Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERBANDINGAN GIZI

MASA LAMPAU DAN SEKARANG (SEJARAH)

Oleh :

Erika Dwi Puspitasari

201420100001

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPRAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAKTI INDONESIA BANYUWANGI

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan segala rahmatnya yang
telah diberikan kepada kita sehingga kita bisa menjalani aktivitas dengan lancar,
hingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan isi maupun bentuk yang
sederhana.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi saya, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Banyuwangi, 25 Maret 2022

Erika Dwi Puspitasari

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan .................................................................................................................5

BAB II PENDAHULUAN.......................................................................................6

A. Definisi Gizi........................................................................................................6
B. Perkembangan Gizi Tahun 1950-1960................................................................6
C. Perkembangan Gizi Tahun 1960-1998................................................................8
D. Perkembangan Gizi Tahun 1998-2000..............................................................10
E. Perkembangan Gizi Tahun 2000- sekarang.......................................................11

BAB III PENUTUP.................................................................................................15

A. Kesimpulan ........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang


dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ serta menghasilkan energi ( Marmi, 2013).
Kemajuan suatu bangsa bergantung kepada banyak komponen terkait,
termasuk sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas
ditentukan oleh kemampuan fisik dan intelegensia yang optimal, dan hal ini
erat kaitannya dengan kecukupan gizi yang dimulai sejak masa janin sampai
dewasa ( Marmi, 2013).
Perkembangan ilmu gizi merupakan suatu evolusi dari kehidupan
purba. Pencarian makanan pada masa purba, perkembangan ilmu pengetahuan
pada abad pertengahan merupakan titik tolak para ahli berpendapat demikian.
Pengertian gizi berubah seiring dengan bejalannya waktu, dari zaman purba
sampai sekarang. Dahulu manusia purba mencari makanana hanya untuk
bertahan hidup. Kemudian terus berkembang sampai gizi berhubungan dengan
hal penyembuhan yaitu sebagai obat, dan terus mengalami perkembangan
sampai gizi menjadi sebuah ilmu (Marmi, 2013).
Di indonesia saat ini, perkembangan ilmu gizi juga semakin pesat.
Berbagai tokoh-tokoh yang berpartisipasi dalam pengembangan gizi di
Indonesia bermunculan. Peran mereka sangat penting dalam menyadarkan
masyarakat Indonesia akan pentingnya gizi pada tubuh.
Eratnya hubungan antara ilmu kedokteran, pertanian, kimia, ekonomi
tercermin pada kerjasama antara tokoh-tokoh seperti DeHaas, Prof. Blank
Haart, Pestmus, Van Voen, Donath, Terra, Ockee dalam mempelajari masalah
makanan rakyat. Masalah busung lapar, defisiensi vitamin A, defisiensi

4
protein dan kalori, beri-beri, gondok endemik telah dipelajari dan ditulis
dengan terperinci.
Namun demikian laporan-laporan itu hanya diketahui oleh kalangan
terbatas dalam pemerintahan Hindia Belanda, tidak diumumkan kepada
masyarakat. Kegiatan-kegiatan gizi menurun dalam masa Perang Dunia ke II,
berhenti sama sekali selama pendudukan Jepang hingga masa
mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 1945.
Indonesia terasing dari kemajuan ilmu pengetahuan dunia, ketika ilmu gizi
sedang berkembang pesat di Eropa dan Amerika. Kegiatan dimulai lagi
setelah Insitut voor Volksvoeding diserahterimakan kepada bangsa Indonesia
(Kemenkes, 2019).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan gizi dahulu dan sekarang ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan sejarah gizi masa lampau dan sekarang
2. Menjelaskan perkembangan gizi masa lampau dan sekarang

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan,
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan
makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih
luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh
serta untuk menghasilkan tenaga ( Siregar, 2013).

