Anda di halaman 1dari 4

PLANT ASSET AND NATURAL RESOURCES

PSAK No. 16 yang terdiri enam poin yaitu Pengakuan Aset, Pengeluaran Aset Tetap, Pengukuran Aset
Tetap, Penyusutan Aset Tetap, Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap, dan Penyajian dan
Pengungkapan Aset Tetap

Tujuan Pernyataan Standar Akuntansi No. 16 adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tetap,
agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas di aset
tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut. Isu utama dalam akuntansi aset tetap adalah
pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penilaian nilai aset
tetap. Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi aset tetap kecuali pernyataan lain mensyaratkan
atau mengizinkan perlakuan akuntansi yang berbeda (Mayangsari & Nurjanah, 2018). Pernyataan ini
tidak diterapkan untuk :
1. Aset tetap diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual
2. Pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi pada pertambangan sumber daya
mineral
3. Hak penambangan dan cadangan mineral dari minyak, gas alam dan sumber daya tidak
diperbaharui lainnya.

Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika
memenuhi kriteria pengakuan. Selanjutnya, jika dilakukan penggantian yang signifikan, biaya
penggantian itu diakui ke dalam jumlah tercatat (“carrying amount”) aset tetap sebagai suatu
penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang
tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain. Tanah dicatat sebesar biaya perolehan dan tidak di depresiasi. Suatu kelompok aset tetap
adalah pengelompokkan aset-aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi
perusahaan. Penyusutan aset tetap dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan sesuai
maksud penggunaannya dan dihitung dengan menggunakan metode, estimasi umur manfaat
ekonomi dan tarif depresiasi menurut kebijakan akuntansi perusahaan masing – masing.

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada
manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi
yang timbul dari penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil
pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya.

Aset dalam penyelesaian merupakan akumulasi biaya bahan dan biaya relevan lainnya sampai
dengan tanggal dimana aset tersebut telah selesai dan siap untuk digunakan. Biaya-biaya tersebut
direklasifikasi ke aset tetap yang bersangkutan ketika aset tersebut telah siap dipakai. Pada setiap
akhir tahun buku, nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan ditelaah kembali dan jika
sesuai dengan keadaan, disesuaikan secara prospektif.

Dalam industri perkebunan terdapat keunikan dalam pengelompokan asset tetapnya karena
perkebunan bersifat industri alam. Umumnya perkebunan memiliki asset tetap seperti pembukaan
lahan dan tanaman produktif. Tanaman produktif dikelompokkan menjadi tanaman menghasilkan,
tanaman belum menghasilkan dan pembibitan.

Tanaman kelapa sawit dinyatakan menghasilkan setelah 4 tahun masa tanam. Jangka waktu untuk
menjadi tanaman menghasilkan tergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman dan penilaian
manajemen. Tanaman menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan, dikurangi akumulasi
amortisasi
Tanaman menghasilkan diamortisasi dengan menggunakan metode dan selama taksiran masa
produktif tanaman bergantung kebijakan perusahaan yaitu terhitung sejak produksi komersial
dimulai.

Tanaman belum menghasilkan dinyatakan sebesar harga perolehan yang meliputi biaya persiapan
lahan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan termasuk kapitalisasi biaya pinjaman yang
digunakan untuk membiayai pengembangan tanaman belum menghasilkan dan biaya tidak langsung
lainnya yang dialokasikan berdasarkan luas hektar tertanam. Pada saat tanaman sudah
menghasilkan, akumulasi harga perolehan tersebut akan direklasifikasi ke tanaman menghasilkan.

Biaya-biaya yang terjadi untuk pembibitan, pembelian bibit dan pemeliharaannya dinyatakan
sebesar biaya perolehan. Akumulasi biaya ini akan dipindahkan ke akun "Tanaman belum
menghasilkan" pada saat siap ditanam.

Perusahaan perkebunan umumnya memilih model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran
aset tetapnya. Seluruh aset tetap awalnya diakui sebesar biaya perolehan, yang terdiri atas harga
perolehan dan biaya- biaya tambahan yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud
manajemen.

PSAK 16 merupakan standar akuntansi keuangan yang mengatur perlakuan, penyajian laporan
keuangan dan pengungkapan akuntansi asset tetap secara keseluruhan. Sedangkan IAS 41 mengatur,
antara lain, perlakuan akuntansi untuk aset biologis selama periode pertumbuhan, degenerasi,
produksi, dan prokreasi, serta untuk pengukuran awal hasil pertanian pada titik panen.

