KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
14
Kompetensi tersebut berasal dari pendidikan atau pelatihan,
seseorang tersebut dapat tercapai (Payong , 2011: 17). Hal ini sejalan
pendidikan guru yaitu diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), dan apabila
15
pada kegiatan belajar. Menurut Brundrett dan Silcock (2002: 45)
analisis PISA 2003 (Ljubetic, 2012: 2). Johnson (1979: 548) berpendapat
tentang strategi mengajar, dan umpan balik tentang pembelajaran yang telah
dilakukan.
16
pengetahuan yang mendukung keprofesionalan guru, yaitu meliputi ranah
dan prinsip).
pengajaran kreatif), mengajar dengan hati, memahami orang lain dan diri
sendiri, dan bekerja sama dengan orang lain. Sementara kompetensi guru di
Belanda menekankan pada tiga bidang utama profesi guru yaitu keahlian
17
standar yang harus dikuasai guru yaitu proses pembelajaran harus dapat
knowledge dengan standar guru matematika yang baik yaitu memiliki dasar
18
diampu dan bagaimana mengajarkan materi bidang studi tersebut, guru
guru berpikir secara sistematis dalam praktik dan belajar dari pengalaman,
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
1) Kompetensi Pedagogik
yang matang (Jumadi, Prasetyo, & Wilujeng, 2013: 9). Peran pendidik di
19
peseta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
apa yang tidak diketahui oleh siswa, cara menjadikan siswa lebih
terampil, dan cara membentuk sikap siswa, cara berbicara dengan siswa,
tidak tahu menjadi tahu dan siswa yang tidak terampil menjadi mahir.
20
b) Menggunakan pelajaran up-to-date
seperti buku, artikel, serta teknologi seperti software atau hardware) dan
21
b) Pengetahuan dalam metode pengajaran dalam bentuk mengetahui
mendidik.
kepentingan pembelajaran.
22
f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
didik.
pembelajaran.
pembelajaran.
sebagai berikut :
mendidik.
c) Pengembangan kurikulum
23
Guru merumuskan kompetensi pedagogik sebagai seperangkat
b) Perancangan pembelajaran
c) Pelaksanaan pembelajaran
2) Kompetensi Profesional
24
memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi
yang ditetapkan (Mulyasa, 2013: 42). Epstein dan Hundert (2002: 226)
25
a) Mengidentifikasi kebutuhan peningkatan profesional diri sendiri dan
efektif
keprofesian
inti, yaitu:
26
Kompetensi inti profesional tersebut dirangkum oleh Badan
sikap, dan keterampilan tentang struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
guru dalam menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
keprofesionalan.
mata pelajaran Matematika yang harus dikuasai oleh guru SMP/MTs, dan
27
c) Menggunakan logika matematika.
j) Menggunakan trigonometri.
terdapat pada kisi-kisi soal seleksi PPG SM3T 2015 (Kemdikbud, 2015c:
a) Logika Matematika
Grup, Sistem Bilangan Real, Fungsi, Galat Mutlak dan Galat Relatif
28
c) Limit, Turunan, Integral, Persamaan Differensial
Transformasi
Bidang
a) Logika Matematika
Logaritma.
29
3) Kompetensi Sosial
harus diberikan dari jenjang dasar sampai pada pendidikan tinggi untuk
30
Kompetensi sosial bagi seorang guru merupakan salah satu daya
kompetensi sosial dan emosi guru dalam mengatur nada di kelas dalam
sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. BSNP
31
Pencapaian Standar Nasional Pendidikan: Standar Kualifikasi Akademik
berikut:
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali dan
4) Kompetensi Kepribadian
Moore (2004: 38) berpendapat bahwa guru yang baik adalah guru
32
dengan pekerjaannya. Stronge (2007: 116) berpendapat bahwa banyak
tampilan fisik.
sekolah.
33
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005
dan berwibawa.