B. Perkembangan Gizi Tahun 1950-1960


Pada tahun 1950 Prof. Dr. Poerwo Soedarmo mendapat amanah untuk
memimpin Insituut voor Volksvoeding, selanjutnya dinamakan sebagai
Lembaga Makanan Rakyat yang bertempat di Gedung Eijkman di jalan
Diponegoro No. 69, Jakarta, yaitu salah satu gedung yang berada dalam
lokasi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Secara garis besar, Lembaga
Makanan Rakyat bertugas mempelajari kesehatan penduduk dalam
hubungannya dengan makanan, serta memperbaiki konsumsi makanan untuk
meningkatkan taraf kesehatan penduduk. Pada masa itu masih banyak terjadi
busung lapar, kwashiorkor, defisiensi vitamin A dan angka kematian yang
tinggi. Produksi pangan tidak mencukupi kebutuhan pokok, dan konsumsi
makanan yang kurang selama puluhan tahun menyebabkan sebagian besar
penduduk berada dalam “status tidak sehat tidak sakit”. Pemimpin Lembaga
Makanan Rakyat menyadari bahwa masalah gizi di Indonesia tidak dapat
diatasi oleh satu instansi saja. Berbagai instansi harus bekerjasama dan
bertanggung jawab mengatasi masalah tersebut. Langkah pertama yang

6
dilakukan oleh Lembaga Makanan Rakyat ialah membentuk tenaga staf dan
kader.
Usaha menimbulkan perhatian kalangan atas terhadap masalah gizi
mendapat prioritas. Sedangkan penyebarluasan masalah kesadaran gizi pada
masyarakat luas diberi perhatian lebih banyak dari pada waktu penjajahan.
Kegiatan penelitian terus dijalankan dengan tenagatenaga yang ada dan
bantuan luar negeri. Pada tahun 1951 Lembaga Makanan Rakyat mendirikan
sekolah Ahli Diet yang menerima siswa lulusan Sekolah Guru Kepandaian
Puteri dan dididik selama 1,5 tahun untuk menjadi tenaga ahli di bidang
dietik bagi rumah-rumah sakit besar. Sejumlah 14 orang lulusan sekolah ini
ditugaskan di Rumah Sakit Umum di Jakarta, Bandung, Semarang dan
Medan. Kebutuhan tenaga ahli gizi untuk program kesehatan masyarakat
semakin dirasakan, sehingga Lembaga Makanan Rakyat pada tahun 1952
mengubah kurikulum Sekolah Ahli Diet menjadi 3 tahun setelah SMA bagian
B dibawah Departemen Kesehatan. Selain untuk rumah-rumah sakit, para
lulusan dipekerjakan di Dinas Kesehatan Rakyat di tingkat Provinsi sebagai
staf Inspektur Kesehatan (IKES).
Kurikulum pendidikan disempurnakan terus dan nama sekolah tersebut
diganti menjadi Akademi Pendidikan Nutritionis dan Ahli Diet (1953-1956)
yang berlokasi di Jl. Semboja Bogor. Di tempat yang baru tersebut dibina
kerjasama yang erat dengan Fakultas Pertanian dan 4 5 Fakultas Kedokteran
Hewan, serta lembagalembaga penelitian di kota tersebut. Pada tahun 1966
nama dirubah menjadi Akademi Gizi yaitu pendidikan tenaga gizi
professional tingkat sarjana muda (Bachelor of Science/Program D3). Tahun
1951 tepatnya pada tanggal 25 Januari, Lembaga Makanan Rakyat juga
mendirikan Sekolah Juru Penerang Makanan di Pasar Minggu Jakarta.
Setamat dari pendidikan, para lulusan ditugaskan sebagai tenaga
pelaksana gizi di dinas-dinas kesehatan atau sebagai tenaga kejuruan dalam
bidang penyelenggaraan makanan di rumah sakit, membantu tugas ahli diet.
Mulai tahun 1959 kurikulum diubah menjadi 3 tahun, berganti nama menjadi
Sekolah Menengah Kejuruan Atas Jurusan Gizi (SMKA Gizi). Lulusan lama
diberi kesempatan untuk mengikuti kursus tambahan 1 tahun guna

