersamaan dengan kemampuan hubungan interpersonal (ketrampilan sosial)

peserta didik.

Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif dibutuhkan

kemauan dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan

kelas, sehingga guru menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana

pembelajaran secara matang, pengaturan kelas saat pelaksanaan, dan

membuat tugas untuk dikerjakan siswa bersama dengan kelompoknya.

b. Pembelajaran koperatif tipe STAD

STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dianggap

paling sederhana, dan merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

yang banyak digunakan. model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan

kolega-koleganya di Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (Asma, 2006:

51) menjelaskan bahwa:


17

Pembelajaran kooperatif model STAD, siswa ditempatkan


dalam kelompok belajar beranggotakan empat sampai lima
orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan
akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok
terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah
atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau
kelompok sosial lainnya.

Guru lebih dahulu menyajikan pelajaran baru dalam kelas dengan

memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS), kemudian siswa mempelajari dan

berlatih untuk materi tersebut dalam kelas dan masing-masing kelompok

bekerja berpasangan. Siswa melengkapi lembaran kerja, bertanya satu sama

lain, membahas masalah dan mengerjakan latihan. Tugas-tugas siswa itu

harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok. Pada akhirnya guru

memberikan kuis yang harus dikerjakan siswa secara individu. Menurut

Slavin (Masniladevi, 2003: 9) STAD terdiri atas siklus pembelajaran yang

tetap yaitu:

(a) bahan pelajaran yang disajikan oleh guru dan siswa harus
mencurahkan perhatiannya, (b) belajar dalam kelompok,
dengan dipandu oleh lembaran kegiatan siswa untuk
menuntaskan materi pembelajaran, (c) kuis, siswa mangerjakan
secara individu, (d) skor- skor peningkatan individu, dan (e)
penghargaan kelompok, memberi penghargaan kepada
kelompok yang berhasil mencapai skor yang tertinggi, skor
kelompok dihitung berdasarkan skor dasar anggota kelompok.
(Masniladevi, 2003: 9)

Kegiatan pembelajaran model STAD menurut Asma (2006) terdiri

beberapa tahap, yaitu:


18

a. Tahap persiapan pembelajaran

1) Materi

Materi pembelajaran dalam belajar koperatif dengan menggunakan tipe

STAD di rancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara

berkelompok sebelum menyajikan materi pelajaran, dibuat Lembar

Kegiatan Siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok, Lembar jawaban

dan lembar kegiatan tersebut.

2) Menempatkan siswa dalam kelompok

Menempatkan siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari empat dan lima

orang dengan cara mengurutkan siswa dari atas ke bawah berdasarkan

kemampuan akademiknya dan daftar siswa yang telah diurutkan tersebut

dibagi menjadi lima bagian. Kemudian diambil satu siswa dari tiap

kelompok sebagai anggota kelompok. Kelompok yang sudah terbentuk

diusahakan berimbang menurut kemampuan akademik dan jenis kelamin.

3) Menentukan skor dasar

Skor dasar merupakan skor rata-rata pada kuis/tes sebelumnya. Jika

mulai menggunakan tipe STAD setelah memberi tes kemampuan

prasyarat/tes pengetahuan awal, maka skor tes tersebut dapat dipakai

sebagai skor dasar. Selain skor kemampuan prasyarat/tes pengetahuan

awal, nilai siswa pada semester sebelumnya juga dapat digunakan

sebagai skor dasar.


19

b. Tahap penyajian materi

Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit.

Setiap pembelajaran dengan model ini, selalui dimulai dengan penyajian

materi oleh guru. Sebelum penyajian materi ini, guru dapat memulai dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi untuk berkoperatif,

menggali pengetahuan prasyarat dan sebagainya. Dalam penyajian kelas

dapat digunakan model ceramah, tanya jawab, diskusi dan sebagainya.

Disesuaikan dengan isi bahan ajar dan kemampuan pelajar.

c. Tahap kegiatan belajar kelompok

Dalam setiap belajar kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar

tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar untuk setiap

kelompok, dengan tujuan agar terjadi kerjasama antar anggota kelompoknya.

Lembar kegiatan dan lembar tugas diserahkan pada saat kegiatan kelompok,

sedangkan kunci jawaban diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai

dilaksanakan. Setelah menyerahkan Lembar Kegiatan Siswa, guru

menjelaskan tahapan dan fungsi belajar kelompok dari tipe STAD. Setiap

siswa mendapat kesempatan memimpin anggota-anggotanya di dalam

kelompoknya, dengan harapan bahwa setiap anggota kelompok termotivasi

untuk pembicaraan dalam diskusi.

Pada awal pelaksanaan kelompok dengan tipe STAD diperlukan

adanya diskusi dengan siswa tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku di

dalam kelompok koperatif. Hal-hal yang perlu dilakukan pebelajar untuk


20

menunjukkan tanggung jawab terhadap kelompoknya, misalnya: (1)

menyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya telah mempelajari materi,

(2) tidak seorang pun menghentikan belajar sampai semua anggota

menguasai materi, (3) meminta bantuan kepada setiap kelompoknya untuk

menyelesaikan masalah sebelum menyanyakan kepada gurunya, (4) setiap

anggota kelompok berbicara secara sopan satu sama lain, saling

menghormati dan menghargai.

d. Tahap pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan

mempersentasekan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil dari

setiap kelompok. Pada tahap kegiatan ini, diharapkan terjadi interaksi antar

anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi

jawaban dari kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian.

Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kerja kelompok dengan

memberikan kunci jawaban, dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil

pekerjaanya serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.

e. Tahap siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual

Pada tahap ini, setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya

dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara

menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam tahap ini

tidak diperkenankan bekerja sama.


21

f. Tahap pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor

peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor

kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan

sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.

g. Tahap penghargaan kelompok

Dari skor peningkatan individual pada pembelajaran model STAD

dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman penghitungan

perkembangan skor yang disusun oleh Slavin (Ratumanan, 2002: 115)

sebagai berikut:

Tabel 2.1: Penghitungan Skor Perkembangan Belajar Kooperatif menurut


Slavin
Skor Tes Akhir Nilai Peningkatan
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin
10 poin hingga 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
Skor awal hingga 10 poin di atas skor dasar 20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin
Nilai sempurna 30 poin

Pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin

perkembangan kelompok yang tinggi ditentukan dengan rumus sebagai

berikut:

Jumlah total perkembangan anggota


N1 =
Jumlah anggota kelompok yang ada
Keterangan:
N1 = skor perkembangan kelompok
22

Poin perkembangan yang diperoleh terdapat tiga tingkatan

penghargaan yang diberikan yaitu:

Tabel 2.2: Tingkat Penghargaan Kelompok menurut Slavin

Nilai rata-rata kelompok Penghargaan


5< x  15 Baik
15< x  25 Hebat
25< x  30 Super

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Syai’ful Bahri Djamarah (2002) dalam bukunya “Psikologi

Belajar” pengertian belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,

afektif dan psikomotorik 1, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (23 :

2005 ) belajar adalah 1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu 2)

berubah tingkah laku atau tangapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar seperti

dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan

sadar yang dilakukan oleh seseorang atau individu yang melibatkan unsur

jasmani dan rohani untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dan

pengalaman hidupnya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.


23

Dari pengertian diatas, ada hal yang harus digaris bawahi, yaitu

memperoleh suatu perubahan tingkah laku dan pengalaman hidupnya dari

hasil interaksi dengan lingkungannya, yang secara tidak langsung menjadi

tujuan dari belajar itu sendiri.

Sedangkan Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah

laku sebagai akibat belajar yang mencakup aspek kognitif, efektif dan

psikomotor (Sudjana, 1989). Ketiga bidang hasil belajar tersebut tidak berdiri

sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

dan mencakup beberapa jenjang yaitu:

a. Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual yang mencakup

jenjang: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis

dan evaluasi.

b. Aspek afektif adalah perasaan, emosi atau nilai. Afektif memiliki

jenjang: penerimaan, tanggapan, penilaian, pengorganisasian dan

pemeran.

c. Aspek psikomotor adalah kemampuan yang mengutamakan gerak

perilaku yang melibatkan pemahaman yang dimiliki. Aspek

psikomotor memiliki jenjang: apersepsi, kesiapan, respon,

mekanisme, respon kompleks, penyesuaian dan kreativitas.

Perubahan yang terjadi itu akibat dari kegiatan belajar. Yang telah

dilakukan oleh individu. Perubahan ini adalah hasil yang telah dicapai dari

proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk


24

‘perubahan’ harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari

dalam individu maupun luar individu. Namun, proses disini tidak dapat dilihat

karena bersifat psikologis. Hanya saja dapat dilihat ketika seorang telah

berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, proses telah terjadi dalam diri

seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktifitas belajar

yang telah dilakukannya.

Hasil belajar juga sering disebut prestasi belajar yang diperoleh dari

peristiwa atau proses belajar yang terungkap melalui evaluasi belajar. Hasil

belajar dipengaruhi dan tergantung beberapa faktor. Menurut Carrol hasil

belajar dalam suatu bidang bergantung kepada ketabahan dan kesempatan

untuk belajar dan relatif terhadap bakat pada suatu bidang studi, disamping

itu dipengaruhi pula oleh beberapa hal yaitu minat, sikap, perhatian dan

motivasi (Sudjana, 1989). Motivasi belajar biasanya sangat tergantung pula

pada pendekatan yang digunakan dalam proses belajar, karena itu

pendekatan yang diyakini dapat meningkatkan hasil belajar adalah

pembelajaran koperatif tipe STAD.

b. Faktor pisikologis yang mempengaruhi hasil belajar.

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi

segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental

yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang

mantap dan stabil. (Nana Syaodih Sukmadinat : 2007).


25

Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar

adalah :

1) Kecerdasan /Intelegensi Siswa

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menhadapi dan menyesuaikan kedalam situasi baru

dengan cepat dan efektif, mengetahui atau konsep-konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dalam situasi yang

sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik

dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan

melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan

dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila

dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting

dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ

pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas

manusia.

2) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan

kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses

di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga
26

perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-

kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.

Dari segi sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang

berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan

sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu

disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi

aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya.

Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif,

karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi

dari luar(ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen dalam Hayinah, 1992, yang termasuk

dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah :

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas

b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan

keinginan untuk maju.

c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat

dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara,

guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang

berguna bagi dirinya, dan lain-lain.


27

e. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu

tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti

pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain

sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif

akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

f. Minat Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Menurut Reber Syah, minat bukanlah istilah yang popular

dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai

faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,

keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.

g. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan

kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap

aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau

belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang

guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar

tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau

dipelajaranya.

h. Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang

bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi

yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan,

baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang


28

membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan

seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik)

sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang

menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang

studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang

studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

3) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan

proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang

relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara

positif maupun negatif.

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang

atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan

sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam

belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan

bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,

seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya,

berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empati,

sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran

yang dia punya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat
29

mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan

siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

4) Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat.

Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial

yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

dating. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai

kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk belajar.2[8][8] Dengan

demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu

komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat

seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu

akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan

berhasil.

Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk

mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk

melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.

Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap

informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa


30

yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-

bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.

Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap

individu, maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan

memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara

lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak

untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

5) Perhatian

Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan

perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik.

Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas

belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa

melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan

material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif,

seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.

Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian

yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah

perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-

dorongan untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk

mengetahui apa yang terjadi di balik keributan di samping rumah, dan lain-

lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian


31

spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari

pada perhatian yang disengaja.

6) Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui

penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan.

Pengamatan merupakan gerbang bagi masuknya pengaruh dari luar ke

dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi

pembelajaran.

Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik

perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan

menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas

pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar.

Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam

proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh

subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.

7) Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya

ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3)

memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan”

selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan


32

mereproduksi kesan.3[9][9] Kecakapan merima kesan sangat sentral

peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu

mengingat hal-hal yang dipelajarinya.

Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh

beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik.

Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan

sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu,

pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan”

juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material

pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu.

Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g

(gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.

8) Berfikir

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan

konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini

berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian

informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-

perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya

adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan


33

pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan

kesimpulan. (Abdil Rahman Sholeh : 2008).

Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang

lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini

dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan

dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan

bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk

memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material

pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk

berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya

pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang

fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan

berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan

psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya

secara mandiri.

9) Motif

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari

rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat

menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut

motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek

didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik
34

gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang

sesuatu.

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan

biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup

potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif

ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana

kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan

mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang

lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat

agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”,

yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini,

setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan

sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-

temannya. Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk

meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

3. Akidah akhlak di MI

a. Pengertian Akidah akhlaq

َ
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [- ُ‫ﯾَﻌْ ﻘِد‬-‫ﻋَﻘ َد‬

‫ ]ﻋ َْﻘ ًد‬artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah

menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan

diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak
35

dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang

lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati

membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang

menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa

aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang

muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap

muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Sementara kata “akhlak”

juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [‫ ]ﺧﻠق‬jamaknya [‫ ]أﺧﻼق‬yang artinya

tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi,

akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara

spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan

spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak

yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila

tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut

akhlak tercela atau akhlakul madzmumah. (Zainul Abidin : 2008)

b. Dasar Akidah Akhlak

Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan

sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Allah

berfirman dalam Surah Al-Ikhlas ayat 1 – 4 :


36

            

     


Artinya :

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.


