Anda di halaman 1dari 8

Indek harga

1. Definisi
Indek harga adalah perbandingan harga rata-rata pada tahun yang dihitung dan harga rata-rata
pada tahun dasar. Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil perhitungan indeks harga, yaitu:
a. Jika indeks harga > 100 berarti harga mengalami kenaikan (terjadi inflasi).
b. Jika indeks harga < 100 berarti harga mengalami penurunan (terjadi deflasi).
c. Jika indeks harga = 100 berarti harga tetap (tidak naik dan tidak turun).

2. Fungsi perhitungan indeks harga


a. Sebagai petunjuk atau indikator dari kondisi ekonomi umum.
b. Sebagai pedoman bagi kebijakan dan administrasi perusahaan.
c. Indeks harga dapat dipergunakan sebagai deflator, maksudnya bahwa pengaruh perubahan
harga dapat dihilangkan dengan cara membagi nilai tertentu dengan indeks harga yang sesuai.
d. Indeks harga dapat dipakai sebagai pedoman bagi pembelian barang-barang.
e. Indeks harga barang-barang konsumsi merupakan pedoman untuk mengatur gaji buruh atau
menyesuaikan kenaikan gaji buruh pada masa inflasi.

3. Metode perhitungan indeks harga


a. Metode tidak tertimbang (agregatif sederhana)
indeks agregatif sederhana menunjukan perbandingan harga atau produksi dari sekelompok
jenis barang. Rumus mengihitung indeks harga tidak tertimbang :

IA = x 100 atau Po = x 100


Ket :
IA : Indeks Harga Agregatif
∑Pn : Jumlah harga-harga pada tahun ke–n (tahun yang akan dihitung)
∑Po : Jumlah harga-harga pada tahun dasar (based year)
Contoh: Bila harga barang tahun 2014 sebesar Rp8.000,00 per kilogram, kemudian pada
tahun 2015 naik menjadi Rp10.000,00 per kilogram, maka indeks harga barang tersebut pada
tahun 2015 dapat dihitung sebagai berikut:
IA = x 100 = 125
Jadi harga barang pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 25%.

b. Metode tertimbang
Penghitungan indeks harga agregatif tertimbang dapat dilakukan dengan beberapa metode.
1) Metode Laspeyres (IL)
Indeks Laspeyres adalah indeks harga tertimbang dengan kuantitas barang pada tahun
dasar (Qo) sebagai faktor penimbangnya. IL dihitung dengan rumus:

IL = x 100

Ket :
IL = Angka Indeks Laspeyres
Pn = Harga pada tahun yang dihitung indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
Qo= Kuantitas pada tahun dasar
Contoh :
Macam Harga Kuantitas
Pn×Qo Po×Qo
barang 2014(Po) 2015(Pn) 2014(Qo) 2015(Qn)
A Rp200,00 Rp300,00 50 unit 100 unit Rp15.000,00 Rp10.000,00
B Rp300,00 Rp350,00 100 unit 100 unit Rp35.000,00 Rp30.000,00
C Rp500,00 Rp500,00 200 unit 250 unit Rp100.000,00 Rp100.000,00
D Rp100,00 Rp50,00 300 unit 450 unit Rp15.000,00 Rp30.000,00
E Rp200,00 Rp300,00 150 unit 100 unit Rp45.000,00 Rp30.000,00

∑ Rp210.000,00 Rp200.000,00
Berdasarkan data di atas, maka indeks Laspeyres (IL) dapat dihitung sebagai berikut.
IL = x 100 = 105,00
Berarti pada tahun 2015 telah terjadi kenaikan harga sebesar 5%.

2) Metode Paasche (IP)


Indeks Paasche adalah indeks harga tertimbang dengan kuantitas barang pada tahun yang
diukur (Qn) sebagai faktor penimbangnya. IP dihitung dengan rumus:

IP = x 100

Ket :
IP = Angka Indeks Paasche
Pn = Harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
Qn= Kuantitas tahun yang dihitung angka indeksnya
Contoh :
Macam Harga Kuantitas
Pn×Qn Po×Qn
barang 2014(Po) 2015(Pn) 2014(Qo) 2015(Qn)
A Rp200,00 Rp300,00 50 unit 100 unit Rp30.000,00 Rp20.000,00
B Rp300,00 Rp350,00 100 unit 100 unit Rp35.000,00 Rp30.000,00
C Rp500,00 Rp500,00 200 unit 250 unit Rp125.000,00 Rp125.000,00
D Rp100,00 Rp50,00 300 unit 450 unit Rp22.500,00 Rp45.000,00
E Rp200,00 Rp300,00 150 unit 100 unit Rp30.000,00 Rp20.000,00

∑ Rp242.500,00 Rp240.000,00
Berdasarkan datadi atas, maka indeks Paasche dapat dihitung sebagai berikut.
IP = x 100 = 101,04
Berarti pada tahun 2015 terjadi kenaikan harga sebesar 1,04%.