7
mendapatkan ijazah persamaan. Pada tahun 1980-an dirubah menjadi Sekolah
Pembantu Ahli Gizi (SPAG) Sejak tahun 1960 Lembaga Makanan Rakyat
memperingati dimulainya pengkaderan sumber daya manusia di bidang gizi
setiap tahunnya di tanggal 25 Januari, dan diteruskan oleh Direktorat Gizi
Masyarakat hingga kini yang lebih dikenal dengan Hari Gizi Nasional dan
menjadi salah satu agenda tahunan resmi Kementerian Kesehatan.
Dalam usaha menyebarkan kesadaran gizi kepada masyarakat luas,
sejak tahun 1951 dipopulerkan slogan “Empat Sehat Lima Sempurna”, suatu
pedoman sederhana menyusun menu sehat. Poster-poster dan leaflet yang
berhubungan dengan itu telah diproduksi dan diperluas pula oleh Lembaga
Makanan Rakyat. Selanjutnya dilakukan kerjasama dengan Perusahaan Film
Negara (PFN) membuat 2 buah film berjudul “Rahasia Terbuka” dan “Empat
Sehat Lima Sempurna”. Buku-buku berjudul “Pedoman Membuat Menu dan
Hidangan Sehat” karangan Poerwo Soedarmo, dan “Ilmu Makanan” karangan
Ny. Soekamto telah diterbitkan. Karangankarangan popular tentang masalah
makanan ditulis berturut-turut dalam majalah Star Weekly oleh Poerwo
Soedarmo

C. Perkembangan Gizi Tahun 1960-1980


Pada tahun 1958 wakil pimpinan Lembaga Makanan Rakyat, Prof. Dr.
Dradjat D. Prawiranegara diangkat sebagai pemimpin yang baru
menggantikan Prof. Poerwo Soedarmo yang mencurahkan perhatian penuh
sebagai Kepala Bagian Ilmu Gizi FKUI. LMR memperkuat stafnya dengan
nutrisionis-nutrisionis dan menyebarkan lebih banyak tenaga-tenaga gizi ke
daerah, baik dipekerjakan di rumah sakit maupun Dinas Kesehatan Rakyat.
Atas perjuangan para ahli diet di RSUP Jakarta pada tahun 1962 ditetapkan
bahwa Bagian Gizi bertanggung jawab penuh terhadap seluruh
penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
Bagian ini sederajat dengan bagian lain di rumah sakit. Diperjuangkan
pula agar pola ini diterapkan di rumah sakit lain. Bagian gizi tersebut tidak
lagi dibawah Bagian Administrasi, tetapi berada di bawah tanggung jawab
Direktur Profesional Service. Urusan mulai dari pengadaan bahan makanan

8
sampai dengan penyajian hidangan kepada pasien menjadi tugas dan
wewenang bagian gizi. Di samping itu Bagian Gizi juga bertanggung jawab
atas penyelenggaraan pendidikan gizi di rumah sakit, baik kepada pasien
maupun kepada calon-calon petugas rumah sakit. 12 13 Dalam Kongres
Pengetahuan Nasional II di Yogyakarta tahun 1962, Lembaga Makanan
Rakyat mengirim anggota stafnya untuk menyajikan hasil-hasil penelitian
gizi, antara lain penelitian tinggi dan berat badan serta penelitian gizi di desa
Ciwalen dan Amansari Jawa Barat.
Dalam usaha menanggulangi defisiensi vitamin A, pada tahun 1960-
1961 diadakan eksperimen suplementasi pada sejumlah anak penderita
defisiensi vitamin A di Bogor dan Rumah Yatim Piatu Muslimin Jakarta.
Proyek penelitian ini dilakukan dengan bantuan dari Bagian Anak-anak
RSUP Jakarta, Bagian Mata dan Prof. O.A Roels dari Columbia University,
New York. Minyak kelapa sawit menunjukan hasil baik sebagai bahan untuk
menanggulangi defisiensi vitamin A di Indonesia. Kemudian penggunaan
minyak kelapa sawit secara massal dicoba di beberapa desa di Jawa Tengah,
dengan bantuan UNICEF dan ahli-ahli, antara lain : Dr. Rose dan P. Gyorgy
sampai tahun 1965. Pada tahun 1964 Djumadias A.N. dan Dradjat D.
Prawiranegara mengadakan penelitian tinggi dan berat badan terhadap 2000
anak sekolah golongan sosial-ekonomi menengah dan atas di Jakarta dalam
rangka mengumpulkan data untuk menentukan standar gizi penduduk
Indonesia.
Pada tahun yang sama Darwin Karjadi mengadakan follow up study
anak-anak keluarga pegawai rendah di 14 15 Bogor yang pernah diteliti oleh
Blankhart lima tahun sebelumnya. Penelitian tersebut diteruskan hingga saat
ini, dengan memasukan tim psikologi untuk mempelajari hubungan antara
keadaan gizi dengan perkembangan mental.
Sesuai dengan gelombang politik di Indonesia sekitar tahun 1964,
Menteri Kesehatan, Prof. Satrio meningkatkan kegiatan gizi dengan
membentuk Komando Operasi Gizi. Slogan “Empat Sehat Lima Sempurna”
dianggap tidak cocok lagi dengan keadaan dan kemudian ditinggalkan.
Selanjutnya dipopulerkan “Menu Seimbang”, suatu revolusi menu untuk

