Anda di halaman 1dari 3

Membangun Integritas dan Strategi Hamba

Tuhan dalam Pelayanan


1. Asal Pelayanan: Allah (1 Timotius 1:12; 1 Tesalonika 2:4)
Suatu pelayanan yang murni harus berasal dari Allah, bukan dari manusia (2 Korintus 5:18; 1 Timotius
1:12). Jadi, suatu pelayanan terjadi atas inisiatif Allah. Oleh karena itu, seorang pelayan pertama-tama
bertanggung jawab penuh kepada Allah. Dengan kata lain, pelayanan bukan untuk menyenangkan
manusia tetapi untuk menyenangkan Allah (1 Tesalonika 2:4; Galatia 1:10).

2. Motivasi Pelayanan: Kasih (Matius 22:37-39)


Ada 3 alasan seseorang mau mengerjakan suatu pekerjaan:
 Kewajiban / keharusan -> Budak
 Keuntungan / imbalan -> Karyawan
 Kasih -> Pelayanan Tuhan
hanya kasih kepada Allah dan manusia yang dapat membuat kita bertahan dalam pelayanan. Hanya
kasih yang dapat membuat seorang hamba Tuhan bisa mengutamakan orang lain dan membuat tidak
memanfaatkan orang lain untuk tujuan-tujuannya sendiri. Pelayanan Paulus dipenuhi dengan kasih
Kristus (2 Korintus 5:14) dan dorongan kasih inilah yang membuatnya bertahan dalam pelayanan
ketika segala sesuatunya menjadi sukar.

3. Sifat Pelayanan: Melayani (Matius 20:20-28)


Dalam gereja mula-mula, hamba Tuhan adalah seorang pelayan, bukan sekedar petugas. Orang
Romawi dan Yunani menganggap bahwa pelayan adalah seorang yang tidak punya arti dan tidak
penting, yang melakukan segala sesuatu bagi orang lain yang lebih penting. Yesus dan para rasul
tahu akan hal ini, tetapi mereka tetap melihat diri mereka sebagai pelayan, karena hal tersebut benar.
Yesus mengosongkan diri-Nya dan menjadi seorang hamba bagi manusia yang hina, Dia datang untuk
melayani.

4. Ukuran Pelayanan: Salib (1 Petrus 2:18-25; Ibrani 12:1-4)


Pelayanan tanpa pengorbanan sama sekali bukan pelayanan yang sebenarnya. Dalam Markus 10:45,
Yesus memparalelkan dua hal: untuk melayani dan untuk memberi. Hubungannya jelas, yaitu
dalam pelayanan ada harga yang harus dibayar. Pelayanan tanpa pengorbanan tidak akan mencapai
hasil apa-apa.
Kesalahan sebagian orang adalah: melayani untuk melihat apa yang dapat mereka peroleh, bukan apa
yang dapat mereka berikan. Biasanya orang-orang ini cepat mengeluh dan cepat puas atas apa yang
telah mereka berikan (2 Korintus 11:23-32).

6. Tujuan Pelayanan: Kemuliaan Allah ( Efesus 1:12; 1 Korintus 10:31)


Segala sesuatu yang Allah lakukan, pada akhirnya adalah untuk kemuliaan-Nya. Tujuan karya Allah
adalah pujian kemuliaan-Nya (Efesus 1:6 , 12, 14).
Bila kita mempunyai tujuan seperti ini, pujian tidak akan membuat kita tinggi hati dan kritikan tidak
akan melemahkan kita. Keadaan sukar yang tidak dapat kita pahami dapat kita terima, selama Allah
dipermuliakan.