34
c. Penilaian Kompetensi Guru
membantu guru menjadi lebih baik dalam mengajar. Evaluasi guru harus
Menurut Rebell (1986: 376-377) standar tes untuk guru harus dapat
pengetahuan minimum dari isi subjek, tetapi sesuai dengan standar yang ada
kompetensinya
35
Di Indonesia sebagai sarana dalam penilaian dan evaluasi, guru
Guru (PKG).
(Kemdikbud, 2015b: 7). Dari capaian ketuntasan hasil UKG pada pokok
materi yang diujikan akan dilakukan pemetaan kompetensi guru yang akan
pelatihan yang harus diikuti oleh guru dalam program pembinaan dan
studi sertifikasi (bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai
36
martabat guru, dan sebagai dasar pengembangan kompetensi (Kemdikbud,
2015b: 5-6).
dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, PKG adalah penilaian dari
tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir,
Akademik dan Kompetensi Guru bahwa pelaksanaan tugas utama guru tidak
2010: 3):
fungsi sekolah/madrasah.
37
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun
tersebut.
kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai
domain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan Peraturan
PKG dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai input
(PKB). Hasil PKG juga merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit
38
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
2. Kecemasan Matematika
khusus pada saat tes. Siswa berprestasi rendah biasanya akan merasa cemas di
sekolah, bahkan siswa yang mampu dan berprestasi juga merasa cemas, bahkan
mungkin merasa takut kurang sempurna pada tugas sekolah (Slavin, 2018:
(Thompson, Robertson, Curtis, & Frick, 2013: 222). Menurut Ramirez, Chang,
39
Maloney, Levine, dan Beilock (2016: 83) kecemasan dalam pembelajaran
dampak negatif pada pengetahuan siswa. Berman dan Grahman (2018: 120)
menghambat pemebelajaran.
matematika terkait dengan nilai tes matematika yang rendah pada, namun tidak
semua individu yang cemas dalam matematika juga buruk pada prestasi
matematika (Lyons & Beilock, 2012). Hal ini berarti bahwa kecemasan
sebuah level dimana siswa menarik diri dari pembelajaran yang akan datang,
40
keterlibatan siswa dalam mempelajari matematika, kesulitan memahami materi
tua dan guru dapat juga secara tidak sengaja menyampaikan pesan yang
kontradiktif, dan ini dapat menjadi sumber kecemasan dan keraguan diri pada
Menurut Sousa (2014: 167-173) ada lima hal yang berkontribusi terhadap
kecemasan matematika :
41
4) Budaya kelas; Merupakan norma-norma dan perilaku yang secara teratur
memiliki fleksibilitas dalam proses pengujian dan sebagai hasilnya tes tidak
kecemasan mereka (Zakaria, Zain, Ahmad, & Erlina, 2012: 1828). Guru dapat
kecemasan pada pembelajaran dan prestasi, dengan membuat iklim kelas yang
serta soal tes yang dimulai dengan masalah yang mudah (Slavin, 2018: 259).
normal terhadap situasi hidup. Kecemasan menjadi masalah ketika hal itu
instan, dan dampaknya sangat terasa secara fisiologis, perilaku, dan psikologis
42
semua berlangsung pada saat yang sama dinamakan kecemasan. Gejala
tugas (Chinn & Ashcroft, 2017: 40). Arem (2010: 1) berpendapat bahwa gejala
kecemasan matematika yaitu emosi negatif, mental, atau reaksi fisik terhadap
110) adalah mengenai beberapa hal pada area kognitif dan afektif dari
saat seseorang merasakan gelisah dan khawatir yang dipicu oleh keadaan
tidak tentu, menyebar, tidak pasti, dan sering tanpa bentuk yang terbentuk dari
43
ancaman atau bahaya dinamakan kecemasan. Kecemasan sebagai rangkaian
khas, seperti berusaha untuk melarikan diri dari bahaya, serta menunjukkan
suatu respon negatif saat berhadapan dengan segala hal yang berhubungan
pembelajaran, serta saat tes matematika. Hal ini ditunjukkan melalui aspek
kognitif (gangguan dalam berfikir), afektif (emosi atau perasaan negatif), dan
44
3. Sikap terhadap Matematika
Salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh siswa pada abad 21 yaitu
penelitian oleh Benken, Ramirez, Li, dan Wetendorf (2015: 14) menganjurkan
matematika yang tidak hanya fokus terhadap konten dan keterampilan, tetapi
mengembangkan sikap positif terhadap matematika (Seto, 2016: 96). Hal ini
matematika.