9
mengubah pola makanan yang beras sentris menjadi pola makan beraneka
ragam yang bermakna pokok plural. Propaganda makan jagung dilancarkan
oleh Presiden RI dan banyak pejabat-pejabat tinggi pusat dan daerah
walaupun di sana-sini terdengar nada sinis. Lembaga Makanan Rakyat diubah
status dan namanya menjadi Bagian Makanan Rakyat, yang mempunyai
fungsi organisatoris seperti bagian-bagian lain dalam Departemen Kesehatan.
Propaganda masal dan revolusioner itu akhirnya berhenti dengan berubahnya
situasi politik di Indonesia sejak pecahnya peristiwa G.30.S pada tahun 1965.

D. Perkembangan gizi pada tahun 1998-2000


Pada masa ini kegiatan UPGK salah satunya melalui pemantauan
pertumbuhan balita terus digencarkan. Pada tahun 1984 dikeluarkan instruksi
bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN, dan Menteri Dalam
Negeri yang mengintegrasikan kegiatan kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare ke dalam sebuah wadah
yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu
dicanangkan secara resmi oleh Bapak Pembangunan Soeharto sebagai
Presiden Republik Indonesia saat itu yaitu tahun 1986 di Yogyakarta
bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak saat itu
Posyandu berkembang dengan pesat dan memiliki kontribusi besar dalam
penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, sehingga banyak
negara lain yang belajar dari kesuksesan Indonesia. KMS tahun 90an dan
2000an .
Disamping itu, kegiatan UPGK juga meliputi penyuluhan gizi
masyarakat termasuk anak sekolah dasar dan menengah, pelayanan gizi di
Posyandu, serta pemanfaatan pekarangan sebagai bagian dari Program
Diversifikasi Pangan dan Gizi. Pada tahun 1988, kepemimpinan di Direktorat
Gizi Masyarakat dipercayakan kepada Drs. Benny A. Kodyat, MPA
Penanggulangan masalah gizi berfokus terutama pada sasaran
penanggulangan 4 masalah gizi utama yaitu Kurang Kalori dan Protein
(KKP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi, dan Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) tanpa mengabaikan kemungkinan timbul

10
masalah gizi yang lainnya. Pemantauan pertumbuhan di Posyandu, Pemberian
Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan gizi, suplementasi Kapsul Vitamin
A dosis tinggi, suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD), pemberian kapsul
Iodiol dan garam beryodium menjadi bagian dari intervensi unggulan yang
diberikan. Upaya promotif di bidang gizi juga terus berkembang pada tahun
1990-an utamanya upaya peningkatan pengetahuan dan perilaku gizi melalui
pendidikan dan penyuluhan gizi seimbang. Upaya ini dibarengi dengan
perbaikan gizi di institusi seperti perusahaan, pabrik, panti asuhan, dsb;
pendekatan kepada dunia pendidikan melalui Pemberian Makanan Tambahan
Anak Sekolah (PMT-AS); serta peningkatan konsumsi aneka ragam pangan.
Pada tahun 1994 terbit Instruksi Presiden Nomor 69 Tahun 1994 tentang
Wajib Fortifikasi Garam, sejak saat itu garam konsumsi untuk masyarakat
wajib difortifikasi dengan Iodium.
Pada tahun 1995, Direktorat Gizi Departemen Kesehatan
mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dengan 13 pesan
dasar didalamnya, sebagai tindak lanjut rekomendari Konferensi Gizi
Internasional di Roma tahun 1992 dengan tujuan mencapai dan memelihara
kesehatan dan kesejahteraan gizi seluruh penduduk sebagai prasyarat
membangun sumber daya manusia. Pedoman Umum Gizi seimbang Krisis
moneter yang terjadi pada tahun 1997 menjadi tantangan berat dalam upaya
perbaikan gizi. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
(SKPG) mencakup sistem isyarat dini dan 24 25 intervensi segera menjadi
salah satu bagian dari respon cepat yang dilakukan guna mencegah semakin
meningkatnya masalah gizi terutama di wilayah rawan pangan.