7. Resiko Pelayan
Melayani dalam pekerjaan Tuhan bukan suatu aktifitas atau tanggung jawab tanpa resiko. Sekiranya
ada beberapa hal perlu disadari:
a. Pengorbanan
Seorang pelayan Tuhan harus siap berkorban untuk apa saja yang Tuhan inginkan sebagai harga
yang harus dibayar. Barangkali Tuhan menuntut kita berkorban waktu, uang, perasaan, dan lain-
lain.
b. Kesepian
Sebagai kelompok minoritas di dunia yang penuh dengan dosa, kita dituntut untuk menyatakan jati
diri iman kristiani. Ada kalanya sikap dan cara hidup kita dianggap aneh dan terlalu sok suci,
sehingga orang menghindari kita. Saat itulah baru kita merasa sepi dan berat dalam menjalankan
tugas pelayanan. Situasi seperti ini pun sudah harus diperhitungkan kalau mau menjadi pelayan
Tuhan yang baik. Contoh yang baik adalah Ayub, dia kesepian dan sendiri saat semua milik dan
sekitarnya habis; hanya Tuhan saja yang memberikan penghiburan khusus kepadanya.
c. Kelelahan
Banyak pelayan Tuhan cepat bosan, lelah, jenuh, dan frustasi; karena mereka melayani dengan cara
kedagingan dan bukan dengan cara Kristus. Semua itu bisa timbul karena pikiran kita selalu
berkata: Saya melayani gereja atau organisasi dan bukan Tuhan Yesus sendiri. Jelas seperti ini
akan mudah lelah, letih, dan bosan.
d. Kritikan
Ingat, yang kita layani bukan barang, bukan sesuatu, melainkan seseorang, tetapi satu pribadi yang
utuh dan dikasihi Tuhan. Seringkali ada kesalahpahaman menilai maksud dan pikiran kita, sehingga
mereka protes, mengkritik dan senantiasa menyoroti sisi negatif pekerjaan kita. Bahkan semakin
tinggi posisi kita semakin tinggi resiko kritik yang datang, tapi inilah harga penyerahan diri kita
kepada Allah, seperti Kristus yang dalam melayani manusia disalah-mengerti oleh banyak orang,
bahkan difitnah.
e. Penolakan
Tidak semua orang senang dengan pelayanan kita, mereka bisa menolak kehadiran kita oleh sebab-
sebab tertentu. Dalam hal ini kita harus berhat-hati; kalau kita bersalah, segera perbaiki, tapi kalau
kita ditolak karena Injil, bersyukurlah (1 Petrus 2:18-21).

8. Ujian / Godaan Pelayanan /Tantangan


Hampir semua orang tidak senang dengan ujian, tetapi hal ini harus dihadapi sebagai tahap untuk
memasuki tingkat yang lebih tinggi. Dalam hal imanpun berlaku demikian. Melalui ujian akan semakin
jelas mutu iman kita dan semakin jelas mengapa kita mengikut dan melayani Yesus. Beberapa ujian
yang sering dihadapi dalam pelayanan, namun sekaligus sebagai bahaya yang harus diwaspadai setiap
pelayan Kristus, antara lain:
a. Kompromi
Sering kita dihadapkan dengan dilema, sehingga kecenderungan orang lebih memilih aman, lalu
menurunkan standar Allah hanya sekedar untuk menyenangkan orang tertentu atau untuk
mencapai tujuan yang semu. Ingat, kita harus menjunjung tinggi stndar Allah, jangan tergoda
untuk bersikap kompromi.
b. Ambisi
Banyak orang memulai pelayanan yang kecil dan sederhana dengan begitu tulus, sukarela, murni,
dan bersemangat. Tapi di kala kita dipercaya Allah untuk melakukan tugas pelayanan yang lebih
besar dan serius, kita mulai kehilangan kasih dan kemurnian kita menjadi luntur. Pelayanan kita
jadikan sebagai sirkuit untuk berlomba mencapai puncak prestasi, nama yang harum, jabatan yang
tinggi, dihargai, dan dihormati. Untuk mencapai ambisi tersebut tidak jarang kita mengorbankan
orang lain, sehingga pelayanan bukan lagi sebuah pelayanan seorang hamba, melainkan sebuah
standar prestasi dunia. Banyak sudah pelayan Tuhan yang jatuh dalam hal ini.
c. Keadaan yang Mustahil
Dalam pengalaman pelayanan, seringkali terjadi kondisi yang sulit, tidak ada jalan keluar yang
mustahil untuk dihadapi. Seperti Israel waktu keluar dari Mesir dikejar-kejar tentara Firaun.
Dihadapkan pada dilema: Maju terhalang laut, mundur berhadapan dengan tentara Mesir yang
kuat. Maju dan mundur sama-sama resikonya mati. Israel putus asa, namun Tuhan memberikan
mujizat-Nya melalui Musa yang penuh iman. Sebagai pelayan Tuhan kita harus memiliki iman
seperti Musa, bukan dengan kegagahan kuda dan tentara yang kuat, melainkan dengan hikmat dan
keperkasaan Tuhan kita harus terus maju.
d. Iri Hati
Keadaan seperti ini seringkali tanpa disadari muncul begitu saja dalam hati seorang pelayan
Tuhan. Khususnya kalau melihat keberhasilan orang atau organisasi lain, sedang diri sendiri tidak
mendapat yang diharapkannya. Sebagai contoh, oleh karena iri hati kepada Daud, maka Saul
menjadi semakin jauh dari Tuhan dan oleh karena iri hati saudara-saudaranya, Yusuf menderita.
Iri hati merupakan dosa yang bukan saja berdampak bagi kita pribadi, tapi bagi orang lain.
Waspadalah terhadap dosa ini.
e. Kesombongan
Seorang pelayan Tuhan yang sudah berada di atas, kalau tidak berhati-hati akan mulai terkikis
rasa kasih dan melihat semua rekan sebagai musuh yang harus disingkirkan. Dia mulai sombong
dengan jabatan dan penghasilannya, mulai tidak memandang muka kepada orang yang miskin dan
papa, merasa kesal dan terganggu kalau ada orang kalangan bawah membutuhkan pelayanannya.
Kalaupun dikerjakan, bukan dengan sungguh-sungguh tapi setengah hati. Semua pelayanan dinilai
dari ukuran pengaruh, materi, dan relasi. Ingatlah contoh ini, penghulu malaikat jatuh menjadi
iblis karena kesombongan, Adam dan Hawa jatuh dalam dosa karena kesombongan.
Untuk itu perlu berhati-hati terhadap Sikap-sikap ini:
 Mementingkan diri sendiri
 Popularitas
 Merasa selalu benar dan tidak pernah bersalah
 Merasa sangat diperlukan
f. tantangan lain
bagaimana mempersiapkan khotbah, liturgi dan jadwal pelayanan. Sangat diperlukan mengatur
waktu pribadi dan pelayanan. Manfaatkan waktu luang untuk membaca, berdiskusi dengan rekan
majelis, dan bekerja sama menjalankan pelayanan.