2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Al Qur’an dan Al Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang

menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan manusia.

Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al Qur’an dan.

Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan :

          

            

            

      

yang artinya : “Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami,


menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan
banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahayadari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah
Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke
jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-
orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan
izinNya, dan menunjuki meraka ke jalan yang lurus.”
37

Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits

atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam

diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku

Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap

umat Islam (orang muslim).

c. Akhlak yang Berhubungan dengan Allah Swt

Adapun tindak kesyirikan, kekafiran, bid’ah, menyembelih hewan untuk

tumbal, menyediakan kembang dan kemenyan untuk sesaji, membaca zodiac

dan ramalan bintang dan mempercayainya, menyia-nyiakan shalat dan

ibadah lainnya, dianggap oleh mereka sebagai perkara pribadi yang tak perlu

dipermasalahkan dan tak sepantasnya mendapat teguran. Mereka menilai

bahwa teguran hanyalah untuk pelaku tindak kriminal, koruptor dan orang

yang mengambil hak orang lain atau orang yang menyakiti tetangga.

Padahal, akhlak mulia merupakan aset berharga yang seharusnya

diterapkan pula dalam hal hubungan manusia dengan Sang Pencipta.,

kecuali jika mereka bertaubat. Sebagaimana firman-Nya, yang artinya:

َ ‫ون ٰ َذ ِﻟ‬
‫ﻚ ﻟِ َﻤﻦ ﯾَ َﺸﺎٓ ۚ ُء َو َﻣﻦ ﯾ ُۡﺸ ِﺮ ۡك‬ َ ‫إِ ﱠن ٱ ﱠ َ َﻻ ﯾَ ۡﻐﻔِ ُﺮ أَن ﯾ ُۡﺸ َﺮ‬
َ ‫ك ﺑِ ِﮫۦ َوﯾَ ۡﻐﻔِ ُﺮ َﻣﺎ ُد‬
١١٦ ‫ﺿ ٰﻠَ ۢ َﻼ ﺑَ ِﻌﯿﺪًا‬َ ‫ﺿ ﱠﻞ‬ َ ‫ﺑِﭑ ﱠ ِ ﻓَﻘَ ۡﺪ‬

“sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan

(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik itu
38

Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik

akhlaknya diantara mereka.” (HR. At Tirmidzi). Dengan demikian, hendaknya

kita bersemangat dan berusaha menghiasi diri dengan akhlak mulia dalam

dua aspek tersebut. Hal itu disebabkan,

“Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian hingga ia mencintai


untuk saudaranya, sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (terj. HR.
Bukhari dan Muslim).

Terkait akhlak mulia kepada khaliq, hendaknya tercakup didalamnya

tiga perkara berikut :

a. Membenarkan berita-berita dari Allaah, baik berita tersebut terdapat

dalam Al Qur’an ataupun disampaikan melalui lisan rasul-Nya yang

mulia dalam hadits-haditsnya.

b. Melaksanakan hukum-hukum-Nya, meskipun terasa berat realitanya,

ketika kita harus melawan hawa nafsu, akan tetapi hendaknya kita

berakhlak mulia kepada Allah dengan menjalankan hukum-Nya

dengan lapang dada dan penuh suka cita dan bukan mengharap

penilaian manusia.

c. Sabar dan ridha kepada takdir-Nya, kendatipun terkadang pahit dan

tak menyenangkan, hendaknya seorang insan berakhlak mulia kepada

Allah dengan kesabaran menjalani takdir tersebut karena dibalik hal itu

tentunya Allah menyimpan hikmah yang besar dan tujuan yang terpuji.

4. Pembelajaran Akhlak

a. Pengertian akhlak
39

Ajaran akhlak dalam Islam berumber dari wahyu Illahi yang termasuk

dalam Al-quran dan sunnah. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang

kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai

yang mutlak untuk memperoleh kebahagian di dunia ini dan di akhirat kelak.

Dalam keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang

istimewa dan sangat penting.

Di dalam Alquran saja banyak ayat-ayat yang membicarakan masalah

akhlak belum lagi dengan hadits-hadits Nabi, baik perkataan maupun

perbuatan, yang memberikan pedoman akhlak yang mulia dalam

keseluruhan aspek kehidupan. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang

harus disesuaikan dengan suatu kondisi dan situasi, tetapi akhlak yang

benar-benar memiliki nilai yang mutlak, nilai-nilai baik dan buruk, terpuji dan

tercela berlaku kapan saja, dimana saja dalam segala aspek kehidupan tidak

di batasi oleh ruang dan waktu.

Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia

akan mendapatkan kebahagiaan hakiki bukan semu bila mengikuti nilai-nilai

kebaikan yang di ajarkan oleh Alquran dan Sunnah, dua sumber akhlak

dalam Islam. Akhlak Islam benar-benar memelikhara eksistensi manusia

sebagai makhluk terhormay sesuai dengan fitrahnya itu. Hati nurani / fitrah

dalam bahasa Alquran memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena

manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid, mengakui

keesaanNya. (QS Ar-Rum :30).


40

Karena fitrah itulah manusia kepada kesucian dan selalu cenderung

kepada kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan

kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebesaran itu tidak

akan di dapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak.

Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik

karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan.

Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu dipelihara dan

dikembangkan.

Banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak

dapat lagi melihat kebenaran, oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak di

serahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani / fitrah manusia semata,

harus dikembalikan kepada penilaian syara’ yaitu Alquran dan Hadits. Semua

keputusan syara’ tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia,

karena kudua-duanya berasal dari sumber yang sama yauti Allah SWT.

Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanya lah salah satu

kekuatan yang dimilki manusia untuk mencari kebaikan / keburukan . Dan

keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut

kemampuan pengetahuannya, oleh karena itu keputusan yang diberikan akal

hanya bersifat spekulatif dan subjektif. Demikanlah tentang hati nurani dan

akal pikiran.

Di samping istilah akhlak juga di kenal istilah etika dan moral. Ketiga

istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan
41

manusia. Perbedaanya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak

standarnya adalah Alquran dan Sunnah, bagi etika standarnya pertimbangan

akal pikiran, dan bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum

berlaku di masyarakat.

Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabi’at. Sinonim kta akhlak
adalah budi pekerti, tata krama, sopan santun, moral dan etic. (yunahar,
1999).

Sedangkan akhlak menurut istilah sebagaimana di ungkapkan oleh


Imam Al-Ghazali (2001 : 33) adalah sebagai berikut : aklhlak adalah
suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusiayang dapat
melahirkan suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila naluri tersebut
melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang baik dan terpuji menurut
akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun
sebaliknya bila melahirkan tindakan dan kelakuan yang jahat maka
disebut budi pekerti yang buruk.

Dari beberapa pengertian tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa

akhlak / khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga

dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan

pemikiran / pertimbangan terlebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan

dari luar.

3. Penerapan pembelajaran koperatif tipe STAD terhadap pembelajaran


akidah akhlak di kelas V.
42

Pengajaran konsep akhlak melalui penerapan pembelajaran koperatif

tipe STAD dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan pembelajaran

1) Merancang konsep materi akhlak dengan sub materi akidah akhlak

2) Guru membuat LKS, dan lembar jawaban, dan lembar tentang

konsep akhlak dengan sub materi akhlak kepada Allah Swt.

3) Menentukan skor dasar siswa. Skor dasar siswa diambil dari hasil

tes pengetahuan awal dan nilai siswa pada semester sebelumnya.

4) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat dan lima

orang siswa dalam satu kelompok. Pembagian ini dilakukan

berdasarkan pada hasil tes siswa sebelumnya. Setiap kelompok

terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah, dan

jenis kelamin yang berbeda.

5) Sebelum menyajikan materi, siswa diarahkan untuk duduk menurut

kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Penyajian materi

Sebelum memulai materi sebenarnya, peneliti menjelaskan tujuan

pembelajaran, memberikan motivasi untuk belajar berkoperatif . Di samping

itu, siswa dimotivasi untuk memahami materi tanpa menghafal serta

memberikan motivasi pada siswa tentang materi ini untuk dipelajari.

Kemudian mengingatkan siswa akan materi prasyarat yang berhubungan

dengan materi akhlak. Kegiatan ini dilakukan memberikan pertanyaan-


43

pertanyaan pada siswa. Selanjutnya, siswa diarahkan untuk menerima materi

akhlak kepada Allah.

c. Kegiatan belajar kelompok

Setelah penyajian materi, siswa diminta untuk duduk berdasarkan

kelompok yang telah dibagi guru sebelumnya. Siswa diminta untuk

mendiskusikan dalam kelompok tentang materi yang diberikan dalam lembar

kegiatan. Peneliti memberitahukan bahwa lembar kerja harus diisi dan

dipelajari. Jika ada seorang siswa mengalami kesulitan dalam kelompoknya

dan seluruh anggota kelompok tidak menemukan jawabannya, maka salah

seorang siswa dalam kelompok menanyakan kepada guru.

Saat berdiskusi dalam kelompok, guru berkeliling dan singgah di

setiap kelompok untuk melihat perkembangan siswa, membetulkan konsep

siswa yang salah, dan mengecek pemahaman anggota kelompok.

1) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Setelah mengerjakan tugas kelompok, wakil dari setiap kelompok

diminta untuk mempersentasekan hasil kegiatan kelompok di depan kelas

oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap kegiatan ini, diharapkan terjadi

interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain

untuk melengkapi jawaban dari kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan

secara bergantian. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kerja

kelompok dengan memberikan kunci jawaban, dan setiap kelompok


44

memeriksa sendiri hasil pekerjaanya serta memperbaiki jika masih terdapat

kesalahan-kesalahan.

2) Siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual

Setelah kegiatan belajar kelompok, siswa diberi tes secara individu.

Hasil tes ini akan mempengaruhi skor kelompok. Dalam tahap ini, siswa tidak

diperkenankan bekerja sama. Masing-masing siswa menyumbangkan skor

untuk kelompok sesuai dengan kemajuan yang dicapai dalam tes, dibanding

dengan skor dasar yang dimiliki siswa.

3) Pemeriksaan hasil tes individual

Guru memasukkan hasil tes siswa ke dalam daftar skor peningkatan

setiap individu. Peningkatan rata-rata skor setiap individu merupakan

sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.

a. Penghargaan kelompok

Setelah skor tes ditentukan, dan skor kelompok sudah dihitung, maka

guru memberikan penghargaan bagi kelompok super, kelompok hebat dan

kelompok baik.

B. Kerangka pikir

Rendahnya hasil belajar tentang akhlak di madrasah ibtidayyah Al-

Abrar Cinnong, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone. disebabkan oleh

yaitu: (1) Guru dalam mengajarkan tentang akhlak kurang memberikan

contoh-contoh yang ril bagi peserta didik, (2) Guru dalam menyajikan materi

pelajaran Akidah Akhlak khususnya materi Akhlak kepada Allah, hanya


45

menggunakan metode ceramah sehingga siswa tidak mampu memahami

materi yang diajarkan, (3) Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah akhlak

kepada Allah (4) Guru tidak menggunakan alat peraga atau media dalam

melakukan proses pembelajaran. Perilaku guru di atas, menyebabkan siswa

yaitu: 1) Siswa tidak mendapatkan kesempatan mengamati bagaimana cara

berakhlak yang baik kepada Allah 2) Siswa merasa bosan mengikuti

pelajaran, 3) Siswa tidak diberikan kesempatan berdiskusi, 4) Siswa tidak

digiring pada situasi nyata. Akibatnya, hasil belajar rendah yakni dibawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 60.

Berdasarkan analisis masalah tersebut, maka untuk mengatasinya,

guru perlu menerapkan pendekatan dan metode yang tepat. Model

pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan mampu meningkatkan hasil

belajar siswa terhadap pembelajaran akhlak. Adapun langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu (1) Persiapan pembelajaran, (2)

Penyajian materi (3) Kegiatan belajar kelompok (4) pemeriksaan terhadap

hasil kegiatan kelompok, (5) siswa mengerjakan soal-soal tes secara

individual, (7) pemeriksaan hasil tes individual, (8) penghargaan kelompok.

Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir ini dapat dilihat pada bagan halaman

berikut :

Pembelajaran Akidah akhlak


46

Faktor
d. Guru Faktor Siswa
1. Guru
e. dalam mengajarkan tentang 1. Siswa tidak mendapatkan
akhlak kurang memberikan kesempatan mengamati dengan
f.
contoh-contoh yang ril bagi baik penjelasan guru tentang
g.
peserta didik.
h. menggunakan metode akidah akhlak,
2. Hanya
i.
ceramah. 2. Siswa merasa bosan mengikuti
j.
3. Kurang memberikan kesempatan pelajaran
k. berdiskusi dan bekerjasama.
untuk 3. Siswa tidak diberikan
4. Kurang menggunakan alat peraga kesempatan berdiskusi
dalam pembelajaran 4. Siswa tidak digiring pada situasi
nyata.

Hasil belajar siswa terhadap akhlak kepada Allah


rendah

Model pembelajaran koperatif tipe STAD


1. Persiapan pembelajaran
2. Penyajian materi
3. Kegiatan belajar kelompok
4. Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok,
5. Siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual
6. Pemeriksaan hasil tes individual
7. Penghargaan kelompok

Hasil belajar siswa terhadap akhlak kepada Allah meningkat

Bagan 2.1. Kerangka pikir

C. Hipotesis tindakan
47

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah; jika, model

pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan, maka hasil belajar siswa

tentang akidah akhlak di kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Al-Abrar Cinnong,

Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone meningkat.

