Anda di halaman 1dari 10

JFAS : Journal of Finance and Accounting Studies

Volume 2 Nomor 2, Juni 2020


Halaman 105-114

Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berbasis PSAK 69


(Studi Kasus Pada Peternakan UD Wibowo Farm Kabupaten Blitar)

Latifa Nur Aini 1*, Meta Ardiana2


1,2
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasyim Asy’ari
Jl. Irian Jaya No.55 Tebuireng, Cukir, Kec Diwek, Kab Jombang
Latifanuraini04@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the accounting treatment of biological assets in the form of
recognition, measurement, and also disclosures in the financial statement of biological
assets at Wibowo farm in Blitar District. In this study researchers used qualitative
research methods in which researcher will observe the object in the field directly in order
to obtain existing data and are also needed in research. The results of this study indicate
that Wibowo Farm which engaged in laying hens has not yet fully applied the accounting
treatment of biological assets based on PSAK No.69. Measurement of biological assets
measured at fair value is in accordance with PSAK 69, but they haven’t journalized every
transaction in accordance with PSAK. They only record simple purchase transactions.
Wibowo Farm also doesn’t present and also disclose biological assets in the annual
financial statement. They experience difficulties and limited time so that the basic
financial statement rules have not yet been applied.

Keywords : Biological assets; PSAK 69.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset biologis yang berupa
pengakuan, pengukuran, dan juga pengungkapan dalam laporan keuangan aset biologis
di peternakan Wibowo Farm yang berada di Kabupaten Blitar. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang dimana peneliti akan mengamati
obyeknya di lapangan secara langsung guna memperoleh data-data yang ada dan juga
diperlukan dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Wibowo Farm
yang bergerak pada bidang peternakan ayam petelur belum sepenuhnya menerapkan
perlakuan akuntansi aset biologis berdasarkan PSAK 69. Pengukuran aset biologis yang
diukur sebesar nilai wajarnya sudah sesuai dengan PSAK 69, namun mereka belum
menjurnal setiap transaksi sesuai dengan PSAK. Mereka hanya melakukan pencatatan
transaksi pembelian sederhana. Wibowo Farm juga belum menyajikan dan juga
mengungkapkan aset biologis dalam laporan keuangan tahunan. Mereka mengalami
kesulitan dan waktu yang terbatas sehingga belum diterapkan dasar aturan laporan
keuangan yang berlak.

Kata Kunci: Aset Biologis; PSAK 69

*Penulis Korespondensi
106 JFAS : Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 2 Nomor 2, Juni 2020

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang mempunyai wilayah yang cukup luas, luas
wilayah Indonesia mencapai ±5.455.675 km² dan sebesar ±3.544.744 km²
diantaranya atau 2/3 wilayahnya adalah lautan, karena wilayahnya yang luas
Indonesia berbatasan dengan banyak negara walaupun mayoritas negaranya
adalah negara ASEAN (Aji, 2018). Kekayaan sumber daya alam yang melimpah
menjadikan Indonesia sebagai negara yang diincar oleh investor luar. Luasnya
wilayah, sumber daya alam yang melimpah serta iklim tropis dan juga jenis tanah
vulkanik yang ada di Indonesia mendukung negara ini untuk bercocok tanam dan
juga melakukan aktivitas industri pertanian dan perkebunan, selain itu Indonesia
juga sangat cocok untuk melakukan kegiatan peternakan.

Kegiatan industri dalam pertanian, perkebunan dan peternakan merupakan


salah satu kegiatan industri yang sangat membantu dalam mendukung
perekonomian di Indonesia sebagai negara berkembang. Mayoritas penduduk
Indonesia bermata pencaharian sebagai petani dan aktivitas agrikultur lainnya,
maka dari itu Indonesia disebut sebagai negara agraris. Industri pertanian dan
perternakan memegang peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,
sektor perternakan merupakan salah satu sub sektor yang menjadi motor
penggerak pembangunan khususnya wilayah pedesaan. Setiap kegiatan bisnis atau
sejenisnya, laporan keuangan adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan.
Karena laporan keuangan adalah salah satu manajemen perusahaan yang utama.
Lapora keuangan sebagai jembatan informasi dari perusahaan kepada pengguna,
yaitu bagi investor, pemasok, pelanggan dan pemerintah maupun pengguna
laporan keuangan lainnya serta untuk mengetahui prospek perusahaan
kedepannya. Laporan keuangan yang baik harus memenuhi beberapa standar
kualitas antara lain, dapat dipahami, relevan, meterealitas, andal, komparabilitas,
kelengkapan, substansi mengungguli bentuk, pertimbangan yang sehat, tepat
waktu, dan juga seimbang antara biaya dan manfaat (Rudianto, 2012).