Selain perhitungan indeks dengan metode laspeyres dan pasche, ada beberapa metode
lainnya yang dapat digunakan sebagai berikut :
1) Metode Drobisch and Bowley (ID)
Angka indeks tertimbang dengan Metode Drobisch and Bowley dapat dirumuskan
sebagai berikut:
ID =
Ket :
ID = Indeks Drosbich and Bowley
IL = Indeks Laspeyres
IP = Indeks Paasche
2) Metode Irving Fisher (IF)
Merupakan angka indeks yang ideal. Irving Fisher menghitung indeks kompromi dengan
cara mencari rata-rata ukur dari indeks Laspeyres dan indeks Paasche.
IF = √
Ket :
IF = Angka indeks Irving Fisher
IL = Angka indeks Laspeyres
IP = Angka indeks Paasche

3) Metode Marshal Edgewarth (IM)


Angka indeks dihitung dengan cara menggabungkan kuantitas tahun dasar dan kuantitas
tahun n, kemudian mengalikannya dengan harga pada tahun dasar atau harga pada tahun
n.

IM = x 100

Ket :
IM = Indeks Marshal Edgewarth
Qo = Jumlah kuantitas pada tahun dasar
Qn = Jumlah kuantitas tahun yang dihitung
Po = Harga pada tahun dasar
Pn = Harga pada tahun yang dihitung

Inflasi

1. Definisi
Inflasi adalah sebuah fenomena ekonomi dimana kenaikan harga-harga barang dan jasa secara
umum berlangsung secara terus menerus sebagai akibat tidak seimbangnya arus barang dan arus
uang. Inflasi juga merupakan peristiwa moneter yang penting dan bisa dijumpai dihampir semua
negara.

2. Penyebab terjadinya inflasi


a. Inflasi dorongan permintaan (Demand pull inflation), adalah inflasi yang disebabkan oleh
kelebihan permintaan efektif atas barang/jasa.
b. Inflasi dorongan biaya (Cost Push Inflation) , adalah inflasi yang disebabkan oleh naiknya
biaya produksi (cost push). Kenaikan biaya produksi dapat terjadi karena hal-hal berikut :
1) Kenaikan harga, yang terjadi karena kenaikan harga bahan baku, seperti harga BBM dan
harga baku lainnya akibat naiknya biaya transportasi.
2) Kenaikan upah/gaji, terjadi karena kenaikan gaji atau upah akibat perusahaan ingin
meningkatkan produksi.
c. Inflasi karena jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (Money in circulation),
artinya terdapat penambahan jumlah uang yang beredar, sehingga para produsen menaikkan
harga barang..
d. Inflasi dari luar negeri (Imported Inflation), artinya inflasi karena mengimpor barang dari
luar negeri, sedangkan di luar negeri terjadi inflasi (kenaikan harga barang di luar negeriI,
sehingga barang-barang impor mengalami kenaikan harga.
e. Inflasi dari dalam negeri (Domestic Inflation), artinya Meningkatnya pengeluaran
pemerintah atau terjadi deficit anggaran.

3. Jenis-Jenis Inflasi
a. Jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya
1) Inflasi ringan, yaitu inflasi di bawah 10% per tahun (belum mengganggu kegiatan
perekonomian suatu negara dan masih dapat dengan mudah untuk dikendalikan).
2) Inflasi sedang, yaitu inflasi antara 10%–30% per tahun (belum membahayakan, tetapi
sudah menurunkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap).
3) Inflasi berat, yaitu inflasi antara 30%–100% per tahun (sudah mengacaukan
perekonomian karena orang cenderung enggan menabung dan lebih senang menyimpan
barang).
4) Inflasi sangat berat atau hiperinflasi, yaitu inflasi diatas 100% per tahun (mengacaukan
kegiatan perekonomian suatu Negara dan sulit untuk dikendalikan/diatasi).

b. Berdasarkan sumbernya
1) Inflasi dari luar negeri (imported inflation), artinya inflasi terjadi karena suatu negara
mengimpor barang/jasa dari negara lain yang sedang mengalami inflasi.
2) Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation), artinya inflasi karena penciptaan uang
baru dan adanya kebijakan anggaran defisit,
c. Berdasarkan penyebabnya
1) Inflasi karena kenaikan permintaan, kenaikan permintaan terkadang tidak dapat
dipenuhi produsen. Oleh karena itu harga-harga cenderung naik.
2) Inflasi karena kenaikan biaya produksi, mengakibatkan harga penawaran barang naik,
sehingga dapat menimbulkan inflasi.