BAB III
48

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif, yaitu

penelitian yang dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa

menggunakan statistik. Pendekatan kualitatif yang diungkapkan Lincodn dan

guba (Moleong: 2000, 4) mempunyai ciri-ciri yaitu:

(1) Latar alamiah, (2) manusia sebagai alat (instrument), (3)


metode kualitatif, (4) analisis atau secara induktif, (5) teori dan
dasar, (6) deskriftif, (7) lebih mementingkan proses dari pada
hasil, (8) adanya “batas” yang ditentukan oleh “fokus”, (9)
adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, (10) desain
yang bersifat sementara, dan (11) hasil penelitian dirundingkan
dan disepakati bersama.

Melalui pendekatan kualitatif ini untuk mengkaji apakah upaya yang

dilakukan guru dapat meningkatkan hasil belajar terhadap pembelajaran

akhlak melalui penerapan pembelajaran koperatif tipe STAD pada siswa

kelas V Madrasah Ibtidayyah Al-Abrar cinnong Kecamatan Lappariaja

Kabupaten Bone.

48
2. Jenis Penelitian
49

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Pemilihan

jenis penelitian tersebut karena penelitian yang dilakukan langsung dalam

proses penelitian dimulai dari awal sampai akhir penelitian. Peneliti

merupakan instrumen kunci, baik dalam merencanakan, merancang,

melaksanakan, mengumpulkan data, menarik kesimpulan, dan membuat

laporan.

Rofiuddin (Mulyasa, 2001: 26) menyatakan bahwa penelitian

mempunyai 4 ciri pokok yaitu: “(1) bersifat kolaboratif, (2) berfokus pada

problem praktis, (3) penekanan pada pengembangan profesional, (4)

memerlukan adanya struktur proyek yang memungkinkan partisipan untuk

berkolaborasi”.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Karakteristik

yang khas dari penelitian tindakan kelas yakni tindakan-tindakan (aksi) yang

berulang-ulang untuk memperbaiki proses belajar mengajar, sesuai dengan

pendapat Wardhani (2005) yang menyatakan bahwa proses penelitian

tindakan kelas merupakan sebuah siklus atau proses daur ulang yang terdiri

dari empat aspek fundamental, diawali dari aspek mengembangkan

perencanaan, kemudian melakukan tindakan sesuai dengan rencana,

observasi/pengamatan terhadap tindakan, dan diakhiri dengan melakukan

refleksi hingga diperoleh pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil

belajar terhadap pokok bahasan akhlak pada siswa di kelas IV.


50

B. Fokus Penelitian

1. Hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah

laku sebagai akibat belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik terhadap pembelajaran akhlak pada tiap-tiap siklus.

2. Pembelajaran kooperatif model STAD adalah pembelajaran yang

menempatkan siswa dalam kelompok belajar beranggotakan empat

sampai lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan

akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat

siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis

kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.

C. Setting dan Subjek Penelitian

3. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Abrar

cinnong Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone. Lokasi penelitian dipilih

atas pertimbangan bahwa: 1) Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di

lapangan masih ditemukan siswa yang mengalami kesulitan memahami

Akhlak Kepada Allah; 2) Di sekolah ini belum pernah dilaksanakan penelitian

dengan menggunakan pembelajaran koperatif tipe STAD; 3) Adanya

dukungan dari Kepala Sekolah dan guru terhadap penelitian ini; 4) muda

dijangkau peneliti.
51

Berdasarkan hasil observasi, ruangan kelas V Madrasah Ibtidayyah Al-

Abrar, cukup kondusif sebagai tempat kegiatan belajar mengajar yang

dilengkapi dengan sarana belajar yang memadai.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V Madrasah Ibtidayyah Al-

Abrar cinnong Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone. yang berjumlah 12

siswa, dengan rincian 6 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. Dari 12 siswa

ini, baru 9 (45%) siswa berkemampuan memenuhi KKM dan 11 (55 %) siswa

masih dibawah KKM.

D. Rancangan Tindakan

Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melaksanakan tes awal

berupa tes diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum

diberikan tindakan disamping observasi. Observasi awal dilakukan untuk

dapat mengetahui ketetapan tindakan yang akan diberikan dalam rangka

meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Dari hasil observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan tindakan

yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap konsep

benda cair, yaitu melalui penerapan pembelajaran koperatif tipe STAD.

Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut, penelitian tindakan

kelas ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:


52

5. Tahap perencanaan

Kegiatan tahap perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-

Abrar melakukan diskusi tentang masalah pembelajaran yang dialami,

mengobservasi pembelajaran Akidah Akhlak kelas V, dan

mengidentifikasi masalah pembelajaran, serta menetapkan alternatif

tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran

di sekolah, yaitu penerapan pembelajaran koperatif tipe STAD

terhadap pemebelajaran Akidah Akhlak terhadap hasil belajar

pendidikan agama Islam pada siswa kelas V madrasah ibtidayyah

cinnong, kecamatan lappariaja, Kabupaten Bone.

b. Peneliti membuat perencanaan pengajaran/skenario pembelajaran

sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran berdasarkan penerapan

pembelajaran koperatif tipe STAD yang akan diterapkan untuk

meningkatkan hasil belajar terhadap hasil belajar pendidikan agama

Islam pada siswa kelas V madrasah ibtidayyah cinnong, kecamatan

lappariaja, Kabupaten Bone.

c. Peneliti menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk

kegiatan pembelajaran di kelas, membuat LKS, membuat lembar

observasi serta mengembangkan alat evaluasi hasil belajar terhadap

konsep pembelajaran akhlak, baik untuk tes selama proses

pembelajaran maupun untuk tes akhir, dan penilaiannya.


53

2. Tahap pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan yang dimaksud adalah melaksanakan

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk membantu siswa

dalam meningkatkan hasil belajar terhadap pembelajaran akhlak,

dilaksanakan secara klasikal maupun kelompok dengan fokus penelitian satu

kelas.

3. Tahap Observasi

Kegiatan observasi ini adalah kegiatan mengamati aktivitas siswa antara

lain keberanian siswa mengemukakan pendapat, bertanya, dan tugas-tugas

lain yang diberikan oleh guru, sedangkan aktivitas guru yang perlu diamati

antara lain merespon pendapat siswa, membimbing siswa yang mengalami

kesulitan dalam mengemukakan gagasannya. Kegiatan ini dilakukan selama

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang

telah disiapkan sebelumnya.

4. Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dianalisis oleh peneliti.

Analsis diadakan untuk menemukan kelemahan-kelemahan atau

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus yang akan diperbaiki

pada siklus berikutnya. Tahap refleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan

proses pelaksanaan tindakan dan hasil belajar siswa. Refleksi adalah

menganalisis data-data yang diperoleh dari observasi dan tes. Tahap refleksi

meliputi kegiatan memahami, menjelaskan dan menyimpulkan data.Hasil dari


54

setiap refleksi pada setiap siklus merupakan tindakan pada siklus berikutnya

sehingga proses pembelajaran menjadi

lebih baik. Adapun rancangan tindakan pada kegiatan ini, digambarkan

pada bagan berikut ini:

Bagan 3.1: Alur dan tahap dalam penelitian tindakan kelas (PTK)

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini maka dilakukan tes dan

pengamatan. Kedua teknik tersebut diuraikan sebagai berikut:

6. Tes

Tes merupakan serangkaian pertanyaan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan yang dimiliki individu atau kelompok. Tes digunakan untuk

memperoleh gambaran tentang bagaimana pengaruh penerapan

pembelajaran koperatif tipe STAD terhadap hasil belajar akhlak yang

dilaksanakan dalam penelitian ini adalah: (1) tes pada awal penelitian
55

dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pokok bahasan

akhalak; (2) tes pada akhir setiap tindakan yang dilakukan untuk

mengetahuhi sejauh mana keberhasilan penerapan pembelajaran koperatif

tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan

akhlak setelah dilakukan serangkaian tindakan.

7. Observasi/pengamatan.

Observasi digunakan peneliti untuk mengadakan pengamatan

terhadap objek yang diteliti. Observasi dilaksanakan dalam proses

pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa, pengembangan materi dan hasil

belajar siswa. Alat observasi yang dipakai berupa lembaran-lembaran isian

atau ceklis. Observasi terhadap dampak tindakan dilakukan secara kontinue

dengan berbagai cara. Hal ini berarti pengamatan dilakukan secara terus-

menerus baik dalam proses pembelajaran maupun hasil belajar. Proses

pengamatan terutama ditujukan pada perkembangan kemampuan siswa

dengan acuan respon siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Observasi juga digunakan untuk melihat proses pembelajaran guru apakah

sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran koperatif tipe STAD

Pengamatan dilakukan oleh guru kelas V dan teman sejawat.


56

F. Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan

2. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan sesudah

pengumpulan data. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil

pekerjaan siswa, wawancara, dan catatan lapangan. Data penelitian yang

terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992), yang terdiri dari tiga tahap

kegiatan yang dilakukan secara berurutan, yaitu mereduksi data, penyajian

data, menarik kesimpulan dan verifikasi data.

a. Mereduksi Data

Mereduksi data adalah proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan dan

menyederhanakan semua data yang telah diperoleh melalui berbagai

sumber, yaitu data hasil tes, wawancara, pengamatan dan catatan lapangan.

Mereduksi data berlangsung terus-menerus selama pengumpulan data

sampai penyusunan laporan.

b. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun secara naratif,

sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat

memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.

Informasi yang dimaksud adalah uraian proses kegiatan pembelajaran,

peningkatan pemahaman siswa, kesulitan yang dihadapi siswa serta hasil

yang diperoleh sebagai akibat dari pemberian tindakan.


57

Data yang telah disajikan tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan


evaluasi untuk membuat perencanaan selanjutnya. Hasil penafsiran dan
evaluasi dapat berupa penjelasan tentang, (a) perbedaan antara rancangan
dan tindakan, (b) perlunya perubahan tindakan,(c) alternatif tindakan yang
dianggap tepat, (d) persepsi peneliti, teman sejawat, dan guru yang terlibat
dalam pengamatan dan catatan lapangan terhadap tindakan yang telah
dilakukan, dan (e) kendala yang dihadapi dan sebab kendala itu muncul.
a. Penarikan Kesimpulan Dan Verifikasi Data.

Penarikan kesimpulan adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil

penafsiran dan evaluasi. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data

yang telah disajikan dan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan.

3. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator

peningkatan kualitas pelaksanaan skenario pembelajaran Akidah Akhlak dan

indikator peningkatan hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan akhlak.

Dari segi proses ditandai oleh keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

sesuai dengan rencana dan langkah-langkah pembelajaran pada bidang

studi Akidah Akhlak. Adapun kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan

hasil belajar siswa terhadap Akidah Akhlak adalah sesuai dengan kriteria

standar yang dikemukakan oleh Nurkancana (1986: 39), yaitu sebagai

berikut:

tingkat penguasaan 90% - 100% dikategorikan sangat


tinggi, 80% - 89% dikategorikan tinggi, 65% - 79%
dikategorikan sedang, 55% - 64% dikategorikan rendah dan
0% - 54% dikategorikan sangat rendah.
58

Berdasarkan kriteria standar tersebut, maka peneliti menentukan tingkat

kriteria keberhasilan penelitian ini dilihat dari hasil belajar siswa terhadap

pokok bahasan akhlak telah meningkat dan menunjukan tingkat pencapaian

ketuntasan belajar 60% dengan memperoleh nilai yang sesuai dengan

standar ketuntasan minimal yaitu 60.


59

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian.

1. Latar Belakang Berdirinya

Madrasah Ibtidaiyah Cinnong merupakan lembaga pendidikan formal

yang berusia masih cukup mudah, yang dilatar belakangi oleh kebutuhan

masyarakat. Dengan latar belakang tersebut, maka lembaga pendidikan ini

didirikan pada tahun 1981. Dengan luas area 18.694 bujur sangkar, dan

ditempati belajar pada tahun 1981, meskipun sarana dan prasarananya jauh

dari kesempurnaan sebagaimana layaknya lembaga-lembaga pendidikan

lainnya yang sudah lama berdiri.

Mengenai keadaan kepemimpinan/kepala sekolah, telah mengalami

tujuh kali pergantian, yang dimulai pada tahun 1981 sampai tahun ajaran

sekarang. Kepala sekolah yang pertama adalah Muh. Jabir, pada Tahun

1981 samapai Tahun 1992, ke Dua Abd. Kadir, pada Tahun 1992 sampai

Tahun 1994, ke H. Muh. Suyuti Syamsul, 1994 sampai Tahun 2006, Ke

empat H. Yahya, 2006 samapai 2007, ke Lima A. Nasir, Tahun 2007 sampai

Tahun 2011 sampai sekarang adalah Ardian, S.Pd.

VISI Madrasah Ibtidaiyah Cinnong adalah membentuk manusia yang

berkualitas, cerdas inovatif, sehat, kreatif, disiplin dan bertanggung jawab,

untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi serta memiliki

59
60

wawasan khusus "live skill" mengabdikan diri terhadap daerah, bangsa dan

Negara, sedangkan Misinya adalah meningkatkan Ilmu pengetahuan dan

tekhnologi, sikap, keterampilan, serta Iman dan Takwa secara demokratis adil

dan merata. (Sumber informan kantor Madrasah Ibtidaiyah Cinnong).

Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Cinnong telah dirasakan sangat

besar peran dan andilnya bagi pendidikan dan pembinaan generasi muda

dan merupakan salah satu proses pembentukan manusia yang berkualitas,

berkualitas dari segi intelektual maupun dari segi mental spiritual dalam

upaya membangun bangsa ke arah yang lebih baik, sehingga melahirkan

generasi-generasi yang berkepribadian serta bertanggung jawab dengan

keselarasan ilmu, iman dan amal, pada hakikatnya kegiatan belajar-mengajar

merupakan suatu proses komunikasi antara guru dan siswa. dalam

melangsungkan komunikasi tersebut guru menyampaikan pesan dan

informasi dengan menggunakan alat bantu yang dapat memudahkan guru

dalam menyajikan dan di balikanya siswa dapat dengan mudah memahami

apa yang disajikan kepadanya.

2. Keadaan Guru

Guru merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu pendidikan,

dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tanggung jawab untuk

membantu proses perkembangan muridnya, dalam hal ini guru tidak hanya

semata-mata sebagai pengajar, memindahkan ilmu pengetahuan namun juga

sebagai pendidik yang mampu memotivasi, membimbing, mengarahkan


61

dengan menerapkan dasar-dasar pendidikan yang berpengaruh terhadap

anak secara mental, moral, spiritual sehingga anak dapat mencapai

kematangan yang sempurna, selain itu juga Guru menurut paradigma baru ini

bukan hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator dan

fasilitator proses belajar mengajar yaitu realisasi atau aktualisasi potensi-

potensi manusia agar dapat mengimbangi kelemahan pokok yang dimilikinya.

Sehingga hal ini berarti bahwa pekerjaan guru tidak dapat dikatakan sebagai

suatu pekerjaan yang mudah dilakukan oleh sembarang orang, melainkan

orang yang benar-benar memiliki wewenang secara akademisi, kompeten

secara operasional dan profesional.

Menyandang predikat sebagai seorang guru tidaklah mudah, sebab

predikat seorang guru hanya dapat dimiliki oleh orang-orang yang benar-

benar memiliki wewenang secara mutlak. Kemutlakan tersebut ditandai

dengan keprofesionalan dengan ciri-ciri sebagaimana diatas, yang mana hal

ini terdapat kesesuaian dengan hadits Nabi saw, bahwa setiap segala urusan

yang diserahkan pada orang yang tidak mampu secara maksimal,

diantaranya masalah pendidikan maka sudah secara otomatis tujuan

pendidikan tidak akan dapat tercapai, karena guru sebagai pembawa arah

pendidikan tidak mumpuni dalam mengantarkan murid menjadi insan

berkualitas baik bagi lingkungan sesamanya maupun dihadapan sang khaliq.

(Poedjawijatno,1995:23).
62

Jumlah guru yang mengajar di Madrasah Ibtidayyah berjumlah 10

orang, 7 Orang sebagai guru tetap yang terdiri dari 1 orang laki-laki

dan 6 orang perempuan, sebagai guru honor yang terdiri dari 2

orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Untuk lebih jelasnya lihat

tabel berikut :

NO NAMA JABATAN KET


1 ARDIN, S.PD.I Kepala Sekolah PNS
2 KUSRIANI,S.PD Guru Mata Pel PNS
3 A.NURLIANA,S.PD Guru Mata Pel PNS
4 ARWIN,SPD Guru Mata Pel HONORER
5 KASWATI,S.PD Guru kelas PNS
6 NURMASIAH,S.PDI Guru Mata Pel HONORER

7 MULIANI,S.PD Guru Mata Pel PNS


8 JUSMIATI,SPD Honorer PNS
9 AHMAD SABIQ,S.PD Guru Mata Pel HONORER
10 ASTARIANA AMIR,S.PDI Guru Mata Pel PNS

3. Penyajian Data Sebelum Tindakan.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengadakan kunjungan

pada sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Tujuan kunjungan

adalah untuk melakukan koordinasi dengan Kepala sekolah dalam

melaksanakan penelitian pada sekolah yang dipimpinnya. Kunjungan yang

dilakukan Senin, 21 Agustus 2014 bermaksud untuk menemui Kepala

sekolah, dan guru Kelas V di madrasah ibtidaiyah al-abrar cinnong,

kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone untuk membicarakan rencana

penelitian. Peneliti juga menyampaikan rencana tes awal yang akan

dilakukan. Pada pertemuan tersebut Kepala Sekolah memberikan izin


63

pelaksanaan penelitian dan mempersilahkan berkonsultasi langsung dengan

guru kelas V dalam menetapkan jadwal tes awal dan rencana penelitian.

Dalam diskusi antara peneliti dan guru kelas V disepakati bahwa tes

awal dilaksanakan Sabtu, 27 September 2014 pukul 07.50-08.15 WITA. Tes

awal diikuti oleh semua siswa kelas V ibtidaiyah al-abrar cinnong, kecamatan

Lappariaja Kabupaten Bone berjumlah 20 siswa, dengan rincian 8 siswa

perempuan dan 12 siswa laki-laki. Pada pelaksanaan tes awal peneliti

dibantu oleh guru kelas IV SDN 6 Watampone. Pada hari Senin, 29

September 2014 peneliti membicarakan hasil tes awal dengan guru kelas

ibtidaiyah al-abrar cinnong, kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone untuk

menentukan kelompok dan dijadikan skor dasar.

Untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses

pembelajaran peneliti melibatkan 1 orang pengamat/observer dengan

menggunakan lembar observasi dan lembar pengelolaan pembelajaran

kooperatif .

4. Hasil Tindakan Siklus I

a. Perencanaan

Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan siklus I adalah

Akidah Aqhlak. Perencanaan disusun dan dikembangkan oleh peneliti berupa

rencana pelaksanaan pembelajaran Lembar Kerja Siswa, dan tes formatif.

Selain itu, peneliti menyiapkan lembar kegiatan siswa.


64

b. Pelaksanaan

Tindakan siklus I dilaksanakan Selasa, 1 Oktober 2014 mulai dari

pukul 07.30 – 08.40 WITA. Pembelajaran tindakan siklus I berlangsung

selama 70 menit yang dihadiri 12 orang siswa. Dengan Memahami Kalimat

thayyibah (sholawat Nabi ), AL- Asma al – Husna (Al - Baqii dan Al Bashir

dengan kompetensi dasar Mengenal Allah melalui sifat – sifat Allah yang

terkandung dalam Al – Husna (Al – Baqii dan AL- Bashir Indikatornya

Mendefinisikan Asmaul Husna Al Baqii dan Al Bashir, Melafalkan Asmaul

Husna Al Baqii dan Al Bashir, Mengartikan Asmaul Husna Al Baqii dan Al

Bashir, Menunjukkan hikma membaca Asmaul Husna , Menunjukkan

contoh bahwa Allah bersifat Al Baqii dan Al Bashir.

Proses pembelajaran Akhlaq kepada allah dibagi menjadi tiga

kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

1) Kegiatan awal

Dalam kegiatan awal pembelajaran, guru mengingatkan siswa tentang

Asmaul husnah dan bisa di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

2) Kegiatan Inti

Sesuai dengan RPP yang telah disusun, maka pelaksanaan kegiatan

kooperatif model STAD dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:

(a) Persiapan Pembelajaran

Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan yaitu:


65

(1) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat dan lima

orang siswa dalam satu kelompok. Pembagian ini dilakukan

berdasarkan pada hasil tes siswa sebelumnya. Setiap kelompok

terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah, dan

jenis kelamin yang berbeda.

(2) Sebelum menyajikan materi, siswa diarahkan untuk duduk menurut

kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.

(b) Penyajian materi

Sebelum memulai materi sebenarnya, peneliti menjelaskan tujuan

pembelajaran, memberikan motivasi untuk belajar berkoperatif. Di samping

itu, siswa dimotivasi untuk memahami materi tanpa menghafal serta

memberikan motivasi pada siswa tentang materi ini untuk dipelajari.

Kemudian mengingatkan siswa akan materi prasyarat yang berhubungan

dengan Asmaul husnah. Kegiatan ini dilakukan memberikan pertanyaan-

pertanyaan pada siswa. Selanjutnya, siswa diarahkan untuk menerima materi

Asmaul husnah

(c) Kegiatan belajar kelompok

Setelah penyajian materi, siswa diminta untuk duduk berdasarkan

kelompok yang telah dibagi guru sebelumnya. Siswa diminta untuk

mendiskusikan dalam kelompok tentang materi yang diberikan dalam lembar

kegiatan. Peneliti memberitahukan bahwa lembar kerja harus diisi dan

dipelajari. Jika ada seorang siswa mengalami kesulitan dalam kelompoknya


66

dan seluruh anggota kelompok tidak menemukan jawabannya, maka salah

seorang siswa dalam kelompok menanyakan kepada guru.

Saat berdiskusi dalam kelompok, guru berkeliling dan singgah di

setiap kelompok untuk melihat perkembangan siswa, membetulkan konsep

siswa yang salah, dan mengecek pemahaman anggota kelompok.

(d) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Setelah mengerjakan tugas kelompok, wakil dari setiap kelompok

diminta untuk mempersentasekan hasil kegiatan kelompok di depan kelas

oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap kegiatan ini, diharapkan terjadi

interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain

untuk melengkapi jawaban dari kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan

secara bergantian. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kerja

kelompok dengan memberikan kunci jawaban, dan setiap kelompok

memeriksa sendiri hasil pekerjaanya serta memperbaiki jika masih terdapat

kesalahan-kesalahan.

(e) Pengerjaan soal tes formatif

Setelah kegiatan belajar kelompok, siswa diberi tes secara individu.

Hasil tes ini akan mempengaruhi skor kelompok. Dalam tahap ini, siswa tidak

diperkenankan bekerja sama. Masing-masing siswa menyumbangkan skor

untuk kelompok sesuai dengan kemajuan yang dicapai dalam tes, dibanding

dengan skor dasar yang dimiliki siswa.


67

(f) Pemeriksaan hasil tes individual

Guru memasukkan hasil tes siswa ke dalam daftar skor peningkatan

setiap individu. Peningkatan rata-rata skor setiap individu merupakan

sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.

(g) Penghargaan kelompok

Setelah skor tes ditentukan, dan skor kelompok sudah dihitung, maka

guru memberikan penghargaan bagi kelompok super, kelompok hebat dan

kelompok baik.

3) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir pelaksanaan pembelajaran guru bersama siswa

menyimpulkan materi pembelajaran. Dalam kegiatan akhir ini guru

membimbing siswa membuat rangkuman dan memberikan penguatan bagi

siswa. Mengakhiri rangkaian pembelajaran guru mengucapkan salam.

Selanjutnya, peneliti mengadakan wawancara dengan siswa.

Pelaksanaan wawancara bertujuan untuk mengetahui pemahaman tentang

Asmaul husnah. Oleh karena itu, pertanyaan dalam format wawancara

berorientasi pada proses berlangsungnya pembelajaran, mengerjakan LKS,

belajar secara kelompok, dan tes formatif tindakan.

Sehubungan dengan pemahaman siswa, hasil wawancara

menunjukkan bahwa siswa dapat menjelaskan jawaban pada LKS dan tes

formatif dengan benar. Meskipun pada saat pelaksanaan tes ada 4 siswa

yang melakukan kesalahan menjawab soal. Tetapi pada saat dilakukan


68

wawancara, siswa tersebut dapat menyadari kesalahan yang diperbuat dan

menyadari letak kesalahan yang dilakukannya. Selain itu juga, pada hasil itu

juga terungkap siswa senang dengan pembelajaran kooperatif model STAD.

a. Observasi

Keberhasilan tindakan siklus I diamati selama proses pelaksanaan

tindakan dan setelah tindakan. Fokus pengamatan adalah perilaku guru dan

siswa dengan menggunakan lembar observasi. Aspek yang diamati adalah

aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan

melalui pengamatan/percobaan yang terdiri dari tujuh tahap yaitu: tahap

persiapan pembelajaran, penyajian materi, kegiatan belajar kelompok,

pemeriksaan hasil kerja kelompok, pengerjaan soal tes formatif, pemeriksaan

hasil tes formatif dan penghargaan kelompok.

Hasil observasi yang diperoleh selama pembelajaran tindakan siklus I

adalah sebagai berikut :

1) Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru tentang Asmaul

husna Al – Husna (Al –Baqii dan AL- Bashir).

2) Mengerjakan tugas pada LKS.

3) Siswa kurang menyimak penjelasan langkah-langkah pembelajaran

yang dilakukan.

4) Siswa tidak meminta bantuan kepada teman kelompoknya sebelum

meminta bantuan kepada ibu guru.


69

5) Siswa dibimbing dalam melakukan praktek tentang konsep benda

cair berdasarkan panduan dari LKS.

6) Siswa menjawab soal-soal evaluasi.

7) Siswa diberikan penghargaan terhadap kelompok yang berprestasi.

b. Refleksi

Pembelajaran pada tindakan siklus I difokuskan pada peningkatan

hasil belajar siswa terhadap Akidah Akhlaq pkok bahasan asmaul husnah.

Seluruh data yang direkam melalui tes, dan observasi, setelah disusun dan

didiskusikan secara bersama-sama dengan pengamat. Hasil refleksi dari

peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

1) Mengarahkan dan membimbing siswa agar menyimak penjelasan

langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan.