Fishbein, dan Ajzen (1975: 131) berpendapat bahwa sikap muncul antara
konsep keyakinan, niat berprilaku, dan perilaku, dan melalui hubungan diantara
mempengaruhi respon seseorang terhadap semua objek dan situasi yang saling
terhadap objek, situasi, institusi, seseorang atau ide tertentu dinamakan sikap.
Sikap bisa memiliki dimensi emosi, namun sikap bukanlah emosi. Sikap
bisa sangat dipengaruhi oleh perilaku masa lalu dan bisa mengarah pada
perilaku di masa depan, sikap tidak sama dengan perilaku. Salah satu cara
untuk mengukur sikap adalah dengan mengamati aspek perilaku (Reid, 2015:
45
12). Kollosche (2017: 182) berpendapat bahwa siswa dengan sikap positif
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
makna sikap meluas pada perilaku atau tindakan yang dipengaruhi oleh objek
dalam merespon secara positif atau negatif objek, situasi, konsep, atau orang
tertentu pada ranah kognitif, afektif, dan konatif. Krech et al (1962, 140)
yang dilakukan oleh Mahanta (2012: 162) menunjukkan bahwa sikap positif
adalah subjek yang penting yang dapat membantu mereka pada karir masa
depan mereka.
46
Popham (1995: 179-180) berpendapat bahwa sikap perlu ditingkatkan
satu indikator dari prestasi matematika (Quaye, 2015: 60). Penemuan dari
dan prestasi, dan sudut pandang dari siswa itu sendiri. Sikap terhadap
207)
Menurut Nitko dan Brookhart (2007: 451) bahwa dalam menilai sikap
tidak bisa dilihat secara langsung namun bisa melalui tindakannya atau melalui
kuesioner tentang sikap. Sikap tidak dapat diukur secara langsung tetapi perlu
disimpulkan dari niat, persepsi, dan tingkah laku (Leder, 2017: 210). Majid
47
langsung dapat dilakukan dengan penilaian diri yaitu dengan cara meminta
sebagai bagian dari target belajar dapat didefinisikan dari keberhasilan siswa.
Tes merupakan salah satu cara untuk mengukur prestasi belajar siswa
dari aspek pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari peserta didik di
sekolah (Johnson & Johnson, 2002: 278; Reynolds, Livingston, & Wilson,
2009: 300; Djamarah, 2010: 96). Menurut Miller, Linn, dan Gronlund (2009:
28) bahwa tes merupakan jenis penilaian yang terdiri dari beberapa set
pertanyaan yang diberikan pada suatu periode waktu dan dalam kondisi yang
sudah dirancang. Soal tes terstandar yang digunakan di berbagai sekolah dapat
wilayah atau negara, tes yang standar juga bisa digunakan sebagai evaluasi
48
belajar (Johnson & Johnson, 2002:59; Reynolds, Livingston, & Wilson, 2009:
301).
siswa (-.432), sikap (.216), gender (-.113), dan lokasi sekolah (-.291).
penting prestasi belajar siswa selain kemampuan awal siswa dan faktor
1) Siswa; Sekitar 50% dari prestasi belajar siswa, variabel ini mempunyai
2) Rumah; Sekitar 5-10% pada prestasi belajar siswa, efek rumah berhubungan
dengan motivasi yang melibatkan orang tua atau pengasuh dan cara
3) Sekolah; Sekitar 5-10% dari varians, komponen yang melekat pada suatu
fasilitas didalamnya.