4. Menghitung Inflasi
Untuk menentukan laju infasi dapat dirumuskan sebagaiberikut.
 Laju Inflasi = x 100%
Contoh: Indeks harga pada bulan Juli 2015 sebesar 110 dan indeks harga pada bulan Agustus
2015 sebesar 112, maka laju inflasi pada bulan Agustus 2015 dapat dihitung sebagai berikut:
Laju Inflasi bulan Agustus 2015= x 100% = 1,82%

5. Dampak dan Cara Mengendalikan Inflasi


a. Dampak Inflasi
1) Dampak terhadap pendapatan, dapat bersifat menguntungkan dan merugikan.
2) Dampak inflasi terhadap ekspor, harga-harga ekspor menjadi mahal sehingga ekspor
tidak dapat bersaing dengan hasil produksi negara lain.
3) Terhadap minat orang untuk menabung, orang tidak mau menabung sehingga dana
untuk pelunasan usaha tidak tersedia.
4) Terhadap kalkulasi harga pokok, menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga
pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar.

b. Cara Mngendalikan Inflasi


1) Kebijakan moneter
Merupakan kebijakan pemerintah (bank sentral) untuk memengaruhi jumlah uang yang
beredar dimasyarakat dengan cara mengendalikan pemberian kredit oleh bank umum
kepada masyarakat. Kebijakan yang diterapkan dalam mengatasi inflasi yaitu :
a) Politik diskonto, yaitu politik bank sentral untuk memengaruhi peredaran uang
dengan cara menaikkan dan menurunkan tingkat bunga.
b) Politik pasar terbuka, untuk memengaruhi peredaran uang dengan cara membeli dan
menjual surat-surat berharga.
c) Politik persediaan kas, untuk memengaruhi peredaran uang dengan cara menaikan
dan menurunkan presentase persedian kas di bank-bank umum.
d) Kebijakan kredit selektif, untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar dengan
menerapkan pemberian kredit yang sangat selektif dengan tujuan jumlah uang yang
beredar dapat dikendalikan.

2) Kebijakan fiskal
a) Pengaturan pengeluaran pemerintah, artinya pemerintah harus menjaga penggunaan
anggaran pemerintah sesuai dengan perencanaan.
b) Peningkatan tarif, artinya pemerintah dapat menaikkan ratif pajk.

3) Kebijakan lain diluar kebijakan moneter dan fiskal


a) Peningkatan produksi dan peningkatan jumlah barang di pasaran.
b) Pengendalian dan pengawasan harga, misalnya pemerintah menetapkan kebijakan
harga maksimum.

Perimntaan dan Penawaran Uang


A. Permintaan uang
1. Definisi permintaa uang
Adalah suatu kebutuhan masyarakat untuk mewujudkan bagian tertentu dari pendapatannya
dalam bentuk uang kas (uang tunai).
a. Teori permintaan uang Irving Fisher
Teori kuantitas uang yang dijelaskan oleh Irving Fisher menjelaskan bagaimana uang beredar
di masyarakat. Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut:

Ket :
M = Money (jumlah uang beredar)
V = Velocity (kecepatan peredaran uang)
P = Price (harga)
T = Transaction (volume barang yang diperdagangkan)

b. Teori permintaan uang Keynes


Selain Fisher, teori permintaan uang juga dikemukakan oleh John Maynard Keynes. Keynes
menyebutkan bahwa masyarakat memiliki tiga motif dalam memegang uang, yaitu:
1) Motif transaksi
Masyarakat memegang uang dengan tujuan melakukan transaksi ekonomi atau konsumsi
sehari-hari. Dorongan untuk melakukan kegiatan membeli barang maupun jasa adalah
penerapan dari motif ini.
2) Motif berjaga-jaga
Masyarakat memegang uang dengan tujuan melakukan pembayaran– pembayaran tidak
terduga di masa yang akan datang. Misalnya untuk pembayaran saat sakit atau
kecelakaan.
3) Motif spekulasi
Masyarakat melakukan kegiatan spekulasi dengan membeli produk-produk investasi di
pasar modal dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Produk-produk investasi tersebut contohnya adalah saham, obligasi, dan reksadana.