2) Membimbing dan mengarahkan siswa agar meminta bantuan kepada

teman kelompoknya sebelum meminta bantuan kepada ibu guru.

3) Lebih memperhatikan pengolahan kelas.

4) Hendaknya dapat mengelola waktu secara efisien.

Berdasarkan hasil tes formatif yang diberikan kepada siswa pada

tindakan siklus I belum mengacu pada indikator keberhasilan yang telah

ditentukan yaitu hanya mencapai 5% atau sebanyak 1 orang siswa yang

memperoleh nilai 60 keatas (hasil tes siklus I). Sedangkan dalam diskusi

kelompok yang terdiri dari 4 kelompok hanya 2 kelompok yang dapat

menyelesaikan LKS dengan baik (50%), maka disimpulkan bahwa


70

pembelajaran masih belum berhasil. Hal ini berarti bahwa pembelajaran tidak

dapat dihentikan. Oleh karena itu,dengan melihat kekurangan-kekurangan

yang ada serta hasil tes siklus I yang belum mencapai indikator keberhasilan

yang telah ditetapkan maka materi ini perlu diulang pada tindakan siklus II

5. . Hasil Tindakan Siklus II

Kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus II meliputi perencanaan

tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Masing-masing

kegiatan diuraikan sebagai berikut :

a. Perencanaan tindakan

Tindakan siklus II dilaksanakan senin 6 Oktober 2014 mulai dari

pukul 07.30 – 08.40 WITA. Pembelajaran tindakan siklus II berlangsung

selama 70 menit yang dihadiri 12 orang siswa. Dengan standar kompetensi

adalah Memahami Kalimat thayyibah (sholawat Nabi ), AL- Asma al –

Husna (Al - Baqii dan Al Bashir dengan kompetensi dasar Mengenal Allah

melalui kalimat thayyibah (shalawat Nabi), sedangkan tujuan pembelajaran

yang dirumuskan peneliti adalah (1) Menunjukkan pengertian shalawat Nabi

(2) Melafalkan kalimat Thayyibah (3)Menjelaskan mamfaat mengucapkan

shalawat nabi (4) Menunjukkan contoh menggunakan lafadz kalimat tayyibah

(5) Mengucapkan shalawat nabi ketika mendengar nama Nabi Muhammad

disebut dengan tujuan pembelajaran, Siswa dapat menjelaskan pengertian

shalawat nabi Siswa dapat menulis arti dan menghafalkan kalimat


71

thayyibah Siswa dapat menyebutkan keutamaan dan mamfaat membaca

shalawat.

b. Pelaksanaan kegiatan

Proses pembelajaran Akhlak kepada Allah dibagi menjadi tiga

kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

1) Kegiatan awal

Guru mengawali tindakan dengan mengucapkan salam dan memimpin

doa sebelum memulai pelajaran, serta mengabsen kehadiran siswa dan

menyampaikan topik yang akan dipelajari yaitu Mengenal Allah melalui

kalimat thayyibah (shalawat Nabi). Setelah itu, guru menyampaikan tujuan

yang dicapai.

Dalam kegiatan awal pembelajaran, guru mengingatkan siswa tentang

Akhlak kepada Allah yang biasanya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari

siswa.

2) Kegiatan Inti

Sesuai dengan RPP yang telah disusun, maka pelaksanaan kegiatan

kooperatif model STAD dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:

a) Persiapan Pembelajaran

Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan yaitu :

(1) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari tiga dan empat

orang siswa dalam satu kelompok. Pembagian ini dilakukan


72

berdasarkan pada hasil tes siswa sebelumnya. Setiap kelompok

terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah, dan

jenis kelamin yang berbeda.

(2) Sebelum menyajikan materi, siswa diarahkan untuk duduk

menurut kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Penyajian materi

Sebelum memulai materi sebenarnya, peneliti menjelaskan tujuan

pembelajaran, memberikan motivasi untuk belajar berkoperatif. Di samping

itu, siswa dimotivasi untuk memahami materi serta memberikan motivasi

pada siswa tentang materi ini untuk dipelajari. Kemudian mengingatkan siswa

akan materi prasyarat yang berhubungan dengan materi Akhlak kepada

Allah. Kegiatan ini dilakukan memberikan pertanyaan-pertanyaan pada

siswa. Selanjutnya, siswa diarahkan untuk menerima materi Mengenal Allah

melalui kalimat thayyibah (shalawat Nabi). Kegiatan belajar kelompok

Setelah penyajian materi, siswa diminta untuk duduk berdasarkan

kelompok yang telah dibagi guru sebelumnya. Siswa diminta untuk

mendiskusikan dalam kelompok tentang materi yang diberikan dalam lembar

kegiatan. Peneliti memberitahukan bahwa lembar kerja harus diisi dan

dipelajari. Jika ada seorang siswa mengalami kesulitan dalam kelompoknya

dan seluruh anggota kelompok tidak menemukan jawabannya, maka salah

seorang siswa dalam kelompok menanyakan kepada guru.


73

Saat berdiskusi dalam kelompok, guru berkeliling dan singgah di setiap

kelompok untuk melihat perkembangan siswa, membetulkan konsep siswa

yang salah, dan mengecek pemahaman anggota kelompok.

c) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Setelah mengerjakan tugas kelompok, wakil dari setiap kelompok

diminta untuk mempersentasekan hasil kegiatan kelompok di depan kelas

oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap kegiatan ini, diharapkan terjadi

interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain

untuk melengkapi jawaban dari kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan

secara bergantian. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kerja

kelompok dengan memberikan kunci jawaban, dan setiap kelompok

memeriksa sendiri hasil pekerjaanya serta memperbaiki jika masih terdapat

kesalahan-kesalahan.

d) Pengerjaan soal tes formatif

Setelah kegiatan belajar kelompok, siswa diberi tes secara individu.

Hasil tes ini akan mempengaruhi skor kelompok. Dalam tahap ini, siswa tidak

diperkenankan bekerja sama. Masing-masing siswa menyumbangkan skor

untuk kelompok sesuai dengan kemajuan yang dicapai dalam tes, dibanding

dengan skor dasar yang dimiliki siswa.


74

e) Pemeriksaan hasil tes individual

Guru memasukkan hasil tes siswa ke dalam daftar skor peningkatan

setiap individu. Peningkatan rata-rata skor setiap individu merupakan

sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.

f) Penghargaan kelompok

Setelah skor tes ditentukan, dan skor kelompok sudah dihitung, maka

guru memberikan penghargaan bagi kelompok super, kelompok hebat dan

kelompok baik.

3) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir pelaksanaan pembelajaran guru bersama siswa

menyimpulkan materi pembelajaran. Dalam kegiatan akhir ini guru

membimbing siswa membuat rangkuman dan memberikan penguatan bagi

siswa. Mengakhiri rangkaian pembelajaran guru mengucapkan salam.

Selanjutnya, peneliti mengadakan wawancara dengan siswa.

Pelaksanaan wawancara bertujuan untuk mengetahui pemahaman tentang

Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (shalawat Nabi). Oleh karena itu,

pertanyaan dalam format wawancara berorientasi pada proses

berlangsungnya pembelajaran, mengerjakan LKS, belajar secara kelompok,

dan tes formatif tindakan.

c. Hasil Observasi

Keberhasilan tindakan siklus II diamati selama proses pelaksanaan

tindakan dan setelah tindakan. Fokus pengamatan adalah perilaku guru dan
75

siswa dengan menggunakan lembar observasi (lampiran 13 dan 14). Aspek

yang diamati adalah aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran

yang dilaksanakan melalui pengamatan/percobaan yang terdiri dari tujuh

tahap yaitu: tahap persiapan pembelajaran, penyajian materi, kegiatan

belajar kelompok, pemeriksaan hasil kerja kelompok, pengerjaan soal tes

formatif, pemeriksaan hasil tes formatif dan penghargaan kelompok.

Hasil observasi yang diperoleh selama pembelajaran tindakan siklus II

adalah sebagai berikut:

1) Pada kegiatan awal pembelajaran, guru memotivasi siswa dengan

mengkomunikasikan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai.

2) Guru menggali pengetahuan awal yang dimiliki siswa sesuai dengan

pokok bahasan yang akan dibahas berdasarkan kehidupan sehari-hari

siswa .

3) Materi yang disajikan adalah Mengenal Allah melalui kalimat

thayyibah (shalawat Nabi).

4) Guru membagi siswa ke dalam empat kelompok dengan topik yang

berbeda.

5) Masih banyak siswa yang ribut dan sibuk bermain dengan temannya

sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru.


76

6) Siswa terlihat senang dan aktif dalam kelompoknya terutama dalam

penjelasan materi, karena masih ada siswa yang kurang perhatian

terhadap kerja kelompoknya.

7) Siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam mengisi LKS.

d. Refleksi

Pembelajaran pada tindakan siklus II difokuskan pada peningkatan hasil

belajar siswa terhadap Akhlak kepada Allah. Seluruh data yang direkam

melalui tes, dan observasi, setelah disusun dan didiskusikan secara

bersama-sama dengan pengamat. Hasil refleksi dari peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada tindakan siklus II adalah sebagai berikut :

1) Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru tentang Mengenal Allah

melalui kalimat thayyibah (shalawat Nabi)

2) Mengerjakan tugas pada LKS.

3) Siswa kurang menyimak penjelasan langkah-langkah pembelajaran

yang dilakukan.

4) Siswa tidak meminta bantuan kepada teman kelompoknya sebelum

meminta bantuan kepada ibu guru.

5) Siswa menjawab soal-soal evaluasi.

6) Siswa diberikan penghargaan terhadap kelompok yang berprestasi.

Berdasarkan hasil analisis data dan refleksi di atas dan mengacu

kepada indikator keberhasilan yang ditetapkan, hasil tes siklus II

menunjukkan peningkatan atau dengan kata lain indikator keberhasilan yang


77

ditetapkan sudah tercapai yakni ada 10 siswa yang mencapai nilai paling

rendah 60 atau ketuntasan belajar mencapai 65%. Ditinjau dari hasil diskusi

kelompok yang terdiri dari 4 kelompok sudah dapat menyelesaikan LKS

dengan baik, maka disimpulkan bahwa pembelajaran sudah berhasil. Dengan

demikian tujuan pembelajaran sudah tercapai.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif yang

dapat digunakan dalam pembelajaran PAI agar pembelajaran dapat berjalan

secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Strategi pembelajaran kooperatif secara psikologis sesuai dengan

perkembangan sosial peserta didik usia MI dan sesuai dengan karakteristik

mereka yang senang bekerja dalam kelompok. Strategi kooperatif juga

merupakan cerminan dari unsur kepribadian bangsa Indonesia yaitu gotong

royong. Oleh karena itu pembelajaran harus sesuai dengan keadaan

masyarakat dan sifat gotong royong hendaknya dijadikan suatu prinsip yang

mewarnai praktik pembelajaran untuk peserta didik. Hal tersebut senada

dengan pendapat Davidson (Asma, 2006: 26) menyimpulkan bahwa:

Pembelajaran koperatif tipe STAD dapat meningkatkan kecakapan individu

maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen,

dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa

yang berprestasi dalam pembelajaran koperatif ternyata lebih mementingkan

orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam.
78

Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif dibutuhkan

kemauan dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan

kelas, sehingga guru menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana

pembelajaran secara matang, pengaturan kelas saat pelaksanaan, dan

membuat tugas untuk dikerjakan siswa bersama dengan kelompoknya.

Berdasarkan hal tersebut, Pembahasan Hasil penelitian tentang

peningkatan hasil belajar siswa terhadap akidah akhlak dari siklus ke siklus

dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe STAD yaitu tahap

persiapan pembelajaran, penyajian materi, kegiatan belajar kelompok,

pemeriksaan hasil kerja kelompok, pengerjaan soal tes formatif, pemeriksaan

hasil tes formatif dan penghargaan kelompok mengalami peningkatan yang

signifikan.

Pada tindakan siklus I yang dilakukan 2 x pertemuan, pembelajaran

dengan materi Asmaul husnah belum mencapai hasil yang direncanakan.

Guru belum mampu melaksanakan pembelajaran secara optimal, ini

dikarenakan guru dalam menerapkan pembelajaran belum sepenuhnya

mengaplikasikan langkah-langkah model pembelajaran koperatif tipe STAD

dalam pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan ada 3 indikator

pembelajaran yang belum dilaksanakan oleh guru dan siswa. Hal tersebut

berdampak pada siswa dalam memahami materi belum sesuai dengan yang

diharapkan, sebagaimana dilihat pada setiap siswa dalam mengemukakan

jawabannya dari soal yang diberikan secara tulisan, belum sesuai dengan
79

kriteria keberhasilan yang ditetapkan peneliti memperoleh kriteria

keberhasilan 50 % dengan nilai paling rendah 60. Pada tindakan siklus 1

tingkat hasil belajar siswa dalam mengemukakan jawaban secara tulisan

yang ada pada tes formatif secara klasikal mencapai rata-rata 48,00

ketuntasan belajar 5% dan persen ketidaktuntasannya adalah 95%.