9. Senjata Pelayanan: Firman Tuhan, Doa, Roh Kudus


Firman Tuhan dan doa adalah merupakan alat Allah yang paling penting. Efesus 6:10-20 sangat jelas
mengingatkan hal ini. Jika kita mempelajari Alkitab namun tidak pernah berdoa, kita akan memiliki
sejumlah besar terang tanpa panas. Jika kita berdoa tapi tidak pernah belajar Alkitab, kita dapat
menjadi fanatik dan bersemangat tapi tidak memiliki pengertian (Roma 13:2).
a. Alkitab
Pelayan Tuhan yang tidak mengetahui isi Alkitab, sudah tentu merupakan kegagalan dalam
pelayanannya. Salah satu kualifikasi bagi seorang pelayan adalah cakap untuk mengajar (2
Timotius 2:2). Untuk bisa mengajar, maka harus belajar. Iptek bisa diketahui lewat buku-buku
karangan manusia, tapi pengenalan akan Allah hanya bisa diperoleh dari Alkitab. Hal ini harus
dilakukan dengan menggali isinya. Kita dapat mengambil kayu, jerami, rumput kering dari
permukaan tanah, dan itu bisa dilakukan tanpa perlu banyak berusaha. Jika kita menginginkan
emas dan permata, kita harus menggalinya.
b. Doa
jangan lebih banyak bicara tentang Tuhan tetapi juga harus imbangi dengan bicara dengan Tuhan.
c. Roh Kudus
Banyak pelayan-pelayan Tuhan cenderung bergantung pada pengetahuan, keberadaan harta, hal-
hal yang dianggap mem-backup di masyarakat luas, latihan, talenta, dan pengalaman. Hal-hal ini
memang diperlukan dan memang pelayan Tuhan tidak boleh melalaikan hal itu, tetapi tanpa kuasa
Roh Kudus semua itu tidak ada gunanya. Roh Kudus bukanlah sesuatu untuk dipamerkan,
melainkan pribadi yang kita butuhkan.

10. Jaminan bagi yang melayani Tuhan dengan setia


1. Ia patut dihormati oleh jemaat (1 Timotius 5:17-19)
2. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kehidupannya (Ibrani 13:5)
3. Tuhan berjanji senantiasa beserta sampai kesudahannya (Matius 28:20)
4. Tuhan berjanji memberikan jalan keluar jika mengalami kesulitan (1 Korintus 10:13)
5. Semua jerih payah tidak akan sia-sia (1 Korintus 15:58)
6. Ada sukacita dan kebahagiaan tersendiri (Filipi 2:17-18)

Anda mungkin juga menyukai