Dalam menyusun laporan keuangan, penggunaan metode akuntansi adalah

https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
Latifa Nur Aini, Meta Ardiana : Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis 107
Berbasis PSAK 69.

salah satu hal yang harus diperhatikan, karena metode akuntansi yang digunakan
harus sesuai dengan entitas yang dijalankan. Untuk laporan keuangan dalam
kegiatan agrikultur mungkin berbeda dengan kegiatan industri lainnya dalam
pengakuan, pengukuran, dan pengungkapannya karena kegiatan agrikultur ini
terdapat aset biologis yang mana aset ini berbeda dengan aset pada umumnya,
maka dari itu pencatatan laporan keuangan aset biologis pun harus sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang ada.

Aset biologis merupakan aset yang bisa dikatakan unik dan berbeda dengan
aset lain karena mengalami pertumbuhan ataupun perubahan dalam jangka waktu
tertentu. Aset ini bahkan mengalami transformasi setelah menghasilkan sebuah
output. Menurut Arimbawa (2016) aset biologis mengalami transformasi yang
dimulai dengan pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi. Dalam masa
transformasi ini maka aset biologis mengalami perubahan baik secara kuantitas
maupun secara kualitas. Contoh dari aset bilogis yang merupakan aset makhluk
hidup seperti tumbuhan maupun hewan. Dari aset bilogis ini nanti akan
menghasilkan produk aset biologis, dan biasanya ada aset biologis tambahan.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menyetujui Exposure Draft


PSAK 69: Agrikultur dalam rapatnya pada tanggal 29 Juli 2015, ED PSAK 69
berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1
Januari 2017. PSAK No. 69 ini merupakan adopsi dari IAS 41 (International
Accounting Standart). PSAK 69 merupakan pedoman yang mengatur mengenai
perlakuan agrikultur dan juga pengungkapan yang berkaitan dengan agrikultur
atau aset biologis. Selain itu PSAK 69 juga mengatur mengenai transformasi yang
dialami oleh aset biologis yang terdiri dari pertumbuhan, degenerasi, produksi,
serta prokreasi aset biologis (Darmanto, 2016).

Penentuan PSAK 69 ini terjadi perdebatan panjang di dunia akuntansi,


terlebih yang pada sebelumnya menerapkan metode biaya perolehan. Suwardjono
(2008) mengemukakan bahwa historical cost merupakan rupiah kesepakatan atau
harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Dalam konsep

https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
108 JFAS : Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 2 Nomor 2, Juni 2020

historical cost sendiri pos-pos laporan keuangan dihitung berdasarkan harga


perolehan pada saat transaksi tersebut terjadi (Murtianingsih dan Setiawan, 2016).

Dengan diterapkannya PSAK 69 ini maka penilaian terhadap aset biologis


tidak lagi dilakukan dengan menggunakan pendekatan biaya perolehan, akan
tetapi dinilai dengan menggunakan pendekatan nilai wajar. Nilai wajar adalah
harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar
untuk menghasilkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar
pada tanggal pengukuran (Martani dkk, 2015).

Kondisi wilayah Indonesia yang cocok untuk industri pertanian dan


peternakan menjadi salah satu alasan banyak petani dan peternak di Negara ini.
Salah satu wilayah yang menjadi penyuplai telur yang cukup banyak adalah
kabupaten Blitar. Terdapatnya lahan atau wilayah kosong yang masih cukup luas
dijadikan warga sebagi tempat beternak unggas. Salah satu peternak unggas yang
berada di Kabupaten Blitar yaitu Peternakan Wibowo FARM. Sudah cukup jelas
bahwa peternak tentu melibatkan aset biologis di dalam usahanya. Terkait laporan
keuangan dalam pencatatannya di Peternakan Wibowo FARM masih dilakukan
secara manual yaitu menggunakan buku besar folio.

Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis perlakuan akuntansi aset


bilogis perihal pengakuan, pengukuran dan juga penyajian. Berdasarkan latar
belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berbasis PSAK 69 pada
Peternakan UD Wibowo FARM”.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif
adalah sebuah metode yang digunakan peneliti untuk menemukan penemuan atau
teori terhadap penelitian pada satu waktu tertentu. Menurut Sugiyono (2017)
penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
Latifa Nur Aini, Meta Ardiana : Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis 109
Berbasis PSAK 69.

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana


peneliti dianggap sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan dengan
tringgulasi (gabungan), analisa data yang bersifat induktif kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan sebuah makna daripada generalisasi.
Lokasi penelitian adalah tempat yang akan digunakan untuk penyebaran
angket atau pengambilan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini lokasi yang
dipilih adalah Peternakan Wibowo FARM yang berada di dusun Darugan Rt. 6
Rw. 3 desa Kandangan kecamatan Srengat kabupaten Blitar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Wibowo Farm mengakui aset biologis dimulai pada saat pembelian DOC umur 0-
1 hari dan dilakukan pencatatan didalam buku pembelian beserta bukti
transaksinya. Untuk pengakuan aset biologis yang sudah memasuki usia produktif
dilakukan pengklasifikasian atau pemindahan akun untuk pengelompokan aset
biologis yang sudah menghasilkan dan aset biologis yang belum menghasilkan
sesuai dengan PSAK No. 69. Namun dalam hal pengklasifikasian aset biologis
Wibowo Farm belum melakukan penjurnalan yang seharusnya dilakukan.
Sedangkan dalam PSAK No. 69 paragraf 45 dijelaskan bahwa setiap aset biologis
dapat diklasifikasikan menjadi aset biologis menghasilkan dan juga belum
menghasilkan. Selain itu dalam PSAK No.69 paragraf 43 dijelaskan bahwa dalam
laporan keuangan aset biologis dianjurkan memberikan deskriptif kualitatif dari
setiap kelompok aset biologis yang ada untuk membedakan antara aset biologis
yang menghasilkan dan belum menghasilkan, sesuai dengan keadaan aset
biologis. Hal ini digunakan untuk memberikan informasi dan juga untuk melihat
atau berguna untuk menilai arus kas di masa depan. Hal ini belum sesuai dengan
perlakuan akuntansi yang terdapat di Wibowo Farm.

Pengukuran Aset Biologis


Pengukuran Aset biologis pada Wibowo Farm menggunakan harga
perolehan yang ditentukan oleh nilai wajar. Untuk persetujuan pesanan aset

https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
110 JFAS : Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 2 Nomor 2, Juni 2020

biologis ditentukan oleh supplier yang didasarkan berdasarkan harga pasar dan
kesepakatan bersama antara supplier dengan entitas. Pengukuran nilai wajar yang
dimaksud yaitu berdasarkan harga ayam yang sejenis dan dianggap paling
menguntungkan oleh entitas. namun ada ketentuan lain apabila nilai wajar tidak
dapat diukur secara andal. Seperti yang dijelaskan dalam PSAK No. 69 paragraf
30, bahwa aset biologis dapat diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi
deplesi dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Namun dalam hal pengukuran
aset biologis ini Wibowo Farm belum melakukan pencatatan atau penjurnalan
pada saat transaksi pengakuan awal.
Wibowo Farm pada saat pengakuan awal, selisih antara nilai wajar dengan
harga perolehan diakui sebagai laba atau rugi. Namun mereka belum melakukan
penjurnalan yang seharusnya dicatat setiap transaksi.
Dalam hal produk agrikultur yang berupa telur, Wibowo Farm mengukur
produk agrikultur tersebut berdasarkan nilai wajar. Kesepakan dibuat berdasarkan
nilai yang menguntungkan entitas dan juga supplier. Wibowo Farm mengakui
adanya penjualan produk agrikultur yang berupa telur. Telur yang dihasilkan akan
dijual pada hari itu juga. Maka tidak dilakukan penjurnalan persediaan atas
produk agrikultur. Wibowo Farm mencatat penjualan produk agrikultur setiap
kali transaksi, namun mereka hanya melakukan pencatatan hasil produk
agrikultur pada laporan harian hasil telur.
Aset biologis dalam kegiatan agrikultur diumpamakan sebagai mesin
produksi. Aset akan mengalami deplesi atau penyusutan, begitupun dengan aset
biologis yang akan mengalami deplesi. Dalam hal ini Wibowo Farm mengakui
adanya deplesi pada aset biologis berdasarkan nilai produktifnya. Wibowo Farm
belum melakukan penjurnalan dalam deplesi aset biologis.
Wibowo Farm mengatakan bahwa usia ternak yang sudah benar-benar tidak
produktif lagi yaitu sekitar 85 minggu, maka dari itu aset biologis atau ternak siap
untuk diafkir atau dijual, hanya saja penjurnalan belum dilakukan oleh mereka.
Aset biologis merupakan aset yang bisa saja mengalami kematian karena
aset ini merupakan aset berupa makhluk hidup dan bisa terkena penyakit atau hal

