Dosen Pengampu :
Kelompok 1
Nama Anggota :
1. Ester Sion Immanuel 2110180164
2. Maulidya Syafa’atus Islamiyah 2210190411
3. Wahyu Mardiansyah 2210190412
4. Dewi Qurrotul Isnaini 2210190413
5. Tiara Maharani S. P. 2210190414
6. Findi Hernitasari 2210190415
7. Desi Dwi Kurniawati 2210190417
8. Nabila Yola Alifiah Akbarkum 2210190418
9. Michelle Jessica Erini Neas 2210190426
10. Fatimah Tuzzahra 2210190429
Penyusun
DAFTAR ISI
ABSTRACT
Agricultural companies need to disclose biological assets because biological assets are the
main assets owned by the company. Some factors that influence the disclosure of biological
assets include biological asset intensity, ownership concentration, company size, type of
public accounting firm, and profitability. The purpose of this study is to examine and analyze
the effect of Biological Asset Intensity, Ownership Concentration, and Profitability on
Biological Asset Disclosure. This research is a type of quantitative research and the data
source used is secondary data in the form of annual financial statements of agricultural
companies for the period of 2016 to 2018. The data analysis technique used is descriptive
statistics and regression analysis. Based on the results of research and data analysis shows
that biological asset intensity does not affect disclosure of biological assets; concentration of
ownership does not affect disclosure of biological asset; profitability does not affect
disclosure of biological asset. Keywords: Biological Asset Intensity, Ownership
Concentration, Profitability, Disclosure of Biological Asset.
ABSTRAK
Perusahaan agrikultur perlu melakukan pengungkapan atas aset biologis, karena aset biologis
merupakan aset utama yang dimiliki perusahaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pengungkapan aset biologis antara lain: biological asset intensity, konsentrasi kepemilikan,
ukuran perusahaan, jenis Kantor Akuntan Publik (KAP), dan profitabilitas. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk menguji dan menganalisis pengaruh Biological Asset Intensity, Konsentrasi
Kepemilikan, dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Aset Biologis. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian kuantitatif dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder
berupa laporan keuangan tahunan perusahaan agrikultur periode 2016-2018. Teknik analisis
data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis regresi. Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa biological asset intensity tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan aset biologis; konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan aset biologis; profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset
biologis.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aset biologis adalah aset yang unik, karena satu-satunya aset yang mengalami
transformasi biologis bahkan setelah aset biologis tersebut menghasilkan output.
Transformasi biologis terdiri atas proses pertumbuhan, produksi, degenerasi, dan prokreasi
yang menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan hewan dan
tumbuhan tersebut. Aset biologis dapat menghasilkan aset baru yang terwujud dalam
agricultural produce atau berupa tambahan aset biologis dalam kelas yang sama. Karena
mengalami transformasi biologis itu maka diperlukan pengukuran yang dapat menunjukkan
nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan kontribusinya dalam menghasilkan aliran
keuntungan ekonomis bagi perusahaan (Ridwan, 2011). Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah dengan luas lahan agrikultur
mencapai 45.000.000 hektar (Departemen Pertanian, 2011).
Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara
lain padi, jagung, kedelai, sayursayuran, cabai, ubi, dan singkong (www.wikipedia.com). Di
samping itu, Indonesia juga dikenal dengan hasil perkebunannya, antara lain karet, kelapa
sawit, tembakau, kapas, kopi, dan tebu. Usaha agrikultur yang banyak dilakukan para
investor di Indonesia adalah usaha perkebunan, banyak sekali perusahaan perkebunan yang
berada di Indonesia. Luas lahan di Indonesia yang digunakan dalam bidang perkebunan juga
semakin meningkat. Hal ini terbukti dari data 2 menurut Biro Pusat Statistik 2010 yang
menyatakan adanya peningkatan penggunaan lahan agrikultur dari tahun 1995 – 2010
(Kiswara, 2012). Perusahaan di Indonesia menggunakan PSAK sebagai dasar penyusunan
laporan keuangannya. Akan tetapi didalam PSAK tersebut belum ada pernyataan yang
mengatur secara khusus tentang aset biologis mulai dari pengakuan, pengukuran, penilaian,
serta penyajian dalam laporan keuangan. Meskipun mulai 2012 PSAK sudah mulai
mengadopsi IFRS akan tetapi masih ada 2 IFRS yang belum diadopsi PSAK.