Pada tindakan siklus II dilakukan dengan 1 x pertemuan, keberhasilan

sudah mencapai target yang diinginkan karena pada kegiatan pembelajaran

akidah akhlak, guru dan siswa sudah mampu melaksanakan semua

indikator-indikator model pembelajaran koperatif tipe STAD dengan baik. Hal

ini menunjukan bahwa siswa telah memahami betul langkah-langkah model

pembelajaran koperatif tipe STAD. Tindakan siklus II ini, tingkat hasil belajar

siswa secara tulisan yang ada pada tes formatif siklus II secara klasikal

mencapai rata-rata 73,75 ketuntasan 70% sedangkan persen ketidaktuntasan

30%.

Berdasarkan data hasil belajar siklus II, maka penelitian meningkatkan

hasil belajar siswa penerapan model pembelajaran koperatif tipe stand

terhadap hasil belajar akidah akhlak pada siswa kelas V madrasah ibtidaiyah

cinnong, kecamatan lappariaja kabupaten bone telah berhasil.


80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran koperatif tipe STAD dalam pembelajaran

akidah akhlak pada siswa kelas V madrasah ibtidaiyah cinnong, kecamatan

lappariaja kabupaten bone. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan

kemampuan siswa dari siklus I dengan kualifikasi sangat rendah menjadi

kualifikasi sedang pada siklus II berdasarkan kriteria standar yang

dikemukakan oleh Nurkancana.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, dikemukakan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Bentuk pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

koperatif tipe STAD dengan mengacu pada langkah-langkah model

pembelajaran koperatif tipe STAD di lengkapi dengan media

pembelajaran seperti LCD dan LKS layak dipertimbangkan untuk menjadi

bentuk pembelajaran alternatif baik pada mata pelajaran Akidah akhlak

maupun pada mata pelajaran lainnya.

80
81

2. Bagi guru atau praktisi pendidikan lainnya yang tertarik untuk

menerapkan pembelajaran ini, perlu memperhatikan hal-hal berikut :

a. Guru dalam mengaplikasikan pembelajaran penerapan model

pembelajaran koperatif tipe STAD sebaiknya lebih banyak

mengaktifkan siswa. Sehingga Siswa dapat lebih cepat memahami

materi yang diajarkan.

b. Memperhatikan dan menelaah kegiatan-kegiatan model

pembelajaran koperatif tipe STAD dengan baik.

c. Pengaturan waktu yang akan digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dipertimbangkan dengan matang agar dapat sesuai

dengan waktu yang direncanakan.

d. Dalam membentuk kelompok sebaiknya pembagian kelompok

dibaurkan antara siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan

tinggi sehingga kerja kelompok dapat berjalan efektif.

.
82

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya Departemen Agama RI

Abidin Zainul, 2008, Akidah Akhlak, Surabaya, Bumi Aksara.

al-Abrasyi, M. Athiyah, 1987 Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,


terj..Bustami A. Ghani, (Jakarta: Bulan Bintang,),

Algazali, Imam, 2001, Akhlaq dalam Islam, Bandung, Remaja Rsdakarya.

Asma Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Basrowi, dkk. 1997. Pendidikan Kaum Tertindas. Makalah. Yogyakarta: PPS


IKIP Yogyakarta.

Depdiknas. 2006. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: BNSP.

Dewi, I. 1999. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif dengan


Menggunakan Mini Lab untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.
Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana IKIP
Surabaya.

Djamarah, Bahri, Saiful, 2002, Psikologi Belajar, Jakarta PT. Bulang Bintang

Hayinah, 1992, Teori Motivasi, Jakarta, Bumi Aksara.

Ibrahim, 2000, Model-Model Pembelajaran, Surakarta, Bintang Utama.

Masniladevi. 2003. Keefektifan Belajar Kooperatif Model STAD (Student


Teams- Achievement Divisions) pada Penjumlahan Pecahan di Kelas IV
SD Negeri Sumbersari III Kota Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang.
Universitas Negeri Malang.

Miles, M. B dan Huberman. Tanpa tahun. Analisis data kualitatif. Terjemahan


oleh Tjetjep Rohidu Rihidi (1992). Jakarta: UI Press.

82
83

Moleong, L.J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa, Nyoman I. 2001. Portofolio. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurkancana. 1989. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional

Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.

Ratumanan, T.G. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa


University Press.

Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara,


1982),

Sapriati, 2008, Strategi Pembelajaran. Bandung, Rineka Cipta

Sudjana Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru.

Sudjana, 1989, Pembelajaran Evektif, Surabaya, Karta Kencana.

Sholeh, Abdil, Rahman, 2008, Kekuatan Berfikir Positif, Jakarta, Bumi


Aksara.

Suryosubrata B., 1983 Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, akarta: Bina


Aksara

Tafsir, Ahmad. 2001, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Triyanto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wardani. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:


Bumi Aksara

Yunahar. 1999. Kuliah Akhlak.Yogyakarta:Pustaka Pelajar offset.hal


84
85

Lampiran 1
Nama Siswa : ……………………..

Kelas : ……………………..

LEMBAR TES AWAL

Isilah titik-titik dibawah ini!

1. Arti asmaul husnah.........?

2. Apa arti Al Baqii dan Al Bashir...................... ?

3. Salah satu contoh bahwa allah bersifat Al basyir ......?

4. Salah satu contoh bahwa allah bersifat al baqii?

Kunci jawaban:

a. Nama-nama yang indah

b. Yang maha kekal dan yang Maha Melihat

c. Yang Maha Melihat Al-Bashir adalah Allah memiliki sifat


melihat.Penglihatan adalah salah satu sifat ZatNya yang sesuai
dengan keagunganNya.Sifat ini wajib ditetapkan tanpa meyerupakan
atau menjelaskan bagaimananya, atau meniadakan atau
mengubahnya. Dia Maha Melihat alam ghaib dan alam nyata, melihat
segala sesuatu baik tersembunyi ataupun nampak, baik yang teramat
sangat kecil atau pun yang besar.
d. Hanya Allah-lah Dzat Yang Maha Kekal yang tidak akan pernah mati.
Oleh sebab itu hendaknya kita bergantung hanya kepada Allah Taala
Dzat Yang Maha Kekal dan jangan sekali-kali bergantung kepada
sesuatu yang bersifat sementara. Segala sesuatu yang bersifat
86

sementara pasti ada proses. Seperti manusia pada awalnya bayi,


anak-anak, remaja, dewasa, tua, mati. Begitupun juga dengan yang
lain, semuanya ada proses dan pasti akan binasa

Rambu-rambu penskoran:

SOAL 1 dan 2(skor 20)

Skor 0 : Jika tidak memberi jawaban sama sekali.


Skor 5 : Jika memberi jawaban salah.
Skor 10 : Jika memberi 1 jawaban benar
Skor 20 : Jika memberikan lebih dari 1 jawaban benar

SOAL 3 dan 4 (skor 30)

Skor 0 : Jika tidak memberi jawaban sama sekali.


Skor 5 : Jika memberi jawaban salah.
Skor 20 : Jika memberi jawaban yang hampir benar
Skor 30 : Jika memberikan jawaban benar
87

Lampiran 2
DATA HASIL TES AWAL

Hasil tes
No Skor soal
Nama siswa Jumlah Ket.
. 1 2 3 4
(20) (20) (30) (30)
1. NIRWANZAH 20 20 15 0 55 Tidak tuntas
2. MUH.SYUKRI 0 0 15 0 15 Tidak tuntas
3. SARI GUSTI WANDA 10 0 15 0 60 Tidak tuntas
4. MIMI ASTI ANATA 20 0 15 0 35 Tidak tuntas
5. SUSIANTI 20 20 15 0 55 Tidak tuntas
6. NURFASILA 20 20 15 0 55 Tidak tuntas
7. EDI SUPRIANTO 10 20 30 0 60 Tuntas
8. SYAHRUL 20 20 30 0 70 Tuntas
9. ANDHIN AFDHAL 20 20 15 15 70 Tuntas
10. OGI 0 0 15 15 30 Tidak tuntas
11. NISDA 10 20 30 5 65 Tuntas
12 IRSAM
Jumlah 570
Rata-rata Kelas 52
Tidak
% Ketuntasan belajar % 47,50 %
tuntas
88

Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Nama Madrasah :MI AL – ABRAR CINNONG


Mata Pelajaran :Aqidah Akhlak
Kelas/Semester :V/1
Tanggal :4 -9 -2014

A. Standar Kompetensi
1. Memahami Kalimat thayyibah (sholawat Nabi ), AL- Asma al –
Husna (Al - Baqii dan Al Bashir )
B. Kopetensi dasar
1.2 Mengenal Allah melalui sifat – sifat Allah yang terkandung
dalam Al – Husna (Al –Baqii dan AL- Bashir)

C. Indikator
 Mendefinisikan Asmaul Husna Al Baqii dan Al Bashir
 Melafalkan Asmaul Husna Al Baqii dan Al Bashir
 Mengartikan Asmaul Husna Al Baqii dan Al Bashir
 Menunjukkan hikma membaca Asmaul Husna
 Menunjukkan contoh bahwa Allah bersifat Al Baqii dan Al
Bashir
D. Tujuan Pembelajaran
 Siswa dapat menjelaskan pengertian Asmaul Husna Al Baqii
dan Al Bashir
 Siswa dapat menulis arti dan menghafalkan Asmaul Husna
Al Baqii dan Al Bashir
 Siswa dapat menyebutkan beberapa bukti Allah bersifat Al
Baqii dan Al Bashir

 Karakter siswa yang diharapkan :


89

Religius ,jujur , Toleransi ,Disiplin ,Kerja keras ,Kreatif


,Demokratif ,Rasa
Ingin Tahu ,Gemar membaca ,Peduli lingkungan ,Peduli
Sosial ,Tanggung
Jawab
 Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :
 Berorientasi tugas dan hasil ,Berani mengambil Resiko
,Percaya diri
,Keorisinilan , Berorientasi ke masa depan

E. Materi Pembelajarn
 Asmaul Husna (Al Baqii dan Al Bashir)’’ Pengertian dan
Hikmah Asmaul Husna Al Baqii dan Al Bashir , Bukti sifat Al
Baqii dan Al Bashir
F. Metode Pembelajaran

 Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan


pembelajaran terutama untuk kegiatan awal :
 Tanya Jawab tentang Kalimat Thayyibah Sholawat Nabi yang
siswa ketahui
 Diskusi

G. Langkah – Langkah Pembelajaran


No Uraian Kegiatan Waktu
1 Kegiatan awal : 10Menit
Apersepsi dan Motivasi :
 Guru membaca basmalah ,Mengucapkan salam
,kemudian berdoa sebelum memulai pelajaran ,serta
memberikan dorongan kepada siswa untuk selalu
aktif mengikuti pembelajaran
 Menggali pengetahuan siswa tentang materi yang
telah dipelajari sebelumnya
 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dipelajari yang merupakan kompetensi yang harus
dicapai siswa
 Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa
tentang materi Pembelajaran yang akan dipelajari
2 Kegiatan Inti : 40 menit
 Eksplorasi
 Siswa ,membaca buku paket atau buku yang
90

sekaitan dengan materi Asmaul Husna (AL


Baqii dan Al Bashir)’’pengertian dan hikmah
asmaul husna Al Baqii dan Al Bashir ,Bukti
Sifat Al Baqii dan Al Bashir
 Melalui penjelasan dan bimbingan guru ,siswa
secara berkelompok /Klasikal :
 Mencari pengertian Asmaul Husna Al Baqii
dan Al Bashir
 Latihan menulis Asmaul Husna Al Baqii dan
Al Bashir
 Mengucapkan Asmaul Husna Al Baqii dan Al
Bashir secara berulang –ulang
 Menulis arti dan melafalkan Asmaul Husna Al
Baqii dan Al Bashir
 Menyebutkan beberapa bukti Allah bersifat
Al Baqii dan Al –Bashir
 Siswa membuat catatan hasil pembahasan
dan penjelasan materi tentang hal- hal yang
belum dimengerti untuk ditanyakan.
 Elaborasi
 Dengan bimbingan Guru siswa menanyakan hal –
hal yang belum dimengerti dari materi Asmaul
Husna ( Al Baqii dan Al Bashir )’’ pengertian dan
hikmah asmaul husna Al Baqii dan Al Bashir ,Bukti
sifat Al Baqii dan Al Bashir yang telah dicatatnya
 Melalui bimbingan guru, beberapa siswa diminta
untuk berkompetisi mengemukakan pendapat
tentang materi Asmaul Husna (Al Baqii dan Al
Bashir )’’pengertian dan hikmah asmaul Husna Al
Baqii dan Al Bashir ,Bukti sifat Al Baqii dan Al
Bashir yang dipertanyakan
 Guru menjelaskan dan melengkapi pendapat siswa
dan membahas pertanyaan tersebutb secara umum
dengan jawaban secara menyeluruh
 Konfirmasi
 Dengan Bimbingan guru, siswa merefleksi kegiatan
pembelajaran guna menggali pengalaman belajar
yang telah dilakukan
 Guru memfasilitasi siswa untuk memecahkan
berbagai masalah dan member informasi agar
bereksplorasi lebih jauh tentang meteri Asmaul
Husna (Al – Baqii dan Al Bashir )pengertian dan
91

hikmah Asmaul Husna Al Baqii dan Al Bashir ,Bukti


Sifat Al Baqii dan Al Bashir.
 Guru memotivasi siswa yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif

3 Sumber belajar dan media pembelajaran 20 menit


 Membuat kesimpulan dari materi pembelajaran
 Pemberian tugas
 Menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.