https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
Latifa Nur Aini, Meta Ardiana : Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis 111
Berbasis PSAK 69.

lainnya.
Apabila aset biologis ini mengalami kematian maka hal ini akan merugikan
entitas. Namun dalam hal ini Wibowo Farm belum melakukan perhitungan secara
rinci dan juga penjurnalan yang sesuai dengan PSAK No.69. Sedangkan untuk
kematian yang dialami oleh aset biologis yang belum menghasilkan maka
perhitungan atau pengukuran didasarkan dengan harga perolehan. Untuk
pencatatan kerugian atas kematian aset biologis telah dilakukan oleh Wibowo
Farm. Hal ini sesuai dengan PSAK No.69.

Pengungkapan Aset Biologis


Dalam laporan keuangan aset biologis berdasarkan PSAK No. 69 entitas
harus mengungkapkan:
a. Keuntungan dan kerugian yang timbul selama periode berjalan pada saat
pengakuan awal aset biologi dan produk agrikultur
b. Jumlah dan tempat dimana aset biologis itu berada, dan juga jumlah aset
biologis yang dijaminkan untuk liabilitas.
c. Jumlah komitmen untuk pengembangan
d. Strategi manajemen resiko keuangan yang terkait
Selain itu, ada pengungkapan tambahan yang harus disertakan oleh entitas
apabila aset biologis yang nilai wajarnya tidak dapat diukur dengan andal. Berikut
ini bebrapa hal yang harus diungkapkan oleh entitas apabila nilai wajar aset
biologis tidak dapat diukur secara andal:
a. Deskripsi dari aset biologis
b. Penjelasan tentang alasan mengapa nilai wjar aset biologis tersebut tidak
dapat diukur secara andal.
c. Metode yang digunakan
Dalam hal pengungkapan aset biologis, Wibowo Farm belum sesuai
dengan PSAK No. 69 tersebut. Karena mereka belum menyertakan deskriptif dan
juga penjelasan dalam laporan keuangannya.

https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
112 JFAS : Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 2 Nomor 2, Juni 2020

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, maka
peneliti dapat mengambil simpulan bahwa pada perlakuan aset biologis yang
terdapat di Wibowo Farm pengakuan awal di akui sebesar harga perolehan atau
harga pasar yang dibeli pada saat DOC berumur 0-1 hari. Hal ini sudah sesuai
dengan PSAK No. 69. Namun Wibowo Farm belum sepenuhnya sesuai karena
mereka belum melakukan penjurnalan pada saat pengakuan awal. Mereka hanya
melakukan pencatatan pada buku pembelian. Kemudian dalam pengukuran aset
biologis Wibowo Farm menggunakan harga perolehan yang sesuai dengan harga
pasar. Dalam hal ini bisa dikatakan mereka sudah sesuai dengan PSAK No. 69
yang mana pengukuran aset biologisnya menggunakan nilai wajar dan apabila
nilai wajar tidak dapat diukur maka entias bisa menggunakan harga perolehan.
Wibowo Farm juga sudah melakukan pembedaan aset antara aset yang belum
menghasilkan dan belum menghasilkan. Namun Wibowo Farm belum melakukan
perhitungan secara rinci terhadap aset yang telah menghasilkan tersebut. Serta
untuk kematian yang dialami aset biologis akan dicatat oleh entitas kedalam buku
harian hasil produksi dan dianggap sebagai deplesi, namun mereka belum
memperhitungkan secara rinci kedalam laporan keuangan. Untuk pencatatan aset
biologis entitas hanya melakukan pencatatan di buku harian hasil produksi saja.
Untuk aset yang sudah mengalami pemberhentian produksi akan diafkir atau
dijual. Setelah itu akan diganti dengan membeli DOC baru. Ayam yang diafkir
biasanya pada umur lebih dari 76 minggu, mengalami pemberhentian produksi.
Namun selain itu ada juga ayam yang belum berumur 76 minggu tetapi sudah
tidak berproduksi maka juga akan diafkir. Kurangnya waktu dan belum
familiarnya terhadap aset biologis menjadikan satu kendala Wibowo Farm untuk
melakukan pencatatan dalam laporan keuangan. Laporan yang dibuat berupa
laporan laba rugi tiap tahunnya. Namun kesesuaian penganggapan dan tidak
dilakukannya pencatatan penjurnalan serta laporan keuangan aset biologis

