(3) Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesen-
gsaraan itu menimbulkan ketekunan (4) dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan penghara-
pan. (5) Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh
Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:3-5)
Minggu lalu, kita belajar listen-write-wait seperti yang dilakukan oleh nabi Habakuk. Namun ketika kita
sedang menantikan Tuhan, bukan berarti kita pasif atau tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, Tuhan mem -
inta agar kita tetap menjalani hidup dalam kebenaran karena “Sesungguhnya, orang yang membusungkan
dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya” (Habakuk 2:4).
Ada tiga hal yang perlu kita lakukan saat menjalani hidup dalam kebenaranNya :
1. Persevere - Tetap bertekun (Roma 5:3)
• Pergumulan atau masalah itu dapat menghancurkan atau justru membuat kita semakin kuat. Rasul Paulus
mengingatkan jemaat di Roma untuk tidak putus asa dan melihat masalah sebagai batu pengasah, yang
menjadikan kita semakin bertekun dalam melakukan firman Tuhan.
• Bertekun ini tidak mudah untuk dilakukan karena memerlukan konsistensi, sedangkan kita cenderung se -
mangat saat di awal saja lalu semakin surut dengan berjalannya waktu. Bahkan kita sering sekali tergoda
untuk mengambil jalan pintas, sekalipun kita tahu itu salah (dosa).
Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk menempatkan
sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka!
(Habakuk 2:9 TB)
Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan.
(Habakuk 2:12 TB)
• “Jika ingin menguji karakter seseorang berikan dia sebuah kekuasaan”. Kita tidak kebal terhadap godaan
atau keinginan untuk berbuat dosa. Seruan nabi Habakuk kepada bangsa Kasdim - yang menyalahgunakan
kekuasaan dan menindas bangsa Yehuda - mengingatkan kita akan pentingnya karakter tahan uji.
• Rasul Paulus menggambarkan kata tahan uji, seperti logam yang dibakar – didinginkan – ditempa beru-
lang-ulang kali sehingga menjadi koin uang yang berharga. Tempaan Tuhan melalui proses jatuh bangun
ini memang tidak enak dan terkadang sulit untuk kita lalui.
• Tetapi ketika jatuh, kita selalu dapat kembali datang kepadaNya melalui ratapan (lament) dan Dia akan
memberi kita kekuatan baru untuk bangkit lebih cepat dan back on track. Melalui proses itulah, karakter
kita akan semakin dimurnikan dan teruji di dalam kebenaranNya.
Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: “Terjagalah!” dan kepada sebuah batu bisu: “Ban-
gunlah!” Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama
sekali di dalamnya. (Habakuk 2:19 TB)
• Kita tidak lagi bertekun dengan harapan bahwa Tuhan akan mengabulkan permintaan kita atau segera men-
geluarkan kita dari semua kesulitan hidup. Tetapi sebaliknya, kita jadi semakin menyadari bahwa Kasih
Tuhan dan penyertaan Roh Kudus dalam hidup kita ini lebih dari cukup.
• Pengharapan kita semakin matang karena kita sadar bahwa Tuhan adalah Allah yang berdaulat. Semua
yang terjadi dalam kendaliNya dan apapun yang Dia berikan, pasti selalu yang terbaik.
• Dengan demikian, apapun jawaban Tuhan dan berkat yang kita terima, tidak akan menjadi berhala yang
menjauhkan kita dari Tuhan. Sebaliknya, kita dapat menggunakan berkat itu untuk memuliakan Tuhan
melalui kehidupan kita.
Sharing Question :
Ceritakan apa yang menjadi tantangan atau kendala untuk bertekun di dalam kebenaran Tuhan dan apa usa-
hamu selanjutnya untuk dapat menjadi lebih tekun.