H. Sumber belajaran dan media pembelajaran :


1. Buku paket
2. Referensi
3. Kaset / VCD / Laptop tentang Al Asma AL Husna

Watampone, 2 Oktober 2014

Obsever Peneliti

Muliani. S.Pd Amunansar

Mengetahui
Kepala Sekolah

Ardin, S.Pd.I
92

Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Nama Madrasah :MI AL – ABRAR CINNONG


Mata Pelajaran :Aqidah Akhlak
Kelas/Semester :V/1
Tanggal :29 -9 -2014

A. Standar Kompetensi
1. Memahami Kalimat thayyibah (sholawat Nabi ), AL- Asma al –
Husna (Al - Baqii dan Al Bashir )
B. Kopetensi dasar
1.2 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (shalawat Nabi
C. Indikator
 Menunjukkan pengertian shalawat Nabi
 Melafalkan kalimat Thayyibah
 Menjelaskan mamfaat mengucapkan shalawat nabi
 Menunjukkan contoh menggunakan lafadz kalimat tayyibah
 Mengucapkan shalawat nabi ketika mendengar nama Nabi
Muhammad disebut
D. Tujuan Pembelajaran
 Siswa dapat menjelaskan pengertian shalawat nabi
 Siswa dapat menulis arti dan menghafalkan kalimat
thayyibah
 Siswa dapat menyebutkan keutamaan dan mamfaat membaca
shalawat
 Karakter siswa yang diharapkan :
 Religius ,jujur , Toleransi ,Disiplin ,Kerja keras ,Kreatif,
Demokratif ,Rasa Ingin Tahu ,Gemar membaca ,Peduli
lingkungan ,Peduli Sosial ,Tanggung jawab ,menghargai
teman
 Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :
 Berorientasi tugas dan hasil ,Berani mengambil Resiko,
Percaya diri ,Keorisinilan , Berorientasi ke masa depan
93

I. Materi Pembelajarn
 Kalimat thayyibah ,pengertian shalawat, mamfaat membaca
shalawat,contoh penggunaan shalawat.
J. Metode Pembelajaran.
 Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan
pembelajaran terutama untuk kegiatan awal :
 Tanya Jawab tentang Kalimat Thayyibah Sholawat Nabi yang
siswa ketahui
 Diskusi atau berkelompok

K. Langkah – Langkah Pembelajaran


No Uraian Kegiatan Waktu
1 Kegiatan awal : 10Menit
Apersepsi dan Motivasi :
 Guru membaca basmalah ,Mengucapkan salam
,kemudian berdoa sebelum memulai pelajaran ,serta
memberikan dorongan kepada siswa untuk selalu aktif
mengikuti pembelajaran
 Menggali pengetahuan siswa tentang materi yang
telah dipelajari sebelumnya
 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dipelajari yang merupakan kompetensi yang harus
dicapai siswa
 Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang
materi Pembelajaran yang akan dipelajari
2 Kegiatan Inti : 40 menit
 Eksplorasi
 Siswa ,membaca buku paket atau buku yang
sekaitan dengan materi kalimat
thayyibah,pengertian shalawat ,mamfaat membaca
shalawat
 Melalui penjelasan dan bimbingan guru ,siswa
secara berkelompok /Klasikal :
 Mencari pengertian shalawat nabi
 Latihan menulis shalawat nabi
 Mengucapkan memperaktekkan lafadz-lafadz
shalawat nabi
 Mengahafalkan dali tentang shalawat nabi
 Siswa membuat catatan hasil pembahasan dan
penjelasan materi tentang hal- hal yang belum
dimengerti untuk ditanyakan.
 Elaborasi
 Dengan bimbingan Guru siswa menanyakan hal – hal
yang belum dimengerti dari materi pengertian shalawat
94

nabi,mamfaat membaca shalawat nabi yang telah


dicatatnya
 Melalui bimbingan guru, beberapa siswa diminta untuk
berkompetisi mengemukakan pendapat tentang materi
shalawat nabi dan contoh penggunaan shalawat nabi yang
dipertanyakan
 Guru menjelaskan dan melengkapi pendapat siswa
dan membahas pertanyaan tersebutb secara umum
dengan jawaban secara menyeluruh
 Konfirmasi
 Dengan Bimbingan guru, siswa merefleksi kegiatan
pembelajaran guna menggali pengalaman belajar yang
telah dilakukan
 Guru memfasilitasi siswa untuk memecahkan berbagai
masalah dan member informasi agar bereksplorasi
lebih jauh tentang materi pengertian shalawat nabi
mamfaat shalawat nabi dan contoh pengguaaannya
 Guru memotivasi siswa yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif

3 Sumber belajar dan media pembelajaran 20 menit


 Membuat kesimpulan dari materi pembelajaran
 Pemberian tugas
 Menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
L. Sumber belajaran dan media pembelajaran :
4. Buku paket
5. Referensi
6. Kaset / VCD / Laptop tentang shalawat

Watampone, 2 Oktober 2014

Obsever Peneliti

Muliani. S.Pd Amunansar


Mengetahui
Kepala Sekolah

Ardin, S.Pd.I
95

Lampiran 5
Waktu : 15 menit
Kelompok :

Petunjuk:
1. Jawablah pertanyaan di bawah dan kerjakan secara berkelompok.
2. Tanyalah hal-hal yang belum kamu mengerti kepada teman kelompokmu
yang sudah mengerti!

Asmaul Husnah
Tujuan
Siswa dapat memahami makna Asmaul Husna Al Baqii dan Al Bashir dan
keutamaan salawat nabi.

Langkah kerja
1. Setiap siswa Membaca dan menghayati arti dari asmaul husna dan
keutamaan shalawat nabi
2. Setiap siswa dalam kelompok memberikan masukan apa yang di pahami
tentang asmaul husnah dan shalawat nabi
3. Setiap siswa beratnggung jawab dalam satu pertanyaan dalam
kelompoknnya.

Jawablah pertanyaan berikut :

1. Jelaskan pengertian sholawat


2. pengertian shalawat Nabi
3. Tuliskan kalimat Thayyibah
4. Jelaskan mamfaat mengucapkan shalawat nabi
5. Tunjukkan contoh menggunakan lafadz kalimat tayyibah
6. Tuliskan kalimat taiyyibah ketika haji dan umroh
96

Lembar jawaban :
1. halawat menurut bahasa : Ada dua makna, Do'a dan mendo'akan agar
diberkahi Ibadah
2. shalawat adalah pujian kepada nabi nabi
3. Syahadatain

‫أَ ْﺷ َﮭ ُﺪ اَ ْن ﻻَاِﻟَ َﮫ اِﻻﱠ ﷲ‬


‫َو أَ ْﺷﮭَ ُﺪ اَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًا َرﺳُﻮْ لُ ﷲ‬
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Alloh
dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Alloh

4. Manfaat mengucapkan shalawat nabi, diantaranya adalah :

a. Pembaca shalawat memperoleh limpahan rahmat dan kebaikan


dari Allah SWT.
b. Pembaca shalawat diangkat ( ditinggikan ) derajatnya dan
dihapuskan dosa-dosa kejahatan dan kesalahannya.
c. Pembaca shalawat memperoleh pengakuan kesempurnaan iman,
jika membacanya 100 ( seratus ) kali.
d. Membaca shalawat dapat menjauhkan kerugian, penyesalan, dan
dimasukan ke dalam golongan orang-orang yang shaleh.
e. Membaca shalawt berarti mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.(
Taqarrub ilallah).
f. Membaca shalawat akan memperoleh pahala seperti pahala
memerdekakan budak ( hamba sahaya ).
g. Dengan banyak-banyak membaca shalawat dapat memperoleh
Syafa’at di hari kiamat.
h. Banyak membaca shalawat akan memperoleh penyertaan dari
Malaikat Rahman.
5. Contoh menggunakan kalimat toiyabah adalah Ta’awwudz, dan
basmalah ketika memulai suatu pekerjaan.
6. Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika la syarika laka labbaik inna al
hamda wa an ni’mata laka wa al mulk la syarika laka
97

Lampiran 6
DAFTAR NILAI SISWA HASIL LKS SIKLUS I

Nomor Soal/Skor Soal


No Nama siswa Klp 1 2 3 4 5 6 Jumla
Ket.
15 15 15 15 15 25 h Skor
1. MUH.SYUKRI Tidak
15 15 15 5 5 5 55
2. SARI GUSTI WANDA tuntas
3. EDI SUPRIANTO I

4 MIMI ASTI ANATA 15 15 15 5 15 10 75 Tuntas


5 SUSIANTI
II
6 NURFASILA

7 NIRWANZAH 15 15 15 5 5 5 60 Tuntas
8 SYAHRUL
III
9 OGI
.
10 NISDA Tidak
10 10 10 5 5 5 45
11. ANDHIN AFDHAL tuntas
IV
12. IRSAM

235

Rata-rata (x) 58,75


Tidak
% Ketuntasan belajar % 50 %
tuntas

Watampone, 2 Oktober 2014


Obsever Peneliti

Muliani. S.Pd Amunansar


98

Lampiran 7
LEMBAR TES FORMATIF
Siklus I

Materi : Asmaul Husnah


Waktu : 10 menit
Nama siswa : ....

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1. Sebutkan minimal 4 dari 99 asmaul Husnah

Jawab: a)……………………………

b)……………………………..

c)…………………………….

d) …………………………….

2. Jelaskan minimal 4 tujuan memahami asmaul husnah!

Jawab: a)……………………………………………………………………

b)……………………………………………………………………

c)…………………………………………………………………

d)…………………………………………………………………

Jawaban
1. a. Ar-rahman
b. Ar- rahim
c. Al-Kuddus
d. Al-zabba
3. Tujuan asmaul haq ada 4 ( empat ) yaitu:
a. mendekatkan diri kepada Alloh
b. mohon ridho kepada Alloh
99

c. supaya di cintai oleh Alloh


d. supaya bisa ma'rifah kepada Alloh dalam artian mengerti akan
kebenaran Alloh.

Rambu-rambu penskoran:

SOAL 1 (skor 40)

Skor 0 : Jika tidak memberi jawaban sama sekali.


Skor 5 : Jika memberi jawaban salah.
Skor 10 : Jika memberi 1 jawaban.
Skor 20 : Jika memberikan 2 jawaban
Skor 30 : Jika memberi 3 jawaban
Skor 40 : Jika memberikan 4 jawaban

SOAL 2 (skor 60)

Skor 0 : Jika tidak memberi jawaban sama sekali.


Skor 5 : Jika memberi jawaban salah.
Skor 20 : Jika memberi 1 jawaban.
Skor 30 : Jika memberikan 2 jawaban
Skor 60 : Jika memberi 3 jawaban

Obsever Peneliti

Muliani. S.Pd Amunansar


100

Lampiran 8

DAFTAR NILAI SISWA HASIL TES FORMATIF SIKLUS I

Hasil tes
Skor soal
No. Nama siswa Jumlah Keterangan
1 2
(40) (60)
1. NIRWANZAH 40 5 45 Tidak tuntas
2. MUH.SYUKRI 20 20 40 Tidak tuntas
3. SARI GUSTI WANDA 20 5 25 Tidak tuntas
4. MIMI ASTI ANATA 30 20 64 Tuntas
5. SUSIANTI 30 5 35 Tidak tuntas
6. NURFASILA 30 20 60 Tidak tuntas
7. EDI SUPRIANTO 40 5 72 Tuntas
8. SYAHRUL 30 20 50 Tidak tuntas
9. ANDHIN AFDHAL 0 0 0 Tidak tuntas
10. OGI 40 5 70 Lulus
11. NISDA 30 5 70 Tuntas
12. IRSAM 40 5 45 Tidak tuntas
Jumlah 576
Rata-rata Kelas 48,00
Tidak
% Ketuntasan belajar % 5%
tuntas

Obsever Peneliti

Muliani. S.Pd Amunansar


101

Lampiran 9
LEMBARAN OBSERVASI PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE STAD
(ASPEK GURU)

Nama guru : Sri Yulianti Hari / Tanggal : Senin, 6 Desember


2010
Siklus ke : I
Petunjuk : - Amatilah pelaksanaan KBM yang dilakukan oleh guru!
- Isilah kolom pengamatan sesuai dengan kenyataan!
- Memberikan kualifikasi pada kolom yang tersedia!
- Beri tanda ceklis (√) pada kolom ya atau tidak sesuai
kenyataan!

N Pengamatan
Indikator Pembelajaran Ket
o Ya Tdk
1. Guru menyajikan materi pelajaran √ B
tentang asmaul husnah.
2 Menjelaskan tahapan pembelajaran √
3 koperatif tipe STAD
Mendorong siswa agar meminta B
4 bantuan kepada teman √
kelompoknya sebelum meminta D
bantuan kepada guru.
5. Guru berkeliling dan singgah di √ D
setiap kelompok untuk melihat
perkembangan siswa.
4. Guru membimbing siswa dalam √ D
menyelesaikan tugasnya

5. Guru memberikan tes kepada √ C


semua siswa.
102

6 Guru memeriksa hasil tes siswa. √ B


7 Guru memberikan penghargaan √ B
terhadap kelompok yang
berprestasi.

Kualifikasi:
A : Dilakukan secara sempurna
B : Dilakukan tetapi kurang sempurna
C : Sekedar melakukan
D : Sama sekali tidak melakukan

Obsever Peneliti

Muliani. S.Pd Amunansar


103

Lampiran 10.