2. Kurva permintaan uang


Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga sifatnya sangat berbeda dengan
tujuan spekulasi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga ditentukan oleh
pendapatan masyarakat atau pendapatan nasional, sedangkan permintaan uang untuk tujuan
spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga.
a. Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga
Hubungan pendapatan terhadap permintaan uang dapat kamu lihat pada kurva berikut ini.

Dari kurva permintaan tersebut tampak bahwa makin tinggi pendapatan, makin besar
permintaan uang untuk kedua tujuan tersebut. Sementara itu, pada saat pendapatan sebesar
Ya, maka jumlah uang yang diperlukan untuk transaksi dan berjaga-jaga sebesar Ma. Tetapi
bila pendapatan nasional Yb maka uang yang diperlukan sebesar Mb.

b. Permintaan uang untuk spekulasi


Guna memperjelas pemahamanmu terhadap permintaan uang untuk spekulasi, perhatikan
kurva berikut ini.
Kurva permintaan uang untuk spekulasi menunjukkanbahwa makin tinggi tingkat bunga (ia),
makin kecil permintaan uang (Mb), sebaliknya makin rendah tingkat bunga (ib), makin besar
permintaan uang (Mb). LP pada gambar tersebut menunjukkan kurva preferensi likuiditas.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang


1) Besar-kecilnya pembelanjaan negara yang berkaitan dengan pendapatan masional
2) Cepat atau lambatnya laju peredaran uang
3) Motif-motif masyarakat dalam memiliki uang
Menurut J. M. Keynes dalam teori liquidity preference, permintaan uang bergantung pada tiga
motif :
a. Permintaan uang untuk tujuan transaksi (transaction motive)
Artinya dapat disimpulkan bahwa dengan memegang uang tunai seseorang atau
perusahaan dapat mempermudah kegiatan jual beli barang atau jasa dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Permintaan untuk tujuan berjaga-jaga (precautionary motive)
Yaitu permintaan uang yang didorong oleh keinginan untuk berjaga-jaga dalam
menghadapi situasi yang tidak terduga dan diluar perencanaan.
c. Permintaan untuk tujuan spekulasi (speculative motive)
Artinya ditentukan oleh tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka semakin
rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk tujuan spekulasi. Sebaliknya, semakin
rendah tingkat bunga maka semakin besar keinginan masyarakat untuk menyimpan uang
kas.

B. Penawaran uang
1. Definisi penawaran uang
Berarti sejumlah uang yang ditawarkan kepada masyarakat. Jumlah uang yang ditawarkan
sama artinya dengan jumlah uang yang beredar atau persediaan uang tunai dalam suatu
perekonomian. Adapun total nilai uang dalam peredaran bergantung pada definisi penawaran
yang digunakan. Definisi sempit dari penawaran uang hanya mencakup aktifa-aktifa yang
digunakan dalam bentuk likuiditas (aktifa-aktifayang dapat digunakan untuk membiayai suatu
transaksi secara langsung, misalnya uang ketas dan uang logam). Definisi luas dari penawaran
uang mencakup aktifa-aktifa lain yang kurang likuid, tetapi masih dianggap penting dalam
menyokong pembelajaan, misalnya banyak deposito hari tuayang harus ditarik dan dikonversikan
terlebih dahulu ke dalam bentuk uang kertas dan uang logam sebelum dapat digunakan.

2. Kurva penawaran uang


Penawaran uang pada umumnya berasal dari bank, dalam hal ini bank akan memberikan
kredit kepada masyarakat. Oleh karena itu tingkat suku bunga (r) sangat berpengaruh dalam
penawaran uang. Untuk lebih jelasnya perhatikan kurva penawaran uang berikut:
Pada saat tingkat suku bungan r0 penawaran uang pada bank umum adalah M0, dan ketika tingkat
suku bunga naik menjadi r1 maka jumlah penawaran uang di bank umum menjadi M1.

3. Faktor yang mempengaruhi penawaran uang


a. Kebiajakan moeter
b. Kebijakan pemerintah
c. Sistem pembayaran
d. Tingkat pendapatan masyarakat
e. Tingkat suku bunga
f. Harga barang
g. Selera konsumen
h. Jenis kekayaan yang dimiliki masyarakat

Anda mungkin juga menyukai