E. Perkembangan gizi setelah tahun 2000 - sekarang


Memasuki era milenium, upaya perbaikan gizi semakin dihadapkan
pada berbagai tantangan baru. Para pakar gizi mulai melihat terjadinya
transisi gizi pada era ini. Menghadapi pesatnya perubahan global yang juga
berpengaruh pada keadaan gizi penduduk, berbagai langkah inovasi gizi pun
diterapkan dengan mengedepankan pada tujuan jangka panjang perbaikan
generasi.

11
Penyuluhan gizi masyarakat pada ditujukan sebagai upaya
pencegahan penyakit dengan sasaran masyarakat baik di perkotaan maupun
pedesaan. Pesan-pesan penyuluhan selain mengenai pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi kurang dan gizi buruk, juga mulai menekankan
pada pentingnya pola makan seimbang untuk mencegah timbulnya penyakit
degeneratif mengingat transisi gizi yang mulai terjadi.

Karena itu dibentuklah beberapa program perbaikan gizi yaitu:

A. Kadarzi ( Keluarga Sadar Gizi ) 2005


Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, upaya
peningkatan pengetahuan masyarakat untuk perubahan perilaku gizi
yang lebih baik merambah pada seluruh media yang ada salah satunya
media elektronik. Strategi KIE untuk mewujudkan Keluarga Sadar
Gizi (KADARZI) menjadi salah satu program unggulan yang mulai
dirintis pada tahun 2005. Tidak hanya penyuluhan secara langsung,
KADARZI juga merambah iklan-iklan layanan masyarakat, talkshow
di televisi maupun radio secara terus menerus, serta pencetakan
media-media KIE dengan mencermati selera yang disesuaikan dengan
sasaran termasuk menggunakan talent dari para selebriti yang banyak
digemari masyarakar. Selanjutnya pedoman operasional KADARZI
ditetapkan secara resmi melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 747/Menkes/SK/VI/2007. Pada saat itu desa siaga menjadi
wilayah sasaran penerapan KADARZI 30 31 melalui pendampingan
keluarga, yang menyasar pada kemampuan keluarga untuk mengenal,
mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
B. Pengembangan MS Gateway
Pada tahun 2011, dikembangkan SMS Gateway, yang
memanfaatkan teknologi pada saat itu untuk mempermudah pelacakan
kejadian gizi buruk sehingga saat terjadi sebuah kasus di suatu
wilayah, ketika dilaporkan dapat segera diketahui hingga tingkat
pusat. Perkembangan terhadap pemberian makan bayi dan anak juga
tidak luput dari perhatian. Setelah melalui proses yang cukup panjang,
pada tahun 2012 dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tentang