LEMBARAN OBSERVASI PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE STAD


(ASPEK SISWA)
Hari / Tanggal : Senin, 6 Desember 2010
Siklus ke :I
Petunjuk : - Amatilah pelaksanaan KBM yang dilakukan oleh guru!
- Isilah kolom pengamatan sesuai dengan kenyataan!
- Memberikan kualifikasi pada kolom yang tersedia!
- Beri tanda ceklis (√) pada kolom ya atau tidak sesuai
kenyataan!

N Pengamatan
Indikator Pembelajaran Ket
o Ya Tidak
1. Menyimak dan memperhatikan √ B
penjelasan guru tentang Asmaul
husnah
2 Menyimak penjelasan langkah- √ C
langkah pembelajaran yang D
dilakukan.
3 Siswa meminta bantuan kepada √ D
teman kelompoknya sebelum
meminta bantuan kepada ibu guru.
4 Siswa dibimbing dalam melakukan √ C
praktek tentang konsep benda cair
berdasarkan panduan dari LKS.
5 Siswa menjawab soal-soal evaluasi. √ B
6 Siswa diberikan penghargaan √ C
terhadap kelompok yang
berprestasi.

Kualifikasi:
A : Dilakukan secara sempurna
B : Dilakukan tetapi kurang sempurna
C : Sekedar melakukan
D : Sama sekali tidak melakukan
104

Lampiran 11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Siklus II
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran : Akidah Akhlak
Kelas/Semester : V/1
Pertemuan Ke- : 6, 7, dan 8
Alokasi Waktu : 6 jam pelajaran (8 x 35 menit)
I. Standar Kompetensi : Beriman kepada hari akhir (kiamat)
II. Kompetensi Dasar : Mengenal hari Kiamat
III. Indikator :
1. Mampu memahami iman kepada hari akhir (kiamat)
2. Mampu menjelaskan beriman kepada hari akhir (kiamat)
3. Mampu membiasakan iman kepada hari akhir (kiamat) dalam
kehidupan sehari-hari
4. Mampu memahami hikmah iman kepada hari akhir (kiamat)
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu mendengarkan penjelasan tentang iman
kepada hari akhir (kiamat).
2. Siswa mampu melakukan tanya jawab iman kepada hari
akhir (kiamat).
3. Siswa mampu menjelaskan iman kapada hari akhir (kiamat).
4. Siswa mampu menerapkan iman kepada hari akhir (kiamat)
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Siswa mampu menerapkan keimanan kepada hari akhir
(kiamat) dalam kehidupan sehari-hari.
V. Materi Ajar
Beriman kepada hari akhir (kiamat).
105

VI. Metode Belajar


1. Informasi
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
4. Tugas Kelompok (Diskusi)
5. Tugas Mandiri (Studi Kasus)
VII. Sumber Belajar
1. Buku Membina Akidah dan Akhlak MI Kelas V terbitan PT
Tiga Serangkai.
2. Al-Qur’an dan Terjemahnya
3. Buku-buku lain yang relevan
VIII. Langkah-Langkah Pembelajaran
 Kegiatan Awal (Apersepsi)
a. Guru mengkondisikan para siswa agar siap mengikuti
pelajaran.
b. Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan
mengucapkan basmalah dan berdoa bersama
c. Guru menanyakan kabar anak-anak
d. Guru menanyakan secara sekilas kepada siswa pelajaran
yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
e. Guru mengajak siswa mendendangkan nasyid/lagu
tentang hari akhir (kiamat).
 Kegiatan Inti :
1. Guru memberikan penjelasan tentang pengertian hari
akhir (kiamat).
2. Guru memberikan penjelasan tentang kejadian hari
akhir (kiamat) dengan alat peraga (gambar-gambar).
106

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang
belum jelas.
4. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada
siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi yang telah diajarkan.
5. Guru memberikan tugas kepada siswa tentang
gambaran hari akhir (kiamat). Tugas dapat diberikan
secara individu ataupun kelompok.
6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hasil penugasannya.
 Kegiatan Akhir (Penutup)
1. Guru me-review kembali pengertian hari akhir
(kiamat) dan namanama lain hari kiamat dengan
melempar pertanyaan kepada para siswa.
2. Guru memotivasi siswa dengan menjelaskan hikmah-
hikmah yang terkandung dalam iman kapada hari
akhir (kiamat).
3. Guru menutup pelajaran dengan bacaan hamdalah
dan berdoa bersama- sama.
 Penilaian.
Tes Lisan
Siswa diminta menjelaskan hari akhir (kiamat) dan tanda-
tandanya, baik yang umum maupun yang khusus.
Tes Tertulis
Memberikan beberapa soal tertulis sesuai dengan
kemampuan siswa. Soal dapat berupa essay atau penulisan
107

opini.
Tes Perbuatan
Siswa diminta menemukan beberapa kasus umum yang
menunjukkan tanda datangnya hari akhir (kiamat).

Watampone, 2 Oktober 2014

Obsever Peneliti

Muliani. S.Pd Amunansar


Mengetahui
Kepala Sekolah

Ardin, S.Pd.I
108

Lampiran 12
LEMBARAN KERJA SISWA
Siklus II

Materi : Iman Kepada hari akhir


Waktu : 15 menit
Kelompok : ....

Petunjuk:
1. Jawablah pertanyaan di bawah dan kerjakan secara berkelompok.
2. Tanyalah hal-hal yang belum kamu mengerti kepada teman kelompokmu
yang sudah mengerti!

Iman Kepada Hari Akhir


Tujuan
Memahami dan mengaplikasikan iman kepada hari akhir.

1. Kiamat di bedakan menjadi dua macam yaitu kiamat sugra dan kiamat
kubra, jelaskan?
Jawab:
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………..

2. Sebutkan yang anda ketahui tentang Tanda-tanda hari kiamat!


Jawab:
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………..
3. Sebutkan hikmah iman kepada Hari Akhir?
Jawab:
……………………………………………………………………………..
109

Kunci jawaban:

1. Kiamat dubedakan menjadi dua macam yaitu kiamat sugra dan kiamat

kubra. Kiamat sugra atau kiamat kecil adalah matinya seseorang atau

binatang yang lain secara bergiliran, sedangkan kiamat kubra atau

kiamat besar adalah hancurnya dunia seisinya secara serentak.

2. Tanda-tanda hari kiamat :


 Bumi berguncang dan mengeluarkan seluruh isinya
 Gunung pecah berterbangan dan menjadi pasir
 Malaikat Isrofil meniup sangkakala
 Manusia sama kebingungan. Orang tua lupa anaknya dan
sebaliknya
 Matahari digulung, bintang berjatuhan, gunung dihancurkan, ternak
tidak diperdulikan dan lautan dipanaskan
3. Berikut ini adalah hikmah iman kepada Hari Akhir :
 Memperoleh ketentraman dan ketenangan
 Memperoleh keyakinan bahwa Allah SWT akan membalas
segala perbuatan manusia, baik maupun buruk
 Berperilaku baik
 Berani dalam membela kebenaran dan rela berkorban
 Tidak iri terhadap kenikmatan orang lain
 Terhindar dari sifat tamak, rakus dan kikir
110

Lampiran 13
DAFTAR NILAI SISWA HASIL LKS SIKLUS II

No Nama siswa Klp Juml


Nomor Soal/Skor Soal
ah Ket.
Skor
1 2 3
40 30 30
1. NIRWANZAH
20 30 30 80 Tuntas
2. MUH.SYUKRI
I
3. OGI

5. MIMI ASTI ANATA 30 30 30 90 Tuntas


6. NURFASILA
II
7. SYAHRUL

8. EDI SUPRIANTO 30 30 30 90 Tuntas


9. SUSIANTI
III
10. ANDHIN AFDHAL

11. SARI GUSTI WANDA


10 30 30 70 Tuntas
12. NISDA
IV
13. IRSAM

330

Rata-rata (x) 82,5

% Ketuntasan belajar % 100 % Tuntas

Obsever Peneliti

Muliani. S.Pd Amunansar


111

Lampiran 14
LEMBAR TES FORMATIF
Siklus II

Materi : Iman Kepada hari akhir


Waktu : 10 menit
Nama siswa : ....

1. Berikut ini adalah nama lain untuk hari kiamat, kecuali … ...
a. Yaumul Jum'ati
b. Yaumul Fashl
c. Yaumul Hisab
d. Yaumul Mizan
e. Yaumul Jaza
2. yang bukan termasuk hikmah beriman kepada Hari Akhir adalah …
a. Memiliki sikap hidup optimis
b. Mendorong manusia untuk beramal sum'ah
c. Bertindak dengan penuh tanggung jawab dan hati-hati
d. Mengetahui tujuan hidup yang sebenarnya
e. Tidak terpengaruh kemewahan dunia yang bersifat sementara
3. Pada hari akhir nanti ada yang disebut yaumul mizan, artinya …
a. kebangkitan
b. Pembalasan
c. berkumpul
d. perhitungan amal penimbangan amal.
4. Berakhirnya kehidupan seseorang disebut …
a. kiamat kubro
b. yaumul fashli
c. kiamat sugro
d. yaumul hisab
e. yaumul mahsyar
112

Lampiran 15

DAFTAR NILAI SISWA HASIL TES FORMATIF SIKLUS II

Hasil tes
No Skor soal
Nama siswa Jumlah Keteranga
. 1 2 3 n
4
(25) (25 (25)
(25)
)
1. NIRWANZAH 25 25 25 0 75 Tuntas
2. MUH.SYUKRI 25 25 25 0 75 Tuntas
3. SARI GUSTI WANDA 25 0 25 0 50 Tidak
tuntas
4. MIMI ASTI ANATA 25 25 25 25 100 Tuntas
5. SUSIANTI 25 25 0 0 50 Tidak
tuntas
6. NURFASILA 25 25 25 25 100 Tuntas
7. EDI SUPRIANTO 25 0 25 25 75 Tuntas
8. SYAHRUL 25 0 25 0 50 Tidak
tuntas
9. ANDHIN AFDHAL 25 0 25 0 50 Tidak
tuntas
10. OGI 25 25 25 25 100 Tuntas
11. NISDA 25 25 25 0 75 Tuntas
12. IRSAM 25 0 25 25 75 Tuntas
Jumlah
Rata-rata Kelas 73,75
1x100
% Ketuntasan belajar 70 % Tuntas
12

Catatan penskoran:
Skor 0 : Jika memberi jawaban salah
Skor 25 : Jika memberi jawaban benar
113

Lampiran 16
LEMBARAN OBSERVASI PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE STAD
(ASPEK GURU)

Nama guru : Sri Yulianti


Siklus ke : II
Petunjuk : - Amatilah pelaksanaan KBM yang dilakukan oleh guru!
i. Isilah kolom pengamatan sesuai dengan kenyataan!
ii. Memberikan kualifikasi pada kolom yang tersedia!
iii. Beri tanda ceklis (√) pada kolom ya atau tidak sesuai
kenyataan!

N Pengamatan
Indikator Pembelajaran Ket
o Ya Tdk
1. Guru menyajikan materi pelajaran √ B
tentang konsep benda cair
sekaligus memperlihatkan contoh
benda yang termasuk benda cair.
2. Menyerahkan lembar kegiatan √ A
(LKS) kepada setiap kelompok
3. Menjelaskan tahapan pembelajaran √ B
koperatif tipe STAD
4. Mendorong siswa agar meminta √ B
bantuan kepada teman
kelompoknya sebelum meminta
5. bantuan kepada guru.
√ B
Guru berkeliling dan singgah di
setiap kelompok untuk melihat
6. perkembangan siswa. √ B
Guru membimbing siswa
melakukan praktek tentang konsep
114

benda cair berdasarkan panduan


7. dari LKS yang telah dibagikan.
√ A
Guru memberikan tes kepada
8. semua siswa.
√ A
9. Guru memeriksa hasil tes siswa.
√ B
Guru meberikan penghargaan
terhadap kelompok yang
berprestasi.

Kualifikasi:
A : Dilakukan secara sempurna
B : Dilakukan tetapi kurang sempurna
C : Sekedar melakukan
D : Sama sekali tidak melakukan

Obsever Peneliti

Muliani. S.Pd Amunansar


115

Lampiran 17
LEMBARAN OBSERVASI PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE STAD
(ASPEK SISWA)

Siklus ke : II
Petunjuk : - Amatilah pelaksanaan KBM yang dilakukan oleh guru!
- Isilah kolom pengamatan sesuai dengan kenyataan!
- Memberikan kualifikasi pada kolom yang tersedia!
- Beri tanda ceklis (√) pada kolom ya atau tidak sesuai
kenyataan!

N Pengamatan
Indikator Pembelajaran Ket
o Ya Tidak

1. Menyimak dan memperhatikan √ A


penjelasan guru tentang iman
kepada hari akhir.
2 Mengerjakan tugas pada LKS. √ B
3. Menyimak penjelasan langkah- √ B
langkah pembelajaran yang
dilakukan.
4. Siswa meminta bantuan kepada √ B
teman kelompoknya sebelum
meminta bantuan kepada ibu guru.
5. Siswa dibimbing dalam melakukan √ B
berdasarkan panduan dari LKS.
6. Siswa menjawab soal-soal √ A
evaluasi.
7 Siswa diberikan penghargaan √ B
terhadap kelompok yang
berprestasi.

Kualifikasi:
A : Dilakukan secara sempurna
B : Dilakukan tetapi kurang sempurna
C : Sekedar melakukan
D : Sama sekali tidak melakukan
116
117

Anda mungkin juga menyukai