Anda di halaman 1dari 3

Khotbah Tertulis

Tema: Pelayan Yang Ideal

Nats: 2 Korintus 5:11-21

Metode: Ekspositori

Sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan, kita berdoa, Tiada hentinya- hentinya
kami mengucap syukur kepada Tuhan, sebab atas karunia-Mu kami dapat berkumpul di
tempat ini dengan tidak kekurangan suatu apapun. Sebentar lagi kami akan
mendengarkan sebagian dari fiman-Mu kiranya Roh Kudusmu yang menyertai kami dan
menjaga hati dan pikiran kami agar firman-Mu Tuhan dapat tumbuh dan berakar di dalam
kehidupan kami. Begitu juga Tuhan berkati hamba-Mu yang akan menyampaikan firman-
Mu Tuhan, kiranya Tuhan yang membimbing hamba-Mu untuk menyampaikan Firman-
Mu supaya memberikan kabar sukacita kepada setiap orang yang mendengarkan Firman-
Mu. Hanya ini doa kami Tuhan, kami panjatkan melalui anakmu yang Kudus Juruslamat
kami manusia yang hidup Amin.

Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Yesus Kristus, firman Tuhan yang
menyampa kita pada pagi hari ini, diambil dari 2 Korintus 5:11-21. Siapa yang sudah
dapat katakan Haleluya!. Tema kita pada pagi hari ini ialah Pelayan yang Ideal. Paulus
menuliskan kitab Korintus kepada jemaat Korintus dengan maksud dan tujuan
memperjelas kepada jemaat disana bahwa dia bukan nabi-nabi palsu melainkan nabi yang
sesungguhnya. Karena pada konteks saat itu, Paulus melihat di Korintus adanya
pengajaran dari nabi-nabi palsu. Bukan hanya itu jemaat di Korintus juga beranggapan
bahwa Paulus adalah nabi palsu. Disamping itu, Paulus menekankan bahwa Tuhan akan
selalu ada disaat mengalami masa yang sulit. Paulus menilai bahwa pelayan-pelayan di
Korintus mulai mengalami kekendoran, pelayan pada konteks saat itu udah tidak seperti
layaknya seorang pelayan. Nah, ini sebenarnya di tekankan Paulus dalam nats ini.
Bagaimana sebenarnya menjadi pelayan yang ideal.

Menjadi seorang pelayan tidaklah mudah, apalagi menjadi seorang pelayan yang
ideal. Pelayan yang ideal bukan hanya dituntut atau dilihat dalam segi berkhotbah,
membawakan sermon, Pjj dan sebagainya. Kunci kesuksesan menjadi seorang pelayan
yang berperan besar ialah sikap. Mungkin pada saat ini kita mengabaikan sikap
bagaimana seharusnya menjadi seorang pelayan. ada beberapa sikap yang diperhatikan
untuk menjadi seroang pelayan yang ideal. Yang pertama, Takut akan Tuhan, yang
menjadi kunci kesuksesan bagi seroang pelayan ialah takut akan Tuhan. Takut disini
bukan dalam artian perasaan yang menimbulkan kegelisahan yang tak menentu tapi lebih
kearah taat, patuh atas perintah-perintah Allah. Dalam Amsal 14:27, dikatakan takut akan
Tuhan sumber kehidupan. Seorang pelayan terkadang mengalami kemerosotan dalam
dirinya sendiri, sebab pelayan itu tidak lagi takut akan Tuhan. Sebagai seorang pelayan,
harus mampu menunjukkan bagaimana sikap menjadi seorang pelayan yang takut akan
Tuhan walaupun banyak anggap-anggapan tidak tidak enak didengar. Dalam 2 Korintus
5:11 dikatakan kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha
meyakinkan orang. Jadi, sebelum seorang pelayan memberitakan firman Allah,
seharusnya terlebih dahulu yakinkan pada diri sendiri apakah kita sudah takut akan Tuhan
atau belum ? agar kita bisa meyakinkan orang lain. Yang kedua, tidak memegahkan diri,
Nah, dalam hal inilah yang sulit dihilangkan dalam diri seseorang bahkan seorang
pelayan pun terkadang memegahkan dirinya sendiri. Memegahkan diri artinya,
meninggikan dirinya sendiri, menganggap bahwa dialah yang paling benar, cepat berpuas
diri.

Di 1 Korintus 3:21 dikatakan bahwa karena itu janganlah ada orang yang
memegahkan dirinya atas manusia. Jelas bahwa Tuhan sangat tidak suka dengan orang
yang memegahkan dirnya sendiri apalagi kita manusia pasti sedikit ada risih jika bertemu
dengan orang mempunyai sifat memegahkan diri. Sifat memegahkan diri sebaiknya
dihilangkan dalam setiap diri orang apalagi seorang pelayan. Seorang pelayan yang ideal,
mampu menjadi seroang yang bisa diteladani oleh orang-orang sekitarnya. Dalam Efesus
2:9, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri. Setiap
pekerjaan yang kita kerjakan bukan hanya semata-mata dari hasil kerja keras kita
melainkan kehendak Tuhan yang berkuasa dalam kita sehingga tidak ada alasan bagi kita
untuk memegahkan diri di hadapan orang lain. Yang ketiga, dapat menguasai diri, dalam
hal ini mungkin masih banyak orang bahkan seorang pelayan pun terkadang tidak dapat
menguasai dirinya. Timbul pertanyaan, menguasai dalam segi apa ? menguasai diri disini
dapat diartikan dalm segi mampu menahan nafsu akan sesuatu, tidak terlena dengan apa
yang telah didapatkan. Menguasai diri juga dapat diartikan dalam hal, kemarahan, emosi,
dll. Dalam Titus 2:6, nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala
hal. Seorang pelayan mampu menguasai diri dalam segala hal. Jadi ketika seorang
pelayan telah mampu menguasai dirinya sendiri maka mampu jugalah meguasai orang di
sekitar kita. Dan yang terakhir, tidak merendahkan diri orang lain. Sikap pelayan yang
ideal janganlah sesekali merendahkan diri orang lain, apalagi di hadapan orang lain.
Sebab di Lukas 18:14, sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan
baarangsiapa merendahakan diri, ia akan ditinggikan. Jadi dalam hal ini, kita sebagai
seorang pelayan haruslah mampu menjadi pantutan bagi setiap orang, bukan hanya dalam
sebagai pelayan Tuhan tetapi juga dalam setiap pekerjaan kita, karena setiap pekerjaan
adalah suatu yang harus dipertanggungjawabkan. Ada pepatah mengatakan, bukan sifat
yang menentukan kesuksesan dalam segala hal tetapi sikap yang menentukan dalam
segala hal. Amin. Kita berdoa, kami sungguh bersyukur punya Allah seperti engkau,
karena atas berkat kami telah mendengarkan sebagian dari firman-Mu kiranya firman-Mu
ini dapat bertumbuh dan berakar dalam kehidupan kami, sehingga kami layak disebut
sebagai anank-Mu saja, dalam Kristus Yesus kami berdoa dan mengucap syukur Amin.

Basto Edi Suranta Kaban

Anda mungkin juga menyukai