Anda di halaman 1dari 3

Khotbah Tertulis

Akhir Yang Bahagia


(Wahyu 7:9-17)

Syalom bagi kita semua, bahan khotbah kita pada hari ini diambil dari Wahyu
7:9-17. Beginilah firman Tuhan... Sampai disini pembaca firman kita pada hari ini.
Maka tema kita pada hari ini ialah “akhir yang bahagia”.
Kitab Wahyu yang merupakan salah satu Kitab yang ditulis oleh Rasul
Yohanes sekitar tahun 90-96 M. Kitab ini juga merupakan satu-satunya kitab di
Perjanjian Baru yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu (Apokaliptis).
Latarbelakang penulisan kitab ini saat itu Kaisar Domitianus menuntut agar semua
warga memanggil dia “Tuhan dan Allah”. Sehingga kita dapat mengetahui bagaimana
orang-orang percaya kepada Yesus Kristus pada saat itu mengalami penganiayaan
karena integritas mereka, iman mereka. Sehingga salah satu tujuan kitab ini ditulis
ialah untuk meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus
Kristus, serta memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan
tinggal setia sampai mati sekalipun. Dan akhir dari kesetiaan yang dilakukan setiap
orang yang percaya kepada Yesus Kristus akan memperoleh “akhir yang bahagia”
sesuai dengan yang telah Allah tetapkan.
Pada zaman modern ini, jika pemuda-pemudi diperhadapkan dengan
pertanyaan “apa yang kau inginkan di dunia ini?” maka jawaban yang akan kita
dengar salah satunya ialah “mencapai akhir yang bahagia”. Namun pemakanaan akan
akhir yang bahagia bagi pemuda-pemudi pada saat ini masih terlalu miris. Dapat
dilihat bagaimana muda-mudi yang masih setia untuk hidup lingkaran kenyamanan.
Kenyamanan yang dimaksud ialah hidup dengan tidak berintergritas, melihat situasi
dan kondisi. Tidak berani mengambil satu langkah untuk membuat resolusi
keimanannya.
Dalam Wahyu 7:9 mengatakan bahwa pada akhirnya semua suku, bangsa, dan
bahasa akan berkumpul di hadapan takhta Allah untuk memuji Allah. Disini kita
dapat melihat akhir dari semuanya ialah untuk kembali lagi kepada Allah dan bersatu
hanya untuk memuliakan Allah. Sebuah akhir yang disediakan Allah tidak habis
hanya disitu saja, pada ayat 16-17 merupakan puncak dari segalanya yaitu, tidak akan
menderita lapar lagi dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak menimpa
lagi, bahkan Allah sendiri yang akan menuntun dan menggembalakan dan tidak
ditemukan lagi air mata. Inilah akhir bahagia yang disuguhkan Allah bagi setiap orang
yang dapat bertahan sampai akhir dalam keimanannya atau dengan kata lain Allah
memberikan jaminan berupa akhir yang bahagia dalam kehidupan kekal.
Dalam mencapai akhir yang bahagia ternyata tidak semudah yang kita
pikirkan, seperti yang tertulis pada 1 Yohanes 2:3-6, sebagai pemuda-pemudi yang
telah mengaku mengenal Allah dalam hidupnya, kita diwajibkan untuk menuruti
perintah Allah, firman-Nya dan bahkan hidup sebagaimana Kristus hidup. Dengan
kata dituntut untuk benar-benar hidup seturut kehendak Allah, hidup di dalam koridor
otoritas Allah seutuhnya, dan hidup sebagaimana Kristus hidup yang artinya kita
harus hidup pada jalur keimanan Yesus semasa hidup-Nya. Inilah yang menjadi
langkah awal dari revolusi dari iman kita sendiri agar sungguh-sungguh hidup
berintegritas di dalam iman kepada Yesus Kristus.
Wahyu 7:13-14, memperjelas ketidakmudahan untuk mencapai “akhir yang
bahagia” yang Allah berikan, karena harus ada yang dilewati ataupun dirasakan
terlebih dahulu seperti yang tertulis dalam Matius 24:9 bagaimana kita akan
diserahkan supaya disiksa, dan akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa hanya
karena nama-Nya. Sebuah perjalanan yang harus dilalui untuk menunjukkan
ketetapan hati dan iman kita kepada Yesus Kristus.
Dalam menjalankan perintah Allah dalam kehidupan kita, mungkin saja
banyak pemuda-pemudi kesulitan karena tidak terbiasa ataupun belum menanggalkan
kedagingan kita sehingga mata kita tidak tertuju kepada Allah. Dapat dilihat banyak
kejadian yang terjadi kepada kaum pemuda/i pada saat ini yang rela meninggalkan
Yesus hanya untuk dapat bersanding dengan kekasihnya yang tidak seiman atau
bahkan meninggalkan iman kepercayaannya demi sebuah promosi jabatan. Inilah
“akhir yang bahagia” yang kita sering temukan dalam kehidupan sekarang yang
membawa kita kepada kefanaan karena hanya memberi dampak yang sementara
dalam kehidupan ini dan tidak menjamin “akhir yang bahagia” setelah kematian.
Maksud dari ini semua bukan berarti pemuda/i harus selalu hidup dalam
kesusahan ataupun penderitaan. Namun yang ingin ditekankan disini ialah bagaimana
pemuda/i lebih berani untuk memperkenalkan bahkan mempertahankan identitasnya
sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus dalam semua aspek kehidupan.
Menjalankan semua perintah Allah dan berintegritas. Karena seperti yang ditulis
dalam Yesaya 35:10 “dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan
masuk ke Sion dengan sorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka;
kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan
menjauh”. Amin

Nama : Yuni Carolina Br Sinulingga

Tingkat/Jurusan : III-A/Teologi

Mata Kuliah : Homiletika II

Anda mungkin juga menyukai