https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
Latifa Nur Aini, Meta Ardiana : Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis 113
Berbasis PSAK 69.

membuat entitas ini sudah sesuai namun belum sesuai secara formal dengan
standar yang telah ada yaitu PSAK No. 69. Penganggapan serta pernyataan yang
sebenarnya sudah sesuai namun belum diterapkan ini perlu dilakukan perbaikan,
sehingga tercipta laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang ada agar
lebih andal dan relevan.

DAFTAR PUSTAKA
Arimbawa, Putu Megi Dkk. 2016. “Perlakuan Akuntansi Aset Biolois Pada
Organisasi Kelompok Tani Ternak Sapi Kerta Dharma Desa Tukadmunga
Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng”. Jurnal Akuntansi. Vol 6 (3).

Darmanto, Sugik. 2016. “Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biologis


Berdasarkan International Accounting Standard 41 dengan PSAK 69
Pada PTPN XII UUS Gunung Gumitir”. Jurnal Fakultas Ekonomi Jember:
Universitas Muhammadiyah Jember

Fuad, Syamratul. 2017. “Tinjauan Kritis Aset Biologis PSAK 69 Dala Prespektif
Syariah”. Jurnal Asset. Vol. 7 (2): hal. 277-291

Hidayat, Muhammad. 2018. “Analisis Perlakuan Akuntansi Aktivitas Agrikultur


Pada Perusahaan Sektor Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI Menjelang
Penerapan PSAK 69”. Jurnal Measurement. Vol. 12 (1): P-ISSN 2252-
5394

Ibrahim, M.A. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Kieso. E.D. Dkk. 2002. Accounting Principles.Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba


Empat.

Martani, Dwi. Dkk. 2015. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta: Salemba


Empat

Maghfiroh, Siti. 2017. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Pada Industri


Perkebunan Berdasarkan IAS 41 Agriculture Dan PSAK 69 Agrikultur
Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Surabaya. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang

https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
114 JFAS : Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 2 Nomor 2, Juni 2020

Meilansari, A.Y et al. 2019. “Evaluasi Penerapan PSAK 69 Agrikultur Terhadap


Aset Biologis Pada Perusahaan Perkebunan Pertanian yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2017)”. Jurnal Penelitian Ekonomi dan
Bisnis. Vol. 08 (04)

Moleong, L. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT REmaja


Posdakarya.

Murtianingsih. Dkk. 2016. “The Implementation of Fair Value on Short Term


Assesment of Biological Asset”. Journal of Accounting and Business.

Nafila, Y.R. 2018. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berdasarkan PSAK NO. 69
Pada PT. Tabassam Jaya Farm. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Nurhandika, Arief. 2018. “Implementasi Akuntansi Biologis Pada Perusahaan


Perkebunan Indonesia”. Jurnal Fakultas Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi
(JEBA). Vol. 20 (02)

Pratiwi, Wike. 2017. “Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berbasis


PSAK 69 Agrikultur Pada PT. Perkebunan Nusantara XII Kalisenen
Kabupaten Jember. Proseding Seminar Nasional dan Call For Paper
Ekonomi dan Bisnis. ISBN 978-602-5617-01-0.

PSAK Nomor 69 Tahun 2017 Tentang Agrikultur terdiri dari Aset Biologis dan
Produk Agrikultur

Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi konsep dan teknik penyusunan laporan


keuangan. Jakarta: Erlangga

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:Alfabeta

Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi Perekayasan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas

Anda mungkin juga menyukai