Anda di halaman 1dari 14

Institut Agama Islam Negeri

Palangka Raya
‫)‪Kaidah Asasiyah yang Kedua (2‬‬
‫ﻚ‬ ‫ال ِﺑﺎﻟ ّ‬
‫ﺸﱢ‬ ‫ل باَﻟْﻴَ ِﻘ ْﻴ ُﻦ ﻻَﻳُـ َﺰ ُ‬
‫‪ .2‬اَ ْﻟ َﯾ ِﻘﯾْنُ ﻻَ ﯾ َُزا ُ‬
‫‪“Keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan adanya‬‬
‫”‪keraguan‬‬
‫•‬ ‫‪Dasar Hukum Kaidah‬‬

‫ﺧر َج ﻣﻧﮫ ﺷﻲ ٌء أَ ْم ﻻ‬
‫إذا وﺟد أﺣدﻛم ﻓﻲ ﺑطﻧﮫ ﺷﯾﺋﺎ ﻓﺄَﺷﻛل َ ﻋﻠﯾﮫ أَ َ‬
‫ﺣﺗﻰ ﯾﺳﻣﻊ ﺻوﺗﺎ أو ﯾﺟدَ ِر ْﯾﺣﺎ )رواه‬ ‫ﻓﻼ ﯾﺧ ُر َﺟنﱠ ﻣن اﻟﻣﺳﺟد ّ‬
‫ﻣﺳﻠم( )?‪(Ragu-Ragu apakah buang angin‬‬
‫ﻓﻠﯾطرح‬
‫ِ‬ ‫إذا ﺷ ّك أﺣدﻛم ﻓﻲ ﺻﻼﺗﮫ ﻓﻠم َﯾدْ ِر َﻛ ْم ﺻ ّﻠﻰ ﺛﻼﺛﺎ أم أرﺑﻌﺎ‬
‫اﻟﺷ ﱠك و ْﻟ َﯾ ْﺑ ِن ﻋﻠﻰ ﻣﺎاﺳ َﺗﯾ َﻘنَ )رواه ﻣﺳﻠم(‬
‫)‪(Ragu-ragu jumlah rakaat shalat‬‬
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ‫ِ‬
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ‫ِ‬
‫ّ‬ ‫ُ‬ ‫باَﻟْﻴَ ْ ُ َُ َ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬
‫‪Kaidah asasiyyah ini memiliki 11kaidah ghairu‬‬
‫‪asasiyah atau disebut sub kaidah.‬‬
‫اﻟﯾﻘﯾن ﯾزال ﺑﺎﻟﯾﻘﯾن ﻣﺛﻠﮫ‬ ‫‪(1‬‬
‫‪ (2‬أنّ ﻣﺎﺛﺑت ﺑﯾﻘﯾن ﻻﯾرﺗﻔﻊ إﻻّ ﺑﯾﻘﯾن‬ ‫•‬
‫‪ (3‬اﻷﺻل ﺑراءة اﻟذﻣّﺔ‬ ‫•‬
‫‪ (4‬اﻷﺻل ﺑﻘﺎء ﻣﺎﻛﺎن ﻋﻠﻰ ﻣﺎﻛﺎن‬ ‫•‬
‫‪ (5‬اﻷﺻل اﻟﻌدم‬ ‫•‬
‫‪ (6‬اﻷﺻل إﺿﺎﻓﺔ اﻟﺣﺎدث إﻟﻰ أﻗرب أوﻗﺎﺗﮫ )اﻟﺣﻧﺎﻓﯾﺔ( اﻷﺻل ﻓﻰ ﻛل ﺣﺎدث ﺗﻘدﯾره ﺑﺄﻗرب زﻣﻧﮫ‪) .‬اﻟﺷﺎﻓﻌﯾﺔ(‬ ‫•‬
‫‪ (7‬اﻷﺻل ﻓﻰ اﻷﺷﯾﺎء اﻹﺑﺎﺣﺔ ﺣﺗﻰ ﯾدل اﻟدﻟﯾل ﻋﻠﻰ اﻟﺗﺣرﯾم )ﻓﻰ اﻟﻣﻌﺎﻣﻠﺔ(‪ .‬اﻷﺻل ﻓﻰ اﻟﻌﺑﺎدة اﻟﺑطﻼن ﺣﺗﻰ‬ ‫•‬
‫ﯾﻘوم اﻟدﻟﯾل ﻋﻠﻰ اﻷﻣر )ﻓﻰ اﻟﻌﺑﺎدة(‬
‫‪ (8‬اﻷﺻل ﻓﻰ اﻟﻛﻼم اﻟﺣﻘﯾﻘﺔ‬ ‫•‬
‫‪ (9‬ﻻﻋﺑرة ﺑﺎﻟظنّ اﻟذى ﯾظﮭر ﺧطﺂء‬ ‫•‬
‫‪(10‬ﻻﻋﺑرة ﻟﻠ ّﺗوھّم‬ ‫•‬
‫‪(11‬ﻣﺎﺛﺑت ﺑزﻣن ﯾﺣﻛم ﺑﺑﻘﺎﺋﮫ ﻣﺎﻟم ﯾﻘم اﻟدﻟﯾل ﻋﻠﻰ ﺧﻼﻓﮫ‬ ‫•‬
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬

‫ﺑﺎﻟﯾﻘﯾن ِﻣﺛﻠِﮫ‬
ِ ‫ اﻟﯾﻘﯾنُ ﯾُزا ُل‬.a
Keyakinan itu bisa dihilangkan dengan keyakinan
(bukti) yang seimbang (meyakinkan juga).
 Yakin sudah berwudhu, tapi yakin juga telah
buang air besar/kecil, maka wudhunya batal.
 A tagih utang ke B. Ternyata ada bukti si B telah
bayar utang, terlepas lah si B.
 Praduga tak bersalah pada orang, kemudian
tertangkap tangan melakukan kejahatan.
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬

‫ﺑﯾﻘﯾن‬
ٍ ّ ‫ﻻ‬ ‫إ‬ ‫ﻊ‬
ُ َ
‫ﻔ‬ َ
‫ﺗ‬ ‫ر‬
ْ ‫ﯾ‬
ُ ‫ﻻ‬ ‫ﻘﯾن‬
ٍ ِ ‫ﯾ‬
َ ‫ﺑ‬ ‫ﻣﺎﺛﺑت‬ ّ‫ن‬َ ‫أ‬ .b
“Apa yang ditetapkan atas dasar keyakinan tidak
bisa hilang kecuali dengan keyakinan juga”.
 Ragu jumlah putaran Thawaf, 3 atau 4, maka
yang meyakinkan adalah 3.
 Makan kue di warung, ragu-ragu jumlahnya, 4
atau 5, maka yang meyakinkan adalah 5.
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬

‫ﻷﺻل ُ ﺑراءةُ اﻟذ ّﻣ ِﺔ‬


ْ ‫أ‬ .c
“Hukum asal adalah bebasnya seseorang dari
tanggung jawab”.
 Pada dasarnya setiap manusia bebas dari
tanggung jawab, tetapi setelah ia baligh maka
tanggung jawab menjadi dibebankan kepadanya.
 Tidak ada kewajiban antara laki-laki dan
perempuan sampai adanya akad nikah.
 Makan dan minum dibolehkan sampai ada dalil
yang melarang
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬

ُ‫اﻷﺻل ُ ﺑﻘﺎ ُء ﻣﺎﻛﺎن ﻋﻠﻰ ﻣﺎﻛﺎنَ ﻣﺎﻟ ْم َﯾ ُﻛنْ ﻣﺎ ُﯾ َﻐ ﱢﯾ ُره‬ .d


“Hukum asal sesuatu tetap dalam keadaan tersebut
selama tidak ada hal lain yang mengubahnya”.
 Seseorang tetap dalam keadaan berwudhu
selama belum ditemukan bukti ia batal.
 Seseorang tetap dikatakan punya utang selama
tidak ada bukti ia telah membayarnya.
 Suatu pasangan tidak disebut menikah sebelum
ditemukan bukti bahwa mereka pasangan yang
sah
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬
‫اﻷﺻل ُ اﻟﻌد ُم‬ .d
“Hukum asal sesuatu tidak ada”.
 Ada sengketa penjual dan pembeli tentang
barang cacat, maka yang dipegang perkataan
penjual karena asalnya cacat itu tidak ada,
kecuali pembeli bisa membuktikan bahwa cacat
itu telah ada sebelum sampai ke tangan pembeli.
 Sengketa akad. Pihak pertama mengatakan akad
tsb dikaitkan dengan syarat tertentu, pihak kedua
mengatakan tidak. Maka yang dipegang adalah
pihak kedua karena menggantungkan syarat
pada akad adalah sifat yang datang kemudian.
Asalnya, akad tanpa syarat apapun.
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬
ِ ‫ث ﺗﻘدﯾ ُرهُ ِﺑﺄ َ ْﻗر‬
‫ب زﻣﻧِﮫ‬ ٍ ‫اﻷﺻل ﻓﻰ ﻛل ﱢ ﺣﺎد‬ .e
“Hukum asal dalam segala peristiwa adalah terjadi
pada waktu yang paling dekat”.
 Terjadi sengketa antara penjual dan pembeli.
Kata penjual, cacat barang terjadi setelah di
tangan pembeli. Kata pembeli cacat itu justru
sudah ada ketika masih di tangan penjual. Yang
harus dipegang adalah perkataan si penjual,
karena inilah waktu yang paling dekat kepada
adanya klaim cacat. Oleh karena itu jual beli tidak
bisa dibatalkan kecuali ada bukti bahwa cacat
barang tsb terjadi ketika masih di tangan penjual.
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬
‫ﺣر ْﯾ ِم‬
ِ ‫ﱠ‬
‫ﺗ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬
َ ً ‫ل‬ ‫ﻟﯾ‬ ّ‫اﻟد‬ ‫ﱠ‬ ‫ل‬ ‫ﯾد‬ ‫ﺣﺗﻰ‬ ُ
‫ﺔ‬ ‫ﺑﺎﺣ‬
َ ِ‫اﻷﺷﯾﺎء اﻹ‬
ِ ‫اﻷﺻل ﻓﻰ‬ .f
“Hukum asal segala sesuatu (muamalah) boleh
sampai adanya dalil yang mengharamkannya”.
 Bisnis, makanan, budaya atau adat istiadat
bahkan kegiatan keagamaan boleh dilakukan
selama tidak ada dalil yang menyatakan bahwa
praktik tersebut adalah haram.
 Artinya dari kaidah ini, selama belum ada dalil
yang menyatakan haram, maka boleh dilakukan
 Walau tidak ada dalil untuk menyatakan
kebolehan tsb, tapi karena ia tidak bertentangan
dengan dalil-dalil lain, sehingga ia pun boleh.
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬
‫اﻷﻣر‬
ِ ْ ‫اﻷﺻل ﻓﻰ اﻟﻌﺑﺎد ِة اﻟ ُﺑ‬
‫طﻼنُ ﺣﺗﻰ ﯾﻘو َم اﻟدﻟﯾل ُ ﻋﻠﻰ‬ .f
“Hukum asal dalam ibadah adalah batal (tidak boleh)
sampai adanya dalil yang memerintahkannya”.
 Misalnya shalat sehari semalam 5 kali, lalu ada
yang berkata 6 kali.
 Jumlah rakaat shalat zhuhur 4 rakaat, lalu ada
pendapat 5 rakaat.
 Waktu puasa telah ditentukan, lalu ada pendapat
waktu buka puasa pukul 12 siang
 Ada pendapat haji cukup di negeri masing-
masing..

 Dalil yang dimaksudkan bisa saja ayat al-Qur’an,


Hadis Nabi atau kaidah-kaidah Ushul Fiqh.
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬
ُ
‫اﻟﺣﻘﯾﻘﺔ‬ ‫اﻟﻛﻼم‬ ‫اﻷﺻل ُ ﻓﻰ‬ .g
ِ
“Hukum asal dari suatu kalimat adalah arti yang
sebenarnya”.
 Misalnya “saya mewakafkan tanah ini kepada
anak bapak”, maka kata anak di sini adalah anak
kandung, bukan anak angkat dsb.
 Begitu juga kata-kata “gadai, sewa, hibah atau
kata-kata lainnya” harus diartikan dengan yang
sebenarnya.
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬
‫ﺎﻟظنﱢ اﻟذى َﯾ ْظ َﮭر ﺧطﺂ ُءه‬
‫ﻻﻋِ ْﺑ َر َة ِﺑ ﱠ‬ .h
“Tidak diakui persangkaan yang jelas salahnya ”.
 Hanya sangka-sangka dalam berbagai persoalan
dan tidak ada bukti sama sekali.

‫ ﻻﻋﺑر َة ﻟِﻠ ّﺗ َوھ ِﱡم‬.i


“Tidak diakui adanya waham (kira-kira)”
 Jumlah dan siapa2 yang jadi ahli waris telah jelas
ketentuannya. Tidak diakui ahli waris yang dikira-
kira.
‫ﺸﱢ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻟ‬ ِ
‫ﺑﺎ‬ ‫ال‬ ‫ﺰ‬ ِ
ّ ُ َ َُ ُ ْ َ‫باَﻟْﻴ‬
‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﻘ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺧﻼﻓِﮫ‬ َ ُ ‫ﺑز َﻣ ٍن َﯾﺣ ُﻛم ِﺑ َﺑﻘﺎﺋِﮫ ﻣﺎ َﻟم ﯾﻘُ ِم اﻟدﻟﯾل‬
َ ‫ﻣﺎﺛﺑت‬ .j
“Apa yang ditetapkan berdasarkan waktu, maka
hukumnya ditetapkan berdsarkan berlakunya waktu
tersebut selama tidak ada dalil yang bertentangan
dengannya”.
 Seseorang pergi jauh, tidak ada kabar beritanya,
ia tetap dianggap hidup sampai ada bukti yang
meyakinkan bahwa ia meninggal. Harta warisan
tidak boleh dibagikan dahulu dan istrinya pun
masih dianggap sebagai istrinya dan berhak
mendapatkan nafkah serta hak-hak lainnya.

Anda mungkin juga menyukai