12
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan yang diikuti dengan
peraturan-peraturan turunan lainnya. Promosi dan peningkatan
pengetahuan terhadap pemberian ASI Eksklusif terus ditingkatkan
melalui peningkatan kapasitas petugas kesehatan tentang konseling
menyusui dan konseling Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), yang
kemudian berkembang menjadi dan konseling Pemberian Makan bayi
dan Anak (PMBA), penerapan menu sehat “4 bintang”, pembentukan
kelompok-kelompok pendukung ASI (KPASI), dsb.
C. Gerakan Scalling Up Nutrion (SUN)
Setelah tahun 2010, fokus penanggulangan masalah gizi
mengarah pada penanggulangan stunting (pendek) dengan tetap
mengupayakan penanggulangan masalah gizi lainnya. Mulai
dilakukan upaya mengenalkan masalah stunting dan efek jangka
panjang terhadap kualitas sumber daya manusia. Diawali dari gerakan
Scaling Up Nutrition (SUN) sebagai respon negara-negara di dunia
terhadap kondisi status gizi di sebagian besar negara berkembang dan
akibat kemajuan yang tidak merata dalam pencapaian MDGs, gerakan
tersebut di Indonesia dilaksanakan sebagai Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 Hari Pertama
Kehidupan (Gerakan 1000 HPK) yang diresmikan melalui Peraturan
Presiden nomor 42 tahun 2013.
Pada tahun 2013 diluncurkan Proyek Kesehatan dan Gizi
Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stanting (PKGBM) sebagai
upaya mendukung pemerintah mengurangi prevalensi stunting.
Proyek ini berlangsung hingga tahun 2018 dengan mengedepankan
kegiatan - kegiatan yang berorientasi pada perbaikan status gizi ibu
hamil dan anak, melalui peningkatan peran serta masyarakat,
perbaikan asupan gizi, pengurangan kasus diare, meningkatkan
ketersediaan makanan bergizi yang terjangkau, serta meningkatkan
koordinasi lintas sektor dan masyarakat tentang pentingnya isu anak
stunting.
D. Program Indonesia Sehat

13
Upaya mencapai sasaran hingga rumah tangga melalui Program
Indonesia Sehat (PIS-PK) yang mengedepankan pendekatan keluarga
mulai tahun 2016 menyasar pada 12 indikator dimana 2 diantaranya
adalah bidang gizi yaitu Pemantauan Pertumbuhan dan ASI Eksklusif.
Untuk memperbaiki kualitas PMT, dilakukan review bersama
para pakar terhadap makanan tambahan untuk balita kurus, ibu hamil
KEK, dan anak sekolah yang menghasilkan sebuah naskah akademik.
Berdasarkan hal tersebut ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi
termasuk perubahan komposisi terhadap bubuk tabur gizi.
Tahun 2017 upaya melawan stunting untuk perbaikan generasi
semakin gencar. Masalah stunting tidak hanya dibicarakan di bidang
kesehatan saja, namun telah menjadi perhatian pimpinan negara. Pada
tahun 2018 dilakukan kajian teknologi yang bertujuan meningkatkan
asupan zat besi pada remaja. Dari hasil kajian tersebut dihasilkan
sebuah produk yang dinamakan PURULA yang didesain dalam
bentuk abon tabur sebagai pendamping makanan untuk memberikan
dan meningkatkan asupan zat besi.
Hingga kini pedoman-pedoman gizi juga terus disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam beberapa tahun
terakhir telah dihasilkan berbagai naskah akademik diantaranya
standar antropometri anak, pangan untuk keperluan medis khusus,
pangan fungsional, serta beberapa pedoman program seperti Pedoman
Asuhan Gizi, Pedoman Surveilans Gizi, dsb. Perkembangan terkini
yang menjadi harapan besar dari bidang penelitian gizi untuk masa
mendatang adalah dengan diresmikannya Unit Pelaksana Fungsional
Inovasi Penanggulangan Stunting yang berada dibawah ampuan
Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat. Unit ini dahulunya adalah
Puslitbang Gizi Bogor yang kemudian menjadi Pusat Teknologi
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinis, dan kini kembali
menjadi bagian dari bidang gizi.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ- organ serta menghasilkan energi
Asupan gizi yang cukup sangat mempengaruhi tumbuh kembang
manusia. Oleh karna itu , untuk menanggulangi permasalahan gizi yang ada
dari dulu sampai sekarang, para tenaga kesehatan dan pemerintah
menggencarkan program-program pemenuhan gizi di masyarakat dengan
menyesuaikan perkembangan jaman dan cara- cara persuasif yang dapat
menarik masyarakat agar tertarik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat s Direktorat Jenderal Kesehatan


Masyarakat. Sejarah Perkembangan Gizi di Indonesia (1951 –
2018).Jakarta : Kementerian Kesehatan 2019

Marmi. 2013. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri.

16

Anda mungkin juga menyukai