49
6) Kepala sekolah; Karena kepala sekolah berpengaruh pada iklim sekolah
siswa.
pelajaran ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem tahun
prestasi belajar terhadap siswa SMA Negeri 1 Wewewa Timur dan SMK
50
2. Keterkaitan Kompetensi Guru dengan Sikap terhadap Matematika
matematika.
b. Penelitian yang dilakukan Farooq dan Shah (2008: 79) mengenai hal
laki disimpulkan bahwa guru berpengaruh sebesar 39,59 dan pada siswa
dan sikap siswa terhadap matematika. Sikap positif guru membuat siswa
d. Dacadas dan Lay (2018) menyatakan bahwa dukungan secara afektif dari
51
3. Keterkaitan Kompetensi Guru dengan Kecemasan Matematika Siswa
52
d. Sarfo dan Adusei (2016) menyatakan bahwa kecemasan matematika
menemukan bahwa ada korelasi antara level kecemasan yang tinggi dan
(r=0,16, p<0,001).
matematika adalah salah satu diantara prediktor pada prestasi siswa pada
level medium. Serta terdapat hubungan negatif antara prestasi dan sikap
53
terhadap matematika, dimana prestasi matematika siswa Maldieves yang
rendah, tetapi sikap dari responden pada penelitian ini cukup positif.
sikap yang tinggi, juga mendapatkan skor yang bagus pada ujian
f. Hattie dan Yates (2014: 39) menyatakan bahwa berdasarkan data BTES
meningkat.
a. Penelitian oleh Kargar, Tarmizi, dan Bayat (2010: 537) menunjukkan ada
54
c. Penelitian oleh Gresham (2009: 26) menyatakan bahwa calon guru yang
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil kajian teori, faktor eksternal seperti kompetensi guru akan
matematika juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Serta ada
Kecemasan matematika pada penelitian ini mencakup aspek kognitif, afektif, dan
somatik. Sikap terhadap matematika pada penelitian ini mencakup aspek kognitif,
55
Kognitif Afektif Somatik
Kompetensi
pedagogik
Kecemasan
matematika
Kompetensi
profesional
Kompetensi Prestasi Nilai
Guru
Kompetensi
sosial
Sikap
matematika
Kompetensi
kepribadian
56
Notasi Keterangan
(lamda) Hubungan antara indikator 2 (kompetensi profesional) dengan variabel
eksogen 1 (kompetensi guru)
(lamda) Hubungan antara indikator 3 (kompetensi sosial) dengan variabel eksogen
1 (kompetensi guru)
(lamda) Hubungan antara indikator 4 (kompetensi kepribadian) dengan variabel
eksogen 1 (kompetensi guru)
(lamda) Hubungan antara indikator 1 (nilai metematika) dengan variabel endogen
3 (prestasi belajar matematika)
(lamda) Hubungan antara indikator 2 (kognitif) dengan variabel endogen 2 (sikap
terhadap matematika)
(lamda) Hubungan antara indikator 3 (afektif) dengan variabel endogen 2 (sikap
terhadap matematika)
(lamda) Hubungan antara indikator 4 (konatif) dengan variabel endogen 2 (sikap
terhadap matematika)
(lamda) Hubungan antara indikator 5 (kognitif) dengan variabel endogen 1
(kecemasan matematika)
(lamda) Hubungan antara indikator 6 (afektif) dengan variabel endogen 1
(kecemasan matematika)
(lamda) Hubungan antara indikator 7 (somatik) dengan variabel endogen 1
(kecemasan matematika)
(delta) Measurement error dari indikator variabel eksogen
(epsilon) Mmeasurement error dari indikator variabel endogen
(zeta) Kesalahan dalam persamaan, yaitu antara variabel eksogen/endogen dan
variabel endogen
57
D. Hipotesis Penelitian
58