Disusun Oleh:
ELIYA PUTRIANI
P05140120013
JUWITA LESTARI
P05140120068
RENA YULINDRI
P05140120080
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan karya inovasi ini yang berjudul “Pengolahan
bahan makanan lokal dan diversifikasi pangan untuk mengatasi masalah stunting”.
Penulisan karya inovasi ini dilakukan dalam rangka mengikuti perlombaan Dies
Natalis Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Dalam penyusunan karya inovasi ini
penulis banyak membutuhkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
ABSTRAK
Produksi es krim kelor dengan mengolah daun kelor menjadi produk es krim
merupakan salah satu alternatif dalam usaha diversifikasi pengolahan. Produk
eskrim kelor ini hadir sebagai salah satu solusi pilihan pangan bagi masyarakat
luas, khususnya penderita stunting yang merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang perlu diperhatikan lebih lanjut.. Pertumbuhan pada awal
kehidupan membutuhkan protein dengan proporsi yang tepat. Daun kelor
merupakan salah satu bahan makanan nabati, sumber protein. Masalah gizi
masyarakat terkait dengan ketersediaan dan aksesibilitas pangan penduduk
(Badan Ketahanan Pangan, 2012).
vi
BAB I Pendahuluan
Kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi begitu saja sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely
stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku who-mgrs (multicentre
growth reference study) 2006
1
Sedangkan perbaikan sanitasi dan akses air bersih bertujuan untuk menekan
risiko dari ancaman penyakit infeksi.
Pangan merupakan salah satu hal yang diperlukan manusia untuk bertahan
hidup. Ketahanan pangan mengacu pada kemampuan individu atau kelompok
dalam pemenuhan akses pangan yang cukup baik dari segi ekonomi maupun
fisik, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan agar dapat hidup dengan
sehat dan baik. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga yang
mengalami kerawanan pangan lebih cenderung memiliki balita dengan
keadaan stunting. Penyakit pada anak tetap menjadi masalah yang
berpengaruh terhadap status gizi di Indonesia. Asupan energi dan zat gizi yang
tidak memadai, serta penyakit infeksi merupakan faktor yang sangat berperan
terhadap masalah stunting.
2
BAB II Tinjauan Pustaka
3
2.1.2 Diversifikasi Pangan Melalui Sagu
Tanaman sagu (Metroxylon sp) merupakan salah satu
tanaman penghasil karbohidrat yang penting kedudukannya
sebagai bahan makanan sesudah padi, jagung, dan umbi-umbian.
Sagu memiliki kandungan karbohidrat (kalori) yang memadai dan
memiliki kemampuan substitusi pati sagu dalam industri pangan
(Hayati et all., 2014).
Bacci laung adalah panganan khas Bugis Makassar
Sulawesi Selatan yang terbuat dari olahan sagu. Bacci laung adalah
nama kudapan dalam bahasa Bugis. Namun, warga Makassar lebih
mengenalnya dengan nama sakko-sakko, yang artinya tersedak.
Bacci laung merupakan salah satu hasil olahan diversifikasi
pangan. Bacci laung berbahan dasar sagu dapat dinikmati kapan
saja dan harus di dampingi teh, kopi, atau paling tidak air putih
karena cemilan dalam segala suasana ini dapat membuat orang
tersedak.
Kerupuk sagu terbuat dari tepung sagu yang berasal dari
pohon rumbia. Bentuk kerupuk sagu ini terbilang unik yang
memiliki warna dasar abu-abu dan biasanya diberikan pewarna
makanan yaitu warna merah dan hijau. Kerupuk sagu juga
merupakan sumber karbohidrat sehingga diperlukan peningkatan
nilai gizinya terutama kandungan proteinnya. Untuk itu diperlukan
bahan tambahan seperti ikan, udang dan lain-lain sebagai
alternatifnya. Kerupuk sagu dapat di jadikan sebagai cemilan atau
lauk.
4
langsung dari stunting adalah defisiensi energi maupun protein
yang berarti kurangnya konsumsi makanan yang mengandung
energi dan protein. Pertumbuhan pada awal kehidupan
membutuhkan protein dengan proporsi yang tepat. Daun kelor
merupakan salah satu bahan makanan nabati, sumber protein.
Masalah gizi masyarakat terkait dengan ketersediaan dan
aksesibilitas pangan penduduk (Badan Ketahanan Pangan, 2012).
Cara membuat es krim kelor dilakukan melalui
pembekalan atau alih teknologi, sehingga masyarakat menjadi
sadar akan manfaat dan nilai gizi es krim kelor, serta nilai ekonomi
yang berpotensi diperoleh melalui pembuatan es krim kelor. Untuk
melihat peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta, dapat
dilihat dengan melakukan tes awal dan tes akhir, dengan demikian
dapat diamati indikator keberhasilan kegiatan ini. Selanjutnya
diberikan penyuluhan tentang permasalahan gizi stunting dan
makanan sumber protein tinggi dimana salah satunya adalah es
krim kelor. Stunting disebabkan asupan energi dan protein yang
kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Protein juga
memegang peranan penting dalam proses pembentukan feritin,
hemosiderin, dan hemoglobin. Sebagian masyarakat masih kurang
pengetahuannya tentang menjaga asupan gizi yang baik (Kurniasih
et al, 2010).
5
selama 5 menit. Setelah itu bubur jagung yang dihasilkan disaring
sehingga diperoleh filtrat dan ampas, filtrat (sari jagung) yang
dihasilkan ditambahkan dengan gula pasir sebanyak 75 gram dan
garam 4 gram, lalu campuran tersebut dipasteurisasi selama 5
menit atau sampai mencapai suhu 75oC. Ampas susu jagung yang
menjadi limbah, dapat diolah menjadi nuget dengan metode
Asriani (2020) yang telah dimodifikasi.
6
di blender dan kuning telur, aduk hingga rata, tambahkan maizena
yang sudah diencerkan untuk mengentalkan adonan es krim, aduk
rata, masak hingga mendidih, masukkan vanili ke dalam adonan
yang sedang di aduk, tunggu hingga mendidih, tuangkan es krim
dalam gelas cup es krim, masukkan es krim ke dalam es krim
sekitar 7 sampai 8 jam, es krim siap dihidangkan.
7
BAB III Rancangan Inovasi
Jagung
Daun Kelor
b
Sagu
1. Bahan pangan lokal terdiri dari 3 yaitu jagung, sagu dan ubi jalar
2. Jagung dapat diversifikasikan menjadi nugert, es krim dan susu jagung
3. Sagu dapat diversifikasi menjadi bacco laung, dan juga kerupuk sagu
4. Daun Kelor juga dapat diversifikasi menjadi tepung, keripik, dan ubi
jalar kukus.
8
BAB IV Rencana Anggaran
9
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Salah satu langkah intervensi strategis
tersebut adalah pada pencegahan stunting, yang telah dirumuskan sebagai tiga
upaya perbaikan yang harus dilakukan; yaitu perbaikan pola makan, perbaikan
pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Perbaikan pola makan
dilakukan antara lain untuk memperbaiki akses terhadap makanan dari segi
jumlah, kualitas gizi, dan keragaman.
5.2 Saran
Untuk tetap menjaga ketahanan pangan khususnya pada anak stunting,
diperlukan diversifikasi pangan agar menambah daya ketertarikan tersendiri dan
juga kandungan zat gizi nya lebih besar.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pengalaman Organisasi :-
Dibuat
Pengalaman Organisasi :-
Pengalaman Organisasi :-
12
13