Perlakuan model biaya biological asset berdasarkan PSAK menggunakan model biaya histori
sedangkan model biaya Biological asset yang diterangkan dalam IAS 41 menggunakan nilai wajar.Hal
ini dapat disimpulkan bahwa nilai wajar biological asset berdasarkan IAS 41 lebih besar dibandingkan
dengan pengukuran nilai wajar berdasarkan PSAK, (Nuraini dkk). Kemudian Herbohn (2006) dan
Dowling dan Godfery menekankan bahwa penerapan basis nilai wajar akan menyebabkan
peningkatkan volulitilitas, manipulasi, dan subjektifitas pada pendapatan yang dilaporkan.
Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Charles Elad dan KathenHerbohn (2011) menunjukkan
ketidak-efektifan penerapan nilai wajar pada biological asset, diantaranya karakteristik kualitatif dari
“Comparability” (dapat diperbandingkan) tidak terpenuhi, pertimbangan biaya manfaat (cost benefit
anaysis) tidak terpenuhi. Responden Penelitian menyatakan bahwa biaya yang harus dikorbankan
dalam pengukuran nilai wajar lebih besar dibandingkan manfaat yang diperoleh. Selain itu
menurutnya terdapat kemungkinan terjadinya volatilitas pendapatan. Selain itu penentuan nilai
wajar tanpa adanya suatu pasar aktif akan memaksa manajemen untuk melakukan penilaian
terhadap biological asset yang dimilikinya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tetentu.

Nilai wajar (fair value) adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi.

IAS 41 adalah standar akuntansi yang disediakan untuk entitas yang menumbuhkan dan
mengembangkan aset biologis untuk mendapatkan keuntungan. Standar ini menetapkan semua
pengakuan dan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan setiap aset biologis yang memperoleh
nilai tanpa terkait dengan aktivitas pemanenan atau penjualan. IAS 41 mendefinisikan kegiatan
pertanian sebagai "manajemen oleh perusahaan dari transformasi biologis aset biologis untuk dijual,
menjadi produk pertanian, atau menjadi aset biologis tambahan" (IASC, 2001). Transformasi biologis
melibatkan proses penanaman, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang menyebabkan perubahan
kualitatif atau kuantitatif pada aset biologis yang dapat ditafsirkan dan diukur. Setiap perubahan fisik
memiliki hubungan langsung dengan manfaat atau nilai ekonomi di masa depan. Perubahan nilai
wajar aset biologis karena panen juga diklasifikasikan sebagai perubahan fisik. Menurut PSAK 69,
produk budaya adalah produk yang dipanen dari kekayaan hayati yang dimiliki oleh suatu badan
usaha. Aset biologis biasanya berupa ternak hidup atau tanaman. Kegiatan pertanian meliputi
pertanian, kehutanan, tanaman semusim atau tahunan, perkebunan, penanaman, hortikultura
bunga, dan perikanan.

Dalam PSAK 69 juga disebutkan bahwa terdapat ciri umum suatu kegiatan pertanian yang meliputi
kemampuan berubah, pengelolaan perubahan, dan pengukuran perubahan (measurable change).
Perubahan dalam kualitas (kualitas atau kemajuan genetik, kematangan, tingkat protein) atau
kuantitas (keturunan, berat, jumlah tunas atau kecambah) yang dihasilkan dari transformasi biologis,
atau pemanenan,

Secara umum PSAK 69 mengatur bahwa aset biologis atau produk agrikultur diakui saat memenuhi
beberapa kriteria yang sama dengan kriteria pengakuan aset. Aset tersebut diukur pada saat
pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan keuangan pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset diakui dalam
laba rugiperiode terjadinya. Pengecualian diberikan apabila nilai wajar secara jelastidak dapat diukur
secara andal.

Aset biologis dalam laporan keuangan dapat diakui sebagai aset lancer maupun aset tidak lancar
sesuai dengan jangka waktu transformasi biologis dari aset biologis yang bersangkutan. Aset
biologis diakui ke dalam aset lancar ketika masa manfaat atau masa transformasi biologisnya
kurang dari atau sampai dengan 1 (satu) tahun dan diakui sebagai aset tidak lancar jika masa
manfaat atau masa transformasi biologisnya lebih dari 1 (satu) tahun

Aset biologis terkait dengan hasil pertanian yang tumbuh pada tanaman produktif, yakni Tandan
Buah Segar (TBS) dan diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. NIlai wajar TBS
diperkirakan dengan mengacu pada perkiraan jumlah yang dipanen dan estimasi harga jual TBS pada
tanggal pelaporan, setelah dikurangi biaya untuk menjual. Keuntungan atau kerugian yang timbul
dari perubahan dalam nilai wajar dikurangi dengan taksiran biaya untuk menjual TBS pada setiap
tanggal pelaporan dimasukkan dalam laba rugi untuk periode saat terjadinya.

Anda mungkin juga menyukai