Anda di halaman 1dari 2

MATERI PELKAT 13 – 16 JUNI 2023

Pembacaan : Yesaya 35 : 9 - 10

Tema : “SUKACITA UMAT TUHAN”

1. Semua orang pasti mau hidup dalam sukacita. Apakah ibu-ibu, bapak-bapak, saudara-
saudara mau hidup dalam sukacita? Tentu sangat mengingini hidup dalam sukacita, bukan?
Tapi kenyataannya berbeda. Tidak ada orang yang steril dari dukacita (dalam arti yang luas).
Semua orang mengalami dinamika hidup dalam suka dan duka. Itulah kenyataan alami –
khalikah yang (suka atau tidak suka) harus dihadapi oleh setiap orang. Persoalan yang lebih
penting adalah sukacita yang bagaimana yang harus kita capai? Sukacita duniawi atau
sukacita sorgawi? Sukacita dalam arti bersenang-senang saja atau sukacita dalam arti
kelegaan iman? Mari kita cermati dalam bacaan tadi (ay.10) dalam mkonteks historis pada
zamannya (konteks perikop dan konteks sejarah).

2. Alasan Bersukacita ay.10 (yang sinonim dengan “bersorak-sorai” dan “bergirang” dan
berlawanan dengan kedukaan dan keluh) tidak bisa dilepaskan dari konteks sejarah yang
diungkapkan dalam pasal-pasal sebelumnya (Yes.28-34). Di situ Yesaya melukiskan (berulang-
ulang) bagaimana Allah menghukum dan membinasakan bangsa-bangsa asing di sekitarnya
(bangsa Asyur, Babel, Edom, Mesir) yang selalu mengancam, menjajah dan memperhamba
umat-Nya. Nubuat hukuman bagi bangsa-bangsa berarti kelepasan bagi umat-Nya dan ini
jelas membawa sukacita besar bagi umat-Nya. Gambaran di atas (Yes. 28-34) direkonstruksi
lagi dalam Yes.35 : 1-10 (termasuk bacaan tadi), di mana pada satu pihak digambarkan
keadaan umat seperti gurun, padang kering, tangan yang layu dan loyo (sangat lelah), lutut
gemetar, sebagai orang-orang yang tawar hati (skeptis). Maksud gambaran-gambaran
tersebut : umat-Nya dicekam ketakutan, keputus-asaan dan nyaris kehilangan pengharapan.
Pada pihak lain secara paradoks digambarkan penebusan umat-Nya (dengan menghukum
bangsa-bangsa lain). Penebusan di sini sama dengan pelepasan dan menyelamatkan umat-
Nya dari cengkeraman bangsa-bangsa yang kejam dan bengis (yang menimbulkan banyak
kedukaan dan keluhan atau penderitaan dan kepahitan hidup, ay.10b). Semua perbuatan
Allah yang ajaib itu sungguh menjadi sukacita besar bagi umat-Nya. Karena bisa pulang
kembali ke Sion (Yerusalem). Itu yang diungkapkan pada ay.4 : bahwa Allah akan datang
dengan pembalasan, ....! Ia sendiri datang menyelamatkan kamu. Di sini umat-Nya diberi
pemahaman tentang anugerah keselamatan yang luar biasa.

3. Jadi jelas bahwa sukacita di sini, bukan sukacita duniawi, atau sekedar bergembira sesaat
(temporer), tetapi sukacita iman yang esensial. Umat-Nya bersukacita karena diberi
“anugerah keselamatan”. Dalam konsepsi Alkitab, anugerah keselamatan Allah sama dengan
mahkota kehidupan kekal, yang dalam bacaan tadi (tema kita) disebut sukacita abadi (yang
dalam bahasa Ibrani disebut : Syimhat Olam – everlasting joy of salvation). Sukacita abadi
dalam Alkitab bahasa Inggris : everlasting joy of salvation will crown their heads. Ini
terjemahan bagus. Dan umat-Nya yang dimahkotai dengan sukacita abadi, akan hidup di Sion
dalam suasana syalom (dalam suasana peace and prosperity – dalam kedamaian dan
kesejahteraan). Suasana syalom digambarkan dalam bahasa puitis pada ay.9 : “di situ tidak
akan ada singa, binatang buas tidak akan menjalaninya dan tidak akan terdapat di sana,
orang –orang yang diselamatkan akan berjalan di situ. Artinya, orang-orang yang dianugerahi
sukacita abadi, terpanggil untuk hidup dalam syalom Allah. Kalau tetap hidup dalam
kegelapan, maka mahkota sukacita di ambil kembali oleh Allah.
MATERI PELKAT 13 – 16 JUNI 2023

4. Dalam ibadah-ibadah kebangunan rohani sering kali sapaan pembuka dari si pengkhotbah
demikian : Saudara-saudara seiman apa ada sukacita? Biasanya jawaban jemaat yang hadir
spontan dan penuh semangat, puji Tuhan / haleluya, yang tentu maksudnya ‘ya ada sukacita’.
Pertanyaan dan jawaban itu memang bagus, tetapi kadang-kadang ucapan demikian hanya
bersifat verbal, basa-basi, cuma bikin ramai. Padahal arti dan makna sukacita menurut
kesaksian nabi Yesaya, luar biasa, sangat esensial bagi orang-orang percaya. Alasan umat
bersukacita adalah anugerah penebusan Allah bagi umat-Nya dari penderitaan dan beban-
beban kehidupan. Anugerah penebusan dan keselamatan itu diberikan oleh Allah
berdasarkan kasih setianya, bukan karena jasa-jasa dan kesempurnaan kita. Bagi kita sebagai
orang-orang percaya sukacita abadi (kehidupan kekal) itu Tuhan anugerahkan melalui
penebusan Anak-Nya, Yesus Kristus di kayu salib. Dialah jalan kebenaran dan hidup. Tidak
ada yang sampai kepada Bapa di sorga kalau tidak melalui Yesus. Mari sambut anugerah
sukacita abadi dengan penuh ucapan dan persmebahan syukur. Dan mari kita terjemahkan
anugerah sukacita abadi dari Kristus dalam iman dan moral yang benar / dengan hidup
sebagai orang-orang yang telah ditebus (orang benar). Dengan demikian, segala duka (yang
menyebabkan kita tidak hidup dalam kasih) dan keluh menjauh (ay.10b). Kita juga terpanggil
mengisi momen-momen hidup sukacita dengan sukacita abadi. Supaya kita boleh bersuka
secara benar. Selanjutnya anugerah sukacita abadi dari Kristus mesti menjadikan kita tetap
teguh iman tangguh menghadapi segala tantangan-tantangan hidup.
Anugerah sukacita abadi mesti membakar sukacita pelayanan kita untuk ber-pelkes, dst.....
contoh-contoh...
Akhirnya mari kita implikasikan anugerah sukacita abadi itu dalam kehidupan dalam syalom,
sebagaimana disiratkan pada ay.9 bacaan tadi. Dst.....!

Anda mungkin juga menyukai