Salah satunya adalah IAS 41 tahun 2009 Agriculture yang mengatur aset biologis.
Berdasarkan IAS 41 ayat ke 12, “a biological asset shall be measured on initial recognition
and at the end of each reporting period at its fair value less cost to sell” (sebuah aset biologis
harus diukur pada pengakuan awal dan pada akhir setiap periode pelaporan dinilai
berdasarkan nilai wajar dikurangi kos barang terjual). Kenyataan tersebut sesuai dengan
pernyataan pada IAS 41 ayat ke 17 yang berbunyi “if an active market exists for a biological
asset or agricultural produce, in it’s present location and condition, the quoted price in that
market is the appropriate basis for determining the fair value of the asset” (jika pasar aktif
tersedia untuk aset biologis atau produk agrikultur di lokasi itu dan kondisi saat ini , harga di
pasar itu adalah dasar yang tepat untuk menentukan nilai wajar aset tersebut).
Sedangkan di Indonesia aset biologis masih digolongkan dengan aset tetap yang diatur
dalam PSAK 16 (Aset Tetap), alasan belum diadopsinya IAS 41 adalah penggunaan metode
nilai wajar dalam proses penilaiannya. Sedangkan PSAK 16 menggunakan metode harga
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. 3 Dilihat dari karakteristiknya, perbedaan
mendasar antara aset biologis dengan aset tetap adalah aset tetap tidak mengalami
transformasi biologis seperti pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi. Kiswara
(2012) menyatakan bahwa dalam penentuan nilai wajar yang digunakan PT. SAMPOERNA
AGRO Tbk sudah menerapkan metode nilai wajar berdasarkan IAS 41, yaitu menggunakan
harga yang berlaku saat itu (harga spot).
Hal ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan. Jika nilai wajar tidak
dapat diukur secara andal, maka nilai wajar diukur berdasarkan biaya dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi penurunan nilai/nilai wajar dikurangi estimasi kos barang terjual.
Sedangkan penelitian Ridwan (2011), menyatakan bahwa aset biologis berupa tanaman
perkebunan pada PTPN XIV (Persero) diukur berdasarkan harga perolehannya karena
didasarkan pada pertimbangan bahwa nilai ini lebih terukur sehingga mampu memberikan
informasi yang lebih andal.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perlakuan akuntansi aset biologis
pada perusahaan Kusuma Agrowisata yang sebagian besar asetnya merupakan asset biologis
berupa pohon apel, karena di Indonesia belum ada pernyataan atau standar yang mengatur
tentang aset biologis secara khusus, sehingga belum ada standar yang mengatur tentang
bagaimana informasi yang dihasilkan perusahaan mengenai aset biologis dapat menjadi
informasi yang andal dan relevan dalam pengambilan keputusan bisnis.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki luas wilayah sebesar
5.455.675 km2 dan 3.544.744 km2 merupakan lautan, menjadikan Indonesia sebagai negara
yang kaya akan sumber daya alam. Iklim tropis dan curah hujan yang tinggi menyebabkan
tanah di Indonesia dapat ditanami oleh berbagai jenis tanaman dan mampu memberikan hasil
yang melimpah. Potensi sumber daya alam yang besar tersebut, seharusnya dapat memenuhi
kebutuhan pangan bangsanya dan mengurangi kegiatan impor hasil pertanian.
Sektor agrikultur harus terus dikembangkan karena menjadi salah satu tulang punggung
dalam pembangunan perekonomian nasional di Indonesia (Yurniwati et al., 2018).
Pengembangan pada sektor agrikultur didukung oleh ketersediaan informasi yang memadai
(Sa’diyah et al., 2019). Infomasi tersebut disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang akan
digunakan oleh pihak internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan. Agar
informasi dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak salah diinterpretasikan oleh
pengguna laporan keuangan, maka penyajiannya harus disertai dengan pengungkapan.
Pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan agrikultur sedikit berbeda dengan industri
lainnya, karena perusahaan agrikultur memiliki aset utama berupa aset biologis (Sari, 2019).
Aset biologis menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 69 Agrikultur adalah
tumbuhan atau hewan yang hidup. Aset tersebut dapat mengalami transformasi biologis mulai
dari proses pertumbuhan, degenerasi, prokreasi, dan produksi, sehingga menyebabkan
perubahan kualitatif dan kuantitatif pada tumbuhan atau hewan yang hidup tersebut (Alfiani,
2019). Perbedaan ini mengharuskan perusahaan agrikultur untuk mengungkapkan aset
biologis mereka. Pengungkapan aset biologis akan berguna untuk menginformasikan nilai
wajar aset biologis sesuai dengan kontribusinya, dalam menghasilkan manfaat ekonomi bagi
perusahaan kepada pemangku kepentingan (Kusumadewi, 2018).
Penambahan variabel berikutnya yaitu kepemilikan publik, pemegang saham publik yaitu
pihak yang memiliki kendali apapun atas perusahaan. Pemegang saham publik hanya
membutuhkan perlindungan atas investasi yang telah mereka tanam, perlindungan ini dapat
berupa pengungkapan informasi keuangan. Penambahan variabel berikutnya yaitu rapat
komite audit, rapat komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan sehingga jumlah rapat
merupakan indikator efektifitas kerja komite audit. Sehingga semakin sering anggota komite
audit rapat dalam mendiskusikan isu isu penting dan masalah-masalah yang dihadapi
perusahaan khususnya dalam pengungkapan laporan keuangan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa aitu Aset Biologis?
2. Bagaimana pengaruh intensitas aset biologis terhadap pengungkapan aset biologis ?
3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap pengungkapan aset biologis ?
4. Bagaiman pengaruh leverage terhadap pengungkapan asetbiologis ?
5. Bagaimana pengaruh kepemilikan publik terhadap pengungkapan aset biologis ?
6. Bagaimana pengaruh rapat komite Audit terhadap pengungkapan aset Biologis ?
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah yang terdiri dari topik yang diangkat
dalam penelitian, fenomena, masalah, perbandingan dengan penelitian terdahulu, serta
kesimpulan mengenai penelitian ini. Bab ini juga membahas perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab ini terbagi atas dua pembahasan, yang pertama tinjauan pustaka yang membahas
tentang landasan teori yang digunakan serta penjelasan mengenai masing-masing variabel
penelitian. Kedua pengembangan hipotesis yang membahas bagaimana hipotesis dari
penelitian ini serta kerangka konseptual penelitian.
Bab ini membahas populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian beserta cara pengukurannya,
dan juga metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.
Bab ini membahas mengenai gambaran umum objek penelitian, analisis data, dan
pembahasan dari hasil analisis data mengenai hubungan antara intensitas aset biologis,
pertumbuhan perusahaan, kepemilikan publik, rapat komite audit terhadap pengungkapan
aset biologis.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian, keterbatasan
penelitian, dan saran-saran bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Keterangan:
n = total item yang diungkapkan perusahaan
40 = total item yang diwajibkan menurut PSAK 69.
Biological Asset Intensity
Biological asset intensity (intensitas aset biologis), merupakan rasio yang digunakan untuk
menggambarkan seberapa besar proporsi investasi perusahaan terhadap aset biologis yang
dimiliki serta mampu menggambarkan ekspektasi kas yang akan diterima jika aset tersebut
dijual. Pengukuran biological asset intensity adalah sebagai berikut:
Biological Asset Intensity = Aset Biologis ÷ Total Aset
Keterangan:
Aset Biologis = aset berupa hewan atau tanaman hidup yang dimiliki perusahaan
Total Aset = total aset yang dimiliki perusahaan agrikultur
Konsentrasi Kepemilikan
Konsentrasi kepemilikan merupakan suatu ukuran distribusi kekuasaan dalam pengambilan
keputusan baik oleh pemilik atau manajer. Pengukuran konsentrasi kepemilikan adalah
sebagai berikut:
Konsentrasi Kepemilikan = Pemilik Sekaligus Manajer ÷ Total Jumlah Pemilik
Profitabilitas
Pada penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan Return on Equity (ROE) menggunakan
rasio untuk menilai perusahaan dalam mencari laba dan menunjukkan tingkat efektivitas
kinerja perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Uji Normalitas
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 > 0,05.
Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa data penelitian berdistribusi normal dan lolos uji
normalitas. N berjumlah 48 karena dari 60 laporan keuangan (20 perusahaan x 3 tahun), yang
tidak memiliki kelengkapan data sebanyak 12 laporan keuangan perusahaan